ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG KELONTONG DI KECAMATAN MANDIANGIN KABUPATEN SAROLANGUN
(Studi Kasus Desa Mandiangin Pasar)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
JUMIATI NIM. C1A018061
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI 2022
ii SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Jumiati
Nomor Mahasiswa : C1A018061
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Pedagang Kelontong Di Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sarolangun (Studi Kasus Desa Mandiangin Pasar)
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara penulisan diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Jambi, 27 Desember 2022 Menyatakan,
Jumiati
iii LEMBARAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi dan Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi, menyatakan skripsi yang disusun oleh :
Nama : Jumiati
Nomor Mahasiswa : C1A018061
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Pedagang Kelontong Di Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sarolangun (Studi Kasus Desa Mandiangin Pasar)
Telah disetujui dan disyahkan sesuai dengan prosedur, ketentuan dan kelaziman yang berlaku untuk diuji pada ujian komprehensif dan ujian skripsi pada tanggal yang tertera di bawah ini.
Jambi, 27 Desember 2022
Pembimbing I Pembimbing II
Selamet Rahmadi, S.E, M.Si NIP. 19690518 199403 1 003
Dra. Rahma Nurjanah, M.E NIP. 19640227 198902 2 001
Mengetahui,
Ketua Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Dr. Hj. Etik Umiyati, S.E, M.Si NIP. 19680709 199303 2 002
iv LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Panitian Penguji Komprehensif dan Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi, pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 13 Desember 2022
Jam : 14.00 – 15.30 WIB
Tempat : Ruang Sidang Skripsi
PANITIA PENGUJI
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Penguji Dr. Hj. Erni Achmad, S.E, M.Si i
Penguji Utama Dr. Hj. Etik Umiyati, S.E, M.Si i
Sekretaris Penguji H. Parmadi, S.E, M.E i
Anggota Penguji Selamet Rahmadi, S.E, M.Si i
Anggota Penguji Dra. Rahma Nurjanah, M.E i
Disahkan Oleh :
Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi
Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi
Dr. H. Junaidi, S.E., M.Si NIP. 19670602 199203 1 003
Dr. Drs. H. Zulgani, S.E, M.P NIP. 19620516 198703 1 018
v KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Analisis Pendapatan Pedagang Kelontong Di Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sarolangun (Studi Kasus Desa Mandiangin Pasar). Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna menyelesaikan program sarjana strata satu (S1) pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi.
Skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Wandi dan Ibunda Lenni serta kakakku tersayang Kholil dan Suci Pitri yang selalu penuh kesabaran memberi dorongan semangat dan pengorbanan pada penulis selama menempuh hingga menyelesaikan pendidikan S1.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. H. Junaidi, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi.
2. Bapak Selamet Rahmadi, S.E, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dra.
Rahma Nurjanah, M.E selaku dosen pembimbing II yang dengan penuh kesabaran dan tidak kenal lelah selalu membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Tim Penguji skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi yang telah menguji dan
vi menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis dalam meraih gelar sarjana ekonomi.
4. Ibu Dr. Hj. Etik Umiyati, S.E, M.Si sebagai Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi yang telah banyak memberi bantuan saat penulis mengikuti pendidikan di Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi.
5. Bapak dan Ibu Dosen dan Staff administrasi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Jambi yang telah membantu penulis dalam menuntut ilmu dan memberikan informasi yang penulis butuhkan selama masa perkuliahan.
6. Kepada teman-teman yang telah memberikan dorongan, motivasi dan informasi selama mengikuti perkuliahan serta dalam menyusun skripsi yang tidak bisa penulis sebut satu persatu.
Akhirnya, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.
Jambi, 27 Desember 2022 Penulis
Jumiati
vii ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Analisis Pendapatan Pedagang Kelontong Di Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sarolangun (Studi Kasus Desa Mandiangin Pasar). Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis : 1). Karakteristik sosial ekonomi pedagang kelontong di Desa Mandiangin Pasar, 2). Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapatan pedagang kelontong di Desa Mandiangin Pasar. Alat analisis penelitian menggunakan alat analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel independen modal, jam kerja, lama usaha, lokasi usaha, harga dan jumlah penjualan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen pendapatan pedagang kelontong dan secara parsial hanya variabel modal, lokasi usaha dan jumlah penjualan yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kelontong. Selanjutnya untuk nilai koefisien determinasi sebesar 0,897. Artinya sebesar 89,7 persen variasi pendapatan pedagang kelontong dijelaskan oleh variabel dalam penelitian ini, sedangkan sisanya 10,3 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.
Kata Kunci : Modal, Jam Kerja, Lama Usaha, Lokasi Usaha, Harga, Jumlah Penjualan Dan Pendapatan
viii ABSTRACT
This research is entitled Analysis of the Income of Grocery Traders in Mandiangin District, Sarolangun Regency (Case Study of Mandiangin Pasar Village). The research aims to find out and analyze: 1). Socio-economic characteristics of grocers in Mandiangin Pasar Village, 2). What factors affect the income of grocer traders in Mandiangin Pasar Village. The research analysis tool uses multiple linear regression analysis tools.
The results of this study can be concluded that simultaneously the independent variables of capital, working hours, length of business, business location, price and number of sales have a significant effect on the dependent variable of grocer's income and partially only the variables of capital, business location and number of sales have a significant effect on income. haberdasher.
Furthermore, the value of the coefficient of determination is 0.897. This means that 89.7 percent of the variation in the income of grocery traders is explained by the variables in this study, while the remaining 10.3 percent is explained by other variables outside the study.
Keywords : Capital, Working Hours, Length of Business, Business Location, Price, Total Sales and Income
ix DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN... ii
LEMBARAN PERSETUJUAN SKRIPSI... iii
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI... iv
KATA PENGANTAR... v
ABSTRAK... vii
ABSTRACT... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah... 7
1.3. Tujuan Penelitian... 7
1.4. Manfaat Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori... 9
2.1.1. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)... 9
2.1.2. Pendapatan... 15
2.1.3. Pedagang Kelontong... 21
2.1.4. Modal... 23
2.1.5. Jam Kerja... 28
2.1.6. Lokasi Usaha... 31
2.1.7. Lama Usaha... 34
2.1.8. Harga... 37
2.1.9. Jumlah Penjualan... 40
2.2. Hubungan Antar Variabel... 43
2.3. Penelitian Sebelumnya... 47
2.4. Kerangka Pemikiran... 51
2.5. Hipotesis... 52
x BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian yang digunakan... 53
3.2. Jenis dan Sumber Data... 53
3.3. Teknik Pengumpulan Data... 54
3.4. Populasi dan Sampel... 55
3.5. Metode Analisis Data... 55
3.6. Uji Hipotesis... 57
3.7. Koefisien Determinasi... 58
3.8. Uji Asumsi Klasik... 59
3.9. Operasional Variabel... 60
BAB IV GAMBARAN OBJEK PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografi... 62
4.2. Keadaan Penduduk... 64
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Pedagang Kelontong Di Desa Mandiangin Pasar... 66
5.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kelontong Di Desa Mandiangin Pasar... 81
5.3. Analisis Ekonomi... 90
5.4. Implikasi Kebijakan... 95
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan... 97
6.2. Saran... 98
DAFTAR PUSTAKA... 99 LAMPIRAN
xi DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jumlah Persebaran Toko Kelontong di Kecamatan
Mandiangin Tahun 2021... 4
Tabel 4.1. Jarak Antara Desa di Kecamatan Mandiangin Dengan Ibukota Kecamatan Mandiangin... 62
Tabel 4.2. Luas Wilayah Dirinci Menurut Desa/Kelurahan Di Kecamatan Mandiangin... 63
Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Desa dan Jenis Kelamin Di Kecamatan Mandiangin... 64
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 66
Tabel 5.2. Hasil Crosstab Antara Umur dengan Pendapatan... 67
Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 67
Tabel 5.4. Hasil Crosstab Antara Jenis Kelamin dengan Pendapatan... 68
Tabel 5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan... 68
Tabel 5.6. Hasil Crosstab Antara Status Perkawinan dengan Pendapatan... 69
Tabel 5.7. Karekteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan... 70
Tabel 5.8. Hasil Crosstab Antara Jumlah Tanggungan dengan Pendapatan... 70
Tabel 5.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.... 71
Tabel 5.10. Hasil Crosstab Antara Tingkat Pendidikan dengan Pendapatan... 72
Tabel 5.11. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja... 72
Tabel 5.12 Hasil Crosstab Antara Jumlah Tenaga Kerja dengan Pendapatan... 73
Tabel 5.13. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Bangunan... 73
Tabel 5.14. Hasil Crosstab Antara Status Bangunan dengan Pendapatan... 74
Tabel 5.15. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan... 74
xii Tabel 5.16. Hasil Crosstab Antara Status Pekerjaan dengan
Pendapatan... 75
Tabel 5.17. Karakteristik Responden Berdasarkan Jam Kerja... 75
Tabel 5.18. Hasil Crosstab Antara Jam Kerja dengan Pendapatan... 76
Tabel 5.19. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha... 77
Tabel 5.20. Hasil Crosstab Antara Lama Usaha dengan Pendapatan... 77
Tabel 5.21. Karakteristik Responden Berdasarkan Lokasi Usaha... 78
Tabel 5.22. Hasil Crosstab Antara Lokasi Usaha dengan Pendapatan... 78
Tabel 5.23. Karakteristik Responden Berdasarkan Modal... 79
Tabel 5.24. Hasil Crosstab Antara Modal Operasional dengan Pendapatan... 79
Tabel 5.25. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan... 80
Tabel 5.26. Regresi Linear Berganda Uji F-Statistik... 83
Tabel 5.27. Regresi Linear Berganda Uji t-Statistik... 84
Tabel 5.28. Uji Normalitas... 87
Tabel 5.29. Uji Multikolinearitas... 88
Tabel 5.30. Uji Heteroskedastisitas... 89
xiii DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran... 52
1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Tolak ukur untuk menunjukkan tingkat pembangunan ekonomi suatu daerah bisa diidentifikasikan dari pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat memperlihatkan adanya pembangunan ekonomi. Pelaksanaan pembangunan bidang ekonomi dimaksudkan untuk mewujudkan pemerataan hasil dimana salah satu sektor di bidang ekonomi tersebut adalah industri kecil.
Pembangunan pada sektor industri kecil atau usaha mikro kecil dan menengah diarahkan agar mampu berkembang secara mandiri untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun demikian, industri kecil dalam perkembangannya masih menghadapi berbagai persoalan yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, antara lain meliputi rendahnya produktivitas dan sumber daya manusia, manajemen yang belum profesional, kurang tanggap terhadap perubahan teknologi dan kurangnya permodalan.
Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu upaya dalam perbaikan perekonomian nasional, karena sebagian besar usaha di Indonesia adalah usaha kecil dan menengah yang banyak menyerap tenaga kerja dan memanfaatkan sumber daya domestik.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bentuk sektor informal. UMKM mempunyai peran yang strategis bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. UMKM telah membuktikan diri mampu memberikan
2 kontribusi terhadap stabilitas ekonomi di Indonesia dan sekaligus membuktikan bahwa UMKM mampu bertahan dalam krisis global. UMKM mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga membantu mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Sektor usaha informal merupakan usaha berskala kecil dengan modal, ruang lingkup, dan pengembangan yang terbatas serta sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah. Keberadaan sektor informal menjamin perekonomian kerakyatan dapat berlangsung secara seimbang dan berkelanjutan. Sektor informal telah menjadi sektor unggulan yang dapat diandalkan untuk pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan sektor informal sebagai penampung dan alternatif peluang kerja.
Pedagang sebagai bagian dari sektor informal merupakan lahan pekerjaan yang terbuka bagi siapapun. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) disisi lain bisa dimanfaatkan dari keberadaan pasar sebagai salah satu sumber keuangan.
Dengan kapasitasnya yang besar untuk menyerap pedagang, dan mewadahi lalu lintas uang yang terus bergerak dinamis dari hari ke hari, maka keberadaan pasar menjadi sangat strategis untuk terus dikembangkan (Nurlisa, 2020).
Pemberdayaan UMKM merupakan langkah strategis menumbuhkan tingkat pembangunan nasional. Kebijakan tersebut dirasakan dapat menjadi solusi konkrit untuk meningkatkan kapasitas dan perannya. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KemenkopUKM) tahun 2021, jumlah UMKM mencapai 64,2 juta yang menyerap 97% dari total tenaga kerja yang ada di Indonesia.
3 Perkembangan UMKM di Provinsi Jambi sangat potensial dan prospektif.
Jumlah UMKM Provinsi Jambi pada tahun 2018 sebanyak 104.155 unit yang meningkat menjadi 138.470 unit pada tahun 2019. Dan terus meningkat hingga 165.497 unit pada tahun 2021. Dari data tersebut menunjukkan bahwa UMKM Provinsi Jambi mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Perkembangan UMKM di Kabupaten Sarolangun juga mengalami peningkatan dari tahun 2015-2021. Pada tahun 2015 jumlah unit usaha UMKM di Kabupaten Sarolangun sebesar 2.163 unit dan meningkat menjadi 3.705 unit pada tahun 2021. Selain jumlah unit usaha yang meningkat, UMKM juga mampu meningkatkan daya serap tenaga kerja dimana pada tahun 2015 UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 2.683 orang dan meningkat hingga 9.277 orang pada tahun 2021.
Kecamatan Mandiangin merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah unit UMKM terbanyak. Bidang usaha yang paling banyak digeluti oleh pelaku UMKM adalah toko kelontong. Toko kelontong adalah toko yang menjual kebutuhan sehari-hari. Toko kelontong sendiri merupakan bidang usaha yang tidak memerlukan modal yang banyak. Toko kelontong biasanya digeluti oleh para ibu rumah tangga atau orang tua sebagai tambahan penghasilan untuk membantu keluarganya ataupun oleh para remaja yang baru lulus SMA sebagai pengalaman kerja kendati mencari pekerjaan ataupun usaha sampingan bagi yang melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Peluang usaha toko kelontong mampu menjadi potensi sumber pendapatan bagi para pengangguran yang ingin mencoba untuk memulai suatu bisnis.
4 Tabel 1.1. Jumlah Persebaran Toko Kelontong di Kecamatan Mandiangin
Tahun 2021
No. Desa/Kelurahan Toko Kelontong
1. Gurun Mudo 23
2. Gurun Tuo 5
3. Gurun Tuo Simpang 15
4. Pemusiran 25
5. Rangkiling Simpang 15
6. Rangkiling 6
7. Mandiangin Tuo 20
8. Mandiangin 23
9. Taman Dewa 5
10. Simpang Kertopati 9
11. Kertopati 9
12. Muara Ketalo 8
13. Bukit Peranginan 15
14. Petiduran Baru 17
15. Guruh Baru 16
16. Sungai Butang 7
17. Butang Baru 12
18. Meranti Baru 8
19. Jati Baru 8
20. Talang Serdang 8
21. Gurun Baru 5
22. Mandiangin Pasar 42
23. Kutejaye 9
24. Sungai Rotan 9
25. Suka Maju 8
26. Meranti Jaya 9
27. Jernang Baru 11
28. Jati Baru Mudo 7
Kecamatan Mandiangin 354
Sumber: Kecamatan Mandiangin Dalam Angka 2021
Berdasarkan tabel 1.1. jumlah toko kelontong terbanyak berada di Desa Mandiangin Pasar berjumlah 42 toko kelontong, berikutnya Desa Pemusiran yang
5 berjumlah 25 toko kelontong. Desa Mandiangin dan Gurun Mudo merupakan jumlah toko kelontong terbanyak ketiga setelah Desa Mandiangin Pasar dan Pemusiran yang berjumlah 23 toko kelontong. Maka dari itu peneliti memilih untuk memfokuskan tempat penelitian di Desa Mandiangin Pasar karena merupakan desa dengan jumlah toko kelontong terbanyak.
Dalam usaha dagang ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima oleh para pedagang tersebut seperti modal, jam kerja, lokasi usaha, lama usaha, harga dan jumlah penjualan. Modal merupakan dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah pegawai, membayar hutang dan pembayaran lainnya. Modal merupakan faktor penting dalam kegiatan usaha. Semakin besar modal yang digunakan, maka semakin besar pendapatan yang akan diperoleh (Tambunan, 2009).
Dalam hal lamanya jam kerja, biasanya pedagang yang mempunyai jumlah jam kerja lebih lama, maka pendapatannya akan lebih maksimum. Jam kerja berpengaruh terhadap pendapatan pedagang. Semakin lama jam kerja, maka semakin banyak hasil yang diterima sehingga kebutuhan keluarga bisa terpenuhi.
Menurut Artaman (2016), pemilihan letak lokasi perdagangan harus strategis agar mudah dijangkau dan dikenali oleh konsumen. Jika lokasi bisnis berdekatan dengan para pesaing yang menjual produk sejenis, maka pengusaha harus mempunyai strategi memenangkan kompetisi yaitu memilih lokasi yang strategis sebab pedagang dengan lokasi strategis, pendapatan yang diperoleh cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi yang tidak strategis.
6 Lamanya suatu usaha dapat menimbulkan suatu pengalaman berusaha, melalui pengalaman pedagang secara langsung mengetahui selera yang diinginkan oleh relasi bisnis. Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat pendapatan, lama seorang pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan mempengaruhi produktifitasnya sehingga dapat menambah efisiensi (Firdausa, 2013).
Pendapatan juga dapat dipengaruhi oleh harga, penetapan harga yang tepat adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam menjalankan usaha yang bertujuan untuk memperoleh laba. Harga jual yang tinggi akan meningkatkan pendapatan pedagang, tentunya didasari dengan perhitungan harga pokok.
Penetapan harga juga harus bisa bersaing dipasaran dan sesuai dengan manfaat yang diterima konsumen.
Menurut Santi (2019) jumlah penjualan juga merupakan faktor yang sangat penting bagi pedagang karena penjualan merupakan sumber utama pendapatan. Jumlah penjualan yang diperoleh pedagang akan berpengaruh pada pendapatan, semakin banyak barang yang terjual maka akan semakin meningkat pendapatan yang diperoleh. Dan sebaliknya, semakin sedikit barang yang terjual maka pendapatan yang diperoleh pedagang juga akan menurun.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kelontong. Untuk itu, penulis memilih judul “Analisis Pendapatan Pedagang Kelontong Di Kecamatan Mandiangin Kabupaten Sarolangun (Studi Kasus Desa Mandiangin Pasar)”.
7 1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, pedagang kelontong pada umumnya bekerja untuk menghasilkan pendapatan untuk membantu keluarga.
Diduga ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kelontong di Desa Mandiangin Pasar salah satunya adalah modal, jam kerja, lokasi usaha, lama usaha, harga dan jumlah penjualan. Berdasarkan masalah tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1) Bagaimana karakteristik sosial ekonomi pedagang kelontong di Desa Mandiangin Pasar?
2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapatan pedagang kelontong di Desa Mandiangin Pasar?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui dan menganalisis karakteristik sosial ekonomi pedagang kelontong di Desa Mandiangin Pasar.
2) Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapatan pedagang kelontong di Desa Mandiangin Pasar.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah:
8 1) Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai salah satu informasi bagi kalangan akademis dalam melakukan studi lanjutan dan sebagai bahan tambahan literatur bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya yang terkait dengan penelitian ini.
2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan menjadi bahan masukan untuk membuat kebijakan bagi pemerintah dalam memberikan penyuluhan kepada pedagang kelontong.
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori
2.1.1. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
UMKM adalah usaha yang punya peranan penting dalam perekonomian negara Indonesia, baik dari sisi lapangan kerja yang tercipta maupun dari sisi jumlah usahanya. Menurut Ratni (2018) UMKM adalah pengembangan empat kegiatan ekonomi utama yang menjadi motor penggerak pembangunan Indonesia, yaitu industri manufaktur, agribisnis, bisnis kelautan, dan sumber daya manusia.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 2021 tentang kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah yaitu:
1) Usaha mikro ialah usaha produktif yang dimiliki orang atau badan usaha yang melengkapi aturan usaha mikro.
2) Usaha Kecil ialah suatu usaha produktif yang dilakukan oleh orang ataupun badan usaha yang bukan merupakan anggota suatu korporasi yang dikendalikan baik langsung maupun tidak langsung oleh usaha besar ataupun usaha menengah yang berpedoman pada peraturan usaha kecil.
3) Usaha menengah ialah suatu bentuk usaha mandiri yang produktif dan dijalankan oleh orang ataupun badan usaha yang tidak terafiliasi dengan suatu korporasi yang dikelola langsung atau tidak langsung oleh perusahaan besar dan kecil dengan jumlah kekayaan bersih yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
10 4) Usaha besar ialah suatu bentuk usaha mandiri yang produktif dan dijalankan oleh badan usaha dengan total kekayaan bersih lebih banyak dari usaha menengah yang terdiri atas usaha nasional yang dimiliki swasta maupun negara, dan usaha asing yang kegiatannya dilakukan di Indonesia.
Firma, PT, koperasi dan CV merupakan contoh dalam format badan usaha.
Sementara itu, untuk format perorangan contohnya peternak, pengrajin industri rumah tangga, pedagang produk dan jasa, nelayan dan lain sebagainya. Usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai tujuan untuk menciptakan dan menumbuhkan usaha sehubung dengan mengembangkan sistem ekonomi nasional yang didasari oleh demokrasi ekonomi yang berkeadilan. UMKM memiliki ciri- ciri sebagai berikut:
1) Usaha mikro mempunyai kekayaan bersih paling besar 50 juta dan memiliki hasil perdagangan tahunan paling besar 300 juta.
2) Usaha kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari 50 juta dan paling besar 500 juta serta memiliki hasil perdagangan tahunan lebih dari 300 juta dan paling besar 2,5 miliar.
3) Usaha menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari 500 juta dan paling besar 10 miliar serta mempunyai hasil perdagangan tahunan lebih dari 2,5 miliar dan paling besar 50 miliar.
Selain diukur dari nilai moneter, beberapa lembaga pemerintah seperti Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS) memakai jumlah tenaga kerja sebagai patokan dalam memilah skala usaha antara usaha besar, kecil, mikro dan menengah. Menurut BPS, jumlah pekerja usaha mikro paling banyak
11 empat orang, usaha kecil berjumlah lima hingga 19 orang, usaha menengah berjumlah 20 hingga 99 orang, dan perusahaan besar dengan pekerja melebihi 99 orang termasuk dalam ciri-ciri usaha besar.
Pertumbuhan UMKM di Indonesia membawa dampak baik bagi perkembangan ekonomi. UMKM juga memiliki pengaruh besar terhadap jumlah pendapatan negara karena terdapat beberapa jenis UMKM menjadi sumber devisa negara. Dengan kata lain, UMKM telah menjadi investasi bagi negara. Selain bermanfaat bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, tanpa disadari, UMKM juga mampu mengurangi angka pengangguran di masyarakat, sekaligus meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Sebab banyaknya UMKM yang berdiri mampu memperkerjakan jutaan tenaga kerja yang semula menjadi pengagguran. Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat akan meningkat serta lebih terjamin.
Menurut Aulia (2021) diakui bahwa UMKM memiliki peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran:
1) Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi.
2) Penyedia lapangan kerja terbesar.
3) Pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan masyarakat.
4) Pencipta pasar baru dan sumber inovasi.
5) Kontribusinya terhadap neraca pembayaran.
12 Menurut Nining (2017) klasifikasi UMKM dibagi menjadi 9 (sembilan) penggolongan utama (pokok) sektor ekonomi yang meliputi:
1) Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan
Mencakup segala macam pengusahaan dan pemanfaatan yang berasal dari alam untuk memenuhi kebutuhan atau usaha lainnya.
2) Pertambangan dan penggalian
Mencakup sub sektor minyak dan gas bumi, subsektor pertambangan non migas, dan subsektor penggalian.
3) Industri pengolahan
Mencakup kegiatan pengubahan bahan dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya.
4) Listrik, gas, dan air bersih
Mencakup kegiatan pembangkitan transmisi dan distribusi listrik, pengolahan gas cair, produksi gas dengan karbonasi, penampungan, penjernihan, dan penyaluran air baku atau air bersih baik untuk keperluan rumah tangga, usaha, industri, gedung kantor pemerintah, penerangan jalan umum, dan sebagainya.
5) Bangunan
Mencakup kegiatan penyiapan, pembuatan, pemasangan, pemeliharaan maupun perbaikan bangunan/konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal maupun sarana lainnya.
13 6) Perdagangan, hotel dan restoran
Mencakup kegiatan penjualan barang baru maupun bekas, yang meliputi penjualan sepeda motor dan mobil, perdagangan eceran, dan sebagainya.
7) Pengangkutan dan komunikasi
Mencakup kegiatan jasa angkutan, pengepakan dan pengiriman barang, keagenan/biro perjalanan, serta usaha persewaan angkutan darat/air/udara berikut pengemudinya. Sedangkan komunikasi mencakup usaha pelayanan komunikasi untuk umum baik melalui pos, telepon, telegraf, pengiriman/pemindahan berita (surat) paket dan uang.
8) Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
Menerima simpanan keuangan, memberikan kredit, mengirim uang, menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokooan, dan lain-lain. Pemberian jasa hukum, jasa pengolahan, dan sebagainya.
9) Jasa-jasa.
Meliputi kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang ditujukan untuk melayani kepentingan rumah tangga, badan usaha, pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya.
UMKM mempunyai berbagai kelebihan yang menjadi tumpuan dasar pembangunan di masa depan (Tambunan, 2009). Berikut kelebihan tersebut:
1) Persediaan lowongan pekerjaan usaha kecil diperkirakan bisa menampung pekerja sampai 50%.
14 2) Kehadiran UMKM terbukti bisa membantu perkembangan dan kemajuan
para pelaku usaha baru.
3) Mempunyai segmen pasar yang menarik dan menjalankan administrasi yang sederhana dan mudah beradaptasi terhadap perubahan pasar.
4) Menggunakan SDA sekitar, seperti usaha kecil yang biasanya menggunakan limbah dari perusahaan besar maupun perusahaan lain.
5) Mempunyai kemampuan untuk melakukan perkembangan. Dari beberapa usaha pelatihan yang dilakukan terlihat bahwasanya usaha kecil siap berkembang dan siap membina sektor terkait lainnya.
Menurut Tambunan (2009) kelemahan yang sering menimbulkan masalah dan menjadi penghalang dari UMKM terdiri dari dua faktor yakni seperti berikut:
1) Faktor Internal
a. Kapasitas SDM yang terbatas.
b. Hambatan dalam mempromosikan produk. Pada umumnya pengusaha kecil lebih fokus pada proses produksi sedangkan kemampuan dalam mempromosikan produk kurang.
c. Kebiasaan pembeli yang tidak percaya pada kualitas produk dari usaha kecil.
d. Hambatan dalam modal usaha. Kebanyakan usaha kecil menggunakan modal mereka sendiri dalam jumlah cukup terbatas.
15 2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal ialah persoalan yang berasal dari para pembina serta pengembang UMKM. Seperti tidak adanya monitoring, pemecahan masalah yang dibagikan tidak akurat serta program yang tumpang tindih.
Dari dua faktor di atas menimbulkan ketidakseimbangan antara faktor eksternal serta internal tepatnya dari sisi perbankan, BUMN dan yayasan pendukung lainnya yang siap memberi kredit, namun karena adanya beberapa aturan yang wajib diikuti oleh UMKM untuk memperoleh kredit menyebabkan UMKM menghadapi masalah dalam menemukan dan menetapkan lembaga mana yang bisa mengulurkan bantuan.
2.1.2. Pendapatan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha atau sebagainya). Dan dalam kamus manajemen pendapatan adalah uang yang diterima perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos dan laba. Dalam arti ekonomi, pendapatan merupakan balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh sektor rumah tangga dan sektor perusahaan yang dapat berupa gaji atau upah, sewa, bunga serta keuntungan.
Menurut Maheswara (2016) pendapatan adalah aliran masuk harta yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang di lakukan oleh suatu unit usaha selama satu periode tertentu. Pendapatan juga dapat diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah sebagai jumlah penghasilan yang diterima
16 oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan.
Definisi lain dari pendapatan adalah sejumlah dana yang diperoleh dari pemanfaatan faktor produksi yang dimiliki (Anggraini, 2019). Sumber pendapatan tersebut meliputi:
1) Sewa kekayaan yang digunakan oleh orang lain, misalnya menyewakan rumah dan tanah.
2) Upah atau gaji karena bekerja kepada orang lain ataupun menjadi pegawai negeri.
3) Bunga karena menanamkan modal di bank ataupun perusahaan, misalnya mendepositokan uang di bank dan membeli saham.
4) Hasil dari usaha wiraswasta, misalnya berdagang, berternak, mendirikan perusahaan, ataupun bertani.
Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Definisi lain dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan. Dengan demikian pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat.
Pendapatan keluarga berupa jumlah keseluruhan pendapatan dan kekayaan keluarga, dipakai untuk membagi keluarga dalam tiga kelompok pendapatan, yaitu pendapatan rendah, pendapatan menengah dan pendapatan tinggi (Artaman, 2016).
17 Pendapatan pedagang ditentukan oleh faktor penjualan barang dan harga per unit dari masing-masing barang. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan antara penjual dan pembeli di pasar. Pendapatan pedagang disebut juga Total Revenue (TR) yang merupakan jumlah pendapatan yang diterima pedagang sebagai hasil dari total penjualan. Pendapatan dirumuskan sebagai hasil kali antara jumlah unit yang terjual dengan harga per unit. Jika dirumuskan secara matematis adalah sebagai berikut:
TR = Q . P
Keterangan: TR = Total Pendapatan Q = Total Penjualan P = Harga Produk
Pendapatan secara umum bisa dikelompokkan ke dalam tiga kelompok (Boediono, 2013) yakni:
1) Gaji dan upah ialah kompensasi yang didapat ketika seseorang sudah menyelesaikan suatu pekerjaan, yang diberikan dalam satu hari, satu minggu ataupun satu bulan.
2) Pendapatan dari usaha sendiri merupakan pendapatan dari bisnis milik individu atau rumah tangga.
3) Pendapatan dari usaha lain merupakan pendapatan yang didapat dari usaha sampingan misalnya hasil penyewaan aset yang dimiliki, tunjangan pensiunan, dan sumbangan dari orang lain.
18 Menurut Sundari (2017) pendapatan dapat dibedakan menjadi:
1) Pendapatan kotor yaitu total pendapatan yang dikurangi hasil pokok penjualan.
2) Pendapatan bersih yaitu pendapatan kotor yang dikurangi pengeluaran dan biaya-biaya.
Dan menurut bentuknya pendapatan dibedakan menjadi:
1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa, sumber utamanya berupa gaji, upah, bangunan pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pendapatan dari penjualan seperti hasil sewa, jaminan sosial dan premi asuransi.
2) Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan biasanya tidak berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang.
Pendapatan merupakan total penerimaan (uang atau bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Terdapat beberapa klasifikasi pendapatan antara lain (Sundari, 2017):
1) Pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara.
2) Pendapatan disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.
3) Pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa jasa yang diproduksikan oleh suatu negara dalam satu tahun.
19 Jenis pendapatan yang dimiliki perusahaan akan sangat ditentukan oleh bidang usaha yang digeluti perusahaan tersebut. Karena itu, sebuah perusahaan mungkin hanya memiliki satu jenis pendapatan, sementara perusahaan yang lain bisa memiliki lebih dari satu jenis pendapatan.
Menurut Sundari (2017) untuk keperluan manajerial, pendapatan dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
1) Pendapatan total, yaitu jumlah seluruh pendapatan dari penjualan.
Pendapatan total (total revenue) adalah hasil perkalian dari jumlah unit terjual dengan harga jual per unit.
2) Pendapatan rata-rata atau pendapatan per unit barang dan jasa (average revenue), yaitu pendapatan rata-rata dari setiap unit penjualan. Oleh karena
itu maka pendapatan rata-rata dapat juga dirumuskan sebagai hasil bagi dari pendapatan total dengan jumlah unit yang terjual.
3) Pendapatan tambahan atau penerimaan marginal (marginal revenue), yaitu tambahan pendapatan yang didapat untuk setiap tambahan satu unit penjualan atau produksi.
Aspek peningkatan pendapatan memerlukan dua faktor penunjang utama yaitu tersedianya lapangan pekerjaan dan stabilitas nilai tukar (internal maupun eksternal), atau dalam istilah sehari-hari lebih dikenal dengan stabilitas makroekonomi.
1) Lapangan pekerjaan
Lapangan pekerjaan adalah sumber nafkah utama bagi setiap orang dewasa. Sangatlah tidak mungkin seseorang tanpa bekerja mendapat nafkah atau
20 pendapatan. Negara atau pemerintah sangatlah tidak mungkin menciptakan lapangan pekerjaan bagi seluruh masyarakatnya, karena berbagai keterbatasan yang dihadapi. Oleh karena itu, agar masyarakat memiliki sumber pendapatan, tidak mungkin pemerintah menjadikan seluruh rakyatnya menjadi pegawai negeri sehingga mempunyai lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan. Yang dapat dilakukan pemerintah adalah mendorong aktivitas ekonomi di masyarakat, melalui pengembangan investasi, sehingga akan tercipta aneka ragam lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
2) Stabilitas nilai tukar
Stabilitas nilai tukar baik internal (harga barang dan jasa yang dikonsumsi setiap hari) maupun eksternal (kurs), juga berpengaruh pada peningkatan pendapatan, khususnya daya beli seseorang. Bila pendapatan naik 10%, sementara harga barang dan jasa naik lebih tinggi dari 10%, maka daya beli dari pendapatan orang tersebut justru menurun. Dalam hal ini, pemerintah sebagai penyelenggara negara, sangat tidak mungkin mendiktekan harga dan kurs kepada seluruh masyarakatnya, yang dapat dilakukan pemerintah adalah mendorong akivitas ekonomi di masyarakat, melalui pengembangan investasi, sehingga akan mendorong terciptanya keseimbangan antara penawaran dan permintaan barang dan jasa di masyarakat yang akan membanu terbangunnya stabilitas harga (nilai tukar), baik untuk harga barang dan jasa domestik maupun nilai tukar uang domestik dengan uang asing.
21 2.1.3. Pedagang Kelontong
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) pedagang berasal dari kata dagang yang artinya pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan jual beli. Sedangkan pedagang merupakan orang yang mencari nafkah dengan cara menjualkan barang dagangannya.
Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Menurut Mithaswari (2018) penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari hasil perdagangan, pedagang dapat dikelompokkan menjadi:
1) Pedagang profesional yaitu pedagang yang menggunakan aktivitas perdagangan sebagai sumber pendapatan satu-satunya bagi ekonomi keluarga.
2) Pedagang semi profesional yaitu pedagang yang mengakui aktivitas perdagangan untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.
3) Pedagang subsitensi yaitu pedagang yang menjual produk atau barang dari hasil aktivitas atas subsitensi untuk memenuhi ekonomi keluarga. Pada daerah pertanian, pedagang ini adalah seorang petani yang menjual produk pertanian ke pasar desa atau kecamatan.
4) Pedagang semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau untuk mengisi waktu luang.
22 Kelontong adalah barang-barang yang dijual untuk keperluan sehari-hari seperti sabun, sikat gigi, gelas, cangkir, mangkuk. Jadi pedagang kelontong adalah orag yang bekerja menjualkan atau menyediakan kebutuhan rumah tangga seperti sembilan bahan pokok (sembako), makanan dan barang rumah tangga. Warung ini ditemukan berdampingan dengan pemilik rumah yang tidak jauh dengan masyarakat seperti perkampungan, perumahan dan yang sering ditemui di dalam gang. Toko kelontong ini ialah usaha mikro yang kepemilikannya milik individu dan menjual produk dengan melayani pembeli dengan cara dilayani oleh pelayan toko kelontong yang di sebagian besar toko kelontong skala kecil juga bertugas sebagai kasir (Afrianti, 2021).
Warung kelontong mempunyai struktur pasar yang biasanya bersifat monopolistik karena total produsen yang besar dan produk yang didagangkan pun sama namun memiliki corak yang berbeda atau bervariasi. Dengan modal yang cukup kecil, usaha ini cukup mudah memasuki pasar. Dari segi harga bisnis ini memiliki sedikit kemampuan untuk mengubah harga. Penetapan harga disesuaikan dengan banyaknya laba yang diperoleh setiap pengecer.
Pedagang kelontong atau penjualan eceran adalah salah satu rantai saluran distribusi yang memegang peranan penting dalam penyampaian barang dan jasa kepada konsumen akhir. Menurut Kotler dalam Lestari (2017) pedagang eceran meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis.
23 Pedagang eceran adalah proses sederhana dari transaksi antara pengecer dan konsumen, menukar uang dengan produk atau jasa yang ditawarkan pengecer.
Menurut Afrianti (2021) karakteristik perdagangan eceran adalah:
1) Pedagang eceran sebagai institusi pemasaran.
2) Pedagang eceran sebagai penghubung antar produsen dan konsumen.
3) Pedagang eceran sebagai perantara.
4) Pedagang eceran sebagai pencipta citra.
Penjualan eceran meliputi semua kegiatan yang berhubungan langsung dengan penjualan barang atau jasa kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi. Penjualan eceran dapat lebih maju dalam usahanya apabila mau bekerja lebih baik dibandingkan dengan persaingannya dalam melayani konsumen.
Pelayanan kepada konsumen harus diutamakan karena merupakan tanggung jawab primer. Sedangkan tanggung jawab sekundernya adalah melayani pedagang besar atau produsen. Pada dasarnya fugsi penjualan eceran adalah memberikan pelayanan semudah mungkin kepada konsumen. Sehingga pengertian pedagang kelontong yang dimaksud disini adalah pedagang eceran yang menjual keperluan sehari-hari dengan sistem pelayanan dan fasilitas yang tradisional.
2.1.4. Modal
Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan harta benda yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan. Modal dalam pengertian ini dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan bisnis. Banyak
24 kalangan yang memandang bahwa modal uang bukanlah segala-galanya dalam sebuah bisnis. Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah usaha sangat diperlukan. Persoalan di sini bukanlah penting tidaknya modal, karena keberadaannya memang sangat diperlukan, akan tetapi bagaimana mengelola modal secara optimal sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan lancar (Furqon, 2017).
Modal adalah semua bentuk kekayaan yang digunakan dalam proses produksi atau menghasilkan output. Modal merupakan kekayaan yang dapat menghasilkan keuntungan pada waktu yang akan datang. Modal yang digunakan dapat bersumber dari modal sendiri, namun bila ternyata modal sendiri tidak mencukupi dapat ditambah dengan modal pinjaman. Jadi, secara umum jenis modal yang dapat diperoleh untuk memenuhi kebutuhan modalnya terdiri atas modal sendiri, modal pinjaman dan modal patungan.
1) Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik usaha itu sendiri.
Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah dan lain sebagainya.
Kelebihan modal sendiri adalah:
a. Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi sehingga tidak menjadi beban perusahaan.
b. Tidak tergantung pada pihak lain, artinya perolehan dana diperoleh dari setoran pemilik modal.
c. Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan waktu yang relatif lama.
25 d. Tidak ada keharusan pengembalian modal, artinya modal yang ditanamkan pemilik akan tertanam lama dan tidak ada masalah seandainya pemilik modal mau mengalihkan ke pihak lain.
Kekurangan modal sendiri adalah:
a. Jumlahnya terbatas, artinya untuk memperoleh dalam jumlah tertentu sangat tergantung dari pemilik dan jumlahnya relatif terbatas.
b. Perolehan modal sendiri dalam jumlah tertentu dari calon pemilik baru sulit karena mereka akan mempertimbangkan kinerja dan prospek usahanya.
c. Kurang motivasi pemilik, artinya pemilik usaha yang menggunakan modal sendiri motivasi usahanya lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan modal asing.
2) Modal Asing (Pinjaman)
Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang biasanya diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Di samping itu, dengan menggunakan modal pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak manajemen untuk mengerjakan usaha dengan sungguh- sungguh. Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari:
a. Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta maupun pemerintah atau perbankan asing.
26 b. Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian, modal ventura, asuransi leasing, dana pensiun, koperasi atau lembaga pembiayaan lainnya.
c. Pinjaman dari perusahaan non keuangan.
Kelebihan modal pinjaman adalah:
a. Jumlahnya tidak terbatas, artinya perusahaan dapat mengajukan modal pinjaman ke berbagai sumber. Selama dana yang diajukan perusahaan layak, perolehan dana tidak terlalu sulit. Banyak pihak berusaha menawarkan dananya ke perusahaan yang dinilai memiliki prospek cerah.
b. Motivasi usaha tinggi. Hal ini merupakan kebalikan dari menggunakan modal sendiri. Jika menggunakan modal asing, motivasi pemilik untuk memajukan usaha tinggi, ini disebabkan adanya beban bagi perusahaan untuk mengembalikan pinjaman. Selain itu, perusahaan juga berusaha menjaga image dan kepercayaan perusahaan yang memberi pinjaman agar tidak tercemar.
Kekurangan modal pinjaman adalah:
a. Dikenakan berbagai biaya seperti bunga dan biaya administrasi. Pinjaman yang diperoleh dari lembaga lain sudah pasti disertai berbagai kewajiban untuk membayar jasa seperti: bunga, biaya administrasi, biaya provisi dan komisi, materai dan asuransi.
b. Harus dikembalikan. Modal asing wajib dikembalikan dalam jangka waktu yang telah disepakati. Hal ini bagi perusahaan yang sedang mengalami likuiditas merupakan beban yang harus ditanggung.
27 c. Beban moral. Perusahaan yang mengalami kegagalan atau masalah yang mengakibatkan kerugian akan berdampak terhadap pinjaman sehingga akan menjadi beban moral atas utang yang belum atau akan dibayar.
3) Modal Patungan
Selain modal sendiri atau pinjaman, juga bisa menggunakan modal usaha dengan cara berbagai kepemilikan usaha dengan orang lain. Caranya dengan menggabungkan antara modal sendiri dengan modal satu orang teman atau beberapa orang.
Berdasarkan sifatnya modal dapat dibedakan menjadi modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah modal yang sifatnya tetap, tidak terpengaruh oleh proses produksi dan tidak habis digunakan dalam sekali proses produksi.
Contoh: gedung, mesin-mesin dan alat-alat pengangkutan. Sedangkan modal lancar adalah modal yang habis dalam satu kali proses produksi atau berubah bentuk menjadi barang jadi. Contoh: bahan baku dan bahan-bahan penolong.
Modal sehari-hari dalam usaha dagang lebih mudah disebut sebagai modal lancar yaitu kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh pedagang untuk menyelenggarakan kegiatan jual beli atau untuk membiayai operasionalnnya sehari-hari. Modal lancar digunakan untuk membeli barang dagangan, pembayaran upah dan pembiayaan operasional lainnya yang berlangsung terus- menerus dalam kegiatan jual beli yang diharapkan akan terus meningkatkan pendapatan pedagang.
28 2.1.5. Jam Kerja
Jam kerja merupakan lama waktu yang digunakan untuk menjalankan usaha, yang dimulai sejak persiapan sampai usaha tutup. Alokasi waktu usaha dan jam kerja adalah total waktu usaha atau jam kerja usaha yang digunakan seorang pedagang dalam berdagang. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, jam kerja adalah waktu yang dijalankan untuk perangkat peralatan yang dioperasikan atau waktu yang dijadwalkan bagi pegawai untuk bekerja. Jam kerja bagi seseorang sangat menentukan efesiensi dan produktivitas kerja.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah jam kerja adalah lamanya waktu dalam jam yang digunakan untuk bekerja dari seluruh pekerjaan, tidak termasuk jam kerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal di luar pekerjaan selama seminggu. Semakin tinggi jam kerja atau alokasi waktu yang kita berikan untuk membuka usaha maka probabilitas omset yang diterima pedagang akan semakin tinggi maka kesejahteraan akan pedagang akan semakin terpelihara dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga pedagang tersebut.
Menurut Nazir (2010) jam kerja adalah jumlah jam kerja yang digunakan oleh seseorang dalam suatu waktu yang juga menunjukkan persentase banyaknya jam kerja yang tersedia. Adapun menurut Priyandika (2012) jam kerja merupakan jumlah atau lamanya waktu yang digunakan oleh pedagang untuk berdagang atau membuka usaha mereka untuk melayani konsumen setiap harinya. Dan menurut Manita (2021) jam kerja merupakan bagian dari teori ekonomi makro, khususnya pada teori penawaran tenaga kerja yaitu tentang kesediaan seseorang untuk
29 bekerja dengan harapan memperoleh pendapatan atau tidak bekerja dengan konsekuensi mengorbankan pendapatan yang seharusnya ia dapatkan.
Lamanya seseorang mampu bekerja sehari secara baik pada umumnya 6 sampai 8 jam, sisanya 16 sampai 18 jam digunakan untuk keluarga, masyarakat, untuk istirahat dan lain-lain. Jadi satu minggu seseorang bisa bekerja dengan baik selama 40 sampai 50 jam. Selebihnya bila dipaksa untuk bekerja biasanya tidak efisien. Akhirnya produktivitas akan menurun, serta cenderung timbul kelelahan dan keselamatan kerja masing-masing akan menunjang kemajuan dan mendorong kelancaran usaha baik individu ataupun kelompok. Pekerja diperbolehkan untuk istirahat sebanyak 1 sampai 1,5 jam tiap hari kerja dalam 8 jam, pekerja memerlukan istirahat supaya dapat mempertahankan tingkat kerjanya dari hari ke hari. Jam kerja bagi seseorang sangat menentukan efisiensi dan produktivitas kerja. Setiap pedagang biasanya mempunyai jumlah jam kerja yang tidak sama antara pedagang yang satu dengan pedagang yang lain. Hal tersebut juga mempengaruhi tingkat pendapatan yang akan diterima masing-masing pedagang (Anggraini, 2019).
Banyak faktor yang mempengaruhi alokasi waktu seseorang. Alokasi waktu bagi setiap anggota keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yaitu keadaan sosial ekonomi keluarga, pemilihan asset produktif, tingkat upah, karakteristik yang melekat pada setiap anggota keluarga yang dicirikan dengan faktor umur, tingkat pendidikan atau keahlian yang dimiliki anggota keluarga yang lain.
30 Menurut Sundari (2017) menyatakan bahwa kriteria-kriteria pengurusan waktu kerja yang efektif adalah sebagai berikut:
1) Memahami sepenuhnya pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2) Memberikan keutamaan kerja menurut kepentingan.
3) Mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan yang banyak.
4) Mengawasi masalah supaya tidak terjadi lagi.
5) Menetapkan masa selesainya pekerjaan.
6) Pekerjaan yang tidak perlu supaya segera disingkirkan.
7) Senantiasa menyadari nilai waktu dalam setiap pekerjaan yang dikerjakan.
8) Mencatat hal-hal yang perlu dikarjakan di masa depan.
9) Membentuk daftar penggunaan waktu kerja.
10) Menilai keberhasilan kerja berdasarkan objektif pekerjaan.
Menurut Patty (2011) indikator jam kerja adalah:
1) Jam kerja perhari. Jam kerja merupakan lama waktu yang digunakan untuk menjalankan usaha, yang dimulai sejak persiapan sampai usaha tutup.
2) Pertambahan pendapatan cenderung untuk mengurangi jam kerja, dengan meningkatnya pendapatan maka penjual atau pedagang akan dapat mengurangi jam kerja, seperti yang biasanya berdagang dari pagi sampai malam, maka dengan adanya peningkatan pendapatan, maka penjual akan menguragi jam kerja menjadi dari pagi sampai sore saja.
3) Ekonomi keluarga menjadi alasan dalam penambahan jam kerja. Ekonomi keluarga menjadi alasan utama dalam menambah jam kerja, guna untuk
31 meningkatkan pendapatan, dan dapat merubah taraf hidup menjadi lebih baik.
4) Jumlah jam kerja berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh. Jam kerja juga dapat berpengaruh terhadap pendapatan, dengan banyaknya jam kerja maka pendapatan akan meningkat, dan sebaliknya jika jumlah jam kerja sedikit maka pendapatan juga sedikit.
2.1.6. Lokasi Usaha
Pemilihan lokasi yang baik adalah salah satu yang harus diperhatikan oleh pedagang, agar usahanya dapat terlihat oleh orang banyak, sehingga terdapat beberapa pertimbangan yang akan dipikirkan untuk menentukan lokasi yang tepat.
Penentuan lokasi tersebut harus diperhatikan oleh pedagang karena tidak akan pernah lepas dari tanggung jawab dari lingkungan sekitarnya, dengan melihat bahwa tidak akan merugikan lingkungan sekitarnya dan melakukan kerusakan.
Menjalankan kegiatan usaha jelas memerlukan tempat usaha yang dikenal dengan lokasi usaha. Lokasi usaha ini penting baik sebagai tempat menjalankan aktivitas yang melayani konsumen, aktivitas penyimpanan, atau untuk mengendalikan kegiatan perusahaan secara keseluruhan. Lokasi merupakan tempat melayani konsumen, dapat pula diartikan sebagai tempat untuk memajangkan barang-barang dagangannya. Konsumen dapat melihat langsung barang yang diproduksi atau yang di jual baik jenis, jumlah, maupun harganya.
Dengan demikian, konsumen dapat lebih mudah memilih dan bertransaksi atau melakukan pembelanjaan terhadap produk yang ditawarkan secara langsung (Kasmir, 2014).
32 Menurut Sundari (2017) pengertian lokasi adalah kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi sasaran. Tempat merupakan saluran distribusi yaitu serangkaian organisasi yang saling tergantung dan saling terlihat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.
Lokasi berarti berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi.
Menurut Sundari (2017) ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu:
1) Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan), apabila keadaan seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat yang dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus srategis.
2) Pemberi jasa mendatangi konsumen, dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting, tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa harus tetap berkualitas.
3) Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung merupakan service provider, dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, computer, atau surat. Dalam hal ini lokasi menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antara kedua pihak terlaksana dengan baik.
Menurut Sundari (2017) pemilihan tempat atau lokasi usaha memerlukan pertimbangan yang cermat, adapun faktor-faktor dalam pemilihan lokasi sebagai berikut:
33 1) Akses, misalnya lokasi yang mudah dilalui atau mudah dijangkau sarana
transportasi.
2) Visibilitas (penerangan), misalnya yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi Jalan.
3) Lalu lintas ,di mana ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
a. Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberikan besar terjadinya impulse buying.
b. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan, misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran, dan ambulan.
4) Tempat parkir yang luas dan aman. Parkir kendaraan merupakan kebutuhan yang sanga penting. Kenyamanan berbelanja sangat ditentukan oleh rasa aman pembeli terhadap parkir kendaraan. Apabila pelanggan tidak menemukan tempat parkir yang aman dan nyaman. Mereka kemungkinan tidak akan singgah pada lokasi tersebut.
5) Ekspansi, yaitu tersedianya tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha dikemudian hari.
6) Tren populasi dan mutu kehidupan. Pengusaha harus mengetahui situasi dan kondisi suatu daerah dan orang yang tinggal pada daerah tersebut.
Dibutuhkan analisa populasi dan data demografis agar dapat mengetahui situasi lokasi, daerah yang akan dipilih secara rinci. Analisa tren suatu warga seperti ukuran dan kepadatan populasi, jumlah dan ukuran keluarga,
34 tingkat pendapatan, pendidikan, ras, agama, tren pertumbuhan akan memberikan fakta guna penentuan lokasi usaha.
7) Peraturan daerah dan iklim bisnis, pengusaha harus mengetahui iklim bisnis pada lokasi yang akan dipilih. Apakah ada peraturan pemerintah yang menguntungkan. Apakah ada keleluasaan yang diberikan pemerintah daerah, apakah trend bisnis yang akan ditawarkan dapat diterima masyarakat.
8) Jasa publik, apakah lokasi yang akan dipilih memiliki jasa-jasa publik yang nanti akan menurunkan biaya. Lokasi sebaiknya dilengkapi dengan jasa-jasa publik seperti pembuangan sampah, saluran air bersih, listrik, telepon dan sejenisnya.
9) Reputasi lokasi, suatu daerah dengan komunitas tertentu memiliki karekteristik yang mungkin berbeda dengan daerah lain. Suatu daerah mungkin memiliki reputasi baik adakalanya suatu daerah memiliki reputasi kurang baik dalam beberapa hal, seperti keamanan, tanggapan masyarakat, ras dan agama. Tempat dimana bisnis memiliki kecenderungan selalu gagal akan membuat reputasi daerah tersebut kurang baik dan memiliki pengaruh terhadap pemilihan lokasi.
2.1.7. Lama Usaha
Menurut Setyaningsih (2013) lama usaha adalah lamanya seorang menekuni usaha yang dijalankan. Lama usaha dapat juga diartikan sebagai lamanya waktu yang sedang dijalani pedagang dalam menjalankan usaha.
Sedangkan menurut Widiastuti (2018) lama usaha menunjukkan sejauh mana
35 penguasan seseorang terhadap bidang pekerjaan yang selama ini ditekuni atau dijalankan. Lama usaha seseorang dapat menjadi sebuah keuntungan dalam pemilihan strategi dan cara melakukan usaha atau pekerjaannya, serta dapat melakukan inovasi dalam setiap pekerjaan yang dilakukan. Tenaga kerja yang memiliki pengalaman kerja ataupun lama usaha yang lebih lama akan memiliki strategi yang lebih matang dan tepat dalam usaha atau pekerjaannya. Pengetahuan serta mampu mengambil keputusan dalam setiap kondisi dan keadaan. Selain itu, lamanya usaha menekuni bidang pekerjaaannya akan mempengaruhi kemampuan profesionalnya.
Lama usaha dalam hal ini adalah lamanya suatu usaha perdagangan itu dilakukan atau umur dari usaha perdagangan tersebut semenjak perdagangan itu berdiri sampai pada saat penulis melakukan penelitian ini. Suatu pengertian dimana semakin lama usaha tersebut berjalan maka mengakibatkan adanya perkembangan usaha yang ke arah positif maupun negatif. Perkembangan dari usaha tersebut tergantung dari iklim perdagangan dan persaingan yang terjadi di dunia usaha/pasar. Dari segi pengalaman, maka industri kecil yang memiliki umur yang lebih lama tentunya lebih dapat berkembang dengan baik. Karena industri tersebut telah lebih dahulu mengenal kondisi pasar yang ada, serta selera dari konsumen.Industri yang memiliki umur yang bisa di bilang mapan, lebih dapat untuk bersaing dengan industri lain.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi lama usaha seseorang menurut Manita (2021), yaitu:
36 1) Waktu. Semakin lama seseorang melakukan usaha maka akan memperoleh
pengalaman yang lebih banyak.
2) Frekuensi. Semakin sering melakukan usaha yang sejenis umumnya seseorang tersebut akan mendapatkan pengalaman usaha yang lebih banyak.
3) Jenis usaha. Semakin banyak jenis usaha yang dikerjakan maka seseorang tersebut akan memperoleh pengalaman usaha yang lebih baik.
4) Penerapan. Semakin banyak penerapan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam melaksanakan usaha tentunya orang tersebut akan mendapatkan pengalaman usaha.
5) Hasil. Seseorang yang memiliki pengalaman usaha lebih banyak maka akan dapat memperoleh pengalaman usaha yang lebih baik pula.
Lama usaha dengan sendirinya juga akan meningkatkan pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan seseorang. Lama usaha dapat menimbulkan pengalaman berusaha dimana pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku (Wahyono, 2017). Berikut ada beberapa indikator lama usaha:
1) Lama kerja, merupakan ukuran tentang masa kerja yang telah ditempuh atau dikerjakan seseorang.
2) Tingkat pengetahuan dan keterampilan, merupakan pengetahuan atau informasi yang mengarah pada usaha yang dijalankan
3) Paham terhadap pekerjaan dan barang-barang, merupakan tingkat paham seseorang terhadap usaha dan paham jenis-jenis barang yang akan dijual.
37 2.1.8. Harga
Menurut Kotler dalam Zulkarnaen (2018) harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.
Didalam teori ekonomi, pengertian harga, nilai, dan utility adalah konsep yang saling berhubungan. Yang dimaksud dengan utility yaitu suatu atribut yang melekat pada suatu barang yang memungkinkan barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan, keinginan, dan memuaskan konsumen. Value merupakan nilai dari suatu produk untuk ditukarkan dengan produk lain. Nilai ini dapat dilihat dalam situasi barter antara barang dengan barang. Akan tetapi ekonomi sekarang tidak dapat melakukan barter lagi, namun sudah menggunakan uang sebagai ukuran nilainya yang disebut harga. Jadi harga yaitu nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang.
Teori harga adalah teori yang menjelaskan bagaimana harga barang di pasar terbentuk. Pada dasarnya harga suatu barang ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran atas barang tersebut, sedangkan permintaan dan penawaran atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor.
Harga mencerminkan nilai suatu barang dan jasa. Semakin tinggi harga barang atau jasa maka akan semakin tinggi pula nilainya. Harga dapat dikelompokan menjadi 5 jenis (Zulkarnaen, 2018), diantaranya:
1) Harga subjektif merupakan nilai barang dan/atau jasa yang dinilai oleh penjual maupun pembeli berdasarkan perspektif yang berbeda.
38 2) Harga objektif merupakan nilai barang dan/atau jasa dinilai oleh penjual
maupun pembeli atas dasar kesepakatan bersama.
3) Harga pokok merupakan keseluruhan yang dikeluarkan untuk memperoleh produk tertentu. Tujuannya untuk menetapkan harga jual pokok yang bersaing. Harga pokok dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Harga pokok historis adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang ditambah dengan biaya lainnya hingga barang ditawarkan kepada masyarakat.
b. Harga pokok normatif adalah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi barang ditambah dengan biaya lainnya hingga barang ditawarkan kepada masyarakat.
4) Harga dasar merupakan harga eceran terendah yang ditetapkan atas suatu barang.
5) Harga tertinggi merupakan harga maksimum yang ditetapkan atas suatu barang.
Ada beberapa komoditi tergantung pada kebijakan pemerintah. Akan tetapi, kebijkan pemerintah tidaklah termasuk kedalam kekuatan penawaran dan permintaan, melainkan merupakan salah satu dari sekian faktor yang bekerja dalam penawaran dan permintaan guna menentukan harga dan jumlah barang.
Ada beberapa bentuk intervensi harga oleh pemerintah yang dikeluarkan melalui undang-undang dan peraturan pemerintah (Indah dan Fajar, 2017), diantaranya:
1) Penetapan harga minimum (price floor) bertujuan melindungi produsen.
Harga minimum ini tentu harus lebih tinggi dari harga pasar. Dalam