PENGGUNAAN BAHASA PROPAGANDA
DALAM WACANA IKLAN POLITIK
PEMILIHAN CALEG 2014
(KAJIAN SEMIOTIK)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Oleh:
CUT MEDI YANTI SIMAMORA
NIM 2101210001
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
ABSTRAK
Cut Medi Yanti Simamora, NIM 2101210001, Penggunaan Bahasa Propaganda dalam Wacana Iklan Politik Pemilihan Caleg 2014 (Kajian Semiotik). Skripsi (S-1) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Progran Studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data dalam bentuk verbal berupa kata-kata, kalimat, paragraf dalam bahasa, unsur propaganda, dan makna pesan yang terkandung dalam wacana iklan politik yang digunakan para caleg dalam kampanye melalui baliho dan spanduk. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif.
Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dan pengkodean data. Teknik pengkodean data dilakukan untuk mempermudah penganalisisan data. Teknik analisis data dalam penelitian yaitu data dibaca, dipahami serta diinterpretasikan, kemudian data dicatat pada instrument penelitian, setelah itu data dianalis dengan teori segitiga makna dalam semiotic triangle Ogden dan Richard, dan untuk hasil terakhir dilakukan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan data iklan politik dalam bentuk tanda verbal sebanyak 24 buah data dan unsur propaganda dalam wacana iklan yang dipaparkan pada tabel deskripsi data. Iklan politik yang dianalisis terdiri dari lima partai dan sepuluh caleg, sehingga makna pesan yang ditemukan dalam wacana iklan tersebut sangat bervariasi, tergantung kebijakan ide atau gagasan caleg maupun partai politiknya untuk menarik simpati masyarakat. Penggunaan bahasa propaganda dalam wacana iklan politik tersebut sangat sederhana, mudah dipahami, dan sangat menarik sehingga dapat mempersuasi masyakat untuk menggalang dukungan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Penulisan Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sastra, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan. Skripsi ini berjudul “Penggunaan Bahasa
Propaganda dalam Wacana Iklan Politik Pemilihan Caleg 2014 (Kajian
Semiotik)”.
Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan serta PD I, PD II,PD III, dan Seluruh Staf dan
Pegawai Tata Usaha Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
4. Drs. Sanggup Barus, M.Pd., Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia.
5. M. Surip, S.Pd, M.Si., Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia.
6. Drs. Abdurahman Adisaputera, M.Hum., Dosen Pembimbing Skripsi.
7. Drs. Rosmawaty, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik.
8. Drs. Malan Lubis, M.Hum., Dosen Penguji I.
10.Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni.
11.Kepala Perpustakaan Unimed, Kasubbag Tata Usaha dan seluruh Staf
Pegawai Perpustakaan Digital Library Unimed.
12.Teristimewa keluarga tercinta, Ayahanda K.Simamora, Ibunda R.
Pasaribu, kakak Andre, kakak Hana, kakak Mak Paima, abang-abang ipar,
dan adik Canra Simamora, Boby Simamora, Junter Simamora serta
keponakan Andreas Sihombing, Immanuel Sihombing, Hana Sirait, Barera
Sirait, Demetrius Sirait tersayang yang selalu memberikan doa dan
dukungan material dan moril kepada saya selama menjalakan studi di
Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Medan, Agustus 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
1.2 Ciri-ciri Bahasa Propaganda... 12
1.3 Jenis-jenis Bahasa Propaganda... 14
1.4 Indikator Bahasa Propaganda ... 15
1.5 Kharakteristik Utama Bahasa Propaganda ... 16
1.6 Tujuan dan Sasaran Propaganda ... 17
3.4 Semiotika Iklan ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skema Semiotik Iklan Menurut Yasraf Amir Piliang ... 29
Tabel 3.1 Instrument Penelitian Data ... 41
Tabel 4.1 Tabel Deskripsi Data ... 44
Tabel 4.2 Proses Semiotic Triangle Ogden Partai Golkar ... 53
Tabel 4.3 Proses Semiotic Triangle Ogden Partai PDIP ... 56
Tabel 4.4 Proses Semiotic Triangle Ogden Partai Demokrat ... 63
Tabel 4.5 Proses Semiotic Triangle Ogden Partai Gerindra ... 67
Tabel 4.6 Proses Semiotic Triangle Ogden Partai Hanura ... 71
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dalam kehidupannya sehari-hari tidak pernah lepas dari bahasa, karena
bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi satu
sama lainnya. Di dalam berkomunikasi, manusia memerlukan sarana untuk
mengungkapkan ide, gagasan, isi pikiran, Maksud dan tujuan maupun realitas
kehidupan disampaikan melalui bahasa. Keberadaan bahasa di tengah-tengah manusia
sangat berperan penting. K arena dengan bahasa mereka bisa saling bertukar
informasi.
Dalam dunia politik bahasa digunakan sebagai sarana politik. Melalui bahasa
para politisi menyampaikan aspirasi, visi dan misi mereka kepada masyarakat.
Darma, (2009: 91) mengatakan, “bahasa politik adalah bahasa yang digunakan
sebagai alat politik, misalnya bahasa-bahasa slogan atau propaganda, bahasa
pejabat-pejabat pemerintah dalam berpidato atau bahasa yang digunakan dalam pidato-pidato
pemimpin partai dan tulisan-tulisan yang berbau politik yang tentu saja semua bahasa
yang digunakan itu mengandung maksud atau tujuan tertentu”.
Cooms dan Nimmo (dalam Liliweri, 2011: 775) berpendapat, “propaganda
adalah suatu bentuk komunikasi yang sangat diperlukan, dia sebagai wacana publik,
namun umunya pengguna propaganda telah mengubah bentuk modren sebagai
negosiasi, namun berdasarkan manipulasi dan daya tipuan pesan yang mempesona”.
bahasa sebagai alat propaganda, bahasa digunakan caleg sebagai media utama untuk
menyampaikan propaganda mereka terhadap masyarakat luas. Bahasa propaganda
merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan para politisi untuk mempengaruhi,
membujuk dan meyakini dengan menggunakan kata-kata atau pesan yang
mempesona yang dapat menarik simpati dan empati khalayak sehingga mau
mengikuti apa yang diharapkan para propagandis.
Penulis dalam penelitian ini, hanya mengkaji bahasa propaganda yang
digunakan para caleg untuk menyampaikan aspirasi, visi dan misi mereka kepada
masyarakat luas dengan menggunakan bahasa sebagai alat propaganda. Melalui
bahasa para kandidat atau caleg dapat mempengaruhi atau membujuk masyarakat
dengan pesan-pesan yang disampaikan secara tertulis maupun lisan.
Slogan para caleg atau kandidat disampaikan kepada masyarakat dengan
menggunakan bahasa sebagai medianya. Bahasa yang digunakan berbentuk wacana,
yakni tulis. Wacana tulis dapat berbentuk baliho, spanduk, dan Koran atau selebaran
lainnya. Dalam hal ini, penulis hanya mengkaji wacana dalam bentuk tulis. Wacana
yang ingin dikaji dari media cetak yaitu pada wacana iklan yang terdapat pada baliho
dan spanduk. Wacana tersebut dapat dikaji dari segi bentuk tanda verbal dan
nonverbal, pemarkah gramatikal dan leksikal, makna serta unsur propaganda yang
tercantum pada wacana iklan pemilihan caleg tahun 2014.
Di Indonesia tahun 2014 merupakan waktu yang ditunggu-tunggu untuk
pemilihan umum caleg DPD, DPRDkab/kota, DPRD propinsi, serta DPR – RI. Setiap
luas. Salah satu media komunikasi yang dimanfaatkan para caleg untuk
memperkenalkan diri, menyampaikan aspirasi, visi dan misi melalui baliho dan
spanduk. Baliho adalah suatu sarana atau media promosi yang mempunyai unsur
memberitakan informasi kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat luas. Baliho
biasanya digunakan di pinggir jalan-jalan besar agar semua khalayak dapat melihat
dan membacanya. Oleh karena itu para Caleg menggunakan baliho dan spanduk
sebagai media untuk berkomunikasi kepada masyarakat tanpa harus bertatap muka
secara langsung.
Tujuan dari baliho dan spanduk itu digunakan para caleg agar lebih efisien
tanpa harus menjumpai satu demi satu masyarakat Indonesia. Para caleg
berlomba-lomba menampilkan citra dirinya dan menggunakan bahasa yang sangat menarik agar
dapat menyentuh atau merebut hati dan simpati masyarakat luas. Para caleg dalam
menampilkan citra dirinya dengan menggunakan kata-kata atau gambar yang
menarik, setiap caleg menunjukkan profil dengan kata-kata, tamatan darimana dan
pangkat yang pernah disandang dipaparkan dalam baliho atau spanduk tersebut.
Komisi pemilihan umum telah menetapkan 15 Partai politik peserta pemilu
yang akan maju pada pemilihan tahun 2014 ini, partai tersebut terdiri dari 12 partai
nasional, 3 partai lokal dari Aceh yaitu; 1) Partai Nasdem, 2) Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB), 3) Partai Keadilan Sejaterah (PKS), 4) Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP), 5) Partai Golongan Karya (Golkar), 6) Partai Demokrat, 8) Partai
Amanat Nasional (PAN), 9) Partai Persatuan Pembangunan (PPP), 10) Partai Hati
(PNA), 13) Partai Aceh (PA), 14) Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan dan
Persatuan Indonesia (PK &PI). Masa kampanye pada pemilihan umum DPD, DPRD
kab/kota, DPR-RI tahun 2014 dimulai dari tanggal 06 Januari sampai dengan 05
April dan pemilihan umum ditetapkan pada tanggal 09 April 2014.
Dalam penelitian ini, penulis hanya mengkaji lima partai nasional yang lolos
dalam parliamentary thressold (PT) dan yang dianggap memiliki massa yang cukup
banyak diantaranya, partai Golkar, PDIP, Demokrat, Gerindra, dan Hanura. Kelima
partai tersebut dalam pesta demokrasi tahun 2014 dianggap memiliki partai yang
memiliki kekuasaan, kekuatan dan juga memiliki tokoh yang dianggap layak untuk
maju sebagai capres dan wapres. Kekuatan dan kekuasaan baik dari segi financial
(materi) dan popularitas yang cukup dikagumi para masyarakat yang dimiliki kelima
partai tersebut pada pemilu tahun 2014.
Peneliti akan mengulas sedikit tentang hasil pemilu tahun 2009 yang lalu.
Berdasarkan hasil rekapitulasi pada pemilihan umum tahun 2009, perolehan suara
pada partai Golkar (14,45%) berada pada urutan kedua, PDIP (14,01%) pada urutan
ketiga, Partai Demokrat (20,8%) pada urutan pertama, sedangkan partai Gerindra
(4,46%) dan Hanura 3,77%, dan itu merupakan jumlah yang cukup rendah. Namun,
kedua partai tersebut pada pemilu tahun 2014 masih tetap maju untuk menunjukan
elektabilitas serta eksistensinya dan mereka masih mampu bersaing dengan partai
lain. Jika dibandingkan dengan partai Islam seperti partai PAN, PPP, dan PKB pada
pemilu tahun 2009, ketiga partai ini masih lebih unggul sedikit dalam perolehan
partai Gerindra dan Hanura masih dibawah ketiga partai tersebut. Namun, menjelang
pemilu tahun 2014 ketiga partai ini mengalami kemerosotan dan dukungan dari
masyarakat. Karena dianggap tokoh atau figur dari ketiga partai tersebut, kurang
memiliki kekuatan atau kekuasaan untuk maju sebagai capres dan cawapres.
Sedangkan partai Gerindra berdasarkan hasil rekapitulasi KPU nasional pada pemilu
tahun 2014 menduduki peringkat ketiga dalam hal perolehan suara sebesar (11,19%)
dan Hanura peringkat kesepululuh atau sebesar (5,26%), meskipun dalam hal
perolehan suara urutannya termasuk dalam peringkat bawah, namun capres dan
cawapres partai Hanura cukup dikagumi dan dikenal masyarakat.
Wacana adalah proses komunikasi yang menggunakan simbol-simbol yang
berkaitan dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sistem
masyarakat yang luas. Iklan adalah alat yang digunakan untuk mempromosikan atau
memperkenalkan produk kepada masyarakat dengan menggunakan bahasa sebagai
media komunikasinya. Iklan politik merupakan jembatan atau tolak ukur yang
digunakan para caleg atau kandidat untuk memperkenalkan dirinya kepada
masyarakat. Iklan politik digunakan untuk menarik simpati dan dukungan publik
terhadap kandidat atau caleg, sehingga isi pesan iklan politik harus dibuat semenarik
mungkin agar dapat mempengaruhi pikiran masyarakat untuk membaca pesan
tersebut. Wacana dan iklan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Penggunaan bahasa dalam iklan, membuat iklan termasuk dalam wacana. Wacana
Wacana iklan politik menarik untuk dikaji, karena bahasa yang digunakan
dalam iklan sangat menarik untuk dibaca, didengar dan bentuknya persuasi sehingga
iklan politik dapat mempengaruhi pikiran masyarakat. Hal tersebut terdapat pada
wacana iklan pemilihan caleg DPD, DPRD kab/kota, DPR-RI Indonesia 2014,
sejumlah caleg atau kandidat menggunakan bahasa untuk mempromosikan dirinya
atau partai politiknya kepada masyarakat luas dengan memanfaatkan media iklan
dalam bentuk baliho dan spanduk yang terpampang di pinggir jalan besar atau tempat
keramaian.
Wacana iklan selalu berisikan unsur-unsur tanda berupa objek (object) yang
diiklankan; konteks (context) berupa lingkungan, orang atau mahkluk lainnya yang
memberikan makna pada objek; serta teks (berupa tulisan) yang memperkuat makna
(anchoring), Piliang (2012: 355). Wacana iklan yang mempunyai unsur tanda
tersebut dapat dikaji dengan menggunakan kajian semiotik.
Piere Guiraund (dalam Swandi 2008: 22) berpendapat bahwa semiotik
(semiologi) adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda (bahasa-bahasa, kode-kode,
seperangkat tanda dan sebagainya. Tanda dalam hal ini wacana teks dalam bentuk
kata-kata atau kalimat. Sejalan dengan pendapat Kridalaksana dan Piere Guiraund,
Aart Van Zoest (1992) mengatakan bahwa semiotika adalah studi tentang tanda dan
segala yang berhubungan dengannya; cara berfungsinya, hubungannya dengan
tanda-tanda yang lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang
Wacana iklan politik pemilihan DPD, DPRD kab/kota, DPR-RI dalam konteks
semiotik dapat diamati sebagai suatu upaya menyampaikan pesan dengan
menggunakan seperangkat tanda. Dalam semiotik, wacana iklan politik tersebut dapat
diamati berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda, dimana antara penanda
dan petanda merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Segala sesuatu dapat dianggap menjadi tanda, seperti halnya tanda-tanda yang
berada pada iklan politik pemilihan caleg tahun 2014. Tanpa tanda manusia tidak
dapat berkomunikasi. Tanda terbagi dalam dua bagian yaitu, tanda verbal dan
nonverbal. Tanda verbal adalah tanda yang berupa kata-kata atau kalimat dalam
bahasa, sedangkan tanda nonverbal adalah tanda yang bukan kata-kata atau bahasa.
Tanda nonverbal itu berupa tanda yang berupa anggota badan, (gerakan isyarat atau
bahasa tubuh), suara, warna, sentuhan, logo, bendera, lampu lalu lintas, dan lain
sebagainya.
Data yang berupa kata-kata, kalimat, simbol, lambang, suara, sentuhan, logo,
lampu lali lintas, warna, dan gerak isyarat atau bahasa tubuh dapat dikenal sebagai
bentuk tanda verbal dan nonverbal. Hal tersebut dapat kita temukan dalam wacana
iklan politik pemilihan caleg DPD, DPRD kab/kota, DPR-RI tahun 2014. Setiap data
dalam wacana iklan tersebut memiliki ide/gagasan yang melatarbelakangi kehadiran
sebuah teks. Karena setiap wacana iklan memiliki ideologi yang berbeda-beda antara
wacana iklan yang satu dengan yang lainnya.
Penulis merasa tertarik untuk menganalisis bahasa propaganda yang digunakan
digunakan bersifat propaganda dan sangat menarik untuk dikaji. Kajian semiotik
akan digunakan dalam penelitian karena sangat mendukung penulis untuk
mendeskripsikan berbagai makna yang disajikan dalam spanduk dan baliho. Oleh
karena itu, penulis ingin mendeskripsikannya dengan judul, “Penggunaan Bahasa
Propaganda dalam Wacana Iklan Politik Pemilihan CaLeg 2014: Kajian
Semiotik”.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan masalah yang diutarakan dalam latar belakang, terdapat sejumlah
masalah yang diidentifikasikan seperti tersaji di bawah ini.
1. Adanya bentuk tanda verbal dalam wacana iklan politik pemilihan caleg
tahun 2014.
2. Adanya bentuk tanda non verbal dalam wacana iklan politik pemilihan
caleg tahun 2014.
3. Adannya makna pesan verbal yang terkandung dalam wacana iklan politik
pemilihan caleg tahun 2014.
4. Adanya penggunaan unsur dan teknik propaganda dalam wacana iklan
politik pemilihan caleg tahun 2014.
5. Adanya penggambaran pencintraan diri dalam bentuk tuturan dalam wacana
iklan politik pemilihan caleg tahun 2014.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian
1. Bagaimanakah bentuk tanda verbal pada wacana iklan politik pemilihan
caleg tahun 2014 dalam kajian semiotik?
2. Bagaimakah makna pesan verbal yang terkandung pada wacana iklan
politik pemilihan caleg tahun 2014 dalam kajian semiotik?
3. Bagaimanakah unsur dan teknik propaganda yang digunakan dalam wacana
iklan politik pemilihan caleg tahun 2014 dalam kajian semiotik?
D. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan yang dibahas akan dibatasi agar tidak terlalu
luas dari masalah yang akan dikaji. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini
adalah (1) Bentuk tanda verbal berupa kata-kata atau kalimat dalam bahasa, (2)
Makna pesan tanda verbal yang terkandung dalam wacana iklan politik, dan (3)
Unsur dan teknik propaganda yang terkandung pada wacana iklan politik pemilihan
caleg tahun 2014 dalam kajian semiotik.
Pada penelitian ini, penulis hanya melihat, mengamati, dan menganalisis dari
lima partai yang lolos Parleamentary Threslod (PT) diantaranya, partai Golkar,
PDIP, Demokrat, Gerindra, dan Hanura. Penelitian dari partai tersebut tidak
bermaksud mengindahkan partai lain yang ikut dalam pileg tahun 2014. Peneliti
hanya mengkaji kelima partai tersebut agar penelitian peneliti tidak terlalu luas,
dikarenakan waktu yang terbatas. Peneliti hanya mengkaji atau menganalisis 2 iklan
E. Tujuan Penelitian
Perumusan tujuan sebaiknya disesuaikan dengan permasalah yang dikaji
dalam penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bentuk tanda verbal pada wacana iklan politik pemilihan
caleg tahun 2014 dalam kajian semiotik.
2. Untuk mengetahui makna pesan tanda verbal yang terkandung dalam
wacana iklan politik pemilihan caleg tahun 2014 dalam kajian semiotik.
3. Untuk mengetahui unsur dan teknik propaganda yang digunakan dalam
wacana iklan politik pemilihan caleg tahun 2014 dalam kajian semiotik.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperluas wawasan dan
melengkapi khasanah keilmuan kajian linguistik yang berkaitan dengan kajian
semiotik serta dapat memberikan sumbangan bagi Jurusan Bahasa Indonesia sehingga
dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah
pengetahuan tentang kajian semiotik terhadap penggunaan bahasa propaganda pada
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian penggunaan bahasa propaganda dalam wacana
iklan politik pemilihan caleg tahun 2014 yang telah dideskripsikan atau diuraikan
dalam Bab IV, maka dapat disimpulkan: Bentuk data tanda verbal yang terdapat pada
wacana iklan dari kesepuluh iklan politik tersebut ditemukan sebanyak 24 buah data
verbal (berupa kata-kata dan kalimat).
Makna pesan verbal yang terkandung dalam setiap iklan politik tersebut sangat
bervariasi, sesuai dengan kebijakan ide atau gagasan yang dimiliki setiap caleg atau
partai politik. Secara umum , makna yang terkandung pada wacana iklan politik
tersebut adalah para calon anggota legislatif mengaitkan referensi masyarakat tentang
keadaan yang terjadi dalam kehidupan rakyat seperti kesederhanaan, kepedulian
terhadap rakyat yang kurang diperhatikan pemerintah, korupsi, kebersamaan dan lain
sebagainya. Bentuk pemaknaan tanda verbal wacana iklan politik tersebut mengacu
kepada para caleg (Modesta, Mulyono, Paul, Rudolf, Ibnu, Ruhut, Limson, Jose, dan
Heriana) maupun partai politiknya.
Unsur propaganda yang digunakan setiap caleg maupun partai sama-sama
menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dipahami, bentuknya subjektif dan
sifatnya persuasi. Teknik propaganda yang digunakan juga hampir sama diantaranya;
Teknik Plain Folks, Glittering Generalities, Transfer Asosiasi Positif, Testimonial,
B. Saran
Bagi yang ingin mengkaji penelitian tentang wacana iklan politik pemilihan
caleg selanjutnya dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi
dengan kajian yang lebih mendalam agar hasil penelitian selanjutnya lebih bagus dan
berkembang.
Penelitian dalam bidang kajian semiotik, khususnya dalam bidang bahasa masih
jarang diteliti Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh karena itu, disarankan
kepada peneliti-peneliti selanjutnya mampu menganalisis lebih dalam tentang
penggunaan bahasa. Sehingga penelitian tentang bahasa lebih mendapat perhatian
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta. Baran and Davis. 2010. Teori Dasar Komunikasi Pergolakan, dan Masa Depan Massa.Jakarta : Salemba Humanika.
Barthes, Roland. 2012. Elemen-Elemen Semiologi Sistem Tanda Bahasa, Hermeneutika, dan Strukturalisme. IRCiSoD: Jogjakarta.
Buku Saku Pemilu. 2009. Hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Danesi, Marcel. 2011. Pesan, Tanda, Makna Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi.Jalasutra:Yogyakarta.
Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis, Bandung : Yrama Widya.
Rahayu, Yayuk Eny. 2005. Kharakteristik Pemakaian Bahasa dalam Spanduk Kampanye Pemilihan Kepala Daerah di Yogyakarta. FBS/Bahasa dan Sastra Indonesia: Univeritas Negeri Yogyakarta.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana : Pengantar Teks Media, Yogyakarta : LKiS.
Jefkins. Frank. 1997, Periklanan, Erlangga : Jakarta
Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.
Luxman Blog Dialektika.2013. Propaganda Sebagai Bentuk Komunikasi Politik. Diakses 22 April 2014.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi Metode, dan Tekniknya. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Moleong, Lexy. J. 2006. Metode penelitian Kualitatif EdisiRevisi. Bandung :PT.Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2011. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Rineka Cipta:Jakarta.
Piliang, Amir Yasraf. 2012. Semiotika dan Hipersemiotika Kode, Gaya, dan Matinya Makna. Matahari: Bandung.
Syamsuddinand, Damaianti. 2007. Metedologi Penelitian Pendidikan bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta:Bandung.
Sudjiman, Panuti dan Zoest. 1992. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sumarlam. 2003. Teori dan Praktek Analisis Wacana.Surakarta : Pustaka Cakra.
Tabroni, Roni. 2012. Komunikasi Politik Pada Era Multimedia.Sembiosa Rekatama Media : Bandung.
Umry, Hadi, Shafwan. 2011. Bahasa Pers, Iklan, dan Bahasawan. Medan : USU PERS.
Wahid, Umainah. 2011. Buku Komunikasi Politik. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur : Jakarta.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2006. Semiotika Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Penulisan Skripsi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Komunikasi.
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama): Jakarta.