• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN ZONA GERAKAN TANAH DI DAERAH MOKAHA DAN SEKITARNYA Himmes Fitra Yuda*, Afiat Anugrahadi, Muhammad Arkan Shidqi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENENTUAN ZONA GERAKAN TANAH DI DAERAH MOKAHA DAN SEKITARNYA Himmes Fitra Yuda*, Afiat Anugrahadi, Muhammad Arkan Shidqi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN ZONA GERAKAN TANAH DI DAERAH MOKAHA DAN SEKITARNYA

Himmes Fitra Yuda*, Afiat Anugrahadi, Muhammad Arkan Shidqi

Teknik Geologi, Fakultas Teknik Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta *Penulis koresponden: [email protected]

ABSTRAK

Daerah penelitian berada di Desa Mokaha, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Intensitas curah hujan daerah penelitian termasuk golongan cukup tinggi dan berada pada kemiringan lereng yang curam. Oleh karena itu akan sangat penting dalam penelitian untuk menentukan zona gerakan tanah pada lokasi penelitian dimana menjadi tujuan dari penelitian ini dengan menggunakan SIG. Dengan menggunakan peta dasar berupa peta Topografi daerah penelitian dan peta administrasi. Tujuannya agar penelitian dapat membuat peta – peta yang terdiri dari peta litologi, kelereng, kerentanan tanah, tata guna lahan, dan curah hujan yang dapat digunakan untuk mengetahui zona gerakan tanah dan diakhiri dengan pembuatan peta zona evakuasi. Metode penelitian menggunakan klasifkasi SNI merupakan suatu metode yang digunakan untuk menghitung dan menyajikan kecenderungan terjadinya bencana. Litologi pada lokasi penelitian terbagi menjadi 3 (Tiga) satuan batuan Lereng pada daerah ini dibagi 3 (Tiga) kelas yaitu 0 – 25%, 25 – 40%, >40%. Distribusi curah hujan tahunan periode 2018 lokasi penelitian berada pada 1000 – 2000 mm/tahun. Tata guna lahan pada lokasi penelitian terbagi menjadi 7 (tujuh) kelas. Pada daerah penelitian ini terdapat empat 5 (lima) zona kerentanan Gerakan Tanah

ABSTRACT

The research area has rainfall intensity, including the group of high rainfall intensity and steep slopes. It was felt that it would be very important in the study to determine the zone of ground motion at the study site which was the purpose of this study using GIS. By using a basic map in the form of topographic maps of the study area and administrative maps. The goal is that the research can create maps consisting of lithology, marbles, soil vulnerability, land use, and rainfall maps that can be used to determine the zone of ground movement and end with the making of an evacuation zone map. The research method using SNI classification is the method used to calculate and present disaster trends. The lithology at the study site is divided into 3 (three) slope units in this area divided into 3 (three) classes, namely 0-25%, 25-40%,> 40%. Distribution of annual rainfall for the period 2018 research sites is 1000 - 2000 mm / year. Land use in the study site is divided into 7 (seven) classes. In this research area there are four 5 (five) vulnerability zones of the Land Movement.

SEJARAH ARTIKEL

 Diterima 1 Januari 2021  Revisi 27 Februari 2021  Disetujui 16 Juni 2021  Terbit online 26 Juni 2021

KATA KUNCI

 Gerakan Tanah,  Tegal,  Kerentanan,  Jawa Tengah,

KEYWORDS

 Landslide,  Tegal,  Vulnerability,  Central Java

(2)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Anugrahadi dkk (2016) Gerakan Tanah adalah proses yang membuat pergerakan kesamping maupun kebawah dari lereng buatan maupun alam yang memiliki beberapa jenis kandungan material tanah, tanah timbunan buatan, batu dan penggabungan dari tanah dan batu. Gerakan massa tanah/batuan atau longsor juga dapat diartikan sebagai gerakan menurunin lereng oleh massa tanah dan batuan penyusun lereng. Lereng dengan hambat geser tanah/batuannya lebih kecil dari berat massa tanah itu sendiri akan membuat pergerakan massa tanah. Diperlukan upaya untuk mengurangi resiko potensi gerakan tanah, antara lain dengan melakukan analisis SIG menggunakan empat parameter terdiri dari; parameter geologi, curah hujan, tata guna lahan dan sudut kelerengan. Penelitian terletak pada daerah Mokaha dan sekitarnya, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. kondisi geologi pada daerah tersebut secara umum mempunyai morfologi berupa perbukitan dengan lereng relatif curam. Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya gerakan tanah dan dapat menibulkan bahaya bagi penduduk sekitar. Atas dasar hal tersebut, maka sangat perlu dilakukan zonasi kerentanan gerakan tanah dengan harapan dapat bermanfaat dalam proses mitigasi bencana dan perencanaan pembangunan pada umumnya.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini meliputi: 1. Pembagian zonasi wilayah kerentanan gerakan tanah. 1.3 Ruang Lingkup Penelitian dan Batasan Masalah

Secara administrative lokasi penelitian berada pada daerah Makaha dan sekitarnya, Kabupaten Jatinegara, Provinsi Jawa Tengah. Daerah penelitian dapat dicapai dari Jakarta dengan kendaraan roda empat kurang lebih empat-lima jam. Secara geografis, daerah penelitian terletak pada 109 09’ 04.8” - 109 12’ 20.2” BT dan 07 03’ 33,2” - 07 06’ 15.4” LS. Permasalahan yan terjadi adalah adanya gerakan tanah yang terjadi pada daerah Mokaha dan sekitarnya, yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan terhadap masyarakat yang tinggal pada daerah tersebut. Karena itu Batasan masalah dari penelitian ini adalah jenis bencana berupa gerakan tanah.

(3)

2. TINJAUAN UMUM

2.1 Fisiografi Regional

Menurut Bemmelen (1949), Pegunungan di Jawa Tengah dibagi mejadi 2 (dua) puncak gentiklin, anatara lain Pegunungan Serayu Utara yang menghasilkan garis penghubung antara Zona Pegunungan Kendeng (Jawa Tengah) dengan Zona Pegunungan Bogor (Jawa Barat). Elemen yang muncul dari Zona Depresi Bandung yang membujur longitudinal di Jawa Barat adalah Pegunungan Serayu Selatan. Secara umum Fisiografi Pulau Jawa dapat dibagi menjadi enam zona fisiografi,(Gambar 1) yaitu: 1. Zona Dataran Aluvial Jawa Utara

2. Zona Gunungapi Kuarter

3. Zona Antiklinorium Bogor – Serayu Utara – Kendeng 4. Zona Depresi Jawa Tengah

5. Zona Pegunungan Serayu Selatan 6. Zona Pegunungan Selatan Jawa

Gambar.1.Fisiografi Regional Pulau Jawa (Modifikasi dari Bemmelen, 1949, dalam Hartono, 2010)

3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Pendekatan

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode SNI (13-7124-2005). Dengan cara melakukan pembobotan pada setiap parameter yang terdiri dari parameter geologi memiliki bobot 3 (tiga), kelerengan memilliki bobot 3 (tiga), tata guna lahan memiliki bobot 2 (dua), curah hujan memiliki bobot 2 (dua). Dimana parameter dengan bobot tinggi memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap gerakan tanah dari pada parameter yang memiliki bobot kecil. Dan dasar yang digunakan untuk melakukan klasifikasi adalah dari jumlah perhitungan Total Estimated Hazard (TEHD) yang merupakan indeks kemungkinan suatu fase untuk gerakan tanah. Perhitungan tingkat masing-masing kelas dalam tingkat bahaya tanah longsor ditunjukkan sebagai berikut :

(4)

 Masing – masing faktor memiliki bobot dari angka terendah 1 hingga 5 berdasarkan parameter pendukung gerakan tanah (Rudyanto, 2010) Dengan demikian

Keterangan : Ki = Interval kelas Xt = Nilai total tertinggi Xr = Nilai total terendah K = Jumlah kelas

3.2 Prosedur Kerja

Pada kegiatan penelitian ini, beberapa tahapan yang akan dilakukan, diantaranya adalah studi literatur, kegiatan lapangan/pengambilan data, analisis data, dan penyusunan laporan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Satuan Litologi Daerah Penelitian

Pembagian satuan batuan pada daerah penelitian didasarkan atas keterdapatan litologi yang dominan, dimana untuk membedakan nama litologinya berdasarkan ciri-ciri fisik yang diamati di lapangan serta menggunakan data petrografi. Untuk menentukan stratigrafi daerah penelitian disusun berdasarkan ciri litologi yang dapat diamati dan dibedakan secara objektif di lapangan. Oleh karena itu, dalam penarikan batas satuan juga didukung oleh keadaan topografi, sedangkan kedudukan lapisan disusun berdasarkan fungsi waktu oleh kandungan fosil serta hukum superposisi. Berdasarkan sifat fisiknya, litologi pada daerah penelitian dibagi menjadi tiga satuan batuan, antara lain:

1. Satuan Breksi Andesit 2. Satuan Batupasir

3. Satuan Perselingan Batulempung – Batupasir

4.2 Kelerengan

Hasil pembuatan peta kelerengan dapat diketahui bahwa Gerakan tanah memiliki resiko pada sudut yang relatif curam – sangat curam. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor Kelerengan merupakan

(5)

salah satu faktor pemicu terjadinya Gerakan tanah di Kabupaten Tegal tepatnya pada daerah Mokaha, semakin besar sudut Kelerengan akan semakin tinggi pula tingkat terjadinya Gerakan tanah. (Gambar 2)

Gambar 2. Hasil Peta Kemiringan Lereng Daerah Penelitian

4.3 Tataguna Lahan

Tata guna lahan adalah parameter yang dilihat dari penggunaan lahan di daerah penelitian dan pembuatan peta tata guna lahan ini berdasarkan data Peta Rupabumi Digital Indonesia dan Bakorsurtanal Lembar Lebaksiu (1999). Penilaian parameter ini adalah dari bagaimana penggunaan suatu lahan terhadap Gerakan tanah. Sebagai contoh adalah apabila suatu lahan merupakan hutan dengan Kelerengan yang landai maka Gerakan tanah dapat terhambat, namun apabila kondisi suatu lahan merupakan sawah atau rawa yang memiliki Kelerengan yang sangat curam maka Gerakan tanah semakin sering terjadi.(Gambar 3)

Gambar 3. Hasil Peta Tataguna Lahan Daerah Penelitian

4.4 Curah Hujan

Curah hujan tahunan di daerah penelitian yang didapat dalam data Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal (2018) termasuk dalam kisaran dari 1000 – 2000mm/tahun, bulan febuari merupakan curah hujan bulanan tertinggi pada daerah penelitian sebesar 551,4mm yang terjadi selama 22 hari. (Gambar 4)

(6)

Gambar 4. Hasil Peta Curah Hujan Daerah Penelitian

4.5 Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah

Hasil Perhitungan Jumlah Estimasi Bahaya Gerakan Tanah (TEHD) dan Klasifikasi Zona Kerentanan Gerakan Tanah

 Nilai tertinggi (Xt) : (9)+(9)+(2)+(6) = 26  Nilai terendah (Xr) : (3)+(3)+(2)+(2) = 10  Jumlah kelas (K) : 5

Ki : (26 – 10) / 5 = 3,2 (interval Kelas)

Berdasarkan kriteria dari tingkat kerentanan bahaya gerakan tanah dibagi menjadi 5 (lima) kelas.Pada subbab ini dilakukan penggabungan / zonasi seluruh peta faktor penyebab gerakan tanah yang telah dibuat berdasarkan SNI penyusunan dan penentuan zona kerentanan gerakan tanah (SNI 13-7124-2005). Berdasarkan hasil penggabungan seluruh peta faktor penyebab gerakan tanah (zonasi), terdapat 5 zona kerentanan gerakan tanah, antara lain:

 Kerentanan gerakan tanah sangat rendah dengan kelerengan menanjak hiangga terjal, meliputi daerah persawahan dan permukiman, satuan batuan litologi berupa satuan Batupasir dan satuan Breksi Andesit.

 Kerentanan gerakan tanah rendah dengan kelerengan agak menanjak hingga terjal, meliputi daerah hutan dan perkebunan, satuan litologi berupa satuan Batupasir dan satuan Breski Andesit.

 Kerentanan gerakan tanah sedang dengan kelerengan curam gingga sangat curam meliputi daerah persawahan, hutan dan perkebunan, satuan litologi berupa satuan perselingan Batulempung – Batupasir dan satuan Batupasir.

 Kerentanan gerakan tanah tinggi dengan kelerengan sangat curam meliputi daerah semak belukar, perkebunan dan lading.

 Kerentanan gerakan tanah sangat tinggi dengan kelerengan sangat curam meliputi daerah perkebunan dan semak belukar,

(7)

Gambar 5. Peta Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah Daerah Penelitian

5. KESIMPULAN

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Secara geologi, pada daerah penelitian dibagi menjadi 3 satuan yaitu satuan Breski Andesit, Satuan Batupasir dan satuan perselingan Batulempung - Batupasir.

2. Berdasarkan hasil zonasi, daerah penelitian terbagi menjadi 5 zona kerentanan gerakan tanah, yaitu, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, (2006), Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dan Peta Kontur, Badan Informasi Geospasial (BIG), Bogor.

2. Anugrahadi, dkk., (2016). Terapan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Dalam Mitigasi Bencana Beraspek Geologi, Buku 1, Universitas Trisakti, Jakarta.

3. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal, (2018). Curah Hujan Kabupaten Tegal. Jl Ade Irma Suryani No 1 Slawi Tegal.

4. Badan Standardisasi Nasional, (2005). Informasi Geografis – Penyusunan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah SNI 13-7124-2005. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

5. Bakorsurtanal, (1999), Rupabumi Digital Indonesia Skala 1:25000, Edisi 1-2000, Lembar 1308 -634, Daerah Lebaksiu.

6. Bemmelen, R. W. Van. (1949). The Geology of Indonesia Vol.IA.Martinus Nifhoff, The Hague: Netherlands.

7. Rudyanto, (2010). Analisis Potensi Bahaya Gerakan tanah Longsor Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Gambar

Gambar 2. Hasil Peta Kemiringan Lereng Daerah Penelitian
Gambar 4. Hasil Peta Curah Hujan Daerah Penelitian
Gambar 5. Peta Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah Daerah Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Proses pengelompokkan data dilakukan untuk mengelompokkan data dan menggunakan fungsi and dan or dari fuzzy, dimana bertujuan untuk memilih nilai yang nantinya

Ahli Ekonomi Islam (Ulama yang pakar Ekonomi) telah Ijma’ tentang keharaman bunga

Pada saat frekuensi sinyal input lebih tinggi dari frekuensi cut-off (fc) (fin >> fc) maka besarnya penguatan tegangan (G) = 1/ωRC atau G = -20 log ωRC Sehingga dapat

Hasil analisis data pengaruh perendaman ekstrak daun salam terhadap Indeks Kuning Telur (IKT), Lemak Telur (LT), dan Susut Bobot Telur (SB) pada telur itik yang disimpan

Simpulan yang dapat dirumuskan mengacu pada pembahasan di atas, yaitu : (1) Pengaruh persepsi keadilan distributif dalam pemulihan layanan pada kepuasan, menunjukan

Sementara itu dampak yang tidak diharapkan terhadap keberadaan Toko Modern diantaranya adalah: dampak yang terjadi pada ritel kecil, terutama ritel kecil yang ada di sekitar

Dengan ini memberikan ijin kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar selaku penyelenggara Kompetisi Video Edukasi (KVE) untuk menggunakan karya

Jika kita membaca sebuah riwayat dari salah seorang imam, maka kita tidak tahu apakah sang imam mengucapkan sabdanya dalam keadaan taqiyah atau tidak hal ini penting