• Tidak ada hasil yang ditemukan

this file 8873 11855 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " this file 8873 11855 1 SM"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

159

Novi Trisnawati

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya Email: novitrisnawati@unesa.ac.id

Abstract: This article aims to examine the efforts that need to be done in facing the readiness of the working world for vocational education by developing self-concept and self efficacy. The increasingly intense work competition in the current era makes vocational education graduates should prepare themselves to be better prepared in facing the world of work. This is done by developing self-concept that can be formed through the planting of strong religious values, self-confidence, self-acceptance. The more we have a positive self-concept then success will be as expected. Self-efficacy is a physiological and emotional condition, expected to increase the ability to work and adapt to the work environment more easily, because self efficacy shows the implementation of processes that have been done during the previous learning process.

Keywords: working readiness, self concept, self efficacy

Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mengkaji tentang upaya yang perlu dilakukan dalam menghadapi kesiapan dunia kerja bagi pendidikan vokasi dengan mengembangkan konsep diri dan efikasi diri. Semakin ketatnya persaingan kerja di era saat ini membuat para lulusan pendidikan vokasi harus menyiapkan diri mereka agar lebih siap dalam menghadapi dunia kerja. Hal ini dilakukan dengan cara mengembangkan konsep diri yang dapat terbentuk melalui penanaman nilai-nilai agama yang kuat, kepercyaan diri, menerima diri sendiri. Semakin kita memiliki konsep diri yang positif maka keberhasilan akan sesuai dengan yang diharapkan. Efikasi diri merupakan kondisi fisiologis dan emosi, diharapkan dapat meningkatkan kesanggupan untuk bekerja dan beradapatasi dengan lingkungan kerja dengan lebih mudah, karena efikasi diri menunjukkan terimplementasinya proses yang sudah dilakukan selama proses pembelajaran sebelumnya.

Kata Kunci : Kesiapan Kerja, Konsep Diri, dan Efikasi Diri

Era globalisasi saat ini membuat persaingan kerja semakin tinggi, setiap industri dalam dunia kerja berusaha untuk melakukan peningkatan kualitas dan produktifitas kerjanya. Usaha yang dilakukan yaitu penyerapan angkatan kerja baru yang siap dalam bekerja. Persaingan dalam memasuki dunia kerja saat ini merupakan suatu permasalahan yang tidak mudah untuk diatasi. Banyaknya persaingan yang harus dihadapi oleh lulusan pendidikan vokasi. Sebagian lulusan ketika ditanya akan kemana ketika mereka ketika lulus, maka mereka akan sering menjawab dengan kata “tidak tahu”, “binggung”, harus melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi atau yang lainnya. Selain itu mereka juga akan menjawab “susah ya cari kerja sekarang:. Hal ini mengambarkan bahwa belum siapnya sebagian lulusan pendidikan vokasi dalam memasuki dunia kerja. Para calon tenaga kerja harus mempersiapkan diri dengan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan di dalam dunia kerja. Diantara lembaga pendidikan yang mempersiapkan calon tenaga kerja yang siap untuk bekerja adalah pendidikan vokasi.

(2)

dan sertifikasi, pembenahan kurikulum dan kualitas pembelajaran melalui penataan spektrum bidang keahlian dan peningkatan magang industri, penyediaan guru kejuruan dan tenaga pendidik yang kompeten melalui magang industri untuk guru, serta peningkatan kuantitas tenaga kerja lulusan pemdidikan vokasi melalui penguatan portofolio lulusan. Sehingga generasi muda saat ini tidak hanya skill atau keterampilan, tetapi juga mental yang tangguh. "Lulusan pendidikan vokasi harus sudah siap menghadapi tantangan global saat ini.

Disamping faktor-faktor tersebut diatas, faktor eksternal saat ini sudah menekan dan menuntut para lulusan pendidikan vokasi. Ketatnya persaingan dan sempitnya pintu masuk kepasar kerja, selain itu juga berkaitan dengan era pasar bebas, sehingga mengakibatkan angkatan kerja muda tidak mudah untuk memasukinya. Hal seperti ini terlihat disetiap kesempatan rekrutmen pegawai, permintaan yang terlalu banyak, padahal formasi terbatas, baik terjadi disektor pemerintah dan swasta yang berada di dalam maupun untuk luar negeri, sehingga formasi yang disediakan menjadi kompetisi. Lulusan pendidikan vokasi yang berkerja di luar kompetensi mereka ataupun yang belum mendapatkan pekerjaan itu dikarenakan pengenalan diri yang kurang tentang konsep diri mereka. Konsep diri seseorang terhadap kesiapan kerja yang kurang akan mendapatkan perhatian khusus dari lembaga pendidikan vokasi. Hal ini dikarenakan lulusan pendidikan vokasi masih merasa sulit menentukan jenjang karir mereka saat lulus. Konsep diri inilah yang sangat penting untuk dikembangkan dengan baik pada diri peserta didik.

Semakin baik atau prositif konsep diri yang dimiliki oleh seseorang maka akan semakin mudah juga ia memperoleh keberhasilannya. Menurut Desmita (2014) Hal ini dikarenakan konsep diri yang baik atau positif maka seseorang akan bersikap optimis, berani mencoba hal yang baru, berani sukses dan berani juga untuk menghadapi kegagalan, penuh percaya diri serta antusias, merasa diri bahagia, berani menempatkan tujuan hidup, serta bersikap dan berpikir secara positif. Sebaliknya semakin jelek atau negatifnya konsep diri, maka akan semakin sulit seseorang untuk berhasil sebab, dengan konsep diri yang jelek atau negatif akan mengakibatkan tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal sehingga tidak berani mencoba hal-hal yang baru dan menantang, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berguna, pesimis, serta berbagi perasaan dan prilaku inferior lainnya. Lulusan pendidikan vokasi dalam menghadapi dunia kerja tidak hanya konsep diri yang perlu untuk diperhatikan, tetapi faktor lainnya juga berpengaruh dalam kesiapan dalam menghadapi dunia kerja.

Salah satu faktor lainnya yang mempengaruhi kesiapan kerja individu adalah efikasi diri. Agar siap memasuki dunia kerja diperlukan efikasi diri yang baik dalam diri siswa. Siswa yang berhasil mengenal kemampuan diri, akan merasa yakin bisa mendapatkan pekerjaan. Hal ini tergantung kesan positif individu terhadap dirinya sendiri. Semakin mampu seseorang untuk memberikan kesan positif akan kemampuan dirinya maka peluang untuk memperoleh pekerjaan akan semakin besar. Siswa yang memiliki efikasi diri tinggi, akan mengetahui seberapa besar kemampuannya dalam menghadapi dunia kerja. Seseorang yang mempunyai efikasi diri rendah kurang mengetahui seberapa besar kemampuannya dalam menghadapi dunia kerja. Efikasi diri ini mengarahkan individu untuk memahami kondisi dirinya secara realistis, sehingga individu mampu menyesuaikan antara harapan akan pekerjaan yang diinginkannya dengan kemampuan yang individu miliki.

PEMBAHASAN

(3)

yang baik tetapi tidak disertai dengan soft skills yang baik, akan menghasilkan sumber daya manusia dengan keterampilan kurang maksimal. Persaingan yang semakin ketat, dunia kerja pun berusaha untuk dapat bersaing dengan lainnya salah satunya adalah dengan meningkatkan mutu atau kualitas tidak hanya produknya saja tetapi juga dalam hal pelayanan konsumen.

Menurut kamus psikologi (Chaplin,2011) kesiapan kerja mengandung dua pengertian yaitu: (a) keadaan siap siaga untuk mereaksi atau menanggapi, (b) tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekan sesuatu. Kesiapan kerja sebagaimana didefinisikan oleh Hersey dan Blanchard merujuk pada tingkat sampai mana orang memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas tertentu (Robbins, 2007). Udith O. Wagner dalam Firdaus (2012) mengatakan kesiapan kerja adalah seperangkat keterampilan dan perilaku yang diperlukan untuk bekerja dalam pekerjaan apa pun bentuknya. Keterampilan kesiapan bekerja kadang-kadang disebut soft skills, keterampilan kerja, atau keterampilan kesiapan kerja. Dari keragaman pengertian atau didefinisikan secara esensi keterampilan kesiapan bekerja secara makna pada prinsipnya sama. Kesiapan kerja menurut Wagner meliputi beberapa aspek antara lain: (1) kemampuan membaca untuk informasi; (2) diterapkan matematika; (3) menulis bisnis, (4) menulis, mencari informasi; (5) kerja sama tim; (6) pengamatan; (7) mendengarkan; dan (8) teknologi terapan”. Sedangkan menurut Firdaus (2012) menyatakan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan tingkat kesiapan kerja siswa SMK yang baik, hal ini upaya sinergis untuk dipertahankan dan lebih ditingkatkan oleh semua pihak antara lain, orang tua, sekolah, masyarakat dan pemerintah dengan jalan memberikan bimbingan dan pembinaan secara terus menerus dan berkesinambungan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Kesiapan atau readiness merupakan kesedian untuk memberikan respon atau bereaksi. Kesedian tersebut datang dari dalam diri siswa dan berhubungan juga dengan kematangan. Kesiapan sangat perlu diperhatikan dalam suatu proses, karena jika siswa sudah ada kesiapan, maka hasilnya akan memuaskan.

Utami (2013) menyatakan bahwa Ditinjau dari usia perkembangan siswa SMK yang rata-rata pada usia perkembangan remaja (16-19 tahun), maka siswa perlu mendapatkan pembinaan kesiapan kerja, karena sifat-sifat yang dimilikinya, yaitu terdiri dari para remaja usia (16-19 tahun) yang dalam masa perkembangannya adaptip untuk belajar, memiliki value untuk pengembangannya memerlukan instrumen dalam wadah satuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk dapat adaptip dengan lingkungan sosialnya, mampu berprestasi secara terus menerus dan memiliki kemandirian, mengenal lingkungan, sosial budaya dan mengenal kemampuan. Banyak orang yang mempunyai penilaian bahwa dunia kerja sangat erat kaitannya dengan lingkungan, pergaulan, tugas-tugas dari pekerjaan yang membutuhkan kesiapan mental fisik atau psikis yang baik, kemampuan untuk berkomunikasi dan segala sesuatu yang membutuhkan keseriusan dan kemampuan khusus.

Kesiapan kerja pada usia produktif, khususnya siswa SMK tidak hanya terbentuk dari ilmu pengetahuan, perlu adanya bimbingan konseling untuk membentuk sikap yang siap dalam memasuki dunia kerja. Bimbingan dan konseling timbul dari masalah pekerjaan atau jabatan, yang kemudian berkembang menjadi bagian-bagian lain yaitu bimbingan karir. Oleh karena itu, untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan apa yang ada dalam diri individu serta untuk membentuk sikap yang baik dalam memasuki dunia kerja, diperlukan bimbingan yang sebaik-baiknya. Penyelenggaraan bimbingan karir menghasilkan sinergi yang baik untuk membentuk kematangan rohani berupa mental dan emosi yang baik pada diri siswa sebagai kesiapan dasar untuk bekerja. Suatu usaha yang tidak mudah untuk dapat memahami hubungan diri dengan masa depan dalam menemukan potensi yang dapat disumbangkan nantinya untuk memenuhi suatu pemenuhan kebutuhan melalui kegiatan bekerja.

(4)

respon. Agar proses mencapai hasil yang baik, maka diperlukan adanya kesiapan individu dalam belajar (Rifa’i dan Anni, 2011:116). Apabila individu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kesiapan diri, maka dia akan memperoleh kepuasan. Ada tiga keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum kesiapan menurut Thorndike dalam Rifa’i dan Anni (2011:116), yaitu : (a) Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku, dan dapat melaksanakannya, maka dia akan mengalami kepuasan.; (b) Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku, dan tidak dapat melaksanakannya , maka dia akan merasa kecewa.; (c) Apabila individu .tidak memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku, dan dipaksa untuk melakukannya, maka akan menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.

Kesiapan adalah kondisi dimana seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentuterhadap suatu situasi (Slameto, 2010:113). Sehingga kesiapan kerja adalah kondisi dimana seseorang dapat memberikan responnya untuk menghadapi dunia kerja dengan mempergunakan kekuatan badan, pikiran, akal, keterampilan, pengetahuan dalam rangka memenuhi kebutuhan.

Menurut Slameto (2010:113) kondisi yang mempengaruhi kesiapan kerja adalah : (a) Kondisi fisik, mental dan emosional. Meliputi kondisi fisik temporer (lelah, keadaan, alat indera dan lain-lain) dan yang permanen (cacat tubuh). Mental dan emosi (kemampuan mengolah kondisi perasaan).; (b) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan. Dimana kebutuhan yang disadari dan yang tidak disadari. Kebutuhan yang disadari akan mendorong usaha/membuat seseorang siap untuk berbuat melalui motif dan tujuan yang dimiliki.(c) Keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari akan manambah kesiapan untuk melakukan sesuatu.

Prinsip-prinsip kesiapan kerja menurut Slameto (2010:115) : (a) Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling mempengaruhi).; (b) Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman.; (c) Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan; (d)Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa-masa pembentukan dalam masa perkembangan. Sedangkan Dalyono (2009) pembentuk kesiapan kerja ini yaitu : (a) Kematangan ialah keadaan atau kondisi bentuk, struktur, dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organisme, baik terhadap suatu sifat bahkan seringkali semua sifat. Kematangan (maturity) membentuk sifat dan kekuatan dalam dari untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disebut kesiapan (readiness).; (b) Lingkungan atau kultur Perkembangan tergantung pada pengaruh lingkungan dan kultur di samping akibat timbulnya pola-pola jasmaniah.

Penjelasan mengenai kesiapan dunia kerja dapat disimpulkan bahwa kesiapan adalah keadaan dan situasi lulusan pendidikan vokasi dimana para siswa lulusan memiliki sikap siap menerima respon atas apa yang akan dikerjakannya atau sikap siap untuk melakukan suatu kegiatan tertentu yang menurutnya sesuai dengan kemampuan dan keahliannnya serta dapat menguntungkan bagi dirinya dan lingkungannya. Pembangunan sekarang saat ini membutuhkan banyak tenaga kerja yang terampil, terdidik dan terlatih yang memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Pencapaian kesiapan itu sendiri harus berjalan melalui banyak proses yang juga melibatkan banyak faktor di dalamnya. Kesiapan merupakan modal utama bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan apapun sehingga dengan kesiapan ini dapat diperolah hasil yang maksimal. Kesiapan tergantung kepada tingkat kematangan, pengalaman pengalaman masa lalu, keadaan emosi dan mental dari orang yang belajar.

(5)

pengetahuan tentang informasi dunia kerja maka siswa akan dapat menentukan jenjang dan jenis pekerjaan yang sesuai dengan kondisi dirinya karena pengenalan konsep diri yang baik tentang kemampuan dan kualitas dirinya.

Menurut Rakhmat (2001) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri antara lain : (a) orang lain atau (significant others) adalah orang yang paling berpengaruh dalam kehidupan individu, (b) kelompok rujukan merupakan kelompok yang secara emosiaonal mengikat individu dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri individu. Sedangkan menurut Brooks (1971 dalam Sobur, 2003) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang berpengaruh dalam konsep diri yaitu : (a) self appraisal, (b) reaction and response of others, (c) role play-role taking, (d) reference group.

Menurut Rifa’i dan Anni (2011:105) belajar merupakan proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud perlu adanya stimulus sehingga dapat menghasilkan respon. Agar proses mencapai hasil yang baik, maka diperlukan adanya kesiapan individu dalam belajar (Rifa’i dan Anni, 2011:116). Apabila individu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kesiapan diri, maka dia akan memperoleh kepuasan. Ada tiga keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum kesiapan menurut Thorndike dalam Rifa’i dan Anni (2011:116), yaitu : (a) Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku, dan dapat melaksanakannya, maka dia akan mengalami kepuasan.; (b) Apabila individu memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku, dan tidak dapat melaksanakannya , maka dia akan merasa kecewa.; (c) Apabila individu .tidak memiliki kesiapan untuk bertindak atau berperilaku, dan dipaksa untuk melakukannya, maka akan menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.

Setiap orang pasti mempunyai konsep diri yang berbeda-beda satu sama lain. Ada yang mempunyai konsep diri yang negatif dan ada juga yang mempunyai konsep diri positif. Konsep diri yang positif ataupun negatif dapat terbentuk oleh beberapa hal. Konsep diri positif dapat terbentuk melalui penanaman nilai-nilai agama yang kuat, kepercyaan diri, menerima diri sendiri. Untuk konsep diri negatif dapat terbentuk oleh kurangnya perhatian kasih sayang, kurangnya penanaman nilai-nilai agama, kurangnya kepercayaan diri dan tidak mampu menerima diri apa adanya. Ketika kita membuka diri akan membuat konsep diri kita akan menjadi lebih dekat dengan kenyataan. Sedangkan manfaat dari “membuka diri” ini kepada orang lain akan dapat diketahui umpan balik orang lain kepada kita, sehingga umpan balik ini nantinya akan memudahkan dalam proses pengenalan diri sendiri. Dengan demikian, hasilnya bukan saja dapat merasakan berbagai kelemahan dalam diri kita, tetapi juga dapat memperbaikinya. Sebaliknya, kita dapat mengetahui pula mengenai kelebihan kelebihan diri kita, yang untuk selanjutnya berbagai kelebihan kita tersebut dapat kita manfaatkan untuk hal-hal yang kita anggap lebih baik.

(6)

suatu tujuan atau keberhasilan seseorang, termasuk didalamnya perkiraan berbagai kejadian yang akan dihadapi.

Dunia kerja berbeda dengan dunia akademis, kehidupan keras, tanggung jawab yang harus kita emban sangatlah jauh dari kehidupan di mana kita masih di bangku sekolah). Efikasi diri juga dapat memberikan pijakan yang kuat bagi individu untuk mengevaluasi dirinya agar mampu menghadapi tuntutan pekerjaan dan persaingan secara dinamis. Penilaian seseorang terhadap kemampuan dirinya yang dimiliki (efikasi diri) mempunyai peran yang sangat penting dalam proses perkembangan individu, khususnya terkait dengan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Bandura (1997) mendefinisikan efikasi diri sebagai suatu keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk menyusun dan mengarahkan tingkah lakunya untuk mencapai hasil yang dikehendaki. Efikasi diri adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan (Alwisol, 2008).

Bandura mengatakan bahwa efikasi diri pada dasarnya adalah hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan atau pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Ghufron, 2011). Menurut Bandura efikasi diri tidak berkaitan dengan kecakapan yang dimiliki, tetapi berkaitan dengan keyakinan individu mengenai hal yang dapat dilakukan dengan kecakapan yang individu milliki seberapa pun besarnya. Efikasi diri menekankan pada komponen keyakinan diri yang dimiliki seseorang dalam menghadapi situasi yang akan datang yang mengandung kekaburan, tidak dapat diramalkan dan sering penuh dengan tekanan. Efikasi diri berkombinasi dengan lingkungan, perilaku sebelumnya dan variabel-variabel personal lain, terutama harapan terhadap hasil untuk menghasilkan perilaku. Untuk memiliki efikasi diri yang tinggi seseorang membutuhkan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan sejak dini yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki individu (siswa). Dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan disekitarnya agar dapat mencapai keyakinan atas kemampuan diri sendiri. Peran guru, orang tua dan respon dari lingkungan sangat diperlukan bagi siswa sebagai penguat untuk setiap usaha yang telah dilakukannya, siswa lebih termotivasi, percaya diri dan mampu mengatasi hambatan atau masalah sehingga siswa lebih siap untuk menghadapi dunia kerja nanti.

Peningkatan kesiapan kerja siswa merupakan hal penting agar siswa dapat terserap dalam dunia kerja. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan ini adalah efikasi diri. Efikasi diri yang tercermin dari diri siswa terbentuk melalui proses belajar yang terjadi melalui interaksi dengan linkungan. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Kepemilikan efikasi diri ini diharapkan dapat meningkatkan kesanggupan siswa untuk bekerja dan beradapatasi dengan lingkungan kerja dengan lebih mudah, karena efikasi diri menunjukkan terimplementasinya proses belajar yang telah dijalani oleh siswa melalui perubahan tingkah laku yang dapat membentuk kesiapan kerja.

(7)

sosial, yaitu pengalaman pengalaman tak terduga (vicarious experiences) yang disediakan orang lain. efikasi diri meningkat ketika manusia mengamati pencapaian orang lain yang setara dengan kita, pemodelan sosial hanya memberikan efek kecil saja bagi efikasi diri; (c) Persuasi sosial (social persuasion) Efikasi diri dapat juga di raih atau di lemahkan lewat persuasi sosial. Efekefek dari sumber ini agak terbatas, namun dalam kondisi yang tepat, persuasi orang lain dapat meningkatkan atau menurunkan efikasi diri; (d) Kondisi fisik dan emosi (physical and emotional states)

Sumber terakhir efikasi diri adalah kondisi fisiologis dan emosi. Emosi yang kuat biasanya menurunkan tingkat performa. Ketika mengalami rasa takut yang besar, kecemasan yang kuat dan tingkat stres yang tinggi manusia memiliki efikasi diri yang rendah. Menurut Rogers dalam Alwisol (2009:290), setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda-beda tergantung kepada : (a) Kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda; (b) Kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi; (c) Keadaan fisiologis dan emosional; kelelahan, kecemasan, apatis, murung.

SIMPULAN

Konsep diri dan efikasi diri penting dalam kesiapan menghadapi dunia kerja, sehingga dalam menyiapkan menghadapi dunia kerja tersebut diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan efikasi diri agar kepercayaan diri semakin meningkat dan berkembang dengan optimal sehingga mendapatkan pekerjaan yang diharapkan.

Kesiapan kerja menunjukkan kondisi dimana seseorang dapat memberikan responnya untuk menghadapi dunia kerja dengan mempergunakan kekuatan badan, pikiran, akal, keterampilan, pengetahuan dalam rangka memenuhi kebutuhan. Selain itu untuk mendukung kesiapan tersebut perlu memiliki konsep diri yang positif dapat dibentuk melalui penanaman nilai-nilai agama yang kuat, kepercyaan diri, menerima diri sendiri. Sedangkan Untuk konsep diri negatif dapat terbentuk oleh kurangnya perhatian kasih sayang. Hal lainnya yang mendukung kesiapan kerja yaitu efikasi diri melalui pengembangan dalam mengambil keputusan, keyakinan atau pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

DAFTAR RUJUKAN

Alwisol. 2010. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Malang.

Bandura, A. 1997. Efikasi diri the exercise of control. New York: Stanford University.

Clarke, L and Winch. C. 2007. Vocational Education International Approach, Development and System. New York: Routledge.

Chaplin, J. P. 2011. Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Remaja Rosdakarya.

(8)

Ghufron, M. N., & Rini R. 2011. Teori-teori psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Kemendikbud. 2016. Kemendikbud Dorong Pendidikan Vokasi Berdaya Saing Internasional. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/08/kemendikbud-dorong-pendidikan-vokasi-berdaya-saing-internasional. Diakses tanggal 10 Mei 2017.

Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Rifa’i, A. dan Catharina T. A. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.

Robbins, P. S. & Judge, A. T. 2007. Perilaku organisasi (Ed. 12). Jakarta: Salemba Empat.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV.Pustaka Setia.

Utami, Y. G. dan Hudaniah. 2013. Efikasi diri dengan Kesiapan Kerja Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 01:01.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Putusan Pengadilan Agama Bangil Nomor 538/Pdt.G/2004/ PA.Bgl Tentang Anak Perempuan Menghijab Saudara Laki-Laki Kandung Perspektif Fiqh Indonesia..

Menjelaskan pengertian entrepreneurship, entrepreneur dan wira swasta serta contoh contohnya Memberikan beberapa contoh seseorang yang berhasil sebagai entrepreneur

Selain itu, Perseroan mendorong divisi digital untuk lebih mendukung pendapatan (segmen digital membukukan pertumbuhan 248% pada tahun 2013), dan kami percaya

Pada proses pembelajaran langkah-langkah yang dilakukan adalah menjelaskan permainan anagram, memberikan materi kosakata tentang asesoris yang susunan hurufnya

Peluang usaha ini membuat jumlah penduduk menjadi bertambah ingin bekerja sebagai petani.Pemilik kebun menjalin kerjasama dengan petani, bentuk kerjasama yang dilakukan

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang merupakan kawasan kabupaten yang fungsinya melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.Terdapatnya dua Kecamatan di

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Dengan menyalakan alat dan memilih program yang telah di sarankan, Kita dapat melihat sirnulasi dari siklus Charging .- Discharging accu - accu tersebut dalam