• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESALAHAN PENGGUNAAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~BEKIDA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESALAHAN PENGGUNAAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~BEKIDA."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KESALAHAN PENGGUNAAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~BEKIDA

TESIS

Oleh:

Azizia Freda Savana

1006947

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KESALAHAN PENGGUNAAN

~NAKEREBANARANAI DAN ~BEKIDA

Oleh

Azizia Freda Savana S.Pd UNESA, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Azizia Freda Savana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Nandang Rahmat, M.A, Ph.D Dr. Wawan Danasasmita, M.Ed NIP 195706251983031002 NIP 195201281982031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i

要旨

(ABSTRAK)

KESALAHAN PENGGUNAAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~BEKIDA

Penelitian ini membahas tentang kesalahan penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida para pembelajar bahasa Jepang semester VIII Universitas Negeri Surabaya. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kemiripan makna yang dimiliki keduanya, yaitu menyatakan suatu keharusan yang memungkinkan pemakaiannya tidak sesuai dengan konteks kalimat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk kesalahan penggunaan verba bantu~nakerebanaranai dan ~bekida, mengetahui penyebab kesalahannya, dan mengetahui metode mengatasi kesalahan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode tersebut karena terdapat perhitungan angka-angka untuk mengukur instrument tes yang akan dijadikan sebagai data dengan metode kuantitatif dan dianalisis secara deskriptif dengan metode kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini adalah tes tertulis, angket, dan wawancara.

Hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajar bahasa Jepang semester VIII Universitas Negeri Surabaya dalam menggunakan verba bantu~nakerebanaranai dan ~bekida masih ada yang belum bisa membedakan penggunaan kedua verba tersebut. Hal ini dapat diketahui dengan kesalahan dalam makna dan gramatikal. Kesalahan yang paling banyak dilakukan oleh pembelajar pada verba bantu ~nakerebanaranai adalah ~nakerebanaranai yang menyatakan bahwa subjek tidak dapat mengontrol keadaan sesuai dengan keinginan diri sendiri. Sedangkan pada verba bantu ~bekida, kesalahan terbanyak terdapat dalam ~bekida dengan pola kalimat ~bekidewanai.

(5)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

menarik, pengajar seharusnya mengajarkan tentang pembentukan struktur kedua verba bantu secara jelas dan terperinci dengan berbagai contoh kalimat.

(6)

1

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam bahasa Jepang terdapat banyak kosa kata yang memiliki

makna mirip yang bila dipadankan ke dalam bahasa Indonesia memiliki

makna yang hampir sama atau termasuk ke dalam sinonim. Sinonim atau

ruigigo merupakan beberapa kata yang memiliki bunyi dan ucapan yang

berbeda namun memiliki makna yang sangat mirip (Sudjianto dan

Ahmad, 2007:114).

Banyaknya sinonim di dalam bahasa Jepang menyebabkan

pembelajar sering kebingungan, baik ketika membuat kalimat, ketika

berbicara, maupun ketika menerjemahkan. Kebingungan dan

ketidakpahaman tersebut memicu munculnya terjadi kesalahan dalam

pemahaman materi pembelajaran. Salah satu penyebabnya tidak semua

kata yang memiliki makna sinonim dapat digunakan pada situasi dan

kondisi yang sama. Demikian pula di dalam struktur kalimat bahasa

Jepang terdapat pola yang berbeda namun memiliki kemiripan makna

jika dilihat dari makna bahasa Indonesia.

Struktur kalimat dengan pola ~nakerebanaranai dan ~bekida

(7)

2

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan baik dalam ragam bahasa tulisan maupun bahasa ragam lisan.

Ke dua pola kalimat tersebut menjadi bagian pelajaran dalam buku

pelajaran bahasa Jepang serta sering muncul pada soal ujian noryouku

shiken N2. Contoh berikut ini adalah kalimat ~bekida yang muncul dalam

soal ujian dokkai membaca N2:

(1) 科 学 者 技 術 者 あ 発 見 あ ゆ 可 能性

ア ン テ ナ 伸 べ そ 好 嫌 い あ い

け い う 思う

Kagakusha ya gijutshusha de aru nara, hakken ni tsunagaru arayuru kanousei ni antena o nobasubeki de, sono tame ni wa, suki kirai ga atte wa ikenai youni omou.

Jika ada seorang peneliti dan ilmuan, seharusnya jangan pilih-pilih topik atau bahan yang akan diteliti, karena pasti ada kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dengan penelitian yang sedang dikerjakan. (Azizia)

(N2, 2011)

Kemudian berikut ini adalah contoh kalimat ~nakerebanaranai yang

muncul dalam soal dokkai N2:

(2) う 自 分 捨 い こ 捨

い時間 三 絞 そ 以外 削 け い

Doushite mo jibun ni totte suterarenai koto ya suterarenai jikan o futatsu ka mitsu ni shibori, sore igai wa kezuranakerebanaranai.

Oleh karena itu walau bagaimanapun, bagi diri sendiri terdapat hal penting dan ada dua atau tiga waktu yang tidak bisa diabaikan yang saling berkaitan, sedangkan yang lainnya harus dipertimbangkan. (Azizia)

(N2, 2004)

Keduanya mempunyai arti yang mirip yang di dalam bahasa

Indonesia ke duanya berpadanan dengan satu makna kata.

(8)

3

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

makna penekanan yang kuat yang lebih mengacu kepada hal yang

bermakna wajib, berbeda dengan ~bekida yang penekanannya lebih lemah.

Makna kata harus tersebut dibedakan berdasarkan konteks kalimat,

walaupun dalam makna konteks kalimat tertentu bisa bersubstitusi.

Kekurangpahaman dalam membedakan makna kata tersebut

menyebabkan para pembelajar kesulitan menerapkan kondisi

penggunanaannya, di samping terdapat masalah kekurangan sumber

materi mengenai ~nakerebanaranai dan ~bekida.Hal ini menjadi salah satu

hambatan bagi pembelajar dalam menguasai penggunaan keduanya.

Sejalan dengan hal tersebut, Nida (2009:71) memaparkan bahwa

dalam bahasa Indonesia ~nakerebanai berarti harus dan ~bekida berarti

seharusnya. Jadi, ~nakerebanaranai lebih mempunyai tekanan yang keras

dibandingkan dengan ~bekida. ~Nakerebanaranai juga digunakan untuk

menyatakan kewajiban, sedangkan ~bekida digunakan untuk menyatakan

hal yang harus dilakukan, hal yang baik/benar dilakukan dan dapat

digunakan untuk memberikan masukan/pendapat dan nasehat untuk

orang lain.

Berikut ini contoh pemakaian ~nakerebanaranai dan ~bekida baik

yang bisa bersubstitusi maknanya maupun yang tidak.

(3) 医者 最後 最後ま 患者 延命 戦う べ /戦わ け

い 言う考え あ ませ

(9)

4

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dokter mungkin berpikir bahwa dia harus berjuang untuk memperpanjang usia pasien sampai akhir. (Azizia)

(TMOOIPDJ, 1991:56)

(4) 強い薬 注意 使わ け い/ 使うべ .

Tsuyoi kusuri wa chuuishite (tsukawa nakerebanaranai/ tsukau bekida)

Obat keras harus digunakan secara hati-hati. (Azizia)

NBH, 2005:156

(5) A: こ 仕 引 受け う う 迷 い

Kono shigoto, hiki ukeyou ka dou ka mayotteirunda.

Saya masih bingung apakah mau menerima pekerjaan ini atau

Pekerjaan itu seharusnya diterima saja. Bukankah itu kesempatan yang bagus? (Azizia)

(CNBTONP, 2005:115)

Pada contoh kalimat nomor 1 baik ~nakerebanaranai maupun

~bekida dapat digunakan. Sebagai seorang dokter, berkewajiban berjuang

sekuat tenaga demi kesembuhan pasien sehingga dapat memperpanjang

usia pasiennya. Oleh karena itu, ~nakerebanaranai dapat digunakan

karena terdapat suatu kewajiban didalamnya. Hal ini sejalan dengan

pendapat Ichikawa (2005:112), bahwa ~nakerebanaranai digunakan untuk

menyatakan suatu kewajiban. Kemudian, ~bekida dapat pula digunakan

pada kalimat nomor 1 ini karena kalimat tersebut sebagai suatu opini atau

(10)

5

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seorang dokter seharusnya memperjuangkan umur pasiennya hingga

detik terakhir.

Pada contoh kalimat nomor 2 menggunakan ~nakerebanaranai

karena kalimat tersebut merupakan peringatan yang wajib dilakukan dan

kalimat tersebut mempunyai tekanan peringatan kepada pembaca agar

menggunakan obat keras dengan hati-hati. Karena kalimat tersebut

mengandung penekanan yang kuat, maka ~bekida tidak dapat digunakan.

Sebaliknya, pada contoh kalimat nomor 3 menggunakan ~bekida karena

B memberikan nasehat atau saran kepada A untuk menerima pekerjaan.

Seperti dikemukakan oleh Nitta Yoshio (2003:105) bahwa ~bekida

digunakan untuk memberikan masukan/pendapat dan nasehat untuk

orang lain. Pada konteks kalimat di atas, A berbicara kepada B karena

masih bingung apakah akan menerima pekerjaan itu atau tidak.

Kemudian B memberikan nasehat atau saran kepada A untuk menerima

pekerjaan itu karena menurutnya tawaran pekerjaan itu merupakan suatu

kesempatan yang bagus.

Memperhatikan contoh perbedaan penggunaan makna seperti

tersebut di atas, dapat diperkirakan bahwa pemahaman dan penguasaan

makna~nakrebanaranai dan ~bekida merupakan hal yang cukup sulit bagi

pembelajar bahasa Jepang sehingga dapat menyebabkan kesalahan

menggunakannya saat berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang. Pada

(11)

6

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbahasa dari segi tata bahasa atau kesalahan berbahasa dalam kategori

linguistik yaitu, fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana.

Dalam hal ini, kesalahan penggunaan verba bantu ~nakerebanaranai dan

~bekida termasuk kesalahan dari segi struktur gramatikal dan makna.

Atas dasar permasalahan tersebut penulis berniat melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Kesalahan Penggunaan verba bantu

~Nakerebanaranai dan ~Bekida Pada Mahasiswa Tingkat VIII Program

Studi Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Rumusan masalah dan batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Rumusan Masalah

1) Seperti apakah kesalahan mahasiswa semester VIII Program Studi

Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya dalam

penggunaan verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida ?

2) Apakah faktor penyebab kesalahan penggunaan verba bantu

~nakerebanaranai dan ~bekida pada mahasiswa semester VIII

program studi pendidikan bahasa Jepang Universitas Negeri

Surabaya?

3) Bagaimanakah langkah untuk mengatasi kesalahan penggunaan

(12)

7

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mahasiswa semester VIII program studi pendidikan bahasa Jepang

Universitas Negeri Surabaya?

2. Batasan Masalah

Di dalam bahasa Jepang selain selain verba bantu

~nakerebanaranai dan ~bekida yang bermakna harus, terdapat pula

bentuk pola lainnya seperti ~nakerebaikenai, nakutewaikenai, naitoikenai

dll. Dalam penelitian ini penulis terbatas membatasi permasalahan

pada makna sinonim verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida .

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bentuk kesalahan penggunaan verba

bantu~nakerebanaranai dan ~bekida pada mahasiswa semester VIII

program studi pendidikan bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya.

2. Mengetahui penyebab kesalahan penggunaan verba bantu

~nakerebanaranai dan ~bekida pada mahasiswa semester VIII program

studi pendidikan bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya.

3. Mengetahui metode mengatasi kesalahan penggunaan verba bantu

~nakerebanaranai dan ~bekida pada mahasiswa semester VIII program

(13)

8

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dari segi manfaat teoritis yaitu dapat mengetahui penyebab kesalahan

penggunaan verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida serta

memahami persamaan dan perbedaannya dengan pola bentuk lainnya

yang memiliki makna mirip.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, dapat memperdalam pengetahuan tentang

penggunaan verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida.

b. Bagi pendidik, dapat bermanfaat untuk menentukan tujuan, bahan

ajar, dan prosedur pengajaran dalam mempelajari penggunaan

verba bantu ~nakerebanaranai dan ~bekida.

c. Bagi mahasiswa, dapat dijadikan acuan pemahaman tentang

peggunaan verba bantu~nakerebanaranai dan ~bekida.

E. Sistematika Penelitian

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisi uraian tentang latar belakang penelitian,

analisis masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,

(14)

9

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengumpulan data dan pendekatannya, sampel penelitian, dan analisis

data.

Bab II Kajian Teori

Pada bab ini berisi tentang teori-teori mengenai hasil penelitian

terdahulu mengenai ~nakerebanaranai dan bekida, teori ~nakerebanarnai,

teori ~bekida dan teori mengenai analisis kesalahan.

Bab III Metodologi Penelitian

Pada bab ini dibahas tentang pengertian metode penelitian,

instrumen, sumber data penelitian, prosedur pengumpulan data, teknik

pengolahan data dan cara menganalisis data yang telah di kumpulkan.

Bab IV Analisis dan pembahasan data

Bab ini berisi tentang hasil analisis data yang telah di kumpulkan,

mengkategorisasikan hasil analisis data, menjawab pertanyaan penelitian

pada rumusan masalah, dan menganalisis mengenai kesalahan

penggunaan ~nakerebanarnai dan ~bekida .

Bab V Kesimpulan dan saran

Bab ini berisi penarikan kesimpulan dari hasil analisis penelitian,

(15)

10

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

(16)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan alasan

bahwa penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat-sifat, serta hubungan yang

terdapat pada kesalahan mahasiswa Universitas Negeri Surabaya dalam

menggunakan ~nakerebanaranai dan ~bekida dalam kalimat bahasa

Jepang. Hal ini sejalan dengan pengertian metode deskriptif yang

dikemukakan oleh Sutedi (2009:48) bahwa penelitian yang dilakukan

untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat

ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah

secara aktual.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dan kuantitatif (metode kombinasi) model concurrent embedded

(campuran tidak berimbang). Metode kombinasi model concurrent

embedded adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode

penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan cara mencampur kedua

metode secara tidak seimbang (Sugiyono, 2012:537). Dalam penelitian

(17)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

angka-angka untuk mengukur instrument tes yang akan dijadikan sebagai

data dengan metode kuantitatif dan dianalisis secara deskriptif dengan

metode kualitatif. Dalam hal ini, metode kualitatif sebagai metode primer

dan metode kuantitatif sebagai metode sekunder.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Populasi terbatas

dan populasi tidak terbatas. Populasi terbatas adalah mempunyai

sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif, sedangkan populasi

tidak terbatas adalah sumber datanya tidak ditentukan

batasan-batasannya. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil populasi

mahasiswa tingkat IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Universitas

Negeri Surabaya.

2. Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 20 orang

mahasiswa tingkat IV semester VIII kelas non regular dengan alasan

bahwa tingkat IV telah mempelajarai bahasa Jepang secara mendalam

dan telah menerima materi mengenai penggunaan ~nakerebanaranai

dan ~bekida. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel

adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data

(18)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berbentuk tes dan

non tes. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemamuan atau

bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1998:139).

Instrumen yang berbentuk tes berupa tes tertulis, sedangkan instrumen

yang berbentuk non tes berupa angket.

1. Tes Tertulis

Tes berupa tes tertulis berupa soal yang diberikan kepada

mahasiswa untuk mengukur tingkat kesalahan mahasiswa dalam

penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida. Tes tertulis ini terdiri dari 3

bagian, yaitu memilih jawaban yang tepat dari soal melengkapi

kalimat, soal O (benar) atau × (salah) dan soal pilihan (a dan b).

a) Bagian I (melengkapi kalimat)

Bagian I terdiri dari 11 nomor soal berupa kalimat tidak lengkap

yang bersumber dari jitsurei. Sampel diharuskan mengisi bagian

kalimat yang kosong dengan menggunakan ~nakerebanaranai dan

~bekida sesuai dengan pola kalimat yang tepat.

b) Bagian II (soal O (benar) atau × (salah) )

Bagian II terdiri dari 10 soal berupa soal O (benar) atau × (salah)

berdasarkan kalimat. Kalimat yang dijadikan soal berupa kalimat

(19)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bagian yamg kosong pada kolom dengan menggunakan O (benar)

atau × (salah).

c) Bagian III (soal pilihan ganda (a dan b)

Bagian III terdiri dari 4 soal pilihan ganda yaitu a dan b yang

bersumber dari jitsurei. Sampel diharuskan untuk memilih jawaban

yang benar sesuai dengan pilihan jawaban a atau b.

Dalam hal tertentu untuk tes yang telah disusun sesuai

dengan materi dan tujuannya agar memenuhi validitas isi dapat

pula dimintakan bantuan para ahli bidang studi untuk menelaah

apakah konsep yang diajukan telah memadai atau tidak sebagai

sampel (Sudjana, 1995:13). Oleh karena itu, untuk mendapatkan

data yang akurat, peneliti melakukan uji validitas instrumen.

2. Angket

Angket ini merupakan pertanyaan tertulis yang diberikan

kepada mahasiswa untuk memperoleh informasi seputar pemahaman

penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida, dan mengetahui

faktor-faktor kesulitan yang dialami mahasiswa dalam memahami

penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida pada pembelajaran. Angket

yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket kombinasi tertutup

dan terbuka dimana jawaban sudah ditentukan tetapi kemudian

(20)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui dan memastikan

kesalahan penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida apakah kesalahan

tersebut merupakan error atau mistake. Jika kesalahan tersebut

termasuk error, maka penulis akan menggali lebih dalam mengapa error

terjadi. Dalam hal ini penulis akan memberikan

pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada sampel penelitian mengenai

kesalahan yang dilakukan tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur sistematik dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 1988:211). Metode

pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu kata yang

abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan

penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),

dokumentasi dan lainnya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau

gabungan tergantung dari masalah yang dihadapi (Riduwan, 2008:97).

Dalam penelitian ini, data diambil dengan cara meminta sampel

untuk mengerjakan tes tertulis yang berupa soal-soal. Selain itu, sampel

juga diminta mengisi angket yang telah disediakan. Berikut ini adalah

langkah-langkah yang akan dilakukan penulis dalam proses

(21)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.Menentukan subjek penelitian yaitu siswa tingkat IV semester 8

Universitas Negeri Surabaya.

2.Sampel diharuskan menjawab atau mengisi lembar soal mengenai

kesalahan dalam penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida.

3.Mengklasifikasikan data yang berupa kesalahan-kesalahan untuk

dikelompokkan ke dalam jenis-jenis kesalahan yang sama

4. Meranking jumlah kesalahan-kesalahan yang ada

5. Menganalisis kesalahan-kesalahan tersebut.

6. Sampel diminta untuk mengisi angket.

7. Mengklasifikasikan jawaban angket

8. Menganalisis jawaban tersebut.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikandan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan

oleh data (Moleong, 2005:280). Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari

pengumpulan data.

1. Analisis Tes

Data yang sudah diperoleh melalui tes selanjutnya diolah,

dianalisis, dan kemudian diinterprestasikan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

(22)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Menjumlahkan jawaban yang salah dan benar.

c. Menghitung frekuensi dan presentase kesalahan dari setiap item

jawaban dengan menggunakan rumus:

d. Membuat tabel frekuensi dan presentase kesalahan dari

masing-masing item jawaban.

e. Menghitung tingkat kesalahan mahasiswa terhadap penggunaan

~nakerebanaranai dan ~bekida secara keseluruhan, dengan mencari

presentase aspek kesalahan.

f. Mendeskripsikan kesalahan mahasiswa terhadap penggunaan

~nakerebanaranai dan ~bekida.

g. Mengidentifikasi faktor-faktor kesulitan penggunaan

~nakerebanaranai dan ~bekida.

2. Pengolahan Angket

Untuk menghitung data angket dilakukan dengan cara berikut ini:

1) Menghitung frekuensi dan presentase jawaban dari setiap nomor

(23)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

P= Presentase jawaban

f= Frekuensi jumlah

x= jumlah respon

2) Menyusun tabel frekuensi dan persentase jawaban tiap-tiap nomor

pertanyaan

3) Analisis dan interpretasi jawaban sampel tiap nomor pertanyaan.

3. Penyimpulan Data

Tahap ini merupakan tahap terakhir yang menyajikan

kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya,

yaitu analisis tes tertulis yang didukung oleh analisis angket.

F. Hasil Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen tes tertulis yaitu soal tes diberikan kepada

responden, terlebih dahulu diadakan ujicoba soal tersebut kepada 6 orang

selain sampel.

1. Uji Validitas

Sebuah instrumen harus bisa mengukur apa yang akan diukur.

Oleh karena itu harus memiliki validitas. Isi validitas dinyatakan valid

karena soal-soal diambil dari buku-buku latihan. Selain itu, tingkat dan

(24)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Tingkat Kesukaran

Untuk mengukur tingkat kesukaran soal pilihan ganda

menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

TK : Tingkat kesukaran

BA : Jumlah skor jawaban kelompok atas

BB : Jumlah skor jawaban kelompok bawah

N : Jumlah sampel kelompok atas dan kelompok bawah.

Adapun klasifikasi tingkat kesukarannya sebagai berikut:

Tabel 3

Klasifikasi Tingkat Kesukaran

(25)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Daya Pembeda

Untuk mengukur daya pembeda soal pilihan ganda

menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

DP : Daya Pembeda

BA : Jumlah skor jawaban kelompok atas

BB : Jumlah skor jawaban kelompok bawah

N : Jumlah sampel kelompok atas atau kelompok

bawah

Tabel 4

Klasifikasi Daya Pembeda

Rentang Tingkat Kesukaran Klasifikasi Tingkat Kesukaran 0,00 – 0,25

Hasil penghitungan daya pembeda pada tes uji coba dari

29 soal, diperoleh 19 soal kategori rendah [I (2), (3), (4), (5), (6),

(7), (9), (10), (11), (12), II (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (9), (13),

III (4) dan 10 soal kategori sedang [I (1), (6), (8), II (8), (10),

(26)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam klasifikasi rendah atau tidak mempunyai daya pembeda

(0/-0,1) diperbaiki, diganti atau ditiadakan sebelum mengambil

tes yang sebenarnya. Adapun soal yang ditiadakan adalah soal

nomor II (1), (2), (13). Sedangkan soal yang diganti adalah soal

nomor I (3), (4), (5), (9), (12), II (5), (9), III (4). Sehingga soal

tes untuk mengambil data yang sebenarnya menjadi 25 soal.

2. Uji Reliabilitas

Selain validitas, soal yang baik harus reliabel. Dalam

menghitung uji reliabilitas, terdapat klasifikasi angka korelasi yang

digunakan seperti tabel di bawah ini.

Tabel 5

Sutedi (2009:221) menyatakan bahwa salah satu cara menguji

reliabilitas internal suatu perangkat tes adalah dengan menggunakan

menggunakan rumus Kuder Richardson yang dikenal dengan rumus KR

(27)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan untuk mencari nilai KR 21 digunakan rumus:

Keterangan:

r : Koefisien reliabilitas tes

k : Jumlah butir soal

p : Proporsi jawaban benar

q : Proporsi jawaban salah

St² : Varians total

M : Mean (nilai rata- rata)

Terdapat 29 soal yang diujicobakan terhadap 6 mahasiswa dengan

nilai ∑ sebesar 5,17, St² sebesar 23,22, dan M sebesar 15,67. Setelah dihitung dengan menggunakan rumus KR 20, diperoleh nilai koefisien

reliabilitas tes sebesar 0,8. Angka ini termasuk ke dalam kategori

reliabilitas yang kuat. Kemudian setelah dihitung dengan menggunakan

rumus KR 21, diperoleh nilai koefisien reliabilitas tes sebesar 0,7. Angka

ini termasuk ke dalam kategori reabilitas yang kuat. Dengan melihat hasil

nilai dari kedua rumus tersebut, dapat disimpulkan bahwa perangkat tes

(28)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil ujicoba soal tes terhadap 6 mahasiswa dengan

perhitungan uji validitas (tingkat kesukaran) dan uji reliabilitas, soal tes

tersebut dinyatakan reliabel dengan hasil nilai koefisien yang kuat.

Kemudian, untuk mengambil tes yang sebenarnya, tes yang semula

terdiri 29 soal diperbaiki menjadi 25 soal dan ada beberapa soal yang

diganti. Hal itu disebabkan karena terdapat soal dengan daya pembeda

(29)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Kesalahan yang muncul dalam penggunaan ~nakerebanaranai dan

~bekida adalah:

a. Kesalahan pada ~nakerebanaranai yang menyatakan kewajiban

dalam suatu hal yang umum (peraturan yang ditetapkan

masyarakat) dengan presentase sebesar 13,5%. Kesalahan yang

dilakukan pembelajar adalah kesalahan dari segi makna, yaitu

menjawab dengan menggunakan ~bekida dan kesalahan

pembentukan struktur dalam merubah bentuk ~nai.

b. Kesalahan pada ~nakerebanaranai yang menyatakan bahwa subjek

tidak dapat mengontrol keadaan sesuai dengan keinginan diri

sendiri dengan presentasi sebesar 18,5%. Kesalahan yang dilakukan

pembelajar adalah kesalahan dari segi makna, yaitu menjawab

dengan menggunakan ~bekida.

c. Kesalahan pada pola kalimat N (kata benda) + ~nakerebanaranai

dengan presentase sebesar 5%.

d. Kesalahan pada ~bekida yang menyatakan memberi saran/nasehat

terhadap lawan bicara dengan presentase sebesar 6%. Kesalahan

(30)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu menjawab dengan menggunakan ~nakerebanaranai dan

kesalahan struktur pembentukan dalam mengubah kata sifat i yang

dilekatkan pada ~bekida.

e. Kesalahan pada ~bekida yang menyatakan perkiraan/pertimbangan

yang sesuai dengan subjektifitas pembicara dengan presentase

sebesar 9%.

f. Kesalahan pada ~bekida dalam bentuk lampau (~bekidatta) yang

menyatakan perasaan tidak puas dan perasaan menyesal dengan

presentase sebesar 5%. Kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar,

yaitu kesalahan dalam memahami makna ~bekidatta.

g. Kesalahan pada ~bekida dalam bentuk negatif (~bekidewanai) yang

menyatakan larangan atas tindakan lawan bicara yang tidak sesuai

dengan presentase sebesar 4%. Kesalahan yang dilakukan oleh

pembelajar, yaitu kesalahan dalam memahami makna

~bekidewanai.

h. Kesalahan pada ~bekida dalam bentuk negatif lampau

(~bekidewanakatta) yang menyatakan perasaan tidak puas dan

perasaan menyesal karena merealisasikan keadaan yang tidak

sesuai dengan perkiraan dengan presentase sebesar 6%. Kesalahan

yang dilakukan oleh pembelajar, yaitu kesalahan dalam memahami

makna ~bekidewanakatta.

i. Kesalahan pada pola kalimat i-adj + ~bekida, na-adj + ~bekida

(31)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

j. Kesalahan pada pola kalimat Vru + ~bekida dengan presentase

sebesar 2%.

k. Pola kalimat ~bekidewanai dengan presentase sebesar 9%.

Kesalahan yang dilakukan responden adalah kekurangtahuan

struktur pembentukan ~bekidewanai dimana kata kerja di depannya

tidak berubah menjadi bentuk negatif.

2. Berdasarkan data yang telah diperoleh, faktor penyebab munculnya

kesalahan-kesalahan dalam penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida

adalah sebagai berikut:

a. Ignorance of rule restrictions (ketidaktahuan akan pembatasan kaidah)

yang disebabkan karena pengajar kurang jelas dalam mengajarkan

batasan-batasan makna dan pembentukan struktur

~nakerebanaranai dan ~bekida.

b. False concepts hypothesized (salah menghipotesiskan konsep) yang

disebabkan oleh kurangnya pemahaman pembelajar tentang

penggunaan ~nakerebanaranai dan ~bekida karena kurang

memahami maksud kalimat (keterbatasan kosakata) atau salah

menginterpretasikan kalimat. Selain itu, pembelajar mengalami

kesulitan dalam mencerna penjelasan pengajar karena menjelaskan

dengan menggunakan bahasa Jepang yang diselingi dengan bahasa

(32)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Incomplete application of rules (penerapan kaidah yang tidak

sempurna) yang disebabkan oleh pemahaman tentang

pembentukan struktur ~nakerebanaranai dan ~bekida yang masih

kurang karena merasa kesulitan dalam mengingat struktur

pembentukan khususnya ~bekida yang dalam hal ini pembelajar

jarang menggunakannya dalam percakapan bahasa Jepang

sehari-hari, serta pengajar yang kurang jelas menjelaskan struktur

pembentukannya.

d. Overgeneralization (penyamarataan berlebihan) yang disebabkan

oleh pembelajar yang menganggap bahwa semua kalimat

percakapan menggunakan ~bekida.

3. Penyebab kesalahan secara keseluruhan adalah faktor kompetensi.

Upaya untuk mengatasi faktor penyebab kesalahan tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Pengajar hendaknya menjelaskan secara detail dengan mencari dan

membaca berbagai sumber ajar (buku lain atau jurnal selain buku

ajar yang digunakan) sebagai acuan untuk mengajar agar referensi

tentang ~nakerebanaranai dan ~bekida bertambah.

b. Pengajar seharusnya memberi penjelasan tentang ~nakerebanaranai

dan ~bekida dengan membuat tabel perbedaan dan persaman

makna dan pembentukan struktur keduanya melalui media yang

(33)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

contoh-contoh kalimat yang lebih mudah dipahami. Selain

pengajar, pembelajar juga seharusnya bertanya kepada teman atau

kakak kelas yang lebih mengerti penggunaan ~nakerebanaranai dan

~bekida.

c. Pengajar perlu memberikan materi pengajaran dengan metode

yang lebih menarik, yaitu dengan metode drill dan tanya jawab,

melakukan game dalam latihan soal, mempraktekkan langsung

dengan percakapan, memutar video (film atau anime yang terdapat

bentuk ~nakerebanaranai dan ~bekida agar pembelajar tidak bosan

dan tetap berkosentrasi dalam perkuliahan).

d. Pembelajar seharusnya membaca ulang buku pelajaran dan latihan

sendiri di rumah dengan latihan membuat contoh berdasarkan pola

kalimat, serta sering menggunakannya dalam percakapan bahasa

Jepang sehari-hari.

e. Pengajar seharusnya tetap mengajarkan tentang pembentukan

struktur ~bekida termasuk pembentukan struktur ~bekidewanai

secara jelas dan terperinci dengan berbagai contoh kalimat.

f. Pengajar seharusnya menjelaskan tentang makna dan

pembentukan struktur ~bekida dengan menggunakan bahasa

Indonesia, Sedangkan untuk pengantar perkuliahan, latihan contoh

kalimat, dan penutup perkuliahan baru menggunakan bahasa

(34)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Sebaiknya materi dibagi menjadi dua dan diberikan dalam dua kali

jam perkuliahan, sehingga alokasi waktunya cukup untuk

menyampaikan materi ~bekida dengan jelas dan tidak terburu buru.

h. Pembelajar seharusnya langsung bertanya ketika merasa kurang

memahami apa yang dijelaskan oleh pengajar.

i. Pengajar perlu melakukan evaluasi untuk mengukur pemahaman

~nakerebanaranai dan ~bekida dan perlu memberikan tugas rumah

kepada pembelajar untuk menjaga pemahaman makna dan struktur

pembentukan ~nakerebanaranai dan ~bekida.

j. Pembelajar harus lebih sering menggunakan dan mengaplikasikan

~nakerebanaranai dan ~bekida dalam tulisan maupun percakapan

bahasa Jepang. Selain itu, harus sering berlatih membaca bacaan

bahasa Jepang. Sehingga, kosakata bisa meningkat dan bisa lebih

mudah dalam menginterpretasikan suatu kalimat.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan mengenai kesalahan yang ditemukan

serta hal-hal yang memungkinkan terjadinya kesalahan, penulis akan

memberikan beberapa implikasi sebagai berikut:

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut kepada mahasiswa untuk

mengetahui kesalahan dan kesulitan ketika menggunakan

(35)

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai analisis kesalahan

mahasiswa dalam verba bantu yang bermakna harus selain

~nakerebanarnai dan ~bekida, yaitu seperti ~nakerebaikenai,

(36)

1

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

cipta.

Dulay, Burth, dkk. 1982. Language two. New York: Oxford University Press.

Ichikawa, Yasuko. 2005. Shokyuu Nihongo Bunpou To Oshiekata No Pointo.

Tokyo: 3A Corporation

_______________. 2005. Chukyuu Nihongo Bunpou To Oshiekata No Pointo.

Tokyo: 3A Corporation.

Ichikawa, Yasuko, dkk. 2010. Nihongo Goyou Jiten. Tokyo: Surie Network

Iori Isao, Takanashi Shino, dkk. 2000. Chuujou O Oshieru Hito No Tame No

Nihongo Bunpou Handbook. Tokyo: 3A Corporation.

__________________________. 2000. Sokyuu O Oshieru Hito No Tame No

Nihongo Bunpou Handbook. Tokyo: 3A Corporation.

Kindaichi, Haruhiko. 1995. Nihongo Daijiten. Tokyo: Kodansha.

Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bumi

(37)

2

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Narrog, Heiko. 2009. Modality In Japanese. Amsterdam The Netherland: John

Benjamins Plubishing Company.

Ningsih, Nida. 2009. Analisis Penggunaan Ungkapan ~Nakerebanaranai dan

~Bekida. Skripsi tidak diterbitkan.

Niwa, Tetsuya. 1991. The Modals Of Obligation In Present-day Japanese: ‘Bekida’

and ‘nakerebanaranai’. Osaka: Osaka Daigakuin Daigaku Nyubun

Jisen Rongyou.

Riduwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Sagawa, Yuriko. 1998. Nihongo Bunkei Jiten. Tokyo: Kurosio Publisher.

Satou. 1994. Tsukaikata No Wakaru Ruigigo Retsu Kai Jiten. Tokyo:

Shougakukan

Sudjianto, Daihidi. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint

Blanc.

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung:

Humaniora

Sutedi, Dedi. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa jepang (Panduan bagi guru dan

calon guru dalam meneliti bahasa Jepang dan pengajarannya). Bandung :

(38)

3

Azizia Freda Savana, 2013

Kesalahan Penggunaan Nakerebanaranai Dan Bekida

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tarigan. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wardhana, Checy. 2009. Proposal Penelitian Analisis Kontrastif Kalimat

Pengandaian Dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia. Tidak

diterbitkan

Yadianto. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: M2S

Yoshio, Ogawa, dkk. Nihongo Kyouiku Jiten. Tokyo: Daishuukan shouten

Yoshio, Nitta. 2003. Gendai Nihongo Bunpou (4) Modality. Tokyo: Kuroshio

Gambar

Tabel 3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Tabel 4 Klasifikasi Daya Pembeda
Tabel 5 Klasifikasi Angka Korelasi

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini hasil cluster dan pencilan titik panas yang akan divisualisasikan adalah data titik panas Provinsi Riau yang memiliki kemunculan pencilan titik panas

Fenomena pembelajaran saat ini, siswa kurang berani mengajukan pertanyaan, siswa masih kesulitan memahami materi geometri dan sebagian siswa tidak menyelesaikan tugas yang

Dengan menggunakan konsep triangle of meaning yang dikemukakan Peirce, tanda-tanda yang mengontruksi akan disebutkan dan dibahas sehingga tanda tersebut memiliki

SURAT PERNYATAAN KESEHATAN PEMEGANG POLIS MAESTRO PROTECTION CARE.. Saya yang bertanda-tangan dibawah

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetik.. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan

System Suitability Solution— Dissolve in Reagent Water an accurately weighed quantity of USP 1,4-Benzoquinone RS to obtain a solution having a concentration of 0.75 mg per L (0.50

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak. lain terhadap keaslian dari karya

Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan