• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONTRIBUSI ASPEK YANG BERPENGARUH TERHADAP EKUITAS MEREK DAN GAIN INDEX DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING ( Studi Kasus : Produk Minyak Lumas Prima XP, PT. PERTAMINA, di Surabaya ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KONTRIBUSI ASPEK YANG BERPENGARUH TERHADAP EKUITAS MEREK DAN GAIN INDEX DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING ( Studi Kasus : Produk Minyak Lumas Prima XP, PT. PERTAMINA, di Surabaya )."

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGUNAKAN PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION

MODELLING

( Studi Kasus : Produk Minyak Lumas Prima XP,

PT. PERTAMINA, di Surabaya )

SKRIPSI

OLEH:

WIDYA ASTUTI

NPM. 0332015037

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM

SURABAYA

(2)

SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI ASPEK YANG BERPENGARUH TERHADAP

EKUITAS MEREK DAN GAIN INDEX DENGAN MENGGUNAKAN

PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM)

( Studi Kasus : Produk Minyak Lumas PRIMA XP,

PT. PERTAMINA, di Surabaya )

Disusun oleh :

WIDYA ASTUTI

0332015037

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima

oleh tim penguji pada tanggal 26 September 2008

Tim Penguji Pembimbing

1.

(Ir. Budi Santoso, MMT) NIP. 19561205 198703 1 001

1.

(DR. Ir. Minto Waluyo, MM) NIP. 19611130 199003 1001 2.

(Enny Ariyani, ST, MT) NIP. 3 95097 0041 1

2.

(Drs. Pailan, M.Pd) NIP. 030 173 224 3.

(Ir. Iriani, MMT) NIP. 030 195 016

Mengetahui

Dekan Fakultas Teknologi Industri

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia – Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang

berjudul ”Pengukuran Aspek – Aspek yang Berpengaruh terhadap Ekuitas Merek

dan Gain Index dengan Menggunakan Pendekatan Structural Equation Modelling

(Studi Kasus : Produk Minyak Lumas Prima XP)”. Secara garis besar tugas akhir

ini membahas mengenai pengukuran tingkat pengaruh aspek – aspek dalam

ekuitas merek terhadap ekuitas merek Prima XP dan gain indexnya.

Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditrmpuh

mahasiswa jenjang pendidikan Strata – 1 (S1) Jurusan Teknik Industri, Fakultas

teknologi industri Universitas Pembangunan Nasional ”veteran’ Jawa Timur guna

meraih gelar kesarjanaan.

Tentunya dalam penyusunan tugas akhir ini terdapat kesalahan – kesalahan

dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Untuk itu sebagai penyusun, saya

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan

tugas akhir ini.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, saya mengucaokan rasa terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak DR. (HC) H. Warsito, SH, MM selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran’ Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Bambang Wahyudi, MS selaku Dekan Fakultas Tenologi

Industri Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran’ Jawa Timur.

3. Bapak Ir. M.T. Safirin, MT Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas

(4)

4. Seluruh Staff dan Pimpinan Laboratorium UPPS PT. PERTAMINA,

yang banyak membantu hingga tugas akhir ini dapat diselesaikan.

5. Bapak DR. Minto Waluyo, MMT selaku Dosen pembimbing I.

6. Bapak Drs. Pailan, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II.

7. Kepada kedua orang tuaku yang telah memberikan bantuan dan

dorongan baik moril, meterial, maupun spiritual.

8. Kepada saudara-saudaraku yang telah memberikan dukungan dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Kepada teman-teman yang telah membantu dalam proses penyusunan

sehingga terselesaikannya tugas akhir ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih

terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu penyusun

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

tugas akhir ini dengan harapan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 12 Agustus 2008

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

ABSTRAKSI xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 ,Asumsi – asumsi 3

1.5 Tujuan Penelitian 3

1.6 Manfaat Penelitian 4

1.7 Sistematika Penulisan 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Merek 7

2.1.1 Ekuitas Merek 9

2.1.2 Aspek-Aspek dalam Ekuitas Merek 11

2.1.2.1 Kesadaran Merek (Brand Awareness) 11

2.1.2.2 Kesan Kualitas (Preceived Quiality) 12

2.1.2.3 Asosiasi Merek (Brand Assosiation) 14

(6)

2.1.3 Indeks Potensi Menggaet Pelanggan Merek Lain

(Gain Index) 17

2.1.4 Minyak Lumas Mesin Kendaraan 19

2.2 Metode Analisis data 20

2.2.1 Structural Equation Modelling (SEM) 20 2.2.2 Kapan SEM Digunakan 21

2.2.3 Asumsi-Asumsi yang Digunakan SEM 21

2.2.4 Perbedaan SEM dengan Alat Multivariat yang Lain 24

2.2.5 Pengujian Model 27

2.3. Peneliti Pendahulu 37

2.4. Hipotesis 40

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 42

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 42

3.2.1 Identifikasi Variabel 42

3.2.2 Definisi Operasional Variabel 45

3.2.3 Pengukuran variabel 51

3.3 Populasi dan Sampel 51

3.3.1. Populasi dan Besar Sampel 52

3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel 52

3.3.3. Jenis Data 52

3.4 Metode Pengumpulan Data 53

3.5 Metode Pengolahan Data 54

(7)

3.5.2 Struktur Equation Modeling (SEM) 55 3.6 Langkah – langkah Pemecahan Masalah 65

BAB IV ANALISI HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data 74

4.2 Pengolahan Data 74

4.2.1 Karakteristik Data Penelitian 74

4.2.2 Konversi Path Diagram Persamaan Pengukuran

(Measurement Model) dan Persamaan Struktural

(Structural Model) 82

4.2.2.1 Persamaan Pengukuran (Measurement Model) 82

4.2.2.2 Pesrsamaan Struktural (Struktural Model) 90

4.3 Memilih Input Dan Teknik Estimasi 93

4.3.1 Measurement Model (Confirmatory Factor Analysis) 93

4.3.2 Structural Equation Model (Sem) 99

4.4 Menilai Kemungkinan Minculnya Identification Problem 102

4.5 Evaluasi Model 102

4.6 Intrepetasi dan Modifikasi Model 107

4.6.1 Modifikasi Model 109

4.6.2 Analisis Efek Langsung, Efek Tidak Langsung dan Total

Efek 113

4.7 Uji Reliabilitas 121

4.8 Analisa Hasil Penelitian 124

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 128

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Jalur dan Hubungan Kausalitas 28

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Aspek Yang Berpengaruh Terhadap

Ekuitas Merek Dan Gain Index 50

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Goodness of Fit Indices 31

Tabel 2.2 Kriteria Indeks Kesesuaian Model 35

Tabel 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian 43

Tabel 3.2 Indeks Kesesuaian Model 59

Tabel 4.1 Frekuensi Jawaban Responden 75

Tabel 4.2 Uji Kesesuaian Model Measurement 94

Tabel 4.3 Bobot Faktor Measurement Model 95

Tabel 4.4 Bobot Faktor Measurement Model 97

Tabel 4.5 Angka Kolerasi Measurement Model 98

Tabel 4.6 Uji Kesesuaian Model Struktural 99

Tabel 4.7 Bobot Faktor Structural Model 101

Tabel 4.8 Nilai Normalitas dan Multivariat 104

Tabel 4.9 Evaluasi Outliers 105

Tabel 4.10 Uji Kesesuaian Model 108

Tabel 4.11 Nilai Standardized Residual Covarians dengan menggunakan

Persamaan Struktur Model 109

Tabel 4.12 Modification Indices Struktur Model 110

Tabel 4.13 Uji Kesesuaian Model Modifikasi 111

Tabel 4.14 Nilai Standardized Residual Covarians dengan menggunakan

Persamaan Struktur Model yang Dimodifikasi 112

Tabel 4.15 Nilai Bobot Faktor Model Modifikasi 113

Tabel 4.16 Nilai Efek Langsung 115

(11)

Tabel 4.18 Nilai Efek Total 119

Tabel 4.19 Output Reliabilitas dengan Persamaan Model yang

Dimodifikasi 123

(12)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Survey IBBA 2007

Lampiran 2 Pertanyaan Kuisioner

Lampiran 3 Jawaban Kuisioner

Lampiran 4 Frequency Table

Lampiran 5 Structural Model

Lampiran 6 Measurement Model

Lampiran 7 Struktural Model Modification

(13)

jumlah real estate, asset yang intangible, pabrik dan peralatannya. Namun, menurut Kaprefer, nilai sebenarnya yang melekat pada perusahaan, sejatinya berada di luar bisnis perusahaan itu sendiri, yaitu di benak pembeli yang potensial. Maksudnya kesadaran, citra, kepercayaan, dan reputasi yang ada dalam benak konsumen merupakan jaminan terbaik memanen pendapatan di masa depan. Merek dapat mengidentifikasikan produk dan mengungkap asset perbedaannya: nilai fungsional, nilai kesenangan, dan nilai simbolis sebagai refleksi citra pribadi pembeli. Hal inilah yang memicu berkembangnya studi tentang ekuitas merek.

Permasalahan yang terjadi adalah menurut Indonesian Best Brand Award (IBBA) 2007 untuk kategori minyak pelumas, posisi merek pelumas Mesran berada satu tingkat di atas PRIMA XP. Padahal pelumas PRIMA XP merupakan inovasi Pertamina dalam memperbaiki kualitas pelumas Mesran Prima generasi sebelumnya, yang juga merupakan pelumas Pertamina. Ini menunjukkan bahwa nilai merek PRIMA XP lebih rendah dari Mesran, sekalipun kualitas produknya merupakan penyempurnaan dari Mesran. Karenanya perlu dilakukan studi ekuitas merek terhadap PRIMA XP. Yang bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek ekuitas merek serta pengaruhnya terhadap gain index merek PRIMA XP.

Dalam penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) yang merupakan salah satu metode multivariate data analysis yang dapat mendeteksi pola hubungan secara simultan dan hubungan timbal balik antara variabel yang diamati. Sebagai indikatornya digunakan persepsi konsumen terhadap seluruh faktor yang berpengaruh dan melekat pada produk minyak pelumas kendaraan bermotor. Metode yang sesuai untuk menganalisa masalah tersebut dan sesuai dengan tujuan penelitian adalah menggunakan SEM (Structural Equation Modeling). Melihat besarnya peran ekuitas merek dalam menentukan keberhasilan produk di pasar, dari sini perlu dilakukan studi ekuitas merek pada PRIMA XP. Yang nantinya hasil yang diharapkan akan mempengaruhi secara langsung efektifitas pengelolaan merek dalam jangka panjang yang diterjemahkan dalam keputusan-keputusan pemasaran dalam perusahaan agar merek menjadi kuat di pasaran.

Dari analisis Structural Equation Model yang dilakukan dalam penelitian ini diperolehhasil: Kesadaran Merek berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Ekuitas Merek sebesar 0.11, Kesan Kualitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Ekuitas Merek sebesar 1.152. Asosiasi Merek terhadap Ekuitas Merek berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Ekuitas Merek sebesar -0.051, Loyalitas Merek terhadap Ekuitas Merek berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Ekuitas Merek sebesar -0.048, Ekuitas Merek terhadap Gain Index berpengaruh positif dan signifikan terhadap Gain Index sebesar 0.934.

Kata kunci : SEM, confirmatory faktor analysis, kesadaran merek (Brand

awareness), kesan kualitas (Perceived Quality), asosiasi merek

(14)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Selama beberapa dasawarsa ini, nilai perusahaan sering diukur dalam

jumlah real estate, asset yang intangible, pabrik dan peralatannya. Namun,

menurut Kaprefer, kini telah diakui bahwa nilai sebenarnya yang melekat pada

perusahaan, sejatinya berada di luar bisnis perusahaan itu sendiri, yaitu di benak

pembeli yang potensial. Maksudnya kesadaran, citra, kepercayaan, dan reputasi

yang ada dalam benak konsumen merupakan jaminan terbaik memanen

pendapatan di masa depan. Merek dapat mengidentifikasikan produk dan

mengungkap asset perbedaannya: nilai fungsional, nilai kesenangan, dan nilai

simbolis sebagai refleksi citra pribadi pembeli. Hal inilah yang menjadi pemicu

berkembangnya studi tentang ekuitas merek.

PT. Pertamina adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan

dan pengolahan minyak bumi di Indonesia. Selain BBM, salah satu produk yang

di hasilkan adalah minyak lumas. Unit Produksi Pelumas Surabaya (UPPS)

Pertamina telah memproduksi macam-macam minyak lumas sesuai kebutuhan

konsumen, baik masyarakat maupun industri. Untuk produk minyak lumas mesin

kendaraan salah satunya adalah PRIMA XP SAE 20W-50, yang merupakan

generasi pelumas terbaru sebagai upaya peningkatan kualitas pelumas Mesran

Prima generasi sebelumnya. Dengan fungsi yang sama kedua merek ini beredar di

(15)

Menurut IBBA (Indonesian Best Brand Award) 2007 untuk kategori

minyak pelumas, posisi merek pelumas Mesran berada satu tingkat di atas PRIMA

XP, padahal telah diuraikan bahwa PRIMA XP merupakan inovasi Pertamina

dalam memperbaiki kualitas pelumas Mesran Prima generasi sebelumnya, yang

juga merupakan pelumas Pertamina. Ini menunjukkan bahwa nilai merek PRIMA

XP lebih rendah dari Mesran, sekalipun kualitas produknya merupakan

penyempurnaan dari Mesran.

Dalam penelitian ini menggunakan metode Structural Equation

Modeling (SEM) yang merupakan salah satu metode multivariate data analysis

yang dapat mendeteksi pola hubungan secara simultan dan hubungan timbal balik

antara variabel yang diamati. Sebagai indikatornya digunakan persepsi konsumen

terhadap seluruh faktor yang berpengaruh dan melekat pada produk minyak

pelumas kendaraan bermotor.

Melihat besarnya peran ekuitas merek dalam menentukan keberhasilan

produk di pasar, dari sini perlu dilakukan studi ekuitas merek pada PRIMA XP.

Yang nantinya hasil yang diharapkan akan mempengaruhi secara langsung

efektifitas pengelolaan merek dalam jangka panjang yang diterjemahkan dalam

keputusan-keputusan pemasaran dalam perusahaan agar merek menjadi kuat di

(16)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan pada latar belakang maka

dapat dirumuskan suatu permasalahan dalam penelitian ini adalah :

“Aspek-aspek apakah yang berpengaruh terhadap ekuitas merek dan gain index

pada produk minyak lumas PRIMA XP ?”

1.3 Batasan Masalah

1. Obyek penelitian ini adalah pengguna kendaraan bermotor.

2. Penelitian dilakukan di wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Selatan.

1.4 Asumsi - Asumsi

Asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Responden dapat mengerti isi kuisioner dan dapat memberikan

penilaian terhadap kondisi produk yang diteliti.

2. Indikator – indikator yang ditentukan sesuai dengan teori dan keadaan

yang sebenarnya.

3. Antar masing – masing indikator yang digunakan dalam penelitian

tidak mempunyai hubungan satu sama lain.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh model aspek ekuitas merek terhadap

ekuitas merek dan gain index pada produk minyak lumas Prima XP.

2. Untuk mengetahui model aspek ekuitas merek terhadap ekuitas merek

dan gain index pada produk minyak lumas Prima XP supaya model

(17)

1.6 Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ekuitas merek akan membantu :

1. Bagi Universitas

Sebagai perbendaharaan perpustakaan dan diharapkan dapat

bermanfaat bagi mahasiswa yang mengadakan penelitian dengan

permasalahan serupa, serta untuk penelitian lebih lanjut dimasa yang

akan datang.

2. Bagi Perusahaan

Perusahaan dapat mengetahui variabel kritis pembangun sebuah merek

produk minyak pelumas kendaraan bermotor, memberikan masukan

pada perusahaan tentang persepsi konsumen terhadap layanan

perusahaan, serta perusahaan dapat mengetahui kinerjanya secara

umum yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan di

masa yang akan datang.

3. Bagi Penulis

Memberikan tambahan wawasan, pengalaman dan pengetahuan

berkaitan dengan aspek-aspek ekuitas merek dan gain index dengan

pendekatan Structural Equatin Modeling pada produk minyak lumas

(18)

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah,

batasan masalah, asumsi-asumsi, tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dibahas mengenai metode yang digunakan dalam

penelitian Tugas Akhir dan juga teori lain yang dapat menunjang

pelaksanaan penelitian. Teori-teori tersebut akan menjelaskan konsep

pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini sehingga pembaca

dapat memahami konsep penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan

dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian memberikan

gambaran secara menyeluruh tentang kegiatan penelitian tugas akhir.

Prosedur penelitian disusun secara sistematis untuk memperhatikan

tahap-tahap yang dilalui dalam melakukan kegiatan penelitian.

Membahas tentang tempat dan waktu penelitian, definisi operasional

dan pengukuran variable, teknik pengumpilan data dan teknik analisis

(19)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Membahas tentang gambaran obyek penelitian, penyajian data,

interpetasi data dan analisa data

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran mengenai pengaruh faktor -

faktor terhadap kinerja pemasaran yang berorientasi pada keunggulan

bersaing berkelanjutan

Daftar Pustaka

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Merek

“Produk adalah barang yang dihasilkan pabrik, sementara merek adalah sesuatu yang dicari pembeli. Produk amat mudah ditiru, sementara merek selalu memiliki keunikan dan nilai tambah yang sangat signifikan. Produk cepat usang, sementara merek yang sukses akan bertahan sepanjang zaman.” – Stephen King, CEO WPP Group, London. ( Teguh P. 2006, www.swa.co.id )

Secara bahasa merek berarti nama dagang atau tera dagang. Sedangkan definisi merek menurut pemaparan American Marketing Assosiation, merek adalah nama, istilah, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk menidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Berta B. Retnawati, 2003: 7)

Menurut David A. Aaker merek adalah nama dan atau simbol yang bisa membedakan (seperti sebuah logo cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu. (Freddy Rangkuti, 2002: 36)

(21)

Namun dalam aplikasinya merek bukan sekedar nama, istilah, tanda atau simbol saja, lebih dari itu, merek merupakan sebuah ‘janji’ perusahaan untuk secara konsisten memberikan gambaran, semangat, dan pelayanan pada konsumen (Berta B. Retnawati, 2003: 6). Merek lebih dari sekedar simbol. Merek dapat memiliki enam tingkat pengertian, yaitu: (Freddy Rangkuti, 2002: 36)

1. Atribut, yaitu merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.

2. Manfaat, yaitu suatu merek lebih dari serangkaian atribut. Pelangan tidak hanya membeli atribut, mereka membeli manfat. Atribut diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.

3. Nilai, yaitu merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. 4. Budaya, yaitu merek juga mewakili kebudayaan tertentu.

5. Kepribadian, yaitu merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.

6. Pemakai, yaitu merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau mengunakan produk tersebut.

Disinilah dibutuhkan pengelolaan merek yang bukan pekerjaan sederhana, tantangan besar yang menghadang adalah banyak dan cepatnya perubahan yang terjadi dalam lingkungan pemasaran. Semisal perubahan dari prilaku konsumen, strategi – strategi kompetitif, aturan – aturan pemerintah dan aspek lain dari lingkungan pemasaran yang dapat mempengaruhi suatu merek. (Berta B. Retnawati, 2003: 6)

Selain itu manfaat merek antara lain: (Freddy Rangkuti, 2002: 139-140) 1. Manfaat merek bagi perusahaan:

(22)

b. Secara hukum melindungi penjual dari pemalsuan ciri-ciri produk, karena bila tidak, setiap pesaing akan meniru produk yamg telah berhasil di pasaran.

c. Memberikan peluang untuk mempertahankan kesetiaan konsumen terhadap produknya.

d. Membantu penjual mengelompokkan pasar ke dalam segmen-segmen. e. Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya nama yang baik.

2. Manfaat merek bagi distributor:

a. Memudahkan penanganan produk.

b. Mengidentifikasikan pendistribusian produk.

c. Meminta produksi agar berada pada standar mutu tertentu. d. Meningkatkan pilihan para pembeli.

3. Manfaat merek bagi konsumen:

a. Memudahkan untuk mengenali mutu.

b. Lebih mudah dan efisien ketika membeli kembali produk yang sama. c. Dengan merek tertentu, konsumen dapat mengkaitkan status dan

prestisenya.

2.1.1 Ekuitas Merek

Menurut Ferrel ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitias merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pembeli perusahaan. (Khaerul Umam, 2004: 5)

(23)

konsumen terhadap nama atau merek produk. Dengan asosiasi positif terhadap sebuah merek produk menghasilkan tingginya nilai produk dari perusahaan dimata konsumen yang berdampak pada daya saing perusahaan dibandingkan dengan kompetitor. (Khaerul Umam, 2004: 6)

Aaker dan kotler menyebutkan bahwa ekuitas merek adalah ‘brand asset’ dan ‘liability’ yang berhubungan dengan sebuah merek tertentu. Hal ini berkaitan dengan tingkat pengakuan merek, mutu merek yang diyakini, asosiasi mental dan emosional yang kuat, serta aktiva lain seperti hak paten, merek dagang, dan hubungan saluran distribusi. Ada lima level sikap pelanggan terhadap merek dari yang terendah sampai yang tertinggi: (Berta Bekti Retnawati, 2003: 7)

1. Pelanggan akan mengganti merek, terutama untuk alasan harga, tidak ada kesetiaan merek.

2. Pelanggan puas, tidak ada alasan untuk berganti merek. 3. Pelanggan puas, dan merasa rugi bila berganti merek.

4. Pelanggan menghargai merek itu dan menganggapnya sebagai teman. 5. Pelanggan terikat pada merek itu.

Dalam Kotler keuntungan kompetitif yang dapat diperoleh dari tingginya ekuitas merek adalah: (Berta Bekti Retnawati, 2003: 7)

1. Merek tersebut memberikan pertahanan terhadap persaingan harga yang kompetitif.

2. Lebih mudah meluncurkan perluasan merek karena kredibilitasnya yang tinggi.

(24)

4. Posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor dan pengecer sebab pelanggan mengharapkan mereka memiliki merek tersebut.

5. Menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena tingkat kesadaran dan kesetiaan merek konsumen tinggi.

2.1.2 Aspek-Aspek dalam Ekuitas Merek

Konsep ekuitas merek mempengaruhi secara langsung efektifitas pengelolaan merek dalam jangka panjang yang diterjemahkan dalam keputusan-keputusan pemasaran. Aspek–aspek dalam ekuitas merek adalah sebagai berikut: (Freddy Rangkuti 2002: 39-72).

1 Kesadaran merek (Brand Awareness) 2 Kesan Kualitas (Percieved Ouality) 3 Asosiasi Merek (Brand Association) 4 Kesetiaan Merek (Brand Loyalty)

2.1.2.1Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Menurut Aaker Kesadaran merek merupakan suatu kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa satu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Tingkatan kesadaran merek dari tingkat terendah sampai tertinggi adalah sebagai berikut: (Freddy Rangkuti 2002: 40-41)

a. Unaware of brand (tidak menyadari merek)

(25)

b. Brand recognition (pengenalan merek)

Hal ini (pengenalan merek) penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu merek pada saat melekukan pembelian.

c. Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek)

Cermin merek yang diingat konsumen setelah satu kategori produk tersebut.

d. Top of mind (puncak pikiran)

Merek tersebut jadi pemimpin dari berbagai merek.

Karenanya kesadaran merek sangat bergantung dengan nama merek itu sendiri. Perusahaan harus memutuskan bagaimana suatu merek dapat menerangkan sebuah nama merek pada produknya. Pemberian merek menjadi sangat penting, sehingga jarang ditemukan barang yang tidak memiliki merek. Dan merek meliputi: (Freddy Rangkuti 2002: 37)

a. Nama merek harus menunjukkan manfaat dan mutu produk tersebut. b. Nama merek harus mudah diingat.

c. Nama merek harus mudah terbedakan, artinya harus spesifik dan khas. d. Nama merek harus mudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing. e. Nama merek harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan dan mendapat

perlindungan hukum.

2.1.2.2Kesan Kualitas (Percieved Ouality)

(26)

menyeluruh mengenai suatu merek didasarkan pada dimensi yang termasuk dalam karakteristik produk seperti: (Khaerul Umam 2004: 7)

a. Kinerja produk; yaitu sejauh mana keberhasilan produk dalam memberikan manfaatnya.

b. Diferensiasi produk; yaitu suatu karakteristik utama atau keunggulan dari suatu produk .

c. Spesifikasi produk; yaitu spesifikasi produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

d. Keandalan produk; bagaimana konsistensi produk bekerja sesuai fungsinya dan kualitasnya.

e. Umur ekonomis; Batas ukuran atau umur produk mampu bekerja optimal. f. Hasil; manfaat yang diperoleh dari kualitas produk.

Terdapat lima keuntungan kesan kualitas (Freddy Rangkuti 2002: 42) : a. Alasan membeli

Kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan untuk membeli. Hal ini mempengaruhi merek-merek mana yang harus dipertimbangkan dan selanjutnya mempengaruhi merek apa yang akan dipilih.

b. Diferensiasi

Artinya suatu karakteristik penting dari merek yang mempengaruhi posisinya dalam kesan kualitas.

c. Harga optimum

Memberikan pilihan-pilihan dalam menentukan harga optimum. d. Minat saluran distribusi

(27)

e. Perluasan merek

Kesan kualitas dapat dieksploitasikan dengan cara mengenalkan berbagai perluasan merek, yaitu dengan menggunakan merek tertentu akan masuk ke dalam kategori produk baru.

2.1.2.3Asosiasi Merek (Brand Association)

Menurut Aaker dalam Freddy Rangkuti (2002: 43) asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan tentang ingatan mengenai suatu merek. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai hingga membentuk citra tentang merek (brand image).

Asosiasi merek meliputi tiga bagian penting, yaitu atribut, keuntungan dan perilaku. (Freddy Rangkuti 2002: 20)

a. Atribut; meliputi asosiasi konsumen mengenai atribut yang ditampilkan suatu merek.

b. Keuntungan; meliputi keuntungan atau manfaat lebih yang diperoleh dari suatu merek.

c. Perilaku; meliputi perilaku atau kebiasaan konsumen yang mempengaruhi asosiasi merek.

(28)

Terdapat lima keuntungan asosiasi merek (freddy Rangkuti 2002: 43-44) : a. Membantu proses penyusunan informasi.

Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan mudah dikenal oleh pelanggan.

b. Perbedaan

Asosiasi-asosiasi merek dapat memainkan peran yang sangat penting dalam membedakan suatu merek dengan merek yang lain.

c. Alasan untuk membeli.

Asosiasi merek sangat membantu konsumen untuk mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak.

d. Penciptaan sikap atau perasaan positif.

Asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif yang pada gilirannya akan berdampak positif pada produk yang bersangkutan.

e. Perluasan merek

Asosiasi merek dapat menghasilkan landasan bagi perluasan merek, yaitu menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek dengan produk baru.

2.1.2.4Kesetiaan Merek (Brand Loyalty)

Kesetiaan merek merupakan ukuran keterkaitan seorang konsumen pada sebuah merek, yang mencerminkan bagaimana seorang pembeli mungkin akan beralih ke merek lainnya. Kesetiaan merek diklasifikasikan ke dalam lima golongan yaitu sebagai berikut (Freddy Rangkuti 2002: 62-63) :

(29)

b. Likes the brand : sungguh suka merek tersebut karena ada hubungan emosional;

c. Satisfied buyer : pembeli yang puas tapi masih menanggung switching cost;

d. Habitual buyer : pembeli yang mengalami ketidakpuasan dan membeli barang karena kebiasaan;

e. Switcher : pembeli yang tidak loyal.

Untuk memahami secara lebih jelas mengenai loyalitas merek dan pengelolaannya, diperlukan upaya untuk mengukur loyalitas merek, yaitu sebagai berikut (Freddy Rangkuti 2002: 64-71) :

a. Pengukuran perilaku

Dengan cara mengetahui pola-pola pembelian yang biasa dilakukan oleh konsumen. Pengukuran yang dapat digunakan adalah tingkat pembelian ulang (purcase rate), persentas pembelian dan jumlah merek yang dibeli. b. Biaya peralihan (switching cost)

Analisis terhadap biaya pengorbanan untuk beralih merek dapat memberikan wawasan yang lebih luas karena pengorbanan tersebut merupakan dasar terciptanya loyalitas merek.

c. Kepuasan

Pengukuran tingkat kepuasan atau mengukur ketidakpuasan merupakan alat yang penting untuk mendeteksi tingkat loyalitas konsumen.

d. Merek kesukaan

(30)

tercermin pada kesediaan pelanggan untuk memperoleh merek kesukaannya, meskipun dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan merek yang lainnya.

e. Komitmen

Merek-merek yang sangat kuat akan memiliki sejumlah besar pelanggan yqng memiliki komitmen. Satu indikator penting adalah sejumlah interaksi dan komunikasi yang terlibat dalam suatu produk. Misalnya, konsumen suka membicarakan merek tersebut dengan rekannya, bahkan menyarankan dan merekomendasikan untuk membeli merek tersebut.

2.1.3 Indeks Potensi Menggaet Pelanggan Merek Lain (Gain Index)

(31)

Untuk mempertinggi gain index perlu dilakukan pengelolaan ekuitas merek dengan tepat. Beberapa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi merek di masa depan, yaitu:

1. Penguatan merek.

Strategi penguatan merek dapat dilakukan dengan menjaga konsistensi merek serta melindungi sumber-sumber ekuitas merek. Dalam Keller (1999) manfaat dari penguatan merek dengan mendapatkan tingkat awareness tinggi dan image merek yang positif adalah diperolehnya cost saving dan revenue opportunities (peluang pendapatan).

2. Revitalisasi merek.

Revitalisasi merek adalah strategi dalam memperbaiki kebaikan merek yang memudar. Keller (1999) menegaskan jika strategi penguatan merek masih belum berhasil secara maksimal, langkah berikutnya yang bisa dipertimbangkan adalah strategi revitalisasi merek. Revitalisasi merek dapat dilakukan dengan memperbaiki dan meningkatkan kekuatan dan keunggulan, serta keunikan dari asosiasi merek untuk mempertinggi brand image.

3. Memperbaiki image merek.

Strategi yang dilakukan bisa berupa menjaga positioning yang sudah ada atau menciptakan positioning yang baru. Dalam asosiasi positif yang ada perlu didukung, sedang asosiasi negatif lainnya dapat dinetralkan sehingga asosiasi positif dapat ditambahkan.

(32)

2.1.4 Minyak Lumas Mesin Kendaraan

Pada awal pengilangan, minyak lumas termasuk produk kedua setelah kerosine. Pelumas merupakan hasil sampingan dari pabrik parafin wax. Tahun 1860, untuk keperluan pelumasan digunakan minyak lemak (lard oil), minyak ikan (sperm oil) dan talek (tallow). Karena pentingnya pelumasan kemudian digunakan minyak binatang dan minyak tumbuh-tumbuhan (animal and vegetable oil) seperti fatty oil, castor oil, palm oil, dan sebagainya. Dengan berkembangnya industri, maka kebutuhan akan minyak lumas menjadi bertambah, termasuk untuk kebutuhan pelumasan pada mesin kendaraan bermotor. (Mudjiraharjo, 2005: 1)

PRIMA XP SAE 20W-50 adalah pelumas mesin bensin yang diformulasikan dari bahan dasar pilihan berkualitas tinggi dari jenis HVI dengan aditif hasil teknologi mutakhir dalam jumlah, jenis dan komposisi yang optimal, antara lain detergent dipersant, anti oksidasi, anti aus serta (VII) Viscosity Index Improper yang kesemuanya mampu memberikan perlindungan yang maksimal terhadap bagian-bagian mesin yang dilumasi. PRIMA XP SAE 20W-50 memiliki keunggulan utama yaitu mempunyai kekentalan ganda (multigrade), mantap pada suhu tinggi dan rendah sehingga mesin yang dilumasi dengan pelumas ini mudah dihidupkan pada waktu suhu rendah serta tetap mempunyai kekentalan yang sesuai untuk pelumasan pada suhu dan kecepatan tinggi.

(33)

Mesran Prima generasi sebelumnya. Pelumas ini diakui (approved) dan memperoleh sertifikat dari The American Petroleum Institute (API) Engine Oil Licensing and Certification System (EOLCS). (PERTAMINA Lubricants Guide, 2006: 52-53)

2.2 Metode Analisis Data

Dimana dalam mengolah suatu data yang akan diolah diperlukan analisis dari hasil output dari sebuah metode. Disini data diolah dengan menggunakan metode Struktur Equation Modelling ( SEM ) yang akan kita analisis.

2.2.1 Struktural Equation Modelling ( SEM )

Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari Measurement Model dan Structural Model. Measurement Model atau model pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator-indikator empirisnya. Structural Model adalah model mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor. Untuk membuat pemodelan yang lengkap beberapa langkah berikut ini perlu dilakukan :

1. Pengembangan model berbasis teori.

2. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas. 3. Konversi diagram alur kedalam serangkaian persamaan structural dan

spesifikasi model pebgukuran.

4. Pemilihan matriks input dan teknik estimasi atas model yang dibangun. 5. Menilai problem identifikasi.

6. Evaluasi model.

(34)

2.2.2 Kapan SEM Digunakan

SEM digunakan karena keunggulan yang mempunyai kemampuan untuk menampilkan sebuah model komprehensif bersamaan dengan kemampuan untuk mengkonfirmasikan dimensi atau faktor dari sebuah konsep melalui indikator – indikator empiris serta kemampuannya untuk mengukur pengaruh antar faktor yang secara teoritis ada. Oleh karena itu, SEM biasanya dipandang sebagai kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi, dan tentu saja dapat diaplikasikan secara terpisah hanya dalam analisis faktor ( yaitu Comfirmatory Factor Analysis ) ataupun hanya dalam analisis regresi.

2.2.3 Asumsi-asumsi Dasar yang Digunakan SEM

Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis dengan pemodelan SEM adalah sebagai berikut : a. Ukuran Sampel

Karena dalam penelitian ini menggunakan maximum likelihood estimation dimana data yang dibutuhkan adalah antara 100-200. Data dalam penelitian yang didapat dari pengembalian kuisioner yang berisi lengkap minimal sebanyak 100 kuisioner, sehingga asumsi SEM bahwa data harus ≥ 100 terpenuhi. Jadi sampel yang diolah sebagui input adalah minimal 100.

b. Normalitas atau Linearitas

(35)

beberapa variabel digunakan sekaligus dalam analisis akhir. Uji linearitas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linearitas.

c. Outlier

Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainnya. Dapat diadakan treatment khusus pada outliers ini asal diketahui bagaimana munculnya outliers itu. Outlier pada dasarnya dapat muncul dalam empat kategori :

1) Pertama, outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. Misalnya, nilai 7 diketik 70 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya dalam sebuah rentang jawaban responden antara 1 – 10. Bila hal semacam ini lolos supervisi pengetikan data untuk pengolahan melalui komputer, maka angka 70 dapat menjadi sebuah nilai ekstrim.

(36)

ibu dijelaskan. Jawaban yang positif ini dapat menjadi outliers dalam panel data.

3) Ketiga, outlier dapat muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak dapat mengetahui apa penyebab atau tidak ada penjelasan mengenai sebab-sebab munculnya nilai ekstrim itu. Contohnya, sama dengan survai pendapat mengenai, dimana datanya menunjukkan hanya ada 1 (satu) orang ibu yang sangat senang. Jawaban ini akan menjadi outliers, dimana peneliti tidak tahu penyebab munculnya nilai ekstrim itu.

4) Keempat, outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila dikombinasi dengan variabel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau sangat ekstrim. Inilah yang disebut dengan multivariate outliers.

d. Multicollinearity dan Singularity

(37)

2.2.4 Perbedaan SEM dengan Alat Multivariat yang Lain

SEM menampilkan model yang relatif rumit. Yang dimaksudkan dengan model yang rumit adalah model-model simultan yang dibentuk melalui lebih dari satu variabel dependen yang dijelaskan oleh satu atau beberapa variabel independen, dan dimana sebuah variabel dependen pada saat yang sama berperan sebagai variabel independen bagi hubungan berjenjang lainnya, yang dikenal sebagai variabel intervening dan variabel moderating. Model yang rumit adalah juga model yang dikembangkan dengan alur anteseden dan konsekuensi atau model sebab akibat atau causal model. Itulah sebabnya structural equation model disebut juga sebagai causal model.

Kalau alat multivariat yang lain mempunyai kelemahan pada keterbatasan pada pengoperasiannya yang hanya dapat menganalisis satu hubungan pada suatu waktu. Secara teknisnya hanya dapat menguji satu variabel dependen melalui beberapa variabel independen. Sedangkan kenyataan dari lapangan, manajemen dihadapkan pada masalah yang rumit seperti kriteria yang dimiliki SEM.

Jika asumsi telah terpenuhi, maka model kemudian diuji melalui uji kesesuaian dan uji statistik yang meliputi:

1. Chi – square statistic (X2)

(38)

2. Significance probability

Merupakan uji signifikansi terhadap perbedaan matriks kovarian data dengan matriks kovarian yang diestimasi. Jika nilai probabilitas signifikansi > 0,05 mengindikasikan bahwa model dapat diterima.

3. Relative chi-square

Merupakan the minimum sample discrepance function (CMIN) dibagi dengan degree of freedom yang akan menghasilkan CMIN/DF dan pada umumnya digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat kelayakan suatu model. Nilai X2 relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit model dengan data.

4. The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

Merupakan sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengompensasi chi – square statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan goodness of fit yang dapat digunakan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model.

5. Comparative Fit Index (CFI)

(39)

6. Tucker Lewis Index (TLI)

Merupakan sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan diterimanya sebuah model adalah ≥ 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan kesesuaian yang sangat bagus Nilai TLI yang diharapkan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah sebesar ≥ 0,95.

7. Goodness of Fit Index (GFI)

GFI adalah sebuah ukuran non-statistical yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam index ini menunjukkan sebuah “better fit”.

8. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)

AGFI merupakan GFI yang di-adjust terhadap degress of freedom yang tersedia untuk menguji diterima tidaknya model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,9. Nilai sebesar 0,95 dapat diiterpretasikan sebagai tingkatan yang baik ( good overall model fit ) sedangkan nilai antara 0,90 – menunjukan tingkatan cukup ( adequate model fit ).

(40)

untuk menambah alur baru terhadap model yang diestimasi. Nilai residual lebih besar atau sama dengan ± 2,58 diintepretasikan sebagai signifikan secara statistik pada tingkat 5% dan residual yang signifikan.

2.2.5 Pengujian Model

Untuk membuat pemodelan yang lengkap beberapa langkah berikut ini perlu dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Pengembangan model berbasis teori

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teorities yang kuat. Setelah itu model tersebut divalidasi secara empirik melalui komputasi program SEM. Oleh karena itu dalam pengembangan model teorities, seorang peneliti harus melakukan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka yang intens guna mendapatkan justifikasi atas model teorities yang dikembangkannya. Dengan perkataan lai, tanpa dasar teorities yang kuat, SEM tidak dapat digunakan. Hal ini disebabkan karena SEM tidak digunakan untuk menghasilkan sebuah model melainkan untuk mengkorfimasi model teorities tersbut, melalui data empirik.

2. Penyusunan Pathdiagram

Setelah model berbasis teori dikembangkan pada langkah pertama, model itu akan disajikan dalam sebuah pathdiagram untuk dapat diestimasi dengan menggunakan program AMOS 6.01.

(41)

biasanya dinyatakan dalam bentuk persamaan tetapi dalam SEM hubungan kausalitas itu cukup digambarkan dalam sebuah path diagram dan selanjutnya bahasa program akan mengkonversi gambar menjadi persamaan dan persamaan menjadi estimasi.

Dalam membangun diagram jalur (path diagram), hubungan antar konstruk ditunjukkan dengan garis dengan satu anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas (regresi) dari satu konstruk ke konstruk yang lain. Garis dengan dua anak panah menunjukkan hubungan korelasi antar konstruk.

Di dalam pemodelan SEM peneliti akan bekerja dengan “konstruk” atau “faktor” yaitu konsep – konsep yang memiliki pijakan teoritis yang cukup untuk menjelaskan berbagai hubungan. Cara membangun diagram jalur dapat dijelaskan pada gambar berikut ini :

Gambar 2.1 Diagram Jalur dan Hubungan Kausalitas

Konstruk – konstruk yang dibangun dalam diagram jalur di atas dapat dibedakan dalam 2 kelompok konstruk, yaitu konstruk eksogen dan konstruk endogen yang diuraikan sebagai berikut :

Konstruk eksogen (exogenous construct) dikenal juga sebagai source variable atau independent variable yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam

Hubungan Kausalitas

Independen Dependen X1 X2 ... Y1

Hubungan Kausalitas

Independen Dependen X1 X2 ... Y1

X2 Y1 ... Y2

Hubungan Kausalitas

Independen Dependen X1 X2 ... Y1

[image:41.595.125.520.343.586.2]
(42)

model. Secara diagramatis, konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah. Dalam gambar terlihat adanya sebuah garis lengkung dengan anak panah 2 ujung. Garis lengkung ini tidak menjelaskan sebuah kausalitas melainkan untuk mengindikasikan adanya korelasi, karena syarat yang harus dipenuhi dalam uji regresi adalah tidak ada korelasi antar variabel independen dalam sebuah model. Dengan garis lengkung ini, peneliti dapat mengamati berapa kuatnya tingkat korelasi antar kedua konstruk yang akan digunakan untuk analisis lebih lanjut.

Konstruk endogen (endogenous construct) adalah faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen. Berdasarkan pijakan teoritis yang cukup, seorang peneliti dapat menentukan mana yang akan diperlakukan sebagai konstruk endogen dan mana sebagai konstruk eksogen.

3. Konversi diagram alur ke dalam serangkaian persamaan struktural dan spesifikasi model pengukuran

Setelah teori atau model teorities dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah alur, peneliti dapat mulai mengkonversi spesifikasi model tersebut ke dalam rangkaian persamaan. Persamaan yang dibangun akan terdiri dari:

a. Persamaan Struktural (Struktural Equation). Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk.

(43)

serta menentukan variabel serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang dihipotesiskan antar konstruk atau variabel.

4. Pemilihan matriks input dan teknik estimasi atas model yang dibangun Setelah model dispesifikasikan secara lengkap, selanjutnya dipilih jenis input (kovarians atau korelasi). Bila yang diuji adalah hubungan kausalitas maka disarankan input yang digunakan adalah kovarians. (Hair et al., 1995). Matriks kovarians digunakan karena ia memiliki keunggulan dalam menyajikan perbandingan yang valid antara populasi yang berbeda atau sampel yang berbeda, hal mana tidak dapat disajikan dalam korelasi.

Teknik estimasi yang dipakai peneliti yang tersedia dalam AMOS 6.01 adalah Maximum Likelihood Estimation (ML) yang telah menjadi default dari program ini. Estimasi akan dilakukan secara bertahap yaitu:

Teknik Confirmatory Factor Analysis

Teknik ini ditujukan untuk mengestimasi measurement model menguji undimensionalitas dari konstruk eksogen dan konstruk-kontruk endogen. Disebut sebagai teknik analisis faktor konfimatori, sebab pada tahap ini model akan mengkonfirmasi apakah variabel yang diamati dapat mencerminkan faktor yang dianalisis.

Terdapat dua uji dasar dalam Confirmatory Factor Analysis yaitu: a. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit Test)

(44)
[image:44.595.143.515.84.560.2]

Tabel 2.1 Goodness of Fit Indices

Goodness of Fit Indices Cut – Off Value X2 Chi Square Diharapkan kecil

Probabilitas ≥ 0,05

CMIN/DF ≤ 2,00

RMSEA ≤ 0,08

GFI ≥ 0,09

AGFI ≥ 0,09

TLI ≥ 0,95

CFI ≥ 0,95 Sumber : Ferdinand 2002 : 61.

b. Uji Validitas Konvergen

Uji Validitas konvergen dinilai dari measurement model yang dikembangkan dalam penelitian dengan menentukan apakah setiap indikator yang diestimasi secara valid mengukur dimensi dari konsep yang diujinya. Bila setiap indicator memiliki C.R > 2.SE, hal ini menunjukkan bahwa indikator itu secara valid mengukur apa yang sebenarnya diukur dalam model yang disajikan.

c. Uji Signifikansi

Sebuah variabel dapat digunakan untuk mengkonfirmasi sebuah variabel laten bersama-sama dengan variabel lainnya dengan menggunakan tahapan analisis sebagai berikut:

1. Nilai Lambda atau Loading Factor

(45)

2. Bobot Faktor (Regression Weight)

Kuatnya dimensi – dimensi itu membentuk variabel latennya dapat dianalisis dengan menggunakan uji – t terhadap bobot faktor. C.R atau Critical Ratio identik dengan t – hitung dalam analisis regresi. Oleh karena itu, C.R yang identik dengan t – hitung harus dibandingkan dengan t – tabel. Apabila C.R yang identik dengan t – hitung lebih besar dari t – tabel maka menunjukkan bahwa variabel itu secara signifikan merupakan dimensi dari variabel laten yang dibentuk.

d. Uji Validitas Diskriminan

Validitas diskriminan dilakukan untuk menguji dua konstruk dengan melihat angka korelasinya. Hubungan kausalitas antar dua variabel terjadi bila kedua variabel tersebut mempunyai hubungan atau angka korelasi antar dua variabel tersebut besar. Sedangkan antar variabel independen harus tidak mempunyai hubungan atau angka korelsi antar kedua variabel tersebut harus kecil. Dimana intetpretasi mengenai besarnya angka korelasi adalah sebagai berikut:

a. Antara 0,80 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi b. Antara 0,60 sampai dengan 0,80 : tinggi

c. Antara 0,40 sampai dengan 0,60 : cukup d. Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah

(46)

Structural Equation Model (SEM)

Setelah measurement model dianalisis melalui konfirmasi faktor analisis dan menghasilkan validitas konvergen dan validitas diskriminan, maka sebuah model penuh SEM dapat dianalisis.

5. Menilai kemungkinan munculnya Identification Problem

Dalam operasi program AMOS 6.01, program identifikasi akan diatasi langsung oleh program. Bila estimasi tidak dapat dilakukan, program akan memberikan pesan pada monitor komputer mengenai kemungkinan sebab – sebab mengapa program tidak dapat melakukan estimasi

6. Evaluasi Model

Evaluasi model pada dasarnya sudah dilakukan diatas pada waktu model diestimasi oleh program AMOS 6.01. Secara lebih lengkap evaluasi terhadap model ini dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Ukuran Sampel

Ukuran sampel minimal. Menurut Hair, et al. yang dikutip (Ferdinand, 2002 : 43) ukuran sampel (data obsevasi) yang sesuai adalah antara 100 – 200 atau minimal untuk selanjutnya menggunakan perbandingan 5 observasi untuk setiap observasi parameter.

2. Asumsi Normalitas dan Linearitas

(47)

Sedangkan untuk asumsi Linearitas data dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS 11.0 dimana gambar garis linier antara variabel X dan Y yang baik adalah dimulai dari kiri bawah menuju ke kanan atas.

3. Evaluasi terhadap outliers

 Evaluasi atas Univariate Outliers dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS 11.0 dengan mengamati data yang memiliki –3 >z-score>3 Jika dari hasil pengamatan terdapat kasus yang diluar nilai –3 >z-score>3, maka tidak akan diikutsertakan dalam analisis selanjutnya. Pendekatan lain untuk mendeteksi outliers adalah dengan cara membandingkan standart deviasi (SD) dengan mean (X ). Apabila SD > X maka diindikasikan terdapat outliers.

 Evaluasi atas Multivariate Outliers dapat diamati pada output dari program AMOS 6.01 yang akan terlihat angka – angka Jarak Mahalanobis, bila Mahalanobis d-Squared pada komputasi AMOS 6.01 ada yang lebih besar dari nilai Chi-Square pada derajad bebas sebesar jumlah variabel dan pada tingkat signifikansi 0.001 maka data tersebut menunjukkan adanya Multivariate Outliers.

4. Asumsi atas Multikolinearitas dan Singularitas

(48)
[image:48.595.131.507.117.540.2]

5. Evaluasi atas kriteria kesesuaian model:

Tabel 2.2 Kriteria Indeks Kesesuaian Model

Goodness of Fit Indices Cut – Off Value X2 Chi Square Diharapkan kecil

Probabilitas ≥ 0,05

CMIN/DF ≤ 2,00

RMSEA ≤ 0,08

GFI ≥ 0,09

AGFI ≥ 0,09

TLI ≥ 0,95

CFI ≥ 0,95 Sumber : Ferdinand 2002: 61

6 Analisis efek langsung, efek tidak langsung dan efek total

Peneliti dapat menganalisis kekuatan hubungan atau pengaruh antar konstruk baik hubungan langsung, tidak langsung maupun hubungan totalnya.

Efek langsung (direct effect) adalah koefisien dari garis dengan anak panah satu ujung.

Efek tidak langsung (indirect effect) adalah efek yang muncul melalui sebuah variabel antara.

Efek total (total effect) adalah efek dari berbagai hubungan. Uji Reliabilitas

(49)

Uji Reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus :

Construct Reliability =

Std

Loading

j

Loading Std

2 2

. .

Dimana :

1. Std. Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap – tiap indikator (diambil dari perhitungan komputer AMOS 6.01) yaitu nilai lambda yang dihasilkan oleh masing – masing indikator.

2.

ε

φ adalah measurement error dari tiap – tiap indikator. measurement error adalah sama dengan 1 – reliabilitas indikator yaitu pangkat dua dari standardized loading setiap indicator yang dianalisis.

7. Interpretasi dan Modifikasi Model

Setelah estimasi model dilakukan, peneliti masih dapat melakukan modifikasi terhadap model yang dikembangkan, bila hasil estimasi model mempunyai residual yang besar. Namun demikian, modifikasi hanya dapat dilakukan bila peneliti mempunyai justifikasi teoritis yang cukup kuat. Bila nilai residual lebih besar dari 2,58 maka model perlu dilakukan modifikasi.

(50)

2.3 Peneliti Pendahulu

Berikut akan dijelaskan secara singkat hasil peneliti pendahulu yang berhubungan atau meneliti tentang studi merek atau yang menganalisis data menggunakan metode SEM.

1. Nathan Atmodjo (2006)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Habitual Behaviour, Satisfaction, dan Liking the Brand terhadap Brand Loyality Konsumen Motor Merek Honda” Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perilaku (habitual behaviour), satisfaction (kepuasan), liking the brand (kesukaan terhadap merek) terhadap brand loyality konsumen motor merek Honda.

Persamaan: sama-sama meneliti tentang merek Perbedaan :

1. Studi merek yang dilakukan terutama loyalitas merek.

2. metode analisis data untuk pengukuran pengaruh faktor mrngunakan analisis regresi

Adapun populasi dalam penelitian adalah seluruh. konsumen motor merek Honda yang menjadi mahasiswa semeseter VII dan IX Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro berjumlah 76 orang, dengan tingkat probabilitas 0,05. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode angket. Uji hipotesis dianalisis menggunakan uji t dan uji F.

(51)

Berdasarkan perbandingan t hitung (2,166) dengan t tabel sebesar 1,668 terbukti bahwa t1 hitung > daripada t tabel; (3) Ada pengaruh yang signifikan Liking the brand (X3) dengan Brand loyalty (Y). Berdasarkan perbandingan t hitung (2,386) dengan t tabel sebesar 1,668 terbukti bahwa t1 hitung > daripada t tabel; (4) Ada pengaruh yang signifikan Habitual Behavior (X1 ), Satisfaction (X2), dan Liking the Brand (X3) secara simultan terhadap Brand Loyalty (Y). Berdasarkan perbandingan F hitung (27,514) dan F tabel (2,743) terbukti bahwa F hitung > daripada F; (5) Koefesien determinasi menunjukkan angka 0,515. Hal ini berarti 51,5% (0,515 x 100%) Brand Loyalty dapat dijelaskan oleh ketiga variabel bebas, yaitu Habitual Behavior, Satisfaction, dan Liking the Brand. Sedang sisanya (100% - 51,5% = 48,5%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain.

2. Lenny Anggraeni (2005)

Penelitian ini dilakukan pada CV. Sewurasa (RM. Pringgading, RM. Pringsewu dan RM. Kabayan) dengan judul, “Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas dan Perpindahan Merk Studi Empiris Konsumen CV. Sewurasa (Pringgading, Pringsewu, Kabayan) di Purwokerto”

Persamaan : sama-sama meneliti tentang merek dengan pendekatan metode SEM. Perbedaan :

1. Studi merek yang dilakukan mengenai pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas dan perpindahan merek.

2. penelitian dilakukan pada 3 merek yang rumah makan yang berbeda di wilayah yang sama.

(52)

1. Perceived Quality, berpengaruh signifikan terhadap Perceived Value, hal ini dibuktikan dengan nilai CR > t-tabel (10,678 > 1,649).

2. Perceived Value, berpengaruh signifikan terhadap Customer Satisfaction, hal ini dibuktikan dengan nilai CR > t-tabel (7,079 > 1,649).

3. Perceived Quality, berpengaruh signifikan terhadap Customer Satisfaction,hal ini dibuktikan dengan nilai CR > t-tabel (5,246 > 1,649). 4. Customer Satisfaction, berpengaruh signifikan terhadap Brand Switching,

hal ini dibuktikan dengan nilai - CR < - t-tabel (-7,973 < - 1,649).

5. Customer Satisfaction berpengaruh signifikan terhadap Customer Loyalty, hal ini dibuktikan dengan nilai CR > t-tabel (7,792 > 1,649).

6. Brand Switching, tidak berpengaruh signifikan terhadap Customer Loyalty,hal ini dibuktikan dengan nilai - CR > - t-tabel (-1,437 > -1,649).

3. Taufan Ibnu Ngumar (2005)

Peneliti ini mempunyai tujuan untuk mengkaji dalam upaya meningkatkan kondisi perusahaan yang mempunyai keunggulan bersaing berkelanjutan dilihat dari faktor – faktor supply chain. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Supplier, Manufactur, Distributor, Customer, Kondisi Perusahaan, keunggulan Bersaing Berkelanjutan.

Persamaan : Sama – sama menggunakan SEM untuk pengolahan data. Perbedaan :

1. Penelitian mengenai faktor-faktor faktor – faktor supply chain.

(53)

sedangkan pada penelitian ini mengkaji dalam upaya meningkatkan kinerja pemasaran yang mempunyai keunggulan bersaing berkelanjutan.

3. Data yang digunakan oleh Taufan Ibnu Ngumar menggukan skala semantic differential, sedangkan pada penelitian ini menggunakan data dengan skala likert

Berdasarkan hasil penelitian, Supplier berpengaruh signifikan terhadap Manufaktur sebesar 0,262, Manufaktur berpengaruh signifikan terhadap Distributor sebesar 0,600, Ditributor berpengaruh signifikan terhadap Customer sebesar 0,320, Customer berpengaruh signifikan terhadap Kondisi Perusahaan sebesar 0,435 dan Kondisi Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Keunggulan Bersaing sebesar 0,419.

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu. Sebelumnya perlu dilakukan penelitian untuk menentukan sebuah hipotesis dapat diterima atau ditolak. Langkah atau prosedur untuk menentukan hipotesis diterima atau ditolah disebut pengujian hipotesis. (Sudjana, 1996 :219)

Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan untuk menetukan tingkat signifikansi hubungan antar variabel. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas dengan alpha (0.05), dimana P  0.05 H0 : P  0.05

H1 : P < 0.05

Sehingga dinyatakan H0 diterima jika P  0.05, dan terima H1 jika P < 0.05.

(54)

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan serta kerangka konseptual. Maka, disusun hipotesis sebagai sebagai berikut :

Hipotesis 1 : Kesadaran Merek terhadap Ekuitas Merek

H0 : Kesadaran Merek(X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek

(Y1)

H1 : Kesadaran Merek(X1) berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek (Y1) Hipotesis 2 : Kesan Kualitas terhadap Ekuitas Merek

H0 : Kesan Kualitas (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek

(Y1)

H1 : Kesan Kualitas (X2) berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek (Y1) Hipotesis 3 : Asosiasi Merek terhadap Ekuitas Merek

H0 : Asosiasi Merek (X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek

(Y3)

H1 : Asosiasi Merek(X3) berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek (Y3) Hipotesis 4 : Loyalitas Merek terhadap Ekuitas Merek ( Hipotesis 4)

H0 : Loyalitas Merek (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek

(Y1)

H1 : Loyalitas Merek(X4) berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek (Y1) Hipotesis 5 : Ekuitas Merek terhadap Gain Index

(55)

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi pencarian data penelitian ini dilakukan di wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Selatan. Pencarian data penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2008 sampai dengan data yang diperoleh dianggap telah cukup.

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Konsep-konsep dalam pemodelan (metode) agar dapat diteliti secara empiris, maka dilakukan langkah-langkah seperti berikut ini :

3.2.1 Identifikasi Variabel

Dalam mempersiapkan metode penguji hipotesis penelitian, penulis harus mengidentifikasikan variabel-variabel apa saja yang akan dilibatkan dalam penelitian. Ditinjau dari kepentingan penelitian, variabel bisa diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan atau merupakan faktor-faktor yang mempunyai peranan dalam gejala atau peristiwa yang diamati.

(56)
[image:56.595.115.512.101.230.2]

Tabel 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian VARIABEL No

BEBAS ANTARA TERGANTUNG 1 Kesadaran merek - Ekuitas merek

2 Kesan kualitas - Ekuitas merek 3 Asosiasi merek - Ekuitas merek 4 Loyalitas merek - Ekuitas merek 5 Ekuitas merek - Gain index 1. Variabel Exogen atau Independen

a. Kesadaran merek (Brand Awareness)

Kesadaran merek merupakan suatu kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa satu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Indikator yang digunakan adalah Manfaat & Mutu, Dikenal & Diingat, Terbedakan, dan Perlindungan Hukum. Terdapat empat butir pertanyaan dengan skala linkert 5 buah titik. b. Kesan kualitas (Perceived Quality)

Kesan kualitas adalah persepsi pembeli terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan sebuah produk atau jasa berkenaan dengan maksud yang diharapkan. Indikator yang digunakan adalah Kinerja, Diferensiasi, Spesifikasi, Keandalan, Umur Ekonomis, Pelayanan, dan Hasil. Terdapat tujuh butir pertanyaan dengan skala linkert 5 buah titik

c. Asosiasi merek (Brand Association)

(57)

d. Kesetiaan merek (Brand Loyalty)

Kesetiaan merek merupakan ukuran keterkaitan seorang konsumen pada sebuah merek yang mencerminkan bagaimana seorang pembeli mungkin akan beralih ke merek lainnya. Idikator yang digunakan adalah Pengukuran Prilaku, Biaya Peralihan, Kepuasan, Merek Kesukaan, dan Komitmen. Terdapat lima butir pertanyaan dengan skala linkert 5 buah titik.

2. Variabel Endogen atau Dependen a. Ekuitas Merek (Brand Equity)

Ekuitas merek adalah ‘brand asset’ dan ‘liability’ yang berhubungan dengan sebuah merek tertentu.hal ini berkaitan dengan tingkat pengakuan merek, mutu merek yang diyakini, asosiasi mental dan emosional yang kuat, serta aktiva lain seperti hak paten, merek dagang, dan hubungan saluran distribusi. Ekuitas merek diukur melalui indikator Persaingan Harga, Harga Merek, dan Distribusi. Terdapat empat butir pertanyaan dengan skala linkert 5 buah titik

b. Gain Index :

(58)

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel atau konstruk tersebut. Definisi operasional dan pengukuran dari variabel studi dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Faktor kesadaran merek (X1) 1. Manfaat produk ( X1.1)

Sebuah merek harus menunjukkan manfaat produk tersebut. 2. Mudah Diingat( X1.2)

Nama merek harus mudah diingat. Nama yang singkat sangat membantu.

3. Dapat Terbedakan ( X1.3)

Nama merek harus mudah terbedakan, artinya harus spesifik dan khas. Hal ini sangat penting untuk membedakan dengan merek kompetitor. 4. Perlindungan hukum (X1.4)

Nama merek harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum. Hal ini membantu melindungi merek dari tindakan pemalsuan, dan memberikan standar kualitas produk. b. Faktor kesan kualitas (X2)

1. Kinerja produk(X2.1)

(59)

2. Diferensiasi produk (X2.2)

yaitu suatu karakteristik utama atau keunggulan dari suatu produk. 3. Spesifikasi produk (X2.3)

Kesesuaian dengan spesifikasi; yaitu spesifikasi produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen

4. Keandalan produk (X2.4)

Keandalan produk; yaitu bagaimana konsistensi produk bekerja sesuai fungsinya dan kualitasnya.

5. Umur ekonomis (X2.5)

Batas ukutan atau umur produk mampu bekerja optimal. c. Faktor asosiasi merek (X3)

1. Atribut (X3.1)

Meliputi asosiasi konsumen mengenai atribut yang ditampilkan suatu merek.

2. Keuntungan (X3.2)

Meliputi keuntungan atau manfaat lebih yang diperoleh dari suatu merek.

3. Perilaku (X3.3)

Meliputi perilaku atau kebiasaan konsumen yang mempengaruhi asosiasi merek.

d. Faktor loyalitas merek (X4) 1. Pengukuran perilaku (X4.1)

(60)

pembelian ulang (purcase rate), persentas pembelian dan jumlah merek yang dibeli

2. Biaya peralihan (X4.2)

Analisis terhadap biaya pengorbanan untuk beralih merek dapat memberikan wawasan yang lebih luas karena pengorbanan tersebut merupakan dasar terciptanya loyalitas merek

3. Kepuasan (X4.3)

Pengukuran tingkat kepuasan atau mengukur ketidakpuasan merupakan alat yang penting untuk mendeteksi tingkat loyalitas konsumen.

4. Merek kesukaan (X4.4)

Kesukaan tercermin pada kesediaan pelanggan untuk memperoleh merek kesukaannya, meskipun dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan merek yang lainnya

5. Komitmen (X4.5)

(61)

e. Faktor ekuitas merek (Y1) 1. Persaingan harga (Y1.1)

Merek tersebut memberikan pertahanan terhadap persaingan harga yang kompetitif. Dapat dilihat dari posisi merek dalam persaingan harga.

2. Perluasan merek (Y1.2)

Lebih mudah meluncurkan perluasan merek karena kredibilitasnya yang tinggi. Dapat diukur dengan mengetahui tanggapan masyarakat terhadap usaha perluasan merek.

3. Harga merek (Y1.3)

Mampu menetapkan harga yang lebih tinggi dari pesaing karena terdapat keyakinan konsumen terhadap kredibilitas produk tersebut. 4. Distribusi (Y1.4)

Posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor dan pengecer sebab pelanggan mengharapkan mereka memiliki merek tersebut.

f. Faktor Gain Index (Y2) 1. Penguatan merek (Y2.1)

(62)

2. Revitalisasi merek (Y2.2)

Revitalisasi merek adalah strategi dalam memperbaiki kebaikan merek yang memudar. Keller (1999) menegaskan jika strategi penguatan merek masih belum berhasil secara maksimal, langkah berikutnya yang bisa dipertimbangkan adalah strategi revitalisasi merek. Revitalisasi merek dapat dilakukan dengan memperbaiki dan meningkatkan kekuatan dan keunggulan, serta keunikan dari asosiasi merek untuk mempertinggi brand image.

3. Perbaikan image (Y2.3)

Strategi yang dilakukan bisa berupa menjaga positioning yang sudah ada atau menciptakan positioning yang baru. Dalam asosiasi positif yang ada perlu didukung, sedang asosiasi negatif lainnya dapat dinetralkan sehingga asosiasi positif dapat ditambahkan.

(63)
[image:63.842.39.801.39.488.2]
(64)

3.2.3 Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan skala interval, yaitu mengurutkan orang / obyek berdasarkan sesuatu atribut dan juga memberikan informasi tentang interval atau jarak yang sama antara obyek yang satu dengan yang lain. Pengukuran menggunakan Skala linkert, yaitu skala yang mempunyai 5 buah titik dan berlawanan sisi (baik-buruk). Adapun serangkaian pertanyaan yang mempunyai skala 1-5 point, dengan pola sebagai berikut :

Sangat tidak setuju Sangat setuju 1 2 3 4 5

1. Jawaban dengan nilai 1, berarti sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan.

2. Jawaban dengan nilai 2, berarti setuju dengan pernyataan yang diberikan. 3. Jawaban dengan nilai 3, berarti biasanya ragu -ragu dengan pernyataan yang

diberikan.

4. Jawaban dengan nilai 4, berarti terkadang tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan.

5. Jawaban dengan nilai 5, berarti biasanya sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan.

3.3 Populasi dan Sampel

(65)

3.3.1 Populasi dan Besar Sampel

Populasi dalam penelitian ini tidak memakai populasi tetapi memakai sampling. Besarnya sampel sebesar 120 orang pengendara kendaraan bermotor yang berada di wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Selatan. Karena dalam penelitian ini menggunakan maximum likelihood estimation data yang dibutuhkan antara 100-200. Data dalam penelitian yang didapat dari pengembalian kuisioner yang berisi lengkap sebanyak 100 kuisioner, sehingga asumsi SEM bahwa data harus ≥ 100 terpenuhi.

3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Pemilihan sampel bersifat probabilitas karena elemen – elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang untuk terpilih menjadi sampel. Sampel dipilih dari jawaban kuisioner yang lengkap dan valid. Kuisioner yang kembali dipilah – pilah yang lengkap dan memenuhi syarat diambil sebagai data lalu dihitung apakah sudah lebih besar sama dengan 100 (seratus) sampel maka data dinyatakan cukup, apabila data yang memenuhi syarat kurang dari 100 (seratus) sampel, maka peneliti melakukan pendekatan ulang, atau penyebaran kuisioner tambahan hingga mencapai total sampel lebih besar sama dengan 100 (seratus) sampel dinyatakan cukup. Sedangkan dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebesar 120.

3.3.3 Jenis Data

(66)

Gambar

Gambar 2.1  Diagram Jalur dan Hubungan Kausalitas
Tabel 2.1 Goodness of Fit Indices
Tabel 2.2  Kriteria Indeks Kesesuaian Model
Tabel 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Simpang Patal Palembang, berdasarkan Hasil penelitian dengan analisis regresi linear sederhana memperoleh persamaan, Y = 2,591 + 0,474

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional , yang bertujuan untuk mengetahui hubungan keberadaan jentik

Angket pada penelitian ini diberikan kepada siswa untuk memperoleh data yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam membaca

‫المركلة‪ ,‬حاجة وسائل التعلم التى يمكن ان تدعم الطالب فى التعليم‬ ‫بالستخدام مدخال التعلم التعاونى‪ .‬ينبغى لوسيلة التعلم يستطيع ان‬ ‫يساعد

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya , maka hasil penelitian dari perbedaan pengaruh kelompok fartlek dan jogging terhadap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel

Melihat bahwa folklor merupakan sebuah payung dari tradisi lisan atau yang bisa disebut juga dengan tradisi budaya, mempunyai ciri yang harus dimilikinya sebagai berikut: (1)

1) Penelitian yang dilakukan oleh Indarti dan Rostiani(2008) yang berjudul “Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Jepang, Indonesia, dan