• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan tes hasil belajar Matematika materi mengenal satuan jarak dan kecepatan untuk siswa kelas V SD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan tes hasil belajar Matematika materi mengenal satuan jarak dan kecepatan untuk siswa kelas V SD."

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI MENGENAL SATUAN JARAK DAN KECEPATAN

UNTUK SISWA KELAS V SD

Ria Septiyana Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tes hasil belajar yang berdasarkan prosedur pengembangannya dan kualitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan tes hasil belajar matematika materi mengenal satuan jarak dan kecepatan matematika untuk siswa kelas 5 SD dengan langkah-langkah prosedur pengembangan tes objektif pilihan ganda dan (2) mendiskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika materi mengenal satuan jarak dan kecepatan untuk siswa kelas V SD.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D) dengan model pengembangan Sugiyono (2012). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di SD N Srowolan, SD N Tawangharjo, dan SD N Baratan. Instrumen pengumpulan data penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, lembar kuesioner, dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pengembangan tes hasil belajar matematika materi mengenal satuan jarak dan kecepatan untuk siswa kelas V SD menggunakan 7 langkah yaitu (a) potensi dan masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) uji validasi produk, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, dan (g) revisi desain; (2) hasil kualitas produk tes hasil belajar matematika materi mengenal jarak dan kecepatan untuk siswa kelas V SD menunjukkan soal yang valid sebanyak 19 soal dari 60 soal yang diujicobakan dengan soal reliabel “cukup baik”, 4 soal diantaranya memiliki daya pembeda yang kurang sehingga harus direvisi ulang. Dari 19 soal yang baik, 11 soal pengecoh yang kurang berfungsi dan perlu direvisi.

(2)

SCHOOL Ria Septiyana Universitas Sanata Dharma

2016

This research was done under availability their needs are based on the achievement test procedure development and quality. The purposes of this research were (1) developing mathematics achievment test about introduce distance and speed unit for fifth grade students of elementary school step bye step of prosedure how to developing objective test multiple choice, (2) to description the product quality of developing mathematics achievment test about introduce distance and speed unit for fifth grade students of elementary school.

This research was Research and Development (R&D) with developing model by Sugiyono (2012). Research subject were fifth grade students of SD N Srowolan, SD N Tawangharjo, and SD N Baratan. Collecting data instruments of this research used by quesionnaire and test.

The research’s result showed that developing achievment tes about intoduce distance and speed unit for fifth grade students of elemantary school used 7 steps: (1) potential and problem, (2) collecting data, (3) product design, (4) product validity test, (5) design product, (6) product tials, and (7) product revision. The product quality result of developing mathematics achievment test about introduce distance and speed unit for fifth grade students of elementary school showed 19 items from 60 trial items was valid with “high enough” reability, 4 items between that had different potency in less distinguishable so it must revision again. 19 items was good, 11 items had dysfungsional distractor and need to revising.

(3)

i

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI MENGENAL SATUAN JARAK DAN KECEPATAN

UNTUK SISWA KELAS V SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Ria Septiyana

NIM.121134209

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah Subhanahuwata’ala, peneliti

mempersembahkan karya sederhana ini kepada:

1. Allah Subhanahuwata’ala yang selalu memberikan cinta dan kasih-Nya dalam setiap langkah perjalanan serta perjuangan yang ditempuh peneliti. 2. Dulrajak dan Supriyati selaku orang tua peneliti yang selalu mendukung

dalam perjuangan peneliti baik secara material, waktu, kasih, dan do’a. 3. Agastya Candra Saputra selaku putra peneliti yang selalu menjadi

semangat utama dalam perjuangan peneliti.

4. Surya Mulyana selaku adik peneliti yang selalu mendukung dan mendo’akan peneliti agar selalu berhasil dalam setiap perjalanan.

5. Drs. Puji Purnomo, M.Si. dan Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd.selaku dosen pembimbing I dan II peneliti yang selalu sabar dan tlaten dalam membimbing peneliti menyelesaikan karya ini.

6. Para dosen Universitas Sanata Dharma yang telah mendukung dan membantu demi kelancaran penelitan ini.

7. Teman-teman kelas D 2012.

8. Almameter Universitas Sanata Dharma.

(7)

v

MOTTO

“Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya...”

QS. Al-Baqarah ayat 286

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu

sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Juni 2016

Peneliti,

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang betanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Ria Septiyana

Nomor Mahasiswa :121134209

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI MENGENAL SATUAN JARAK DAN KECEPATAN

UNTUK SISWA KELAS V SD”

Demikian saya berikan kepada Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam media lain, mengelolanya bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lainnya untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyatan ini saya yang buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 23 Juni 2016 Yang menyatakan,

(10)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI MENGENAL SATUAN JARAK DAN KECEPATAN

UNTUK SISWA KELAS V SD

Ria Septiyana

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tes hasil belajar yang berdasarkan prosedur pengembangannya dan kualitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan tes hasil belajar matematika materi mengenal satuan jarak dan kecepatan matematika untuk siswa kelas 5 SD dengan langkah-langkah prosedur pengembangan tes objektif pilihan ganda dan (2) mendiskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika materi mengenal satuan jarak dan kecepatan untuk siswa kelas V SD.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D) dengan model pengembangan Sugiyono (2012). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di SD N Srowolan, SD N Tawangharjo, dan SD N Baratan. Instrumen pengumpulan data penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, lembar kuesioner, dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pengembangan tes hasil belajar matematika materi mengenal satuan jarak dan kecepatan untuk siswa kelas V SD menggunakan 7 langkah yaitu (a) potensi dan masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) uji validasi produk, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, dan (g) revisi desain; (2) hasil kualitas produk tes hasil belajar matematika materi mengenal jarak dan kecepatan untuk siswa kelas V SD menunjukkan soal yang valid sebanyak 19 soal dari 60 soal yang diujicobakan dengan soal reliabel “cukup baik”, 4 soal diantaranya memiliki daya pembeda yang kurang sehingga harus direvisi ulang. Dari 19 soal yang baik, 11 soal pengecoh yang kurang berfungsi dan perlu direvisi.

Kata kunci: tes hasil belajar, valid, reliabel, daya pembeda, tingkat kesukaran,

(11)

ix ABSTRACT

DEVELOPING MATHEMATICS ACHIEVMENT TEST ABOUT INTRODUCE DISTANCE AND SPEED UNIT FOR FIFTH GRADE

STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL Ria Septiyana

Universitas Sanata Dharma 2016

This research was done under availability their needs are based on the achievement test procedure development and quality. The purposes of this research were (1) developing mathematics achievment test about introduce distance and speed unit for fifth grade students of elementary school step bye step of prosedure how to developing objective test multiple choice, (2) to description the product quality of developing mathematics achievment test about introduce distance and speed unit for fifth grade students of elementary school.

This research was Research and Development (R&D) with developing model by Sugiyono (2012). Research subject were fifth grade students of SD N Srowolan, SD N Tawangharjo, and SD N Baratan. Collecting data instruments of this research used by quesionnaire and test.

The research’s result showed that developing achievment tes about intoduce distance and speed unit for fifth grade students of elemantary school used 7 steps: (1) potential and problem, (2) collecting data, (3) product design, (4) product validity test, (5) design product, (6) product tials, and (7) product revision. The product quality result of developing mathematics achievment test about introduce distance and speed unit for fifth grade students of elementary school showed 19 items from 60 trial items was valid with “high enough” reability, 4 items between that had different potency in less distinguishable so it must revision again. 19 items was good, 11 items had dysfungsional distractor and need to revising.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan segala rahmat dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar

Matematika Materi Mengenal Satuan Jarak Dan Kecepatan Untuk Siswa Kelas V SD”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena bimbingan, bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak. Perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dengan sepenuh hati kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. dosen pembimbing I yang telah membimbng peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

4. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penyusunan skripsi hingga selesai.

5. Andri Anugrahana, S.Si., M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing dang mendukung selama perjalanan mencari ilmu di PGSD.

6. V.F.R sebagai validator ahli matematika perangkat tes hasil belajar yang peneliti kembangkan.

7. I.K sebagai validator ahli evaluasi pembelajaran perangkat tes hasil belajar yang peneliti kembangkan.

(13)

xi

9. Guru kelas V yang mengampu mata pelajaran matematika di SD N 1 Plaosan dan SD N 1 Dukun yang telah memvalidasi perangkat tes hasil belajar yang peneliti kembangkan.

10.Kepala sekolah dan guru kelas V di SD N Srowolan, SD N Tawangharjo, dan S N Baratan yang telah mendukung dan mengijinkan peneliti melaksanakan penelitian.

11.Siswa kelas V di SD N Srowolan, SD N Tawangharjo, dan S N Baratan yang telah melaksanakan ujicoba terhadap produk tes hasil belajar yang peneliti kembangkan.

12.Dulrajak dan Supriyati selaku orang tua peneliti yang selalu mendukung. 13.Agastya Chandra Saputra selaku putra yang selalu mendo’akan dan

menjadi semangat dalam setiap kondisi.

14.Harmiyanti, S.Pd., Wahyu Cahyanti, S.Pd, dan Mira Tri Pangestuti, S.Pd. selaku sahabat peneliti yang mendukung dan selalu bersama dalam perjalanan peneliti.

15.Teman-teman satu payung desi, nanda, siska, eci, wahyu, indah, ana, wahyu, dan vita.

16.Teman satu kelas D PGSD 2012.

17.Seluruh staf dan karyawan Universitas Sanata Dharma.

18.Semua pihak yang telah mendukung dan mendo’akan peneliti dalam perjuangan menyelesaikan karya ini.

Peneliti mengharapkan adanya saran, masukan, maupun kritik yang membangun demi perbaikan skripsi ini agar lebh baik. Peneliti berharap skripsi yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak demi perkembangan dunia pendidikan. Terima kasih.

Yogyakarta, 23 Juni 2016 Peneliti

(14)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

1.4. Tujuan Penelitian ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

1.6. Spesifikasi Produk ... 6

1.7. Definisi Operasional ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1. Kajian pustaka ... 8

2.1.1. Tes hasil belajar ... 8

2.1.2. Konstruksi tes hasil belajar ... 18

2.1.3. Pengembangan tes hasil belajar ... 24

2.1.4. Pembelajaran matematika ... 32

2.1.5. Taksonomi Bloom ... 33

2.1.6. Program TAP ... 34

2.1.7. Penelitian yang relevan ... 34

2.2. Kerangka berpikir ... 37

2.3. Pertanyaan penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1. Jenis penelitian ... 40

3.2. Setting penelitian ... 41

3.2.1. Objek penelitian ... 41

3.2.2. Subjek penelitian ... 41

3.2.3. Lokasi penelitian ... 42

3.2.4. Jadwal pelaksanaan... 42

3.3. Prosedur pengembangan ... 42

(15)

xiii

3.3.2. Pengumpulan data ... 44

3.3.3. Desain produk ... 45

3.3.4. Validasi desain ... 45

3.3.5. Revisi desain ... 46

3.3.6. Ujicoba produk ... 46

3.3.7. Revisi produk ... 47

3.4. Teknik pengumpulan data ... 47

3.4.1. Nontes ... 47

3.4.2. Tes ... 48

3.5. Instrumen penelitian ... 50

3.6. Teknik analisis data ... 53

3.6.1. Data kualitatif ... 54

3.6.2. Data kuantitatif ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

4.1. Hasil penelitian ... 68

4.1.1. Langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar ... 68

4.1.2. Kualitas tes hasil belajar ... 72

4.2. Pembahasan mengenai tes hasil belajar ... 79

4.2.1. Langkah-langkah pengembangan tes hasil belajar ... 79

4.2.2. Kualitas tes hasil belajar ... 83

4.2.3. Produk akhir ... 91

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 97

5.1. Kesimpulan ... 97

5.2. Keterbatasan ... 98

5.3. Saran ... 99

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Format Kisi-Kisi Soal Ujian Sekolah ... 28

Tabel 3.2 Lembar Kuesioner Analisis Kebutuhan Oleh Guru ... 50

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ... 51

Tabel 3.4 kisi-kisi Tes Hasil belajar Matematika ... 52

Tabel 3.5 konversi skor kelayakan uji validiasi oleh ahli ... 56

Tabel 3.6 Kriteria Kelayakan Uji Validasi Oleh Ahli ... 57

Tabel 3.7 Kriteria reliabilitas instrumen tes (Arikunto, 2003: 75) ... 60

Tabel 3.8 Kriteria Daya Pembeda yang Digunakan Peneliti ... 62

Tabel 3.9 Klasifikasi tingkat kesukaran soal menurut kusaeri & Suprananta . 64 Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli ... 71

Tabel 4.2 Nomor Soal Sebelum divalidasi dan Sebaran Nomor Soal untuk Uji Coba ... 72

Tabel 4.3 Hasil Validitas Tipe Soal A ... 73

Tabel 4.4 Hasil Validitas Tipe Soal B ... 74

Tabel 4.5 Hasil Daya Pembeda Tipe Soal A ... 75

Tabel 4.6 Hasil Daya Pembeda Tipe Soal B ... 76

Tabel 4.7 Hasil Tingkat Kesukaran Tipe Soal A... 76

Tabel 4.8 Hasil Tingkat Kesukaran Tipe Soal B ... 77

Tabel 4.9 Hasil Analisis pengecoh Tipe Soal A ... 78

Tabel 4.10 Hasil Analisis pengecoh Tipe Soal B ... 79

Tabel 4.11 Konversi Skor Hasil Validasi oleh Ahli ... 81

Tabel 4.12 Pembahasan Validitas Tipe Soal A ... 84

Tabel 4.13 Pembahasan Validitas Tipe Soal B ... 85

Tabel 4.14 Pembahasan Daya Pembeda Tipe Soal A ... 87

Tabel 4.15 Pembahasan Daya Pembeda Tipe Soal B ... 88

Tabel 4.16 Pembahasan Tingkat Kesukaran Tipe Soal A ... 89

Tabel 4.17 Pembahasan Tingkat Kesukaran Tipe Soal B ... 89

Tabel 4.18 Analisis Pengecoh Tipe Soal A pada Soal Yang Valid Dengan Daya Pembeda Yang Baik ... 90

Tabel 4.19 Analisis Pengecoh Tipe Soal B pada Soal Yang Valid Dengan Daya Pembeda Yang Baik ... 91

Tabel 4.20 Nomor Soal Sebelum Divalidasi, untuk Uji Coba, Dan Hasil Analisis Tipe Soal A... 92

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literature map penelitian relevan ... 37

Gambar 3.1 Sepuluh langkah prosedur penelitian R&D menurut Sugiyono .... 40

Gambar 3.2 Tujuh langkah prosedur pengembangan yang digunakan peneliti.42 Gambar 3.3 Langkah-langkah pengembangan produk tes hasil belajar ... 43

Gambar 3.4 Validitas Empiris Pada Program TAP ... 59

Gambar 3.5 Reliabilitas pada program TAP ... 61

Gambar 3.6 Daya pembeda pada program TAP ... 64

Gambar 3.7 Tingkat kesukaran pada program TAP ... 66

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian di Sekolah ... 105

Lampiran 2 Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian di Sekolah ... 108

Lampiran 3 Jadwal Penelitian ... 111

Lampiran 4 Daftar Pertanyaan Analisis Kebutuhan ... 112

Lampiran 5 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 113

Lampiran 6 Format Validasi Ahli Kecocokan Indikator dengan Butir Soal. 115 Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli ... 145

Lampiran 8 Tipe Soal A untuk Uji Coba Terbatas ... 147

Lampiran 9 Tipe Soal B untuk Uji Coba Terbatas... 154

Lampiran 10 Jawaban Siswa untuk Tipe Soal A ... 161

Lampiran 11 Jawaban Siswa untuk Tipe Soal B... 162

Lampiran 12 Tabel nilai-nilai r product moment (Hadi, 2004: 290) ... 163

Lampiran 13 Hasil Analisis Tipe Soal A menggunakan Program TAP ... 164

Lampiran 14 Hasil Analisis Pengecoh Tipe Soal A menggunakan Program TAP ... 165

Lampiran 15 Hasil Analisis Tipe Soal B menggunakan Program TAP ... 168

Lampiran 16 Hasil Analisis Pengecoh Tipe Soal B menggunakan Program TAP ... 169

Lampiran 17 Foto Uji Coba Lapangan ... 172

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I ini membahas latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat peneltiian, spesifikasi produk yang dikembangkan dan definisi operasional.

1.1.Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional “berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut menjadi parameter utama untuk merumuskan Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan terdiri atas 8 (delapan) standar, salah satunya adalah Standar Penilaian. Undang-undang Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar Peserta Didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

(20)

2

Beberapa kriteria diantaranya yaitu validitas dan reliabilitas.Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu tes. Suatu alat evaluasi dikatakan valid karena alat evaluasi tersebut dapat memberikan gambaran tentang data secara benar dan sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid serta sesuai dengan kenyataan, maka instrumen yang digunakan tersebut juga valid. Reliabilitas adalah suatu ukuran yang ajeg setelah dilakukan pengujian beberapa kali. Reliabiltas berkaitan dengan validitas. Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan.

Salah satu karakteristik instrumen evaluasi yang baik juga deskriminatif (Arifin, 2009: 65). Deskriminatif artinya alat ukur itu harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan perbedaan secara teliti. Untuk mengetahui apakah suatu alat ukur cukup deskriminatif atau tidak, biasanya didasarkan atas uji daya pembeda. Tingkat kesukaran soal juga harus diperhatikan agar pembuat soal dapat mengetahui dan menetapkan berapa jumlah soal yang termasuk sukar, sedang, dan mudah. Besar kecilnya jumlah soal untuk tiap-tiap tingkat kesukaran tidak ada yang mutlak. Biasanya, jumlah soal sedang lebih banyak daripada jumlah soal mudah dan sukar, sedangkan jumlah soal mudah dan soal sukar sama banyaknya (Arifin, 2009: 97).

(21)

3

Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan kualitas penilaian. Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas belajar yang baik dapat dilihat dari hasil assessmentnya. Hasil assessment/ penilaian yang baik akan memotivasi pendidik untuk mengajar dan peserta didik untuk belajar dengan lebih baik. Setiap guru harus menguasai juga bagaimanan membuat assessmen yang baik untuk siswa agar dapat mengukur kemampuan dan pencapaian hasil belajar siswa. Selain itu siswa juga akan semakin termotivasi jika mereka mengetahui hasil dari penilaian tersebut, apakah harus memperbaiki atau meningkatkan prestasi belajar mereka.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti kepada dua guru mata pelajaran matematika kelas V, peneliti memperoleh fakta jika guru belum maksimal menggunakan tes hasil belajar yang berdasarkan prosedur pengembangannya dan kualitasnya. Guru membuat tes hasil belajar sesuai dengan prosedur pengembangannya hanya waktu akhir semester. Pada akhir semester guru akan berkumpul dengan guru-guru dari sekolah yang berbeda dalam daerah yang sama untuk membuat tes ujian akhir semester. Tetapi tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian siswa tersebut belum uji kualitasnya. Itu terjadi karena keterbatasan guru untuk melakukan pengujian kualitas tes hasil belajar. Guru juga menyampaikan jika guru belum menggunakan tes hasil belajar yang berdasarkan prosedur pengembangannya dan kualitasnya untuk menguji pencapaian siswa pada kompetensi dasar tertentu. Guru hanya menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk mengukur pencapaian siswa pada kompetensi dasar tertentu.

(22)

4

yang sudah sesuai dengan syarat tes yang baik. Bahkan dalam pembuatan tes hasil belajar tidak melalui semua langkah-langkah yang sudah ditentukan. Padahal Arikunto (2012: 47) menyampaikan bahwa suatu alat evaluasi dikatakan valid karena alat evaluasi tersebut dapat memberikan gambaran tentang data secara benar dan sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. Valid adalah salah satu kriteria soal dikatakan valid dan masih ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan untuk mencapai tes hasil belajar yang baik seperti reliabel, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh. Jadi jika suatu tes hasil belajar belum diuji kualitasnya maka tes hasil belajar tersebut belum bisa menggambarkan keadaan siswa sebenarnya. Misalnya pada kualitas daya pembeda yang baik dapat membedakan prestasi siswa diatas dan prestasi siswa dibawah. Kualitas tes yang baik diperoleh dari proses pengembangan tes hasil belajar yang baik juga.

Berdasarkan masalah yang telah disampaikan yaitu tentang prosedur pengembangan tes hasil belajar dan kualitas tes hasil belajar yang belum bisa diterapkan oleh guru kelas V sekolah dasar dalam melakukan kegiatan evaluasi maka peneliti dapat menyimpulkan bahawa guru kelas V sekolah dasar membutuhkan contoh seperangkat tes hasil belajar yang telah diuji kualitasnya. Kualitas tersebut meliputi valid, reliabel, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh. Selain itu tes hasil belajar yang dibutuhkan guru adalah tes hasil belajar yang dibuat dengan prosedur pengembangan tes hasil belajar.

(23)

5

1.2.Pembatasan Masalah

Instrumen tes mata pelajaran matematika yang dikembangkan terbatas pada: (1.2.1.) Standar Kompetensi Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah; (1.2.2.) Kompetensi Dasar Mengenal satuan jarak dan kecepatan; (1.2.3.) kelas V (lima); (1.2.4.) jenis tes objektif pilihan ganda; dan (1.2.5.) kemampuan kognitif menurut Bloom.

1.3.Rumusan Masalah

1.3.1.Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar untuk KD mengenal satuan jarak dan kecepatan matematika untuk siswa kelas 5 SD berdasarkan prosedur pengembangan tes pilihan ganda yang baik?

1.3.2.Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar untuk KD mengenal satuan jarak dan kecepatan matematika untuk siswa kelas 5 SD berdasarkan validitas baik, reliabilitas minimal cukup baik, daya pembeda minimal cukup baik, tingkat kesukaran minimal cukup baik, dan analisis pengecoh yang minimal cukup baik?

1.4.Tujuan Penelitian

1.4.1.Mengembangkan tes hasil belajar untuk KD mengenal satuan jarak dan kecepatan matematika untuk siswa kelas 5 SD dengan langkah-langkah prosedur pengembangan tes objektif pilihan ganda.

1.4.2.Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar untuk KD mengenal satuan jarak dan kecepatan matematika untuk siswa kelas 5 SD.

1.5.Manfaat Penelitian

1.5.1.Bagi peneliti

(24)

6

1.5.2.Bagi Guru

Guru memperoleh contoh tes hasil belajar yang sudah diuji validitas, reliabiltas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh menggunakan aplikasi TAP (Test Analysis Program).

1.5.3.Bagi Siswa

Siswa memperoleh pengalaman mengerjakan tes hasil belajar jenis pilihan ganda yang meliputi semua aspek kemampuan kognitif mulai dari mengetahui sampai mencipta.

1.6.Spesifikasi Produk

Produk tes hasil belajar yang disusun secara lengkap yang terdiri dari : tabel spesifikasi tes, instrumen tes hasil belajar, kunci jawaban.

1.6.1.Instrumen tes hasil belajar kognitif KD mengenal satuan jarak dan kecepatan matematika berbentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban yang siap untuk digunakan.

1.6.2.Instrumen tes pilhan ganda yang telah diuji validitas isi yang dilakukan oleh lima ahli dan validitas kontruk yang dilakukan dengan menggunakan validitas empiris. Validitas empiris ini dilakukan dengan teknik point biserial dengan menggunakan program TAP (Test Analysis Program) yang dimana item valid adalah item yang nilai rhitung > rtabel dengan atas dasar taraf signifikasi yang digunakan sebesar 5% atau 0,05

1.6.3.Instrumen tes pilihan ganda yang telah diuji reliabilitasnya menggunakan program TAP (Test Analysis Program) dengan batas minimal reliabilitas item cukup baik adalah 0,41.

1.6.4.Instrumen tes pilihan ganda yang telah diuji daya pembeda. Daya pembeda yang dianalisis adalah item yang valid dengan batas minimal daya pembeda 0,20. Jika ada item tes dengan daya pembeda kurang dari 0,20 akan direvisi.

(25)

7

1.6.6.Instrumen tes pilihan ganda yang telah diuji jawaban pengecohnya menggunakan program TAP (Test Analysis Program) dengan jawaban yang dipilih 5% oleh peserta tes atau pada skor 0,05. Jawaban pengecoh yang kurang dari 0,05 akan direvisi.

1.7.Definisi Operasional

1.7.1.Tes hasil belajar adalah seperangkat tes instrumen dan metode sistematis, sah, dapat dipercaya, dan objektif untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pembelajaran tercapai.

1.7.2.Kemampuan kognitif Bloom adalah tingkat kemampuan berpikir yang meliputi mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai, dan mencipta.

1.7.3.Item valid adalah item yang rhitung > rtabel dengan atas dasar taraf signifikasi yang digunakan sebesar 5% atau 0,05.

1.7.4.Reliabel adalah item dengan skor reliabel pada batas minimal 0,041.

1.7.5.Daya pembeda adalah kemampuan suatu item dapat membedakan siswa prestasi atas dengan siswa prestasi bawah.

1.7.6.Tingkat kesukaran adalah tingkat sukar, sedang, dan mudah suatu item .

(26)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini membahas kajian pustaka, kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.

2.1. Kajian Pustaka

Kajian pustaka membahas tentang tes hasil belajar, konstruksi tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar, pembelajaran matematika, taksonomi Bloom, program TAP, dan penelitian yang relevan.

2.1.1.Tes hasil belajar

Tes hasil belajar membahas tentang definisi tes hasil belajar, ciri-ciri tes yang baik, dan Jenis tes, kelebihan dan kekurangannya. Berikut adalah tentang pengertian tes hasil belajar menurut beberapa ahli. Pengertian tes menurut beberapa ahli tersebut kemudian peneliti rangkum menjadi satu kesatuan yang memuat pengertian dari beberapa ahli. Selain pengertian peneliti juga mengulas tentang ciri-ciri tes hasil belajar menurut beberapa ahli kemudian peneliti rangkum menjadi sederhana. Jenis tes, kelebihan dan kekurangan juga turut diulas dari beberapa para ahli.

2.1.1.1. Definisi tes hasil belajar

Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi yang bersifat resmi karena penuh dengan batasan-batasan (Sulistiyorini, 2009: 87). Tes adalah seperangkat alat yang berisi tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu (Majid, 37: 2014). Menurut God (dalam buku Sukardi, 104: 2014), tes adalah satu set stimulus yang dihadirkan untuk seseorang agar mendapatkan jawaban berdasarkan skor numerik terpilih.

Menurutt Terry Overton seorang ahli pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus dalam publikasinya berjudul assesing Learners Special Needs (dalam Basuki dan Haryanto, 2014: 21). , tes adalah sebagai suatu metode

(27)

9

untuk menentukan kecakapan siswa dalam menyelesaikan sesuatu tugas atau mempertunjukkan penguasaan ketrampilan atau penguasaan pengetahuan sesuatu bahan ajar. Tes dalam pendidikan adalah alat penilaian atau metode penilaian yang sistematis, sah, dapat dipercaya dan objektif untuk menentukan kecakapan, keterampilan, dan tingkat pengetahuan siswa terhadap bahan ajar, berupa suatu tugas atau persoalan yang harus diselesaikan oleh seorang siswa atau sekelompok siswa (Basuki dan Haryanto, 2014: 22). Berdasarkan teori diatas, tes adalah seperangkat alat stimulus dan sebagai metode yang sistematis, sah, dapat dipercaya serta objektif untuk menentukan kecakapan, ketrampilan dan pemahaman siswa terhadap bahan ajar, berupa suatu tugas atau persoalan yang haus diselesaikan oleh peserta didik.

Menurut Woordworth (dalam Ismuhyani, 2000: 87), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku akibat dari proses belajar. Hasil belajar juga merupakan kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil belajar ini akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang dicapai (Majid, 28: 2014). Berdasarkan teori operan conditioning Skinner, hasil belajar adalah respon yang baru berupa tingkah laku, seangkan berdasarkan teori kondisi belajar Gagne, hasil belajar adalah kapabilitas internal yang dicerminkan dalam unjuk perbuatan tertentu untuk setiap jenis belajar (Sulistiyorini, 2009: 10). Tes hasil belajar (achievement test) adalah tes yang digunakan untuk mengukur kepuasan dan kecakapan individu dari berbagai bidang pengetahuan (Uno & Satria, 2012: 111). Tes hasil belajar adalah seperangkat alat atau prosedur sistematik untuk mengukur hasil belajar siswa (Rakhmat & Dedi, 2001: 56)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, tes hasil belajar adalah suatu seperangkat alat atau instrumen dan metode yang sistematis, sah, dapat dipercaya dan objektif untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang dicapai

2.1.1.2. Ciri-ciri tes yang baik

(28)

10

benar-benar memberikan keterangan atau gambaran tentang apa yang diinginkan (Sulistiyorini, 2009: 161-167). Berdasarkan ahli tersebut dapat dijelaskan jika item yang valid adalah item yang sesuai dan bisa memberikan informasi bahwa item tersebut telah mencapai tujuan dari tes. Reabilitas berarti dapat dipercaya. Tes yang reliabel berarti bahwa tes itu dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan dapat dipercaya apabila hasil yang dicapai oleh tes itu konstan atau tetap dan tidak menunjukkan perubahan-perubahan yang berarti. Unreability suatu tes dapat disebabkan oleh dua macam faktor (Sulistiyorini, 2009: 161-167).

Salah satu karakteristik instrumen evaluasi yang baik juga deskriminatif (Arifin, 2009: 65). Deskriminatif artinya alat ukur itu harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan perbedaan secara teliti. Untuk mengetahui apakah suatu alat ukur cukup deskriminatif atau tidak, biasanya didasarkan atas uji daya pembeda. Tingkat kesukaran soal juga harus diperhatikan agar pembuat soal dapat mengetahui dan menetapkan berapa jumlah soal yang termasuk sukar, sedang, dan mudah. Besar kecilnya jumlah soal untuk tiap-tiap tingkat kesukaran tidak ada yang mutlak. Biasanya, jumlah soal sedang lebih banyak daripada jumlah soal mudah dan sukar, sedangkan jumlah soal mudah dan soal sukar sama banyaknya (Arifin, 2009: 97). Pada tes soal pilihan ganda terdapat beberapa alternatif jawaban sengan satu jawaban benar dan jawaban yang lainnya salah. Arifin (2009: 357) menyampaikan bahwa pada soal pilihan ganda ada aternatif jawaban yang merupakan pengecoh. Butir soal yang baik, pengecohnya akan dipilih secara merata peserta didik yang menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang baik, pengecohnya akan dipilih secara tidak merata. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa analisis pengecoh berperan penting untuk mengetahui tentang tes hasil belajar pilihan ganda yang baik.

2.1.1.3. Jenis tes, kelebihan dan kekurangannya

(29)

11

1. Tes Objektif/ short answer test

Tes objektif/ short answer tes adalah tes yang terdiri dari soal-soal yang dapat dijawab dengan memilih alternatif jawaban yang sudah disediakan. Biasanya tes ini jumlah soalnya lebih banyak daripada soal esay dan kadang-kadang tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 soal. (Sulistyorini, 2009: 89). Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Disebut tes objektif karena penilaiannya objektif. Siapapun yang mengoreksi jawaban tes objektif hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti mengingat, mengenal, pengertian, dan penerapan prinsip-prinsip (Arifin, 2009: 153). Tes objektif mempunyai beberapa macam yaitu meliputi (A) tes benar salah; (B) tes piliham ganda; (C) menjodohkan, dan (D) melengkapi atau jawaban singkat (Arifin, 2009: 153).

A. Tes benar-salah (true-false)

Tes benar salah adalah sebuah tes yang berupa pernyataan-pernyataan (statement), ada yang benar dan salah. Bentuk tes benar-salah (B – S) adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Peserta didik diminta untuk menentukan pilihannya mengenai pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan dengan cara seperti yang diminta dalam petunjuk mengerjakan soal. Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat. (Arifin, 2009: 154)

(30)

12

Keburukan pada tes jenis benar-salah adalah meliputi: sering membingungkan, mudah ditebak/ diduga, banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar atau salah, dan hanya dapat mengungkap daya ingatan dan pengenalan kembali.

B. Tes pilihan ganda (multiple choice test)

Tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan (Mardapi, 2004: 74). Tes pilihan ganda adalah tes yang terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap dan untuk melengkapi harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Pilihan ganda terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan atau jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (Sulistiyorini, 2009). Setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan (jawaban). Pilihan jawbaan terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban ialah jawaban benar atau jawaban yang paling benar. Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar atau kurang tepat, namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila ia tidak menguasai materi dengan baik (Kusaeri & Suprananto, 2012: 107). Soal tes bentuk pilihan-ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Arifin, 2009: 156). Berikut pembahasan yang berkaitan dengan tes hasil belajar pilihan ganda yang meliputi penggunaan tes pilihan ganda, petunjuk penyusunannya, kelebihan, keterbatasan, syarat tes pilihan ganda yang baik dan cara mengolah skornya.

1) Penggunaan tes pilihan ganda

(31)

13

2) Petunjuk penyusunannya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat soal bentuk multiple choice menurut Sulistiyorini ( 2009): (a) dibuat petunjuk yang jelas, (b) option harus merupakan pengertian homogin, seimbang dan sejenis sehingga seolah-olah semua benar, (c) jumlah option dari seperangkat soal tes harus sama, (d) kalimat pada setiap butir soal dibuat sesingkat mungkin, (e) usahakan dihindari penggunaan kalimat dalam bentuk negatif, dan (f) pilihan jawaban/ option secara vertikal.

Menurut Kusnandar (183-184: 2013) hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan soal pilihan ganda adalah (a) instruksi pengerjaannya harus jelas dan apabila dipandang perlu disertai contoh pengerjaannya, (b) hanya ada satu jawaban yang benar atau paling benar, (c) tiap butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide, meskipun ide tersebut dapat kompleks, (d) susunlah agar jawaban mana pun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya, (e) hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku paket atau pelajaran, karena terungkap mungkin bukan pengertiannya melainkan hafalannya, dan (f) jangan gunakan kata-kata indikator seperti selalu, kadang-kadang, biasanya, dan pada umumnya.

Berdasarkan para ahli di atas peneliti menyimpulkan petunjuk penyusunan tes pilihan ganda instruksi pengerjaannya harus jelas dan apabila dipandang perlu disertai contoh pengerjaannya; option harus merupakan pengertian homogen, seimbang dan sejenis sehingga seolah-olah semua benar; hanya ada satu jawaban yang benar atau paling benar; usahakan dihindari penggunaan kalimat dalam bentuk negatif; dan pilihan jawaban/ option secara vertikal.

(32)

14

setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar, artinya satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban yaitu jawaban yang paling benar.

Kedua aspek konstruksi yang meliputi: 1) pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas, artinya, kemampuan atau materi yang hendak diukur atau ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksud penulis, dan hanya mengandung satu persoalan untuk setiap nomer. Bahasa yang digunakan harus komunikatif sehingga mudah dimengerti siswa; 2) rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja; 3) pokok soal jangan memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar; 4) pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif, artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif; 5) panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama; 6) pilihan jawaban mengandung pernyataan “Semua jawaban di atas salah” atau “Semua jawaban di atas benar”. Artinya, dengan adanya pilihan jawaban seperti ini maka dari segi materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu hanya merujuk kepada materi dari jawaban sebelumnya; 7) pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut dan pilihan jawaban berbentuk angka menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Pengurutan angka dilakukan dari angka paling kecil sampai nilai angka paling besar atau sebaliknya; 8) gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi, artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dan dapat dimengerti oleh siswa; dan 9) butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

Ketiga yaitu aspek bahasa yang meliputi: 1) setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia; 2) jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional; dan 3) pilihan jawaban jangan mengulang kata dan frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

(33)

15

3) Kelebihan soal pilihan ganda

Menurut Kusaeri & Suprananto (2012: 108) kelebihan soal pilihan ganda yaitu: (1) mampu mengukur berbagai tingkatan kognitif (dari ingatan sampai evaluasi), (2) penskorannya mudah, cepat, obyektif, dan dapat mencakup ruang lingkup bahan atau materi yang luas dalam suatu tes untuk suatu kelas atau jenjang pendidikan, dan (3) lebih tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak atau masal, tetapi hasilnya harus segera diumumkan seperti ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, dan ujian akhir sekolah.

Menurut Kusnandar (2013: 187) kelebihan soal pilihan yaitu: tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik sudah pasti dan jelas, jumlah soal cukup besar, sehingga dapat mewakili semua kompetensi yang diukur, kunci jawaban dapat dipersiapkan secara pasti dengan soal-soal secara sistematis, kunci jawaban bersifat mutlak, sehingga tidak menimbulkan subjektivitas, tidak ada kemungkinan bagi peserta didik untuk mengemukakan hal-hal yang tidak relevan dengan persoalannya, karena tugas peserta didik dalam hal ini sudah jelas, dapat digunakan untuk menilai hasil belajar peserta didik dalam jumlah banyak dan mudah serta cepat dalam koreksi jawaban, mudah dan lebih cepat koreksinya, soal pilihan ganda mudah dianalisis, dapat menjangkau lebih banyak materi atau kompetensi yang akan diukur, dan yang terakhir soal dapat disusun bervariasi.

Menurut Arifin (1990: 37) kelebihan tes soal pilihan ganda yaitu: cara penilaiannya dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan obyektif; kemungkinan testi menjawab dengan terkaan dapat dikurangi; dapat digunakan untuk meneliti kemampuan murid dalam menginterpretasi, memilih, dan menentukan pendapat; dapat digunakan berulang-ulang; dan sangat cocok untuk mengevaluasi kemampuan murid dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip.

(34)

16

dalam menginterpretasi, memilih, dan menentukan pendapat; dapat digunakan berulang-ulang; dan sangat cocok untuk mengevaluasi kemampuan murid dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip, dan (5) tidak ada kemungkinan bagi peserta didik untuk mengemukakan hal-hal yang tidak relevan dengan persoalannya,

4) Keterbatasan soal pilihan ganda adalah

Menurut Kusaeri & Suprananto (2012 : 108) keterbatsan soal pilihan ganda yaitu: (1) memerlukan waktu yang relatif lama untuk menulis soalnya,(2) sulit membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi dengan baik, dan (3) terdapat peluang untuk menebak jawaban. (Kusaeri & Suprananto, 108: 2012).

Menurut Kusnandar (2013: 187) keterbatasan soal pilihan ganda yaitu: peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya, tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar; pada umumnya soal tes pilihan ganda hanya tepat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat kembali, mengenal kembali, mengasosiasikan antara dua hal, memahami hubungan, dan mengaplikasikan prinsip-prinsip; dapat membuat peserta didik tidak terbiasa mengemukakan ide secara tertulis dengan menggunakan ide-ide sendiri; dan kemungkinan untuk menebak jawaban besar sekali dan sulit dilacak. Menurut Arifin (1990: 37) keterbatasan soal pilhan ganda yaitu: kebanyakan hanya digunakan untuk menilai ingatan saja; sukar menyusun tes yang baik dan benar; dan memerlukan waktu dan tenaga yang banyak.

(35)

17

5) Syarat tes tertulis pilhan ganda yang baik

Tes pilihan ganda dikatakan tes baik jika telah memenuhi beberapa syarat. Kusnandar (2013: 201) menyampaikan beberapa syarat tes pilhan ganda yang yang baik. Syarat-syarat tersebut adalah: (1) memiliki validitas yang tinggi, artinya mampu mengungkapkan semua aspek hasil belajar tertentu secara tepat; (2) memiliki reabilitas yang tinggi, artinya mampu memberikan gambaran yang relatif, tetap, dan konsisten tentang kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik; (3) tiap butis soal memiliki daya pembeda yang memadai, artinya tiap butir dalam tes itu dapat membedakan peserta didik yang belajar atau mengasai materi (kompetensi) dan peserta didik yang belum belajar atau belum menguasai materi (kompetensi); (4) tingkat kesukaran tes berdasar kelompok yang akan dites, kira-kira 30% soal mudah, 50% soal sedang, dan 20% soal sukar; dan (5) mudah diadministrasikan, artinya tes tersebut memiliki petunjuk tentang bagaiman cara pelaksanaannya, cara menegrjakannya dan cara mengoreksinya.

6) Cara mengolah skor

Pengolahan skor tes pilihan ganda dapat dilakukan dengan 2 macam rumus (Sulistiyorini, 2009). Pertama dengan denda, pengolahan pada tahap ini bisa dengan rumus sebai berikut:

S= skor yang diperoleh

R= jawaban yang betul

W= jawaban yang salah

O= banyaknya optionnya

I= bilangan tetap

Kedua pengolahan skor tanpa denda yang bisa menggunakan rumus sebagai berikut:

(36)

18

C. Menjodohkan (matching test)

Bentuk tes menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak dari jumlah persoalan (Arifin, 2009: 160). Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan menghubungkan antara dua hal. Semakin banyak hubungan antara premis dengan respon dibuat, maka semakin baik soal yang disajikan.

D. Tes isian (completion test)

Complestion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid. Soal tes bentuk jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan. Dengan kata lain, soal tersebut berupa suatu kalimat bertanya yang dapat dijawab dengan singkat, berupa kata, prase, nama, tempat, nama tokoh, lambang, dan lain-lain (Arifin, 2009: 162).

2. Subjektif/ test esai

Subjektif/ test esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari soal-soal yang jawabannya berbentuk uraian yang relatif panjang (Sulistiyorini, 2009: 89)

2.1.2.Konstruksi tes hasil belajar.

Kontruksi tes hasil belajar meliputi validitas, reliabiltas, dan karakter butir soal.

2.1.2.1. Validitas

Valid berarti cocok atau sesuai. Suatu tes dikatakan valid, apabila tes tersebut benar-benar menyasar kepada apa yang dituju. Tes tersebut benar-benar memberikan keterangan atau gambaran tentang apa yang diinginkan. (Sulistiyowati, 2009: 165).

(37)

19

adalah jenis validitas berdasarkan yang telah disampaikan oleh Arifin (2009: 324-325).

1. Validitas isi (content validity)

Validitas isi berhubungan dengan kesanggupan tes untuk mengukur isi yang seharusnya diukur. Dengan kata lain validitas isi menyatakan apakah tes sudah mencakup sampel yang representatif dari domain perilaku yang diukur.

2. Validitas empiris

Validitas ini biasanya menggunakan teknik statistik, yaitu analisis korelasi. Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes dengan suatu kriteria tertentu yang merupakan suatu tolok ukur di luar tes yang bersangkutan. Namun, kriteria itu harus relevan dengan apa yang akan diukur. Validitas empiris disebut juga validitas yang dihubungkan dengan kriteria (criterion-related validity) atau validitas statistik (statistical validity). Salah satu teknik korelasi yang dapat digunakan adalah korelasi product-moment atau korelasi point biserial

Karakteristik validitas adalah sebagai berikut (Kusaeri & Suprananto, 2012: 79): 1. Validitas merujuk pada ketepatan interpreatsi terhadap suatu tes yang

dikenakan terhadap peserta tes, bukan merujuk pada tes itu sendiri.

2. Validitas berkaitan dengan pengkategorian derajat (degree) tertentu, seperti validitasnya tinggi, sedang atau rendah.

3. Validitas berkaitan dengan kondisi khusus, artinya tidak ada tes yang valid untuk semua tujuan.

2.1.2.2. Reliabilitas

(38)

20

1. Reliabiltas merujuk pada hasil yang didapat melalui instrumen tes, bukan merujuk pada instrumennya sendiri.

2. Reliabilitas merupakan syarat perlu, tetapi belum cukup untuk syarat validitas. Sebuah tes yang memberikan hasil tidak konsisten mungkin tidak dapat memberikan informasi yang valid berkaitan dengan kemampuan yang diukur.

3. Reliabilitas utamanya berkaitan dengan statistik. Analisis dari suatu tes akan memberikan sedikit bukti berkaitan dengan reabilitas skor tes. Tes harus diujikan satu kali atau lebih pada sekelompok anak yang sama sehingga konsistensi hasilnya dapat ditentukan.

4. Reliabilitas tes berhubungan dengan konsistensi hasil pengukuran, yaitu seberapa konsistensi skor tes dari satu pengukuran ke pengukuran berikutnya. Reliabiltas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas, yaitu koefisien korelasi yang menunjukkan derajat hubungan antara dua hasil pengukuran yang diperoleh dari instrumen atau prosedur yang sama. Reliabilitas merujuk pada ketetapan/ keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang diinginkan, artinya kapan pun alat tersebut digunakan memberikan hasil relatif sama (Hamzah & Satria , 2012: 153).

Berikut adalah beberapa metode yang biasa digunakan dalam menentukan reliabilitas suatu tes: (Hamzah & Satria K, 2012 : 153-155). Pertama yaitu metode test-retest. Satu hal yang penting dalam metode test-retest adalah menetukan interval waktu pelaksanaan test, jika interval terlalu pendek maka siswa masih ingat hasil terdahulu, sebaliknya semakin besar interval waktu maka semakin banyak variabel yang mempengaruhi hasil tes. Koefisien reliabilitas 0,80 – 0,90 dianggap standar untuk tes bakat dan tes achievment dalam tahun yang sama (Hamzah & Satria K, 2012 : 153-155).

(39)

21

yaitu ukuran ekuivalen tes. Koefisien reabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa kedua tes menghasilkan hasil yang cenderung sama. (Hamzah & Satria K, 2012 : 153-155).

Ketiga yaitu Metode Belah Dua (Split-Half Method). Reliabilitas juga bisa ditentukan dengan pemberian satu tes dalam sekali waktu. Tes dikenakan kepada siswa seperti biasanya, kemudian tes dibagi dua dalam pemberian skor. Pembagian biasanya dilakukan dengan patokan nomor ganjil dan genap. Kedua skor bagian tes kemudian dikorelasikan dengan teknik korelasi product moment. Koefisien korelasi yang diperoleh menyatakan ukuran konsistensi internal, yaitu seberapa konsisten hasil yang diperoleh dari kedua bagian tes. Apabila diperlukan untuk memperpanjang atau memperpendek tes maka dapat digunakan Formula Spearman-Brown (Hamzah & Satria K, 2012 : 153-155). Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode belah dua (Split-Half Method). Split-Half dapat dilihat pada data hasil analisis menggunakan program TAP (Test Analysis Program).

(40)

22

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas menurut Hamzah & Satria K (2012 : 155): secara umum jika tes semakin panjang, maka semakin tinggi reliabilitasnya; penyebaran skor, semakin besar penyebaran skor, maka akan semakin tinggi perkiraan reliabilitasnya; kesulitan tes, umumnya tes yang terlalu mudah atau terlalu sulit akan menyebabkan reliabilitas tes semakin rendah. Hal ini disebabkan terbatasnya penyebaran skor; objektivitas tes, tes yang objektivitasnya tinggi memiliki reliabilitas yang lebih tinggi, karena hasil tesnya tidak dipengaruhi oleh prosedur penskoran; dan interval waktu tes, tes dengan interval waktu yang pendek menyebabkan koefisien reliabilitas tes yang besar.

2.1.2.3. Karakter butir soal

Karakter butir soal terdapat tiga bahasan meliputi: daya pembeda; tingkat kesukaran; dan analisis pengecoh.

1. Daya pembeda

Daya pembeda merupakan sebuah pedoman yang ada pada sebuah tes yang mampu membedakan anatar kemampuan siswa yang pandai dan siswa yang rendah (Sulistoyowati, 2009: 177). Indeks daya pembeda (item discrimination) adalah indeks yang digunakan dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Indeks daya pembeda dihitung atas dasar pembagian kelompok menjadi dua bagian, yaitu kelompok atas yang merupakan kelompok peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan kelompok bawah yaitu kelompok peserta tes yang berkemampuan rendah (Surapranata, 2004: 23). Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal membedakan siswa yang pandai dan kurang pandai (Kusaeri, 2014: 107).

Berdasarkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa daya pembeda adalah sebuah pedoman pada sebuah tes yang digunakan dalam membedakan antara peserta tes dengan kemampuan rendah dan peserta tes dengan kemampuan tinggi.

2. Tingkat kesukaran

(41)

23

secara proposional. Tingkat kesulitan bukan dilihat dari segi pandang guru sebagai pembuat soal, tetapi dari segi pandang peserta didik yang akan mengerjakan soal tersebut. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yan termasuk mudah, sedang, dan sukar (Sulistiyowati, 2009: 174)

Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam indeks. Indeks kesukaran soal dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar dari 0- 1. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil perhitungan, maka semakin mudah soal itu (Kusaeri, 2014: 106). Menurut teori klasik, tingkat kesukaran dapat dinyatakan melalui beberapa cara diantaranya: (1) proporsi menjawab benar, (2) skala kesukaran linear, (3) indeks davis, dan (4) skala bivariat (Surapranata, 2004: 12).

Surapranata, 22: 2004, menyampaikan bahwa tingkat kesulitan akan berpengaruh pada variabilitas skor dan ketepatan membedakan antara kelompok peserta tes. Ketika seluruh soal sangat sukar, maka skor totalnya akan rendah. Sebaliknya ketika seluruh soal sangat mudah, tentunya skor total akan tinggi. Dengan demikian skor total akan sedikit berpengaruh pada variabilitas. Nitko (dalam Kusaeri & Suprananto, 2012: 175) menyampaikan tingkat kesukaran butir soal memiliki dua kegunaan, yaitu untuk guru dan untuk pengujian serta pengajaran. Kegunaan bagi guru diantaranya: (a) sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka, (b) tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah, (c) memberi masukan kepada siswa, (d) tanda-tanda kemungkinan adanya butir soalyang bias, (e) merakit tes yang memiliki ketepatan data soal.

3. Analisis pengecoh

(42)

24

Pengecoh atau distractor merupakan jawaban salah atau tidak tepat sehingga seorang peserta tes dapat terkecoh memilihnya (Kusaeri, 2014: 70).

Berdasarkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengecoh / distractor adalah jawaban yang tidak benar atau kurang tepat yang dapat mengecoh peserta didik jika tidak memahami materi dengan baik.

2.1.3.Pengembangan tes hasil belajar

Prosedur pengembangan tes hasil atau prestasi belajar ada 8 langkah yang harus ditempuh, yaitu menyusun spesifikasi tes, : (Mardapi, 88-97: 2008).

2.1.3.1. Menyusun Spesifikasi Tes

Spesifikasi tes adalah langkah awal dalam mengembangkan tes yang berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal, dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama.

1. Menentukan Tujuan Tes

Menentukan tujuan tes merupakan langkah awal dar penyusunan tes. Dalam menentukan tujuan ini bisa dilihat macam tes jika dilihat dari segi tujuannya:

A. Tes penempatan biasanya dilakukan pada awal pembelajaran. Hasil tes ini berguna untuk mengetahui kemampuan yang telah dimiliki peserta didik. Hasil tes penempatan yang sudah ditelaah dapat mengetahui pengetahuan pendukung, karena untuk mempelajari suatu bidang materi diperlukan pengetahuan pendukung.

B. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan beajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses-proses pembelajaran. Hasil tes ini memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami.

(43)

25

pokok bahasan atau sub pokok bahasan. Jadi tes ini sebenarnya bukan untuk menentukan hasil keberhasilan belajar semata, tetapi untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.

D. Tes Sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasil tes ini untuk menentukan keberhasilan peserta didik untuk mata pelajaran tertentu.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan sebelum menentukan tujuan tes, maka perlu mengetahui tes tersebut agar digunakan dengan tujuan apa. Penentuan tujuan tes ini akan berpengaruh pada langkah-langkah pembuatan soal berikutnya.

2. Menyusun Kisi-Kisi

Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Selain itu, kisi-kisi juga merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif sama. Matrik kisi-kisi soal terdiri dari dua jaur yaitu, (1) kolom adalah sebuah kolom yang berisi tujuan pembelajaran, pokok, dan subpokok bahasan, uraian materi, dan indikator. (2) baris menyatakan tujuan yang akan diukur atau diujikan. Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu sebagai berikut: menulis tujuan pembelajaran; membuat daftar pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan diujikan; menentukan indikator; dan menentukan jumlah soal tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan.

(44)

26

Spesifikasi tes atau biasa disebut juga kisi-kisi tes (test blue-print atau table of specificstion) merupakan diskripsi mengenai kompetensi atau ruang lingkup dan isi materi yang akan diujikan (Kusaeri & Suprananto, 2012: 63). Berikut akan dibahas mengenai persyaratan kisi-kisi yang baik, komponen-komponen kisi-kisi, langkah penyusunan kisi-kisi, dan format kisi-kisi.

A. Persyaratan kisi-kisi yang baik

Kisi-kisi yang baik memiliki beberapa syarat. Menurut Kusnandar (2013: 178-179) syarat kisi-kisi yang baik yaitu sebagai berikut:

1) Mewakili isi silabus atau kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional. Artinya, indikator soal yang ada di kisi-kisi harus mewakili secara representatif dan proporsional dari isi materi atau kompetensi tertentu.

2) Komponen-komponen diuraikan secara rinci, jelas, dan mudah dipahami. Artinya, komponen-komponen yang ada di kisi-kisi harus informatif, sehingga tidak menimbulkan multi tafsir bagi si pembuat soal.

3) Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan. Artinya, indikator soal yang terdapt dalam kisi-kisi soal dapat dibuatkan soalnya. Oleh karena itu, indikator harus jelas, jelas, dan mengukur suatu kompetensi tertentu.

4) Indikator-indikator dalam kisi-kisi menggunakan kata kerja operasional yang bisa diukur. Artinya, indikator tersebut menanyakan kompetensi tertentu secara jelas dan spesifik.

5) Mudah dibuatkan soalnya, artinya dari kisi-kisi yang ada bisa dibuatkan soal yang sesuai dengan indikator yang ada di kisi-kisi tersebut. Jangan menyusun indikator soal yang ketika dirumuskan menjadi suatu soal, penulis soal mengalami kesulitan.

(45)

27

B. Komponen kisi-kisi

Komponen yang diperlukan dalam sebuah kisi-kisi sangat ditentukan oleh tujuan tes yang hendak disusun. Komponen-komponen ini dapat dihimpun menjai dua kelompok yaitu kelompok identitas dan kelompok matriks (Kusnandar, 2013: 179-180). Kelompok identitas dicantumkan di bagian atas matriks, sedangkan kelompok matriks dicantumkan dalam kolom-kolom yang biasa digunakan dalam penyusunan kisi-kisi soal adalah sebagai berikut: (1) jenis sekolah/ jenjang sekolah, (2) program/ jurusan/ rumpun, (3) bidang studi/ mata pelajaran, (4) tahun ajaran, (5) kurikulum yang diacu, (6) alokasi waktu, (7) jumlah soal, (8) bentuk soal, (9) penyusun, (10) kompetensi dasar, (11) materi, (12) indikator soal, dan (13) nomor urut soal.

C. Langkah penyusunan kisi-kisi

Berikut ini adalah langkah-langkah mengisi komponen-komponen kisi-kisi: (Kusnandar, 2013: 180-181)

1) Jenis sekolah/ jenjang sekolah: tulis jenis sekolah atau jenjang sekolah, seperti SD/ MI/ MTs/ SMA/ SMK/ MA/ MAK.

2) Program/ jurusan/ rumpun: tulis program/ jurusan/ rumpun, seperti IPA/ IPS/ Bahasa/ Akuntansi/ Administrasi/ Perkantoran/ Perhotelan.

3) Mata pelajaran: tulis mata pelajaran yang dimaksud dalam kisi-kisi, seperti: IPA/ IPS/ Matematika/ Bahasa Indonesia/ PPKn.

4) Tahun ajaran: tulis tahun ajaran yang dimaksud dalam kisi-kisi misalnya: 2012-2013.

5) Kurikulum yang diacu

6) Alokasi waktu: tulis alokasi waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan paket soal dalam kisi-kisi tersebut, misalnya 90 menit.

7) Jumlah soal: tulis jumlah soal yang ada dalam kisi-kisi tersebut , misalnya 30 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian.

8) Bentuk soal: tulis bentuk soal yang terdapat dalam kisi-kisi, misalnya pilihan ganda dan uraian.

(46)

28

10) Kompetensi inti: tulis kompetensi inti atau kalau dalam KTSP menggunakan standar kompetensi (SK).

11) Kompetensi dasar: tulis kompetensi dasar (KD) sesuai dengan yang dimaksud dalam kisi-kisi.

12) Kelas: tulis kelas berapa sesuai dengan yang dimaksud dalam kisi-kisi.

13) Semester: tulis semester berapa sesuai yang dimaksudkan dalam kisi-kisi, misalnya semester ganjil.

14) Materi: tulis materi apa yang akan diujikan dlam kisi-kisi tersebut, misalnya perubahan energi

15) Indikator soal: tulis indikator soal sesuai dengan yang dimaksud dalam kisi-kisi, misalnya menjelaskan perbedaan negara maju dan negara berkembang.

16) Nomor urut soal: tulis nomor urut soal sesuai dengan yang dimaksud dalam kisi-kisi, misalnya nomor 2.

D. Format kisi-kisi

Format kisi-kisi tidak ada yang baku dan guru dapat mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan. Namun demikian, dalam mengembangkan format kisi-kisi tetap harus memperhatikan standar yang lazim digunakan. Berikut ini adalah contoh format kisi-kisi sebagai model:

Format Kisi-Kisi Soal Ujian Sekolah

Tahun Pelajaran 2012/2013

Jenis sekolah :... Alokasi waktu: 90 menit

Mata Pelajaran:... Jumlah Soal : 50

Kurikulum acuan:... Bentuk Soal :Pilihan Ganda

Penyusun :...

No. Kompetensi Inti

Kelas/ semester

Kompetensi dasar

Materi Indikator Nom or soal

1 1

2 2

(47)

29

4 4

5 5

Dst. Dst.

Tabel 2.1 Contoh Format Kisi-Kisi Soal Ujian Sekolah

3. Membentuk Bentuk Tes

Bentuk tes objektif seperti pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, dan uraian objektif sering digunakan untuk untuk melakukan penilaian. Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karekterisktik mata pelajaran yang akan diujikan. Bentuk tes pilihan ganda dan bentuk tes benar salah sangat tepat digunakan bila jumah peserta tes banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer, sehingga objektivitas penskoran dapat dijamin. Tetapi, membuat tes objektif tidak mudah.

4. Menentukan Panjang Tes

Penentuan panjang tes berdasarkan pada cakup materi ujian dan kelelahan peserta tes. Penentuan panjang tes berdasarkan pengalaman saat melakukan tes, artinya, penulis soal bisa melihat pengalaman sebelumnya ketika para peserta didik menyelesaikan tes yang diberikan. Panjang tes ini berkaitan langsung dengan waktu penyelesaian soal. Jadi dalam menentukan panjang soal bisa disesuaikan kemampuan para siswa dan waktu yang harus digunakan untuk menyelesaikan tes tersebut.

5. Menulis Soal Tes

Gambar

Gambar 2.1. Gambar Literature Map Penelitian Relevan
Gambar 3.1. Sepuluh  Langkah Prosedur Penelitian R&D Menurut
Gambar 3.2. Tujuh Langkah Prosedur Pengembangan yang Digunakan
Gambar 3.3. Langkah-Langkah Penelitian & Pengembangan Produk Tes Hasil Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) dari 60 soal yang telah peneliti buat, terdapat 31 soal yang dinyatakan valid atau sekitar 52%, (3) mempunyai tingkat reliabilitas dengan kategori tinggi, (4) dari 31 butir

Soal pilihan dijawab dengan MENYILANG ( X ) salah satu huruf (A, B, C, atau D) sebagai jalaban yang kalian anggap benar pada LEMBAR JAWABAN.. Soal isian singkat dijawab

a) Inti permasalahan harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal, sehingga dengan membaca pokok soal siswa sudah dapat menentukan jawaban sebelum dilanjutkan membaca

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, maka penelti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis

sangat baik, hasil validasi dari guru kelas V SDN. Sarikarya diperoleh skor 3,87 termasuk

Soal Uji Validitas Hasil Belajar Materi Bangun Balok Siklus I ... Kunci Jawaban Uji Validitas Siklus

Soal pilihan ganda adalah satu bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Pada penelitian ini peneliti meneliti soal-soal evaluasi yang ada

Pemain dapat memilih jawaban dengan klik salah satu jawaban yang benar untuk dapat lanjut ke soal berikutnya dan koin yang dimiliki pemain bertambah, namun jika