Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KESALAHAN PENGGUNAAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~BEKIDA
TESIS
Oleh:
Azizia Freda Savana
1006947
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KESALAHAN PENGGUNAAN
~NAKEREBANARANAI DAN ~BEKIDA
Oleh
Azizia Freda Savana S.Pd UNESA, 2009
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Azizia Freda Savana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Nandang Rahmat, M.A, Ph.D Dr. Wawan Danasasmita, M.Ed NIP 195706251983031002 NIP 195201281982031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i
要旨
(ABSTRAK)KESALAHAN PENGGUNAAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~BEKIDA
Penelitian ini membahas tentang kesalahan penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida para pembelajar bahasa Jepang semester VIII Universitas Negeri Surabaya. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kemiripan makna yang dimiliki keduanya, yaitu menyatakan suatu keharusan yang memungkinkan pemakaiannya tidak sesuai dengan konteks kalimat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk kesalahan penggunaan verba bantu~nakerebanaranai dan ~bekida, mengetahui penyebab kesalahannya, dan mengetahui metode mengatasi kesalahan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode tersebut karena terdapat perhitungan angka-angka untuk mengukur instrument tes yang akan dijadikan sebagai data dengan metode kuantitatif dan dianalisis secara deskriptif dengan metode kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini adalah tes tertulis, angket, dan wawancara.
Hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajar bahasa Jepang semester VIII Universitas Negeri Surabaya dalam menggunakan verba bantu~nakerebanaranai dan ~bekida masih ada yang belum bisa membedakan penggunaan kedua verba tersebut. Hal ini dapat diketahui dengan kesalahan dalam makna dan gramatikal. Kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh pembelajar pada verba bantu ~nakerebanaranai adalah ~nakerebanaranai yang menyatakan bahwa subjek tidak dapat mengontrol keadaan sesuai dengan keinginan diri sendiri. Sedangkan pada verba bantu ~bekida, kesalahan terbanyak terdapat dalam ~bekida dengan pola kalimat ~bekidewanai.
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ii
menarik, pengajar seharusnya mengajarkan tentang pembentukan struktur kedua verba bantu secara jelas dan terperinci dengan berbagai contoh kalimat.
1
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam bahasa Jepang terdapat banyak kosa kata yang memiliki
makna mirip yang bila dipadankan ke dalam bahasa Indonesia memiliki
makna yang hampir sama atau termasuk ke dalam sinonim. Sinonim atau
ruigigo merupakan beberapa kata yang memiliki bunyi dan ucapan yang
berbeda namun memiliki makna yang sangat mirip (Sudjianto dan
Ahmad, 2007:114).
Banyaknya sinonim di dalam bahasa Jepang menyebabkan
pembelajar sering kebingungan, baik ketika membuat kalimat, ketika
berbicara, maupun ketika menerjemahkan. Kebingungan dan
ketidakpahaman tersebut memicu munculnya terjadi kesalahan dalam
pemahaman materi pembelajaran. Salah satu penyebabnya tidak semua
kata yang memiliki makna sinonim dapat digunakan pada situasi dan
kondisi yang sama. Demikian pula di dalam struktur kalimat bahasa
Jepang terdapat pola yang berbeda namun memiliki kemiripan makna
jika dilihat dari makna bahasa Indonesia.
Struktur kalimat dengan pola ~nakerebanaranai dan ~bekida
2
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan baik dalam ragam bahasa tulisan maupun bahasa ragam lisan.
Ke dua pola kalimat tersebut menjadi bagian pelajaran dalam buku
pelajaran bahasa Jepang serta sering muncul pada soal ujian noryouku
shiken N2. Contoh berikut ini adalah kalimat ~bekida yang muncul dalam
soal ujian dokkai membaca N2:
(1) 科 学 者 技 術 者 あ 発 見 あ ゆ 可 能性
ア ン テ ナ 伸 べ そ 好 嫌 い あ い
け い う 思う
Kagakusha ya gijutshusha de aru nara, hakken ni tsunagaru arayuru kanousei ni antena o nobasubeki de, sono tame ni wa, suki kirai ga atte wa ikenai youni omou.
Jika ada seorang peneliti dan ilmuan, seharusnya jangan pilih-pilih topik atau bahan yang akan diteliti, karena pasti ada kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dengan penelitian yang sedang dikerjakan. (Azizia)
(N2, 2011)
Kemudian berikut ini adalah contoh kalimat ~nakerebanaranai yang
muncul dalam soal dokkai N2:
(2) う 自 分 捨 い こ 捨
い時間 三 絞 そ 以外 削 け い
Doushite mo jibun ni totte suterarenai koto ya suterarenai jikan o futatsu ka mitsu ni shibori, sore igai wa kezuranakerebanaranai.
Oleh karena itu walau bagaimanapun, bagi diri sendiri terdapat hal penting dan ada dua atau tiga waktu yang tidak bisa diabaikan yang saling berkaitan, sedangkan yang lainnya harus dipertimbangkan. (Azizia)
(N2, 2004)
Keduanya mempunyai arti yang mirip yang di dalam bahasa
Indonesia ke duanya berpadanan dengan satu makna kata.
3
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
makna penekanan yang kuat yang lebih mengacu kepada hal yang
bermakna wajib, berbeda dengan ~bekida yang penekanannya lebih lemah.
Makna kata harus tersebut dibedakan berdasarkan konteks kalimat,
walaupun dalam makna konteks kalimat tertentu bisa bersubstitusi.
Kekurangpahaman dalam membedakan makna kata tersebut
menyebabkan para pembelajar kesulitan menerapkan kondisi
penggunanaannya, di samping terdapat masalah kekurangan sumber
materi mengenai ~nakerebanaranai dan ~bekida.Hal ini menjadi salah satu
hambatan bagi pembelajar dalam menguasai penggunaan keduanya.
Sejalan dengan hal tersebut, Nida (2009:71) memaparkan bahwa
dalam bahasa Indonesia ~nakerebanai berarti harus dan ~bekida berarti
seharusnya. Jadi, ~nakerebanaranai lebih mempunyai tekanan yang keras
dibandingkan dengan ~bekida. ~Nakerebanaranai juga digunakan untuk
menyatakan kewajiban, sedangkan ~bekida digunakan untuk menyatakan
hal yang harus dilakukan, hal yang baik/benar dilakukan dan dapat
digunakan untuk memberikan masukan/pendapat dan nasehat untuk
orang lain.
Berikut ini contoh pemakaian ~nakerebanaranai dan ~bekida baik
yang bisa bersubstitusi maknanya maupun yang tidak.
(3) 医者 最後 最後ま 患者 延命 戦う べ /戦わ け
い 言う考え あ ませ
4
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dokter mungkin berpikir bahwa dia harus berjuang untuk memperpanjang usia pasien sampai akhir. (Azizia)
(TMOOIPDJ, 1991:56)
(4) 強い薬 注意 使わ け い/ 使うべ .
Tsuyoi kusuri wa chuuishite (tsukawa nakerebanaranai/ tsukau bekida)
Obat keras harus digunakan secara hati-hati. (Azizia)
NBH, 2005:156
(5) A: こ 仕 引 受け う う 迷 い
Kono shigoto, hiki ukeyou ka dou ka mayotteirunda.
Saya masih bingung apakah mau menerima pekerjaan ini atau
Pekerjaan itu seharusnya diterima saja. Bukankah itu kesempatan yang bagus? (Azizia)
(CNBTONP, 2005:115)
Pada contoh kalimat nomor 1 baik ~nakerebanaranai maupun
~bekida dapat digunakan. Sebagai seorang dokter, berkewajiban berjuang
sekuat tenaga demi kesembuhan pasien sehingga dapat memperpanjang
usia pasiennya. Oleh karena itu, ~nakerebanaranai dapat digunakan
karena terdapat suatu kewajiban didalamnya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Ichikawa (2005:112), bahwa ~nakerebanaranai digunakan untuk
menyatakan suatu kewajiban. Kemudian, ~bekida dapat pula digunakan
pada kalimat nomor 1 ini karena kalimat tersebut sebagai suatu opini atau
5
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seorang dokter seharusnya memperjuangkan umur pasiennya hingga
detik terakhir.
Pada contoh kalimat nomor 2 menggunakan ~nakerebanaranai
karena kalimat tersebut merupakan peringatan yang wajib dilakukan dan
kalimat tersebut mempunyai tekanan peringatan kepada pembaca agar
menggunakan obat keras dengan hati-hati. Karena kalimat tersebut
mengandung penekanan yang kuat, maka ~bekida tidak dapat digunakan.
Sebaliknya, pada contoh kalimat nomor 3 menggunakan ~bekida karena
B memberikan nasehat atau saran kepada A untuk menerima pekerjaan.
Seperti dikemukakan oleh Nitta Yoshio (2003:105) bahwa ~bekida
digunakan untuk memberikan masukan/pendapat dan nasehat untuk
orang lain. Pada konteks kalimat di atas, A berbicara kepada B karena
masih bingung apakah akan menerima pekerjaan itu atau tidak.
Kemudian B memberikan nasehat atau saran kepada A untuk menerima
pekerjaan itu karena menurutnya tawaran pekerjaan itu merupakan suatu
kesempatan yang bagus.
Memperhatikan contoh perbedaan penggunaan makna seperti
tersebut di atas, dapat diperkirakan bahwa pemahaman dan penguasaan
makna~nakrebanaranai dan ~bekida merupakan hal yang cukup sulit bagi
pembelajar bahasa Jepang sehingga dapat menyebabkan kesalahan
menggunakannya saat berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang. Pada
6
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berbahasa dari segi tata bahasa atau kesalahan berbahasa dalam kategori
linguistik yaitu, fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana.
Dalam hal ini, kesalahan penggunaan verba bantu ~nakerebanaranai dan
~bekida termasuk kesalahan dari segi struktur gramatikal dan makna.
Atas dasar permasalahan tersebut penulis berniat melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Kesalahan Penggunaan verba bantu
~Nakerebanaranai dan ~Bekida Pada Mahasiswa Tingkat VIII Program
Studi Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya”.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Rumusan masalah dan batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Rumusan Masalah
1) Seperti apakah kesalahan mahasiswa semester VIII Program Studi
Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya dalam
penggunaan verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida ?
2) Apakah faktor penyebab kesalahan penggunaan verba bantu
~nakerebanaranai dan ~bekida pada mahasiswa semester VIII
program studi pendidikan bahasa Jepang Universitas Negeri
Surabaya?
3) Bagaimanakah langkah untuk mengatasi kesalahan penggunaan
7
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mahasiswa semester VIII program studi pendidikan bahasa Jepang
Universitas Negeri Surabaya?
2. Batasan Masalah
Di dalam bahasa Jepang selain selain verba bantu
~nakerebanaranai dan ~bekida yang bermakna harus, terdapat pula
bentuk pola lainnya seperti ~nakerebaikenai, nakutewaikenai, naitoikenai
dll. Dalam penelitian ini penulis terbatas membatasi permasalahan
pada makna sinonim verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida .
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui bentuk kesalahan penggunaan verba
bantu~nakerebanaranai dan ~bekida pada mahasiswa semester VIII
program studi pendidikan bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya.
2. Mengetahui penyebab kesalahan penggunaan verba bantu
~nakerebanaranai dan ~bekida pada mahasiswa semester VIII program
studi pendidikan bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya.
3. Mengetahui metode mengatasi kesalahan penggunaan verba bantu
~nakerebanaranai dan ~bekida pada mahasiswa semester VIII program
8
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dari segi manfaat teoritis yaitu dapat mengetahui penyebab kesalahan
penggunaan verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida serta
memahami persamaan dan perbedaannya dengan pola bentuk lainnya
yang memiliki makna mirip.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, dapat memperdalam pengetahuan tentang
penggunaan verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida.
b. Bagi pendidik, dapat bermanfaat untuk menentukan tujuan, bahan
ajar, dan prosedur pengajaran dalam mempelajari penggunaan
verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida.
c. Bagi mahasiswa, dapat dijadikan acuan pemahaman tentang
peggunaan verba bantu~nakerebanaranai dan ~bekida.
E. Sistematika Penelitian
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi uraian tentang latar belakang penelitian,
analisis masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
9
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengumpulan data dan pendekatannya, sampel penelitian, dan analisis
data.
Bab II Kajian Teori
Pada bab ini berisi tentang teori-teori mengenai hasil penelitian
terdahulu mengenai ~nakerebanaranai dan bekida, teori ~nakerebanarnai,
teori ~bekida dan teori mengenai analisis kesalahan.
Bab III Metodologi Penelitian
Pada bab ini dibahas tentang pengertian metode penelitian,
instrumen, sumber data penelitian, prosedur pengumpulan data, teknik
pengolahan data dan cara menganalisis data yang telah di kumpulkan.
Bab IV Analisis dan pembahasan data
Bab ini berisi tentang hasil analisis data yang telah di kumpulkan,
mengkategorisasikan hasil analisis data, menjawab pertanyaan penelitian
pada rumusan masalah, dan menganalisis mengenai kesalahan
penggunaan ~nakerebanarnai dan ~bekida .
Bab V Kesimpulan dan saran
Bab ini berisi penarikan kesimpulan dari hasil analisis penelitian,
10
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan alasan
bahwa penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat-sifat, serta hubungan yang
terdapat pada kesalahan mahasiswa Universitas Negeri Surabaya dalam
menggunakan ~nakerebanaranai dan ~bekida dalam kalimat bahasa
Jepang. Hal ini sejalan dengan pengertian metode deskriptif yang
dikemukakan oleh Sutedi (2009:48) bahwa penelitian yang dilakukan
untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat
ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah
secara aktual.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dan kuantitatif (metode kombinasi) model concurrent embedded
(campuran tidak berimbang). Metode kombinasi model concurrent
embedded adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode
penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan cara mencampur kedua
metode secara tidak seimbang (Sugiyono, 2012:537). Dalam penelitian
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
angka-angka untuk mengukur instrument tes yang akan dijadikan sebagai
data dengan metode kuantitatif dan dianalisis secara deskriptif dengan
metode kualitatif. Dalam hal ini, metode kualitatif sebagai metode primer
dan metode kuantitatif sebagai metode sekunder.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Populasi terbatas
dan populasi tidak terbatas. Populasi terbatas adalah mempunyai
sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif, sedangkan populasi
tidak terbatas adalah sumber datanya tidak ditentukan
batasan-batasannya. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil populasi
mahasiswa tingkat IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas
Negeri Surabaya.
2. Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 20 orang
mahasiswa tingkat IV semester VIII kelas non regular dengan alasan
bahwa tingkat IV telah mempelajarai bahasa Jepang secara mendalam
dan telah menerima materi mengenai penggunaan ~nakerebanaranai
dan ~bekida. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel
adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berbentuk tes dan
non tes. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemamuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1998:139).
Instrumen yang berbentuk tes berupa tes tertulis, sedangkan instrumen
yang berbentuk non tes berupa angket.
1. Tes Tertulis
Tes berupa tes tertulis berupa soal yang diberikan kepada
mahasiswa untuk mengukur tingkat kesalahan mahasiswa dalam
penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida. Tes tertulis ini terdiri dari 3
bagian, yaitu memilih jawaban yang tepat dari soal melengkapi
kalimat, soal O (benar) atau × (salah) dan soal pilihan (a dan b).
a) Bagian I (melengkapi kalimat)
Bagian I terdiri dari 11 nomor soal berupa kalimat tidak lengkap
yang bersumber dari jitsurei. Sampel diharuskan mengisi bagian
kalimat yang kosong dengan menggunakan ~nakerebanaranai dan
~bekida sesuai dengan pola kalimat yang tepat.
b) Bagian II (soal O (benar) atau × (salah) )
Bagian II terdiri dari 10 soal berupa soal O (benar) atau × (salah)
berdasarkan kalimat. Kalimat yang dijadikan soal berupa kalimat
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bagian yamg kosong pada kolom dengan menggunakan O (benar)
atau × (salah).
c) Bagian III (soal pilihan ganda (a dan b)
Bagian III terdiri dari 4 soal pilihan ganda yaitu a dan b yang
bersumber dari jitsurei. Sampel diharuskan untuk memilih jawaban
yang benar sesuai dengan pilihan jawaban a atau b.
Dalam hal tertentu untuk tes yang telah disusun sesuai
dengan materi dan tujuannya agar memenuhi validitas isi dapat
pula dimintakan bantuan para ahli bidang studi untuk menelaah
apakah konsep yang diajukan telah memadai atau tidak sebagai
sampel (Sudjana, 1995:13). Oleh karena itu, untuk mendapatkan
data yang akurat, peneliti melakukan uji validitas instrumen.
2. Angket
Angket ini merupakan pertanyaan tertulis yang diberikan
kepada mahasiswa untuk memperoleh informasi seputar pemahaman
penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida, dan mengetahui
faktor-faktor kesulitan yang dialami mahasiswa dalam memahami
penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida pada pembelajaran. Angket
yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket kombinasi tertutup
dan terbuka dimana jawaban sudah ditentukan tetapi kemudian
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui dan memastikan
kesalahan penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida apakah kesalahan
tersebut merupakan error atau mistake. Jika kesalahan tersebut
termasuk error, maka penulis akan menggali lebih dalam mengapa error
terjadi. Dalam hal ini penulis akan memberikan
pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada sampel penelitian mengenai
kesalahan yang dilakukan tersebut.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 1988:211). Metode
pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu kata yang
abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),
dokumentasi dan lainnya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau
gabungan tergantung dari masalah yang dihadapi (Riduwan, 2008:97).
Dalam penelitian ini, data diambil dengan cara meminta sampel
untuk mengerjakan tes tertulis yang berupa soal-soal. Selain itu, sampel
juga diminta mengisi angket yang telah disediakan. Berikut ini adalah
langkah-langkah yang akan dilakukan penulis dalam proses
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.Menentukan subjek penelitian yaitu siswa tingkat IV semester 8
Universitas Negeri Surabaya.
2.Sampel diharuskan menjawab atau mengisi lembar soal mengenai
kesalahan dalam penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida.
3.Mengklasifikasikan data yang berupa kesalahan-kesalahan untuk
dikelompokkan ke dalam jenis-jenis kesalahan yang sama
4. Meranking jumlah kesalahan-kesalahan yang ada
5. Menganalisis kesalahan-kesalahan tersebut.
6. Sampel diminta untuk mengisi angket.
7. Mengklasifikasikan jawaban angket
8. Menganalisis jawaban tersebut.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikandan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan
oleh data (Moleong, 2005:280). Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari
pengumpulan data.
1. Analisis Tes
Data yang sudah diperoleh melalui tes selanjutnya diolah,
dianalisis, dan kemudian diinterprestasikan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Menjumlahkan jawaban yang salah dan benar.
c. Menghitung frekuensi dan presentase kesalahan dari setiap item
jawaban dengan menggunakan rumus:
d. Membuat tabel frekuensi dan presentase kesalahan dari
masing-masing item jawaban.
e. Menghitung tingkat kesalahan mahasiswa terhadap penggunaan
~nakerebanaranai dan ~bekida secara keseluruhan, dengan mencari
presentase aspek kesalahan.
f. Mendeskripsikan kesalahan mahasiswa terhadap penggunaan
~nakerebanaranai dan ~bekida.
g. Mengidentifikasi faktor-faktor kesulitan penggunaan
~nakerebanaranai dan ~bekida.
2. Pengolahan Angket
Untuk menghitung data angket dilakukan dengan cara berikut ini:
1) Menghitung frekuensi dan presentase jawaban dari setiap nomor
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
P= Presentase jawaban
f= Frekuensi jumlah
x= jumlah respon
2) Menyusun tabel frekuensi dan persentase jawaban tiap-tiap nomor
pertanyaan
3) Analisis dan interpretasi jawaban sampel tiap nomor pertanyaan.
3. Penyimpulan Data
Tahap ini merupakan tahap terakhir yang menyajikan
kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya,
yaitu analisis tes tertulis yang didukung oleh analisis angket.
F. Hasil Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen tes tertulis yaitu soal tes diberikan kepada
responden, terlebih dahulu diadakan ujicoba soal tersebut kepada 6 orang
selain sampel.
1. Uji Validitas
Sebuah instrumen harus bisa mengukur apa yang akan diukur.
Oleh karena itu harus memiliki validitas. Isi validitas dinyatakan valid
karena soal-soal diambil dari buku-buku latihan. Selain itu, tingkat dan
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Tingkat Kesukaran
Untuk mengukur tingkat kesukaran soal pilihan ganda
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
TK : Tingkat kesukaran
BA : Jumlah skor jawaban kelompok atas
BB : Jumlah skor jawaban kelompok bawah
N : Jumlah sampel kelompok atas dan kelompok bawah.
Adapun klasifikasi tingkat kesukarannya sebagai berikut:
Tabel 3
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Daya Pembeda
Untuk mengukur daya pembeda soal pilihan ganda
menggunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
DP : Daya Pembeda
BA : Jumlah skor jawaban kelompok atas
BB : Jumlah skor jawaban kelompok bawah
N : Jumlah sampel kelompok atas atau kelompok
bawah
Tabel 4
Klasifikasi Daya Pembeda
Rentang Tingkat Kesukaran Klasifikasi Tingkat Kesukaran 0,00 – 0,25
Hasil penghitungan daya pembeda pada tes uji coba dari
29 soal, diperoleh 19 soal kategori rendah [I (2), (3), (4), (5), (6),
(7), (9), (10), (11), (12), II (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (9), (13),
III (4) dan 10 soal kategori sedang [I (1), (6), (8), II (8), (10),
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam klasifikasi rendah atau tidak mempunyai daya pembeda
(0/-0,1) diperbaiki, diganti atau ditiadakan sebelum mengambil
tes yang sebenarnya. Adapun soal yang ditiadakan adalah soal
nomor II (1), (2), (13). Sedangkan soal yang diganti adalah soal
nomor I (3), (4), (5), (9), (12), II (5), (9), III (4). Sehingga soal
tes untuk mengambil data yang sebenarnya menjadi 25 soal.
2. Uji Reliabilitas
Selain validitas, soal yang baik harus reliabel. Dalam
menghitung uji reliabilitas, terdapat klasifikasi angka korelasi yang
digunakan seperti tabel di bawah ini.
Tabel 5
Sutedi (2009:221) menyatakan bahwa salah satu cara menguji
reliabilitas internal suatu perangkat tes adalah dengan menggunakan
menggunakan rumus Kuder Richardson yang dikenal dengan rumus KR
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
∑
Sedangkan untuk mencari nilai KR 21 digunakan rumus:
Keterangan:
r : Koefisien reliabilitas tes
k : Jumlah butir soal
p : Proporsi jawaban benar
q : Proporsi jawaban salah
St² : Varians total
M : Mean (nilai rata- rata)
Terdapat 29 soal yang diujicobakan terhadap 6 mahasiswa dengan
nilai ∑ sebesar 5,17, St² sebesar 23,22, dan M sebesar 15,67. Setelah dihitung dengan menggunakan rumus KR 20, diperoleh nilai koefisien
reliabilitas tes sebesar 0,8. Angka ini termasuk ke dalam kategori
reliabilitas yang kuat. Kemudian setelah dihitung dengan menggunakan
rumus KR 21, diperoleh nilai koefisien reliabilitas tes sebesar 0,7. Angka
ini termasuk ke dalam kategori reabilitas yang kuat. Dengan melihat hasil
nilai dari kedua rumus tersebut, dapat disimpulkan bahwa perangkat tes
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil ujicoba soal tes terhadap 6 mahasiswa dengan
perhitungan uji validitas (tingkat kesukaran) dan uji reliabilitas, soal tes
tersebut dinyatakan reliabel dengan hasil nilai koefisien yang kuat.
Kemudian, untuk mengambil tes yang sebenarnya, tes yang semula
terdiri 29 soal diperbaiki menjadi 25 soal dan ada beberapa soal yang
diganti. Hal itu disebabkan karena terdapat soal dengan daya pembeda
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Kesalahan yang muncul dalam penggunaan ~nakerebanaranai dan
~bekida adalah:
a. Kesalahan pada ~nakerebanaranai yang menyatakan kewajiban
dalam suatu hal yang umum (peraturan yang ditetapkan
masyarakat) dengan presentase sebesar 13,5%. Kesalahan yang
dilakukan pembelajar adalah kesalahan dari segi makna, yaitu
menjawab dengan menggunakan ~bekida dan kesalahan
pembentukan struktur dalam merubah bentuk ~nai.
b. Kesalahan pada ~nakerebanaranai yang menyatakan bahwa subjek
tidak dapat mengontrol keadaan sesuai dengan keinginan diri
sendiri dengan presentasi sebesar 18,5%. Kesalahan yang dilakukan
pembelajar adalah kesalahan dari segi makna, yaitu menjawab
dengan menggunakan ~bekida.
c. Kesalahan pada pola kalimat N (kata benda) + ~nakerebanaranai
dengan presentase sebesar 5%.
d. Kesalahan pada ~bekida yang menyatakan memberi saran/nasehat
terhadap lawan bicara dengan presentase sebesar 6%. Kesalahan
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yaitu menjawab dengan menggunakan ~nakerebanaranai dan
kesalahan struktur pembentukan dalam mengubah kata sifat i yang
dilekatkan pada ~bekida.
e. Kesalahan pada ~bekida yang menyatakan perkiraan/pertimbangan
yang sesuai dengan subjektifitas pembicara dengan presentase
sebesar 9%.
f. Kesalahan pada ~bekida dalam bentuk lampau (~bekidatta) yang
menyatakan perasaan tidak puas dan perasaan menyesal dengan
presentase sebesar 5%. Kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar,
yaitu kesalahan dalam memahami makna ~bekidatta.
g. Kesalahan pada ~bekida dalam bentuk negatif (~bekidewanai) yang
menyatakan larangan atas tindakan lawan bicara yang tidak sesuai
dengan presentase sebesar 4%. Kesalahan yang dilakukan oleh
pembelajar, yaitu kesalahan dalam memahami makna
~bekidewanai.
h. Kesalahan pada ~bekida dalam bentuk negatif lampau
(~bekidewanakatta) yang menyatakan perasaan tidak puas dan
perasaan menyesal karena merealisasikan keadaan yang tidak
sesuai dengan perkiraan dengan presentase sebesar 6%. Kesalahan
yang dilakukan oleh pembelajar, yaitu kesalahan dalam memahami
makna ~bekidewanakatta.
i. Kesalahan pada pola kalimat i-adj + ~bekida, na-adj + ~bekida
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
j. Kesalahan pada pola kalimat Vru + ~bekida dengan presentase
sebesar 2%.
k. Pola kalimat ~bekidewanai dengan presentase sebesar 9%.
Kesalahan yang dilakukan responden adalah kekurangtahuan
struktur pembentukan ~bekidewanai dimana kata kerja di depannya
tidak berubah menjadi bentuk negatif.
2. Berdasarkan data yang telah diperoleh, faktor penyebab munculnya
kesalahan-kesalahan dalam penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida
adalah sebagai berikut:
a. Ignorance of rule restrictions (ketidaktahuan akan pembatasan kaidah)
yang disebabkan karena pengajar kurang jelas dalam mengajarkan
batasan-batasan makna dan pembentukan struktur
~nakerebanaranai dan ~bekida.
b. False concepts hypothesized (salah menghipotesiskan konsep) yang
disebabkan oleh kurangnya pemahaman pembelajar tentang
penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida karena kurang
memahami maksud kalimat (keterbatasan kosakata) atau salah
menginterpretasikan kalimat. Selain itu, pembelajar mengalami
kesulitan dalam mencerna penjelasan pengajar karena menjelaskan
dengan menggunakan bahasa Jepang yang diselingi dengan bahasa
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Incomplete application of rules (penerapan kaidah yang tidak
sempurna) yang disebabkan oleh pemahaman tentang
pembentukan struktur ~nakerebanaranai dan ~bekida yang masih
kurang karena merasa kesulitan dalam mengingat struktur
pembentukan khususnya ~bekida yang dalam hal ini pembelajar
jarang menggunakannya dalam percakapan bahasa Jepang
sehari-hari, serta pengajar yang kurang jelas menjelaskan struktur
pembentukannya.
d. Overgeneralization (penyamarataan berlebihan) yang disebabkan
oleh pembelajar yang menganggap bahwa semua kalimat
percakapan menggunakan ~bekida.
3. Penyebab kesalahan secara keseluruhan adalah faktor kompetensi.
Upaya untuk mengatasi faktor penyebab kesalahan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Pengajar hendaknya menjelaskan secara detail dengan mencari dan
membaca berbagai sumber ajar (buku lain atau jurnal selain buku
ajar yang digunakan) sebagai acuan untuk mengajar agar referensi
tentang ~nakerebanaranai dan ~bekida bertambah.
b. Pengajar seharusnya memberi penjelasan tentang ~nakerebanaranai
dan ~bekida dengan membuat tabel perbedaan dan persaman
makna dan pembentukan struktur keduanya melalui media yang
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
contoh-contoh kalimat yang lebih mudah dipahami. Selain
pengajar, pembelajar juga seharusnya bertanya kepada teman atau
kakak kelas yang lebih mengerti penggunaan ~nakerebanaranai dan
~bekida.
c. Pengajar perlu memberikan materi pengajaran dengan metode
yang lebih menarik, yaitu dengan metode drill dan tanya jawab,
melakukan game dalam latihan soal, mempraktekkan langsung
dengan percakapan, memutar video (film atau anime yang terdapat
bentuk ~nakerebanaranai dan ~bekida agar pembelajar tidak bosan
dan tetap berkosentrasi dalam perkuliahan).
d. Pembelajar seharusnya membaca ulang buku pelajaran dan latihan
sendiri di rumah dengan latihan membuat contoh berdasarkan pola
kalimat, serta sering menggunakannya dalam percakapan bahasa
Jepang sehari-hari.
e. Pengajar seharusnya tetap mengajarkan tentang pembentukan
struktur ~bekida termasuk pembentukan struktur ~bekidewanai
secara jelas dan terperinci dengan berbagai contoh kalimat.
f. Pengajar seharusnya menjelaskan tentang makna dan
pembentukan struktur ~bekida dengan menggunakan bahasa
Indonesia, Sedangkan untuk pengantar perkuliahan, latihan contoh
kalimat, dan penutup perkuliahan baru menggunakan bahasa
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
g. Sebaiknya materi dibagi menjadi dua dan diberikan dalam dua kali
jam perkuliahan, sehingga alokasi waktunya cukup untuk
menyampaikan materi ~bekida dengan jelas dan tidak terburu buru.
h. Pembelajar seharusnya langsung bertanya ketika merasa kurang
memahami apa yang dijelaskan oleh pengajar.
i. Pengajar perlu melakukan evaluasi untuk mengukur pemahaman
~nakerebanaranai dan ~bekida dan perlu memberikan tugas rumah
kepada pembelajar untuk menjaga pemahaman makna dan struktur
pembentukan ~nakerebanaranai dan ~bekida.
j. Pembelajar harus lebih sering menggunakan dan mengaplikasikan
~nakerebanaranai dan ~bekida dalam tulisan maupun percakapan
bahasa Jepang. Selain itu, harus sering berlatih membaca bacaan
bahasa Jepang. Sehingga, kosakata bisa meningkat dan bisa lebih
mudah dalam menginterpretasikan suatu kalimat.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan mengenai kesalahan yang ditemukan
serta hal-hal yang memungkinkan terjadinya kesalahan, penulis akan
memberikan beberapa implikasi sebagai berikut:
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut kepada mahasiswa untuk
mengetahui kesalahan dan kesulitan ketika menggunakan
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai analisis kesalahan
mahasiswa dalam verba bantu yang bermakna harus selain
~nakerebanarnai dan ~bekida, yaitu seperti ~nakerebaikenai,
1
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
cipta.
Dulay, Burth, dkk. 1982. Language two. New York: Oxford University Press.
Ichikawa, Yasuko. 2005. Shokyuu Nihongo Bunpou To Oshiekata No Pointo.
Tokyo: 3A Corporation
_______________. 2005. Chukyuu Nihongo Bunpou To Oshiekata No Pointo.
Tokyo: 3A Corporation.
Ichikawa, Yasuko, dkk. 2010. Nihongo Goyou Jiten. Tokyo: Surie Network
Iori Isao, Takanashi Shino, dkk. 2000. Chuujou O Oshieru Hito No Tame No
Nihongo Bunpou Handbook. Tokyo: 3A Corporation.
__________________________. 2000. Sokyuu O Oshieru Hito No Tame No
Nihongo Bunpou Handbook. Tokyo: 3A Corporation.
Kindaichi, Haruhiko. 1995. Nihongo Daijiten. Tokyo: Kodansha.
Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bumi
2
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Narrog, Heiko. 2009. Modality In Japanese. Amsterdam The Netherland: John
Benjamins Plubishing Company.
Ningsih, Nida. 2009. Analisis Penggunaan Ungkapan ~Nakerebanaranai dan
~Bekida. Skripsi tidak diterbitkan.
Niwa, Tetsuya. 1991. The Modals Of Obligation In Present-day Japanese: ‘Bekida’
and ‘nakerebanaranai’. Osaka: Osaka Daigakuin Daigaku Nyubun
Jisen Rongyou.
Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Sagawa, Yuriko. 1998. Nihongo Bunkei Jiten. Tokyo: Kurosio Publisher.
Satou. 1994. Tsukaikata No Wakaru Ruigigo Retsu Kai Jiten. Tokyo:
Shougakukan
Sudjianto, Daihidi. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint
Blanc.
Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung:
Humaniora
Sutedi, Dedi. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa jepang (Panduan bagi guru dan
calon guru dalam meneliti bahasa Jepang dan pengajarannya). Bandung :
3
Azizia Freda Savana, 2013
Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tarigan. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Wardhana, Checy. 2009. Proposal Penelitian Analisis Kontrastif Kalimat
Pengandaian Dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia. Tidak
diterbitkan
Yadianto. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M2S
Yoshio, Ogawa, dkk. Nihongo Kyouiku Jiten. Tokyo: Daishuukan shouten
Yoshio, Nitta. 2003. Gendai Nihongo Bunpou (4) Modality. Tokyo: Kuroshio