INFERIORITAS REMAJA PANTI ASUHAN
(Studi Kasus Pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Jurusan Psikologi
Oleh
Nurul Oktorina
0901165
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Nurul Oktorina, 2013
Inferioritas Remaja Panti Asuhan (Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
INFERIORITAS REMAJA PANTI ASUHAN
(Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung)
Oleh:
Nurul Oktorina
0901165
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Nurul Oktorina 0901165
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Nurul Oktorina, 2013
ABSTRAK
Nurul Oktorina (0901165). Inferioritas Remaja Panti Asuhan (Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung).
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara mendalam mengenai inferioritas pada remaja di panti asuhan Jabal 165 Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus.
Penelitian ini menggunakan variabel inferioritas dengan mengambil sampel berjumlah tiga orang remaja sebagai responden yang telah memenuhi karakteristik penelitian. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara langsung, observasi mengenai “Inferioritas” yang bersumber pada teori dari Pearce, dan observasi mengenai hal-hal signifikan lainnya yang ditampilkan oleh responden. Adapun aspek-aspek dari inferioritas mencakup dua aspek yaitu inferioritas fisik dan inferioritas psikologis. Verifikasi data dilakukan dengan triangulasi sumber dan member check.
Hasil penelitian terhadap ketiga responden didapatkan keseluruhannya cenderung memiliki inferioritas. Ketiga remaja memiliki aspek inferioritas psikologis. Pada aspek inferioritas fisik, satu remaja perempuan memiliki inferioritas fisik, sedangkan kedua remaja laki-laki tidak memiliki inferioritas fisik. Hal ini dapat dipengaruhi baik oleh faktor internal maupun eksternal yang berperan penting dalam menunjang terciptanya inferiotas terhadap remaja yang tinggal di panti asuhan.
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengajukan saran agar penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya. Keluarga, pengurus panti asuhan, dan teman sesama penghuni dapat memberikan dukungan dan pengarahan kepada remaja sehingga mampu meminimalkan inferioritas pada dirinya.
Nurul Oktorina, 2013
Inferioritas Remaja Panti Asuhan (Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Nurul Oktorina (0901165. Inferiority of Orphanage Teenagers (Case Study : Three Teenagers at Jabal 165 Orphanage, Bandung)
This research is carried out to obtain the overview of teenagers inferiority at Jabal 165 Orphanage, Bandung. The research method used is a qualitative approach which uses case study method.
The research use variable of inferiority by taking three teenagers as respondents which meet the characteristic of research. This research is carried out by doing direct interview with respondents, observation about inferiority according to the Pearce theory and also by observing another significant matter shown by respondents. The aspect of inferiority includes two aspects, physical inferiority and psychological inferiority. Verification of data is conducted by source triangulation and member check.
The research from three respondents it is obtained that three respondents tend to have inferiority. Three respondents tend to have psychological inferiority. Based on physical inferiority aspect, the girl has physical inferiority while two boys teenagers do not have physical inferiority. According to psychological inferiority,. It could be affected by both internal and external factors which have an important effect to cause inferiority for teenagers who live in orphanage.
Based on the research result, researcher suggest to do further research by adding other variable which are significant. Family, the orphanage caretaker, and friends can provide support and guidance in order to minimize inferiority on him.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ……… i
KATA PENGANTAR ………... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ………. iii
ABSTRAK ………. v
DAFTAR ISI ……….…………. vii
DAFTAR GAMBAR ………. x
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Rumusan Masalah ………. 7
C. Tujuan Penelitian ……….. 8
D. Manfaat Penelitian ……… 8
E. Struktur Organisasi Skripsi ………... 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA TENTANG INFERIORITAS REMAJA PANTI ASUHAN 2.1 Remaja A. Pengertian Remaja ……… 11
B. Ciri-Ciri Remaja ……… 13
C. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja ……… 14
D. Tahap-Tahap Perkembangan Remaa ……… 16
Nurul Oktorina, 2013
Inferioritas Remaja Panti Asuhan (Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2.2 Inferioritas
A. Pengertian Inferioritas ……….. 22
B. Jenis Inferioritas ……….…... 24
C. Karakteristik Perasaan Inferioritas ……… 25
D. Karakteristik Harga Diri Rendah ……….. 27
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inferioritas ……….. 28
F. Penyebab Inferioritas ……… 31
2.3 Panti Asuhan Jabal 165 A. Latar Belakang Panti Asuhan Jabal 165 ……… 33
B. Development Aspect ………. 33
C. Struktur Organisasi ……… 35
2.4 Penelitian Terdahulu ……… 36
BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ……….. 38
B. Definisi Operasional ………. 39
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ………... 39
D. Instrumen ……….. 39
E. Teknik Pengumpulan Data ……… 40
F. Teknik Analisis Data ……… 41
G. Teknik Analisis Keabsahan Data ………. 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 43
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ……… 82
B. Rekomendasi ……….. 82
DAFTAR PUSTAKA
Nurul Oktorina, 2013
Inferioritas Remaja Panti Asuhan (Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur organisasi panti asuhan Jabal 165 Bandung ………. 35
Gambar 3.1 Komponen analisis data ……… 41
Gambar 4.1 Display data subjek 1 ……… 49
Gambar 4.2 Display data subjek 2 ……… 58
Gambar 4.3 Display data subjek 3 ……… 67
Gambar 4.4 Display data subjek 1, Subjek 2, dan Subjek 3………... 83
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing
Kartu Bimbingan Skripsi
Surat Izin Penelitian
Pernyataan Persetujuan
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Subjek
Pedoman Wawancara Significant Others
Pedoman Observasi
Lampiran 3 Hasil Wawancara
Lampiran 4 Hasil Reduksi Data
Lampiran 5 Hasil Display Data
Lampiran 6 Triangulasi Sumber
Lampiran 7 Observasi
Lampiran 8 Pernyataan member check
Nurul Oktorina, 2013
Inferioritas Remaja Panti Asuhan (Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Panti sosial asuhan anak menurut Departemen Sosial Republik
Indonesia (2004:4) adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang
mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan
sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan
penegasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orangtua/wali
anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak
asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan memadai
bagi pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan
sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan
yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.
Anak-anak yang berada di Panti Asuhan adalah Anak-anak yang usianya berkisar
antara 0 sampai 21 tahun yang diusia tersebut melewati masa yang salah
satunya adalah masa remaja (Departemen Sosial Republik Indonesia
1997).
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa
remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula
disebut anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari
anak-anak menuju dewasa (http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja). Definisi
mengenai remaja tidak hanya melibatkan pertimbangan mengenai usia
namun juga pengaruh sosio-historis. Dengan mempertimbangkan konteks
sosio-historis, masa remaja (adolescence) didefinisikan sebagai periode
transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa,
yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan
sosio-emosional (Santrock 2007:20). Masa remaja dianggap masa labil yaitu
2
informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut. Remaja yang
berusaha mencari jati dirinya dihadapkan pada situasi yang menuntut harus
mampu menyesuaikan diri bukan hanya terhadap dirinya sendiri tetapi
juga pada lingkungannya. Dengan demkian remaja dapat mengadakan
interaksi yang seimbang antara diri dan kesempatan ataupun hambatan
yang ada pada lingkungannya (Hurlock 1994:233). Dari beberapa
penjelesan di atas mengenai remaja, dapat disimpulkan bahwa masa
remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa dimana remaja berusaha mencari jati dirinya
dan dituntut untuk harus mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Dalam
suatu keluarga yang ideal umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ada
beberapa jenis keluarga, yakni : keluarga inti yang terdiri dari suami, istri,
dan anak atau anak-anak; keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan
dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, di mana terdapat interaksi
dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua. Selain itu terdapat
juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga
aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga
kakek, dan keluarga nenek. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi
dalam posisi dan situasi tertentu. Ayah sebagai suami dari istri dan
anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi
rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai
istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
3
Nurul Oktorina, 2013
Inferioritas Remaja Panti Asuhan (Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.Anak-anak
melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan
nya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. (www. wikipedia.org/wiki/
keluarga)
Dari pengertian dan peranan keluarga tesebut, maka dapat
dikatakan bahwa terdapat beberapa jenis keluarga yaitu keluarga inti,
keluarga konjugal, dan juga keluarga luas yang keseluruhannya memiliki
keadaan saling ketergantungan. Dalam sebuah keluarga setiap individu
memiliki perannya masing-masing dan setiap anggota keluarga
menjalankan tugas sebaik-baiknya sesuai dengan perannya.
Hartini (2011:114) dalam penelitiannya pada anak-anak Panti
Asuhan di Jawa Timur menemukan bahwa:
“52% anak-anak Panti Asuhan cenderung menunjukkan kesulitan dalam penyesuaian sosialnya yang
menggambarkan adanya kebutuhan psikologis untuk dapat
menyesuaikan diri dengan tata cara atau aturan
lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan
panti tersebut terlalu kaku dan kurang memperhatikan
pemenuhan kebutuhan psikologis dan social para
penghuninya”.
Dari hasil penelitian di atas, terdapat bukti bahwa remaja Panti
Asuhan di Jawa Timur kurang terpenuhi dalam pemenuhan kebutuhan
psikologis, hal ini dikarenakan kehidupan Panti Asuhan yang terlalu kaku
sehingga remaja Panti Asuhan memiliki kesulitan dalam penyesuaian
sosialnya. Remaja yang tinggal di Panti Asuhan menemui banyak aturan
yang telah dibuat oleh pihak Panti Asuhan dan aturan tersebut harus ditaati
4
membuat remaja merasa tertekan oleh peraturan yang ada dan merasa
kurang bebas sehingga seringkali remaja melanggar aturan yang ada.
Hartini (2011:117) membuktikan bahwa remaja yang tinggal di
Panti Asuhan mengalami banyak problem psikologis dengan karakter
memiliki kepribadian yang inferior, pasif, apatis, menarik diri, mudah
putus asa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Di samping itu,
anak-anak tersebut menunjukkan perilaku yang negativis, takut melakukan
kontak dengan orang lain, lebih suka sendiri, sehingga remaja Panti
Asuhan akan sulit menjalin hubungan social dengan orang lain.
Alfred Adler (Suryabrata, 2006:188) menyatakan inferioritas
merupakan rasa rendah diri yang timbul karena perasaan kurang berharga
atau kurang mampu dalam bidang penghidupan apa saja. Misalnya saja
anak merasa kurang jika membandingkan diri dengan orang dewasa, dan
karenanya didorong untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi,
dan apabila dia telah mencapai taraf perkembangan itu timbul lagi rasa diri
kurangnya dan didorong untuk maju lagi, demikian selanjutnya. Adler
berpendapat, bahwa rasa rendah diri itu bukanlah suatu pertanda
ketidaknormalan, melainkan justru merupakan pendorong bagi segala
perbaikan dalam kehidupan manusia. Rasa rendah diri dapat juga
berlebih-lebih sehingga manifestasinya tidak normal, misalnya timbul kompleks
rendah diri atau kompleks untuk superior. Tetapi dalam keadaan normal
rasa rendah diri itu merupakan pendorong ke arah kemajuan atau
kesempurnaan (superior). Bagi Adler tujuan manusia bukanlah
mendapatkan kenikmatan, akan tetapi mencapai kesempurnaan.
Individu memulai hidupnya dengan kelemahan yang menimbulkan
perasaan inferior. Perasaan inilah yang kemudian menjadi pendorong agar
dirinya sukses dan tidak menyerah pada inferioritasnya. Individu yang
5
Nurul Oktorina, 2013
Inferioritas Remaja Panti Asuhan (Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
menjadi superioritas personal. Sebaliknya, orang yang sehat jiwanya
dimotivasi oleh perasaan normal ketidak lengkapan diri dan minat sosial
yang tinggi. Mereka berjuang menjadi sukses, mengacu kekesempurnaan
dan kebahagiaan siapa saja (Alwisol, 2009 : 64).
Menurut Hurlock (1994) tugas perkembangan pada masa remaja
adalah berusaha mampu menerima keadaan fisiknya, berusaha mampu
menerima dan memahami peran seks usia dewasa, berusaha mampu
membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis,
berusaha mencapai kemandirian emosional, berusaha mencapai
kemandirian ekonomi, berusaha mengembangkan konsep dan
keterampilan-keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk
melukukan peran sebagai anggota masyarakat, berusaha memahami dan
mengintemalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua, berusaha
mengembangkan perilaku tanggungjawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa, berusaha mempersiapkan diri untuk memasuki
perkawinan, berusaha memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung
jawab kehidupan keluarga. Berdasarkan tugas perkembangan menurut
Hurlock tersebut, maka remaja memiliki tanggungjawab dalam menjalani
masa remaja yang penuh dengan perubahan dan peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa dengan mengalami berbagai tugas
perkembangan yang harus berhasil dilalui oleh remaja.
Dikaitkan dengan beberapa penelitian diatas, tugas perkembangan
remaja, dan latar belakang kehidupan Panti Asuhan, disimpulkan bahwa
kondisi pengasuhan, lingkungan, dan fenomena yang terjadi disekitar Panti
Asuhan dapat menyebabkan kebutuhan yang berbeda bagi setiap remaja.
Sehingga dapat menyebabkan kondisi psikologis yang berbeda pula guna
menciptakan kepribadian individu yang sesuai dengan norma. Agar dapat
memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan ini, remaja
memerlukan kemampuan kreatif. Kebutuhan psikologis setiap individu
6
yang dibesarkan di lingkungan keluarga utuh yang memiliki ayah, ibu,
kakak, dan adik memiliki tingkat kebutuhan psikologis yang berbeda.
Individu yang berada dipanti asuhan mengakibatkan kebutuhan psikologis
yang cenderung kurang dapat terpenuhi dengan baik, terutama jika tidak
adanya orang yang dapat dijadikan panutan atau untuk diajak berbagi,
bertukar pikiran dalam menghadapi masalah.
Berdasarkan wawancara terhadap salah seorang pengurus Panti
Asuhan Jabal 165 pada tanggal 25 April 2013 di ruang pertemuan Panti
Asuhan Jabal 165 Ciwaruga Bandung, beliau mengungkapkan bahwa
Panti Asuhan Jabal 165 lebih menekankan pendidikan pada anak asuh
mengenai aspek keagamaan, setelah keluar dari Panti Asuhan para anak
asuh akan disalurkan ke pesantren Gontor yang telah bekerjasama dengan
Panti Asuhan Jabal 165. Anak asuh di Panti Asuhan ini disekolahkan dari
Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas kemudian setelah lulus
diberikan pelatihan keterampilan, setelah itu bagi remaja yang berprestasi
langsung disalurkan ke penyalur tenaga kerja. Ada pula anak asuh yang
setelah lulus Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama lalu
disalurkan ke pesantren Gontor kemudian setelah lulus dari pesantren
disalurkan untuk mengajar di Panti Asuhan ini ataupun menjadi tenaga
penceramah di masyarakat. Dengan cara seperti ini maka dapat
meminimalisir adanya pengangguran serta remaja jalanan yang saat ini
banyak meresahkan masyarakat. Sekolah para anak asuh berpencar,
jaraknya ada yang dekat dengan panti dan ada juga yang jauh dari panti.
Peraturan dan kegiatan yang ketat dalam panti mengharuskan setiap
penghuni pulang ke Panti Asuhan tepat waktu.
Fenomena lain yang ada di Panti Asuhan Jabal 165 ini adalah
hampir seluruh dari anak asuh merupakan berasal dari keluarga tidak
mampu. Tidak hanya dari kota Bandung tetapi ada juga yang berasal dari
7
Nurul Oktorina, 2013
Inferioritas Remaja Panti Asuhan (Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
daerahnya masing-masing kemudian datang ke Panti Asuhan Jabal 165
untuk melanjutkan ke tingkat SMP dengan beberapa tahap seleksi. Tidak
sedikit anak asuh yang tidak lolos dalam tahap seleksi tersebut. Harapan
mereka dapat dibina dan diberikan pendidikan serta perlindungan sehingga
tidak lagi dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Peraturan di dalam
panti cukup ketat seperti harus disiplin terhadap waktu, tidak boleh keluar
panti tanpa izin dari pengurus panti, anak asuh hanya melakukan aktivitas
di dalam panti selain sekolah, anak asuh tiap malam harus mengikuti
pengajian dan solat berjamaah. Anak asuh diperbolehkan untuk pulang ke
rumahnya masing-masing (bagi yang masih memiliki keluarga kandung)
atau keluarganya yang mendatangi Panti Asuhan Jabal 165 hanya pada
saat libur-libur besar keagamaan seperti libur hari raya Idul Fitri dan hari
raya Idul Adha, apabila ada keperluan yang mendesak anak asuh
diperbolehkan pulang dengan meminta izin kepada pengurus panti terlebih
dahulu, namun tidak sedikit juga anak asuh yang tidak pulang ke
rumahnya ataupun tidak dikunjungi oleh keluarganya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka peneliti
sangat tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang remaja yang terpisah dari
orang tuanya dan di besarkan di Panti Asuhan, yang diformat dalam judul
penelitian “Inferioritas Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung (Studi Kasus Pada 3 Orang Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan Jabal 165
Bandung)”
B. RUMUSAN MASALAH
Penelitian tentang inferioritas remaja terutama pada remaja yang
dibesarkan di Panti Asuhan. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak remaja
yang hidup di Panti Asuhan dan tanpa memiliki keluarga ideal yaitu terdiri
dari ayah, ibu, kakak, dan adik. Kondisi seorang remaja yang dibesarkan di
8
disuatu Panti Asuhan. Pengasuhan remaja di Panti Asuhan tidak terlepas
dari resiko perkembangan remaja. Sehingga seringkali kebutuhan
psikologis anak asuh yang hidup di Panti Asuhan tidak diperhatikan.
Untuk memahami hal tersebut maka dirumuskan pertanyaan penelitian
yang menjadi fokus studi mencakup :
1. Bagaimana inferioritas yang dimiliki remaja yang tinggal di panti
asuhan?
2. Faktor apa sajakah yang menjadi penyebab inferioritas pada remaja
panti asuhan?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran
inferioritas pada remaja Panti Asuhan, khususnya pada anak Panti
Asuhan Jabal 165 Ciwaruga Bandung.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui inferioritas remaja yang tinggal di Panti
Asuhan.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab inferioritas pada
remaja panti asuhan.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian dibagi menjadi dua yaitu :
1. Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat keilmuan. Selain itu dapat digunakan sebagai sumbangan
9
Nurul Oktorina, 2013
Inferioritas Remaja Panti Asuhan (Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2. Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
kepada para pelaku yang terlibat di panti asuhan dalam memberikan
penanganan mengenai inferioritas yang tepat terhadap anak asuh usia
remaja, sehingga diharapkan muncul kepedulian sosial terhadap hal
semacam ini.
E. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI
Dalam penulisan skripsi ini, terdapat tiga sistematika penulisan yaitu :
1. Bagian awal skripsi
Terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, kata
pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran.
2. Bagian isi skripsi
Terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, Tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan struktur organisasi skripsi.
BAB II : LANDASAN TEORI
Berisi mengenai teori yang dijadikan landasan
dalam penelitian, meliputi teori perkembangan
remaja, teori kebutuhan psikologis, dan penelitian
terdahulu.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Berisi mengenai metode penelitian, subjek
penelitian, instrument penelitian, teknik
pengumpulan data, analisis data, dan keabsahan
10
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisi mengenai hasil pengambilan data penelitian
dan pembahasannya
BAB V : PENUTUP
Berisi mengenai kesimpulan dan saran
3. Bagian akhir skripsi
Nurul Oktorina, 2013
Inferioritas Remaja Panti Asuhan (Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dengan
metode studi kasus yang berusaha memusatkan perhatian pada suatu
gejala secara intensif dan mendetail yang memandang subjek penelitian
sebagai suatu kesatuan unit (Marsi Singarimbun, 1983). Studi kasus dapat
dilakukan terhadap seorang individu, kelompok atau suatu golongan
manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial (Permana dan
Sudarsyah, 2013:20). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
inferioritas pada remaja di Panti Asuhan “X” Bandung, yang merupakan
suatu penelitian yang bersifat khusus karena akan menangkap
permasalahan secara lebih mendalam dan terperinci. Hal ini berarti subjek
dipelajari sebagai suatu keseluruhan individu yang terintegrasi. Sebelum
penelitian dilakukan, peneliti mempersiapkan rancangan penelitian dengan
cakupan komponen-komponen yang diperlukan (Moleong, 1997).
Peneliti juga lebih menekankan pada obyektivitas dan kejujuran yang
diwujudkan dengan menjelaskan tujuan penelitian kepada informan.
Selain itu, peneliti juga merahasiakan identitas informan, sehingga
konsekuensi dari hasil penelitian ini tidak berdampak kepada informan
yang telah memberikan informasi. Data dan informasi yang digunakan
dalam penelitian ini di dapat dari observasi dan wawancara. Informasi
yang di dapat dari observasi langsung, cacatan wawancara, rekaman
wawancara, dan foto kegiatan. Informasi tersebut dalam bentuk dokumen
39
B. Definisi Operasional
Inferioritas adalah respon-respon yang diperoleh akibat kelemahan
perasaan-perasaan psikologis atau sosial guna mencapai tugas
perkembangan remaja awal yang diukur dengan wawancara dan observasi.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Tempat dilaksanakannya penelitian yaitu di Panti Asuhan Jabal 165
yang berlokasi di Jalan Dipalaya IV, Desa Ciwaruga, Kecamatan
Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. Menurut peneliti dan berdasarkan
rekomendasi dari pihak panti, subjek dalam penelitian ini adalah tiga
remaja penghuni Panti Asuhan Jabal 165 Bandung dengan karakteristik :
1. Usia remaja 12 tahun
2. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
3. Pendidikan di SLTP
D. Instrument
Penelitian ini menggunakan human instrument. Menurut Sugiyono
(2010:59), yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu
sendiri, peneliti harus paham terhadap metode kualitatif, menguasai teori
dan wawancara terhadap bidang yang diteliti, serta memiliki kesiapan
untuk memasuki lapangan.
Dalam pengambilan data di lapangan, peneliti dibantu oleh pedoman
wawancara, alat rekam dan alat dokumentasi. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan peneliti dalam pengambilan dan pengumpulan data.
40
Nurul Oktorina, 2013
Inferioritas Remaja Panti Asuhan (Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Dimensi Aspek yang diungkap
Inferioritas fisik Sulit menerima perubahan bentuk tubuh
Merasa kurang percaya diri dengan bentuk tubuh
Inferioritas
psikologis
Ragu dalam mengerjakan tugas yang diberikan
Takut gagal sebelum melaksanakan tugas
Bersikap pesimis
Diam dan menarik diri
Berpikir dengan cara negatif
Mengalami kecemasan secara berlebihan
Kebutuhan akan perhatian dan persetujuan
Gambar 3.1 Dimensi dan aspek yang diungkap
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara
mendalam (in-depth interview) dengan bantuan alat perekam suara yang
disertai dengan observasi.
Metode dalam observasi menggunakan behavioral checklist yaitu
suatu metode dalam observasi yang mampu memberikan keterangan
mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang diobservasi dengan
memberikan tanda checklist (√) jika perilaku yang diobservasi muncul
(Herdiansyah, 2010 : 136).
Selain itu, digunakan pula pengumpulan data dengan menggunakan
dokumentasi. Menurut Sugiyono (2010: 82-83) dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk gambar,
tulisan atau karya-karya monumental dari seseorang. Untuk menunjang
pengumpulan data dokumentasi, peneliti menggunakan alat bantu berupa
41
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis melalui empat tahap,
yaitu tahap pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan atau tahap verifikasi (Miles dan Huberman dalam
Herdiansyah, 2010 : 163-180). Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga data-data tersebut mencapai titik jenuh. Langkah-langkah
analisis ditunjukkan dalam skema di bawah ini:
Gambar 3.2 Komponen Analisis Data (Interactive Model) Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010)
G. Teknik Analisis Keabsahan Data
Uji keabsahan data yang digunakan oleh peneliti adalah trianggulasi
dengan melakukan analisis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya
dengan data empiris yang tersedia. Herdiansyah (2010: 201) menyatakan
bahwa, trianggulasi adalah penggunaan dua atau lebih sumber untuk
mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang suatu fenomena yang Data
Collection
Data Reduction
Data Display
Conclusions :
42
Nurul Oktorina, 2013
Inferioritas Remaja Panti Asuhan (Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan
member check. Triangulasi sumber menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Triangulasi sumber dilakukan pada teman panti dan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan penelitian pada bab
sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Ketiga remaja memiliki karakteristik inferioritas. Adapun karakteristik
tersebut adalah remaja ragu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan,
takut gagal sebelum melaksanakan tugas, diam dan menarik diri,
mengalami kecemasan secara berlebihan, dan kebutuhan akan perhatian
dan persetujuan
2. Faktor internal dan faktor eksternal sangat berperan penting dalam
menunjang terciptanya inferioritas yang dimiliki oleh remaja yang tinggal
di panti asuhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi inferioritas pada
remaja panti asuhan Jabal 165 Bandung adalah faktor penerimaan diri
individu, faktor orangtua, faktor teman sebaya, dan faktor masyarakat.
B. REKOMENDASI
Dari penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang
dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa rekomendasi yang
diharapkan dapat berguna bagi semua pihak. Rekomendasi tersebut meliputi :
1. Pihak Panti Asuhan Jabal 165 Bandung
a. Permasalahan psikologis anak asuh di Panti Asuhan Jabal 165
dapat dikonsultasikan dengan seorang psikolog atau konselor agar
perkembangan anak asuh dapat ditangani lebih baik.
83
Nurul Oktorina, 2013
Inferioritas Remaja Panti Asuhan (Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
yang lebih luas dari lingkungan masyarakat, serta agar anak asuh
dapat lebih mengembangkan potensi yang dimilikinya.
c. Melakukan kegiatan pertemuan berkala dengan orang tua anak
asuh guna sharing mengenai perkembangan anak asuh selama
berada di Panti Asuhan Jabal 165.
2. Remaja Panti Asuhan Jabal 165
Dari penelitian ini diketahui bahwa remaja Panti Asuhan Jabal 165
Bandung memiliki karakteristik inferioritas. Sebaiknya remaja lebih dapat
meningkatkan kepercayaan diri dan optimis terhadap kemampuan yang
dimiliki.
3. Peneliti Selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2009) Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press.
Brehm, S. S. (2002). Intimate Relationship 2nd Edition. New York: McGraw-Hill.
Brooks, W.D., Emmert, P. (1976). Interpersonal Community. Iowa: Brow Company
Publisher.
Centi, J. P. (1993). Mengapa rendah diri?. Yogyakarta: Kanisius.
Clemes, H. dan Reynold, B. (1995). Bagaimana Kita Meningkatkan Harga Diri
Anak. Bandung: Bina Rupa Aksara.
Darajat, Z. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Semarang: Ghalia Indonesia.
Departemen Sosial Republik Indonesia. (1997). Panduan Pelaksanaan Pembinaan
Kesejateraan Sosial Anak Melalui Panti Sosial Asuhan Anak. Jakarta:
Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Anak.
Dinas Sosial Republik Indonesia. (2004). Panduan Pelaksaan Pembinaan
Kesejahteraan Social Anak Melalui Panti Asuhan Anak. Jakarta: Direktorat
Jendral Bina Kesejahteraan Anak.
Gandaputra, A. (2009). Gambaran Self Esteem Remaja yang Tinggal di Panti
Asuhan. Jurnal Psikologi UNTAR Vol. 7 No.2.
Hall, C. S, dan Lindzey, G. (1985). Introduction to Theories Personality. Singapore:
Public Art Collections.
Hall, C. S. dan Lindzey, G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta:
Kanisius.
Hartini. (2011). Deskripsi Kebutuhan Psikologi pada Anak Panti Asuhan. Insan
Media Psikologi. Vol 3. No 2. Hal 109-118.
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Nurul Oktorina, 2013
Inferioritas Remaja Panti Asuhan (Studi Kasus pada Tiga Orang Remaja Panti Asuhan Jabal 165 Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Kenchappanavar, R. N. (2012). Relatiionship between Inferiority Complex and
Frustation in Adolescents. IOSR Journal of Humanities and Social Science
(JHSS) Vol. 2, Issue 2.
Kusumawati, T. E. (2004). Dinamika Inferioritas Penyandang Cacat Anggota Tubuh.
Skripsi. Fakultas Psikologi - Universitas Katolik Soegijapranata : tidak
diterbitkan.
Lidiana, M. (2007). Perasaan Rendah Diri Pada Wanita Obesitas ditinjau dari
Kecerdasan Emosional. [Online]. Tersedia : http://eprints.unika.ac.id/883/1/
02.40.0041.Maria.Lidiana.html [ 11 Agustus 2013 ]
Maramis, W. F. (2010). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga
University Press.
Moleong, L. J. (1997). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Monks, F. J, Knoers, A. M.P, Haditono, S. R. (2009). Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada Unversity
Press.
Naisaban, L. (2004). Para Psikolog Terkemuka Dunia. Jakarta: Gramedia.
Page, J. D. (1980). Abnormal Psychology : A Clinical Approach to Psychological
Deviantns. New Delhi : Tata Mc Graw-Hill.
Permana, J dan Sudarsyah, A. (2013). Draft Kedua Penelitian Kualitatif: Analisis
Data dalam Administrasi Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia: tidak
diterbitkan.
Putri, P. S. (2013). Penyesuaian Diri Remaja yang Tinggal di Panti Asuhan. Skripsi :
Jurusan Psikologi – Universitas Pendidikan Indonesia : tidak diterbitkan.
Santrock, J. W. (2007). Remaja Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sari, A. D. C. (2012) Hubungan Antara Persepsi Remaja Panti Asuhan Terhadap
Metode Disiplin dengan Penyesuaian Sosial di Panti Asuhan Tambatan Hati
Bandung. Skripsi : Jurusan Psikologi – Universitas Pendidikan Indonesia :
Sarwono, S. W. (2006). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
Siagian, S. P. (2003). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Bandung: Rineka Cipta.
Singarimbun, M dan Effendi, S. (1983). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Bandung:
Rineka Cipta.
Sudikdo, S. (2011). Analisis Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Inferioritas
Serta Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar. [Online]. Tersedia :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27467/6/ [3 September 2013]
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sunarto, H dan Hartono, A. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rineka
Cipta.
Suryabrata, S. (2006). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tim Penyusun. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Wikipedia. (2010). Keluarga. [Online]. Tersedia: http://www.wikipedia.org/wiki/
keluarga [ 12 Februari 2013 ]
Wikipedia. (2013). Pesimisme. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/
Pesimisme [ 23 September 2013 ]
Wikipedia. (2013). Remaja. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja.