• Tidak ada hasil yang ditemukan

Defisiensi G6PD sebagai Faktor Risiko Terhadap Hiperbilirubineia pada Neonatus Berumur Dua Hari di RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat Tahun 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Defisiensi G6PD sebagai Faktor Risiko Terhadap Hiperbilirubineia pada Neonatus Berumur Dua Hari di RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat Tahun 2015."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

DEFISIENSI G6PD SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERHADAP HIPERBILIRUBINEMIA PADA NOENATUS BERUMUR DUA HARI DI

RSAB HARAPAN KITA, JAKARTA BARAT, TAHUN 2015

Shielda N Shidarta, 2016. Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M. Kes Pembimbing II : Cindra Paskaria, dr., M.K.M

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu masalah paling umum yang terjadi pada neonatus. Lebih dari 80% neonatus mengalami ikterus akibat hiperbilirubinemia yang didominasi oleh bilirubin indirek. Hiperbilirubinemia dikatakan patologis ketika kadar bilirubin indirek meningkat lebih dari 7 mg/dL pada saat neonatus berusia dua sampai lima hari.

Salah satu penyebab hiperbilirubinemia patologis adalah defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD). Enzim G6PD berperan untuk menyediakan energi bagi NADPH agar dapat mempertahankan glutathione dalam bentuk terreduksi (GSH) sebagai antioksidan sehingga tidak terjadi denaturasi hemoglobin dan hemolisis akibat kerusakan membran eritrosit.

Tujuan penelitian ini untuk memperlihatkan pentingnya dilakukan skrining defisiensi G6PD pada neonatus. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain kontrol kasus. Jumlah sampel adalah 912 responden (whole sampling) di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, Jakarta Barat, tahun 2015, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian adalah neonatus berumur dua hari yang diperiksa kadar bilirubin serum dan aktivitas G6PD.

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa defisiensi G6PD menjadi faktor risiko yang signifikan (p<0,05) terhadap terjadinya hiperbilirubinemia.

Simpulan dari penelitian ini adalah defisiensi G6PD menjadi faktor risiko hiperbilirubinemia pada neonatus berumur dua hari di RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat, tahun 2015.

(2)

ABSTRACT

G6PD DEFICIENCY AS A RISK FACTOR FOR NEONATAL HYPERBILIRUBINEMIA AT TWO DAYS OLD IN RSAB HARAPAN KITA, WEST JAKARTA, 2015

Shielda N Shidarta, 2016. 1st advisor : Lisawati Sadeli, dr., M. Kes 2nd advisor : Cindra Paskaria, dr., M.K.M

Hyperbilirubinemia is one of the most common problems in neonates. More than 80% neonates have jaundice due to hyperbilirubinemia were dominated by indirect bilirubin. Pathological hyperbilirubinemia defines when indirect bilirubin levels increased by more than 7 mg/dL at two to five days old.

One of the pathological hyperbilirubinemia causes is glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD) deficiency. The role of this enzyme is to provide energy for NADPH to maintain the reduced glutathione (GSH) form as an antioxidant to prevent hemoglobin denaturation and hemolysis because damage to the erythrocyte membrane.

The aim of the research was to show that screening for G6PD deficiency is important. This research was an analytic case-control design. The total sample was 912 respondents (whole sampling) in Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, West Jakarta, during 2015, who meet inclusion and exclusion criteria. Subjects are two days old neonates and are examined their serum bilirubin and the activity of G6PD.

Chi-square result showed that G6PD deficiency as a significant (p<0,05) risk factor on the occurance of hyperbilirubinemia.

It can be concluded that G6PD deficiency becomes a risk factor for neonatal hyperbilirubinemia at two days old in RSAB Harapan Kita, West Jakarta, during 2015.

(3)

DAFTAR ISI

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4

1.5 Landasan Teori dan Hipotesis ... 4

1.5.1 Landasan Teori ... 4

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 G6PD ... 7

2.2 Fisiologi Pembentukan Bilirubin ... 10

2.3 Anatomi dan Histologi Hepar ... 12

2.4 Hiperbilirubinemia ... 13

2.5 Hiperbilirubinemia pada Neonatus ... 14

(4)

2.6.2 Ikterus Hepatik ... 18

2.6.3 Ikterus Post-Hepatik ... 19

2.7 Ikterus pada Neonatus ... 19

2.8 Kernikterus ... 20

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Bahan Penelitian ... 22

3.2 Populasi dan Sampel ... 22

3.3 Kriteria Penelitian Subjek ... 22

3.3.1 Kriteria Inklusi ... 22

3.3.2 Kriteria Eksklusi ... 22

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.5 Metode Penelitian ... 23

3.5.1 Desain Penelitian ... 23

3.5.2 Data yang Diukur ... 23

3.5.3 Analisis Data ... 23

3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 23

3.7 Prosedur Penelitian ... 24

3.8 Aspek Etik Penelitian ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Hasil Penelitian ... 26

4.1.1 Gambaran Kasus Defisiensi G6PD pada Neonatus Berumur Dua Hari di RSAB Harapan Kita, Tahun 2015 ... 26

(5)

4.1.3 Gambaran Kasus Hiperbilirubinemia pada Neonatus dengan

Defisiensi G6PD yang Berumur Dua Hari di RSAB

Harapan Kita, Tahun 2015 ... 28

4.1.4 Hasil Analisis Hubungan G6PD dengan Hiperbilirubinemia pada Neonatus Berumur Dua Hari di RSAB Harapan Kita, Tahun 2015 ... 29

4.2 Pembahasan ... 30

4.3 Uji Hipotesis ... 34

4.3.1 Hipotesis Penelitian ... 34

4.3.2 Hal-Hal yang Mendukung Penelitian ... 34

4.3.3 Hal-Hal yang Tidak Mendukung Penelitian ... 34

4.3.4 Simpulan ... 34

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 35

5.1 Simpulan ... 35

5.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN ... 40

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Obat-Obat yang Dihindari pada Defisiensi G6PD ... 8

Tabel 2.2 Normal Bilirubin Total ... 14

Tabel 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Ukur ... 24

Tabel 4.1 Gambaran Kasus Defisiensi G6PD ... 26

Tabel 4.2 Gambaran Jenis Kelamin pada Kasus Defisiensi G6PD ... 26

Tabel 4.3 Gambaran Ikterus pada Kasus Defisiensi G6PD ... 27

Tabel 4.4 Gambaran Anemia Hemolitik pada Kasus Defisiensi G6PD ... 27

Tabel 4.5 Gambaran Kasus Hiperbilirubinemia pada Neonatus ... 27

Tabel 4.6 Gambaran Kasus Hiperbilirubinemia pada Neonatus dengan Defisiensi G6PD ... 28

Tabel 4.7 Gambaran Risiko Kernikterus pada Neonatus dengan Defisiensi G6PD ... 28

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Mekanisme Terjadinya Hiperbilirubinemia pada

Neonatus dengan Defisiensi G6PD ... 6

Gambar 2.1 Aktivitas G6PD ... 7

Gambar 2.2 Fisiologi Pembentukan Bilirubin ... 10

Gambar 2.3 Histologi Hepar ... 13

Gambar 2.4 Nomogram Bhutani ... 15

Gambar 2.5 Patofisiologi Ikterus ... 17

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Data Penelitian Neonatus Berumur Dua Hari

dengan Defisiensi G6PD di RSAB Harapan Kita,

Jakarta Barat, Tahun 2015 (Bagian 1) ... 42

Lampiran 2: Data Penelitian Neonatus Berumur Dua Hari dengan Defisiensi G6PD di RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat, Tahun 2015 (Bagian 2) ... 43

Lampiran 3: Chi-Square dan Odd Ratio ... 44

Lampiran 4: Surat Keputusan Komisi Etik ... 46

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hiperbilirubinemia merupakan keadaan bilirubin yang meningkat di dalam

darah. Peningkatan tersebut dapat terjadi pada kadar bilirubin total, bilirubin

indirek, dan/atau bilirubin direk. Hal ini dapat diketahui melalui pemeriksaan

bilirubin serum secara kuantitatif (Ambalavanan & Carlo, 2011).

Salah satu masalah paling umum yang ditemukan pada neonatus adalah

hiperbilirubinemia (Porter & Dennis, 2002). Lebih dari 80% neonatus mengalami

ikterus akibat akumulasi bilirubin pada kulit, sklera, dan membran mukosa. Oleh

karena itu, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasi untuk

melakukan melakukan pemeriksaan bilirubin pada seluruh neonatus sebelum

dipulangkan dari rumah sakit (Tortora & Derrickson, 2012; Newman, 2009;

Yaworski, Van Meer, & Wong, 2002).

Ikterus umumnya terjadi akibat peningkatan kadar bilirubin indirek karena

denaturasi membran eritrosit sehingga ikterus dapat disertai dengan anemia

hemolitik (WHO Working Group, 1989). Peningkatan bilirubin indirek melebihi 7

mg/dL pada saat neonatus berumur dua sampai lima hari menunjukkan

hiperbilirubinemia patologis yang berhubungan dengan tingginya risiko

kernikterus (kerusakan otak) yang dapat menimbulkan kecacatan hingga kematian

(Ambalavanan & Carlo, 2011).

Hiperbilirubinemia patologis dapat diakibatkan oleh banyak hal, seperti

defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD), inkompabilitas ABO,

inkompabilitas rhesus (Rh), serta infeksi atau sepsis (Porter & Dennis, 2002).

Defisiensi G6PD merupakan kelainan enzim tersering pada jalur pentosa

fosfat. Kekurangan enzim ini menyebabkan degradasi heme yang lalu

menimbulkan kerusakan pada membran eritrosit akibat kurangnya GSH

(10)

Hiperbilirubinemia pada neonatus akibat defisiensi G6PD biasanya terjadi

akibat tiga faktor pencetus. Pertama, ibu hamil dan menyusui yang mengonsumsi

obat-obat tertentu, seperti antimalaria, obat kemoterapi, dan antibiotik yang

melapaskan reactive oxygen species (ROS). Kedua, ibu hamil dan menyusui yang

mengonsumsi kacang fava yang mengandung suatu oksidan yang potensial

menimbulkan stres oksidatif. Radikal bebas atau substansi oksidatif ini

ditransmisikan dari ibu ke neonatus melalui plasenta dan air susu ibu (ASI).

Ketiga, neonatus itu sendiri yang mengalami infeksi atau sepsis sehingga memicu

pembentukan ROS melalui pelepasan sitokin proinflamasi. Ketiga faktor pencetus

tersebut menimbulkan denaturasi hemoglobin yang lalu membentuk bilirubin

(Ambalavanan & Carlo, 2011; Klowak & Wong, 2008).

Dilaporkan ada 400 juta orang di seluruh dunia menderita defisiensi G6PD.

Prevalensi tertinggi terjadi di Afrika, Asia, Mediterania, dan Timur Tengah

(Frank, 2005). Daerah-daerah tersebut merupakan endemik malaria yang merujuk

pada teori bahwa pembawa gen defisiensi G6PD dimaksudkan untuk memiliki

proteksi awal terhadap infeksi malaria, terutama yang diakibatkan oleh

Plasmodium falciparum, penyebab malaria terbanyak (Frank, 2005; Greene,

1993).

Di Indonesia, prevalensi defisiensi G6PD berkisar antara 2,7%–14,2%

(Kurniawan, 2014). Sebanyak 5,2% dari 1802 neonatus ditemukan dengan

defisiensi G6PD pada penelitian di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB)

Harapan Kita tahun 2009–2011 (Elizabeth, 2012).

Defisiensi G6PD merupakan kelainan X-linked recessive, seperti pada penyakit

hemofilia dan buta warna yang diturunkan. Terdapat 300 varian menurut lokasi

alel yang akan mempengaruhi sintesis enzim G6PD (Beutler, 1994).

Sebanyak 0,7–1,6 per 1000 kelahiran dilaporkan meninggal akibat kernikterus

pada neonatus dengan defisiensi G6PD. Oleh karena itu, WHO telah

merekomendasikan untuk melakukan skrining defisiensi G6PD pada populasi di

(11)

Skrining defisiensi G6PD di Indonesia belum menjadi program skrining

neonatus. Sampai saat ini, skrining neonatus yang umumnya tersedia di Indonesia

hanya hipotiroid kongenital dengan pemeriksaan kadar thyroid-stimulating

hormone (TSH) yang dimulai sejak tahun 2000 (Rustama, 2015; Elizabeth, 2012).

Salah satu rumah sakit yang melakukan pemeriksaan G6PD pada neonatus di

Indonesia adalah RSAB Harapan Kita di Jakarta Barat, tempat penelitian ini

dilakukan. Pengambilan data diperoleh melalui rekam medis RSAB Harapan Kita

yang mencatat hasil skrining defisiensi G6PD dan pemeriksaan kadar bilirubin

serum pada neonatus berusia dua hari selama tahun 2015. Pemeriksaan G6PD di

rumah sakit tersebut dilakukan dengan uji fluorescent spot yang

direkomendasikan oleh Internal Committee for Standardization in Hematology

(ICSH) (Elizabeth, 2012).

Alasan dilakukannya pemeriksaan G6PD dan bilirubin serum pada neonatus

berusia dua hari adalah untuk memonitor laju progresivitas kadar bilirubin serum

yang memuncak pada hari ketiga sampai hari kelima. Jika didapatkan neonatus

dengan hiperbilirubinemia disertai defisiensi G6PD, kemungkinan besar

progresivitas peningkatan kadar bilirubin berjalan cepat untuk beberapa hari ke

dapan sehingga dapat diberikan penanganan light therapy yang tidak hanya

bermanfaat untuk menangani hiperbilirubinemia pada neonatus, tetapi juga

sebagai pencegahan terhadap kernikterus dengan gejala awal yang muncul pada

saat neonatus berumur dua hari (Ambalavanan & Carlo, 2011).

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah defisiensi G6PD menjadi faktor risiko hiperbilirubinemia pada

neonatus berumur dua hari di RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat, tahun 2015.

1.3 Maksud dan Tujuan

(12)

Sementara tujuan dari penelitian ini untuk memperlihatkan pentingnya

program skrining defisiensi G6PD pada neonatus berumur dua hari di seluruh

tempat penyedia layanan kesehatan.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat Akademisi

Mengetahui peran G6PD terhadap mekanisme terjadinya hiperbilirubinemia

dan faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya hiperbilirubinemia akibat

defisiensi G6PD.

Manfaat Praktis

Memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai istilah ‘bayi kuning’ yang

timbul akibat kekurangan enzim G6PD sehingga dapat menghindari hal-hal yang

dapat memperberat keadaan ‘bayi kuning’ tersebut. Langkah ini dimaksudkan

untuk mencegah timbulnya cacat permanen dan kematian pada bayi.

1.5 Landasan Teori dan Hipotesis

1.5.1 Landasan Teori

Mutasi di kromosom Xq28 menyebabkan terganggunya sintesis G6PD di

dalam eritrosit sehingga energi yang mempertahankan kadar NADPH

(nicotinamide adenine dinucleotide phosphate) menurun (Daniele, 2009).

Fungsi dari NADPH adalah menjaga GSH (glutathione terreduksi) tetap berada

dalam bentuk teroksidasi. GSH secara aktif dihasilkan oleh eritrosit sebagai

(13)

H2O2 menjadi menjadi molekul yang stabil, yakni H2O dan O2 melalui glutathione

peroxidase. NADPH kemudian mengubah kembali GSSG menjadi GSH agar

dapat melaksanakan perannya sebagai antioksidan (Kumar et al, 2010; WHO

Working Group, 1989).

Pada defisiensi G6PD, NADPH tidak cukup banyak dihasilkan sehingga GSSG

tidak diubah menjadi GSH dan hemoglobin mengalami denaturasi akibat stres

oksidatif (kerusakan yang terjadi akibat proses oksidasi yang ditimbulkan oleh

radikal bebas). Hemoglobin yang paling banyak terpengaruhi adalah hemoglobin

rantai beta (WHO Working Group, 1989). Stres oksidatif kemudian

mempengaruhi membran eritrosit sehingga terjadi hemolisis (Keohane, Smith, &

Walenga, 2016). Satu gram hemoglobin kira-kira dapat membentuk 35 miligram

bilirubin (Riley, 2014).

G6PD diekspresikan di seluruh sel, namun peranannya sangat penting di

eritrosit yang tidak memiliki mitokondria, sehingga G6PD merupakan sumber

utama dari NADPH (WHO Working Group, 1989).

Ada tiga faktor pencetus yang umum menyebabkan hiperbilirubinemia akibat

defisiensi G6PD pada neonatus, yakni ibu hamil (BUMIL) dan menyusui

(BUTEKI) yang mengonsumsi obat-obat tertentu dan kacang fava, serta neonatus

yang mengalami infeksi atau sepsis. Ketiga pencetus tersebut memicu stres

oksidatif pada eritrosit (Ambalavanan & Carlo, 2011).

Beberapa obat antimalaria, kemoterapi, antibiotik, antipiretik, analgesik, dan

antidiabetes melepaskan reactive oxygen species (ROS)—suatu radikal bebas—

saat dimetabolisme di hepar. Kacang fava (Vicia faba) mengandung divicine

sebagai suatu oksidan yang potensial menimbulkan stres oksidatif. Hemolisis

yang terjadi akibat mengonsumsi kacang fava dinamakan favism (Klowak &

Wong, 2008).

Substansi-substansi pencetus stres oksidatif itu dikonsumsi oleh ibu hamil

menjelang waktu persalinan dan melalui darah maternal ditransmisikan ke janin

melalui plasenta. Substansi tersebut dapat pula ditransmisikan melalui ASI pada

(14)

ROS juga dapat diperoleh bila neonatus mengalami infeksi—misalnya akibat

Parvovirus, Salmonella, dan virus hepatitis—seiring dengan pelepasan sitokin

proinflamasi oleh sistem imun (Klowak & Wong, 2008).

Tanpa faktor pencetus, hiperbilirubinemia dapat terjadi pada neonatus dengan

defisiensi G6PD akibat begitu rendahnya aktivitas enzim tersebut di dalam

eritrosit (<10%) (Frank, 2005).

Mekanisme terjadinya hiperbilirubinemia pada neonatus akibat defisiensi

G6PD dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Mekanisme Terjadinya Hiperbilirubinemia pada Neonatus

dengan Defisiensi G6PD

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Defisiensi G6PD sebagai faktor risiko terhadap hiperbilirubinemia pada

(15)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

defisiensi G6PD menjadi faktor risiko hiperbilirubinemia pada neonatus berumur

dua hari di RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat, tahun 2015.

5.2 Saran

Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana cara mendeteksi

neonatus dengan defisiensi G6PD pada awal kehamilan sehingga dapat dilakukan

(16)

DEFISIENSI G6PD SEBAGAI FAKTOR RISIKO

TERHADAP HIPERBILIRUBINEMIA PADA

NEONATUS BERUMUR DUA HARI

DI RSAB HARAPAN KITA, JAKARTA BARAT,

TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ini Dibuat sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

SHIELDA NATASHA SHIDARTA

1310144

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(17)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) di Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Maranatha.

Karya tulis ini dapat dirampungkan oleh penulis dengan baik, tentu tak lepas

dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Lisawati Sadeli, dr., M.Kes sebagai pembimbing utama Karya Tulis

Ilmiah yang telah memberikan waktu, arahan, nasihat, dan bimbingan

kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Cindra Paskaria, dr., M.K.M sebagai pembimbing pendamping Karya

Tulis Ilmiah yang telah memberikan waktu, arahan, dan bimbingan,

terutama dalam bidang stastistika kepada penulis.

3. Setyadewi Lusyati, dr., Sp.A(K), Ph.D dari RSAB Harapan Kita yang

telah memberikan waktu, arahan, dan nasihat kepada penulis saat

pengambilan data di RSAB Harapan Kita, Jakarta Barat.

4. Para staf di bagian rekam medis di RSAB Harapan Kita yang telah

membantu peneliti dalam menyediakan tenaga dan waktu untuk

mengumpulkan sumber data penelitian.

5. Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes atas dukungannya kepada penulis.

6. Kedua orang tua penulis—Imelda Martinelli dan Shidarta—atas cinta, doa,

dukungan, dan harapan mereka yang begitu besar. Karya Tulis Ilmiah ini

juga penulis persembahkan sebagai hadiah untuk ayah penulis yang

berulang tahun tanggal 16 Oktober, “Selamat hari ulang tahun, Pi.”

7. Sahabat-sahabat penulis—Helen Sustantine, Almira Talitha, Diella,

Veronica Shinta, Cristika, Nahania Gracia, dan Maria Alfiani—yang

selalu mendukung, memberikan semangat dan doa.

(18)

penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat

memberi manfaat bagi perkembangan ilmu kedokteran di kemudian hari.

Bandung, November 2016

(19)

DAFTAR PUSTAKA

AAP. 2004. Management of hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics, 114: 297–316.

Ali et al. 2012. Icterus neonatorum in near-term and term infants. Sultan Qaboos Univ Med J, 12[2]: 153-60.

Ambalavanan N, Carlo WA. 2011. Jaundice and hyperbilirubinemia in the newborn: Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF. (Eds.). Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. p 603–8.

__________. 2011. Kernicterus: Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF. (Eds.). Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. p 608–12.

Arias IM. 2012. Liver function from Y to Z. J Clin Invest, 122[8]: 2763-4.

Bashore RA, Smith F, Schenker S. 1969. Placental transfer and disposition of bilirubin in the pregnant monkey. Am J Obstet Gynecol, 103: 950.

Bain BJ, Swirsky D. 2012. Erythrocyte and leucocyte cytochemistry. Practical Haematology. London: Churchill Livingstone. p 333-52.

Beutler. 1994. G6PD deficiency. Blood, 84[11]: 3613-36.

Bhutani VK, Johnson L, Sivieri EM. 1999. Predictive ability of a predischarge hour-specific serum bilirubin for subsequent significant hyperbilirubinemia in healthy term and near-term newborns. Pediatrics, 103:6-14.

Boamah LM, Balistreri WF. 2011. Manifestations of liver disease: Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme JW, Schor NF. (Eds.). Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. p 1374-8.

Chatterjea MN, Shinde R. 2012. Textbook of medical biochemistry. 8th ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. p 660-1.

Daniele G. 2009. Glucose-6-phosphate dehydrogenase. http://flipper.diff.org/app/ pathways/2101. Accessed October 1, 2016.

Dennery PA, Seidman DS, Stevenson DK. 2001. Neonatal hyperbilirubinemia. N Engl J Med, 344: 581-90.

Duh SH, Cook JD. 2005. Laboratory reference range values. APP17, 17.

(20)

Estridge BH, Reynolds AP. 2012. Basic clinical laboratory techniques. 6th ed. New York: Delmar. p 609.

Frank JE. 2005. Diagnosis and management of G6PD deficiency. Am Fam Phys, 72[7]: 1277-82.

Godlewski et al. 1997. Liver development in the rat and in man during the embryonic period (Carnegie stages 11-23). Microsc Res Tech, 39[4]:314-27.

Greene LS. 1993. G6PD deficiency as protection against falciparum malaria: an epidemiologic critique of population and experimental studies. Am J Phys Anthropol, 36: 153-78.

Guillemette C. 2003. Pharmacogenomics of human UDP-glucuronosyltransferase enzymes. Pharmacogenomics J, 3: 136-58.

Hall JE. 2011. Guyton and hall textbook of medical physiology. 12th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. p 418-20; 840-2.

Harvey R, Ferrier D. 2011. Biochemistry. 5th ed. Philadelphia: Lippincott, Williams & Wilkins. p 282-9.

Keohane EM, Smith LJ, Walenga JM. 2016. Intrinsic defects leading to increased

erythrocyte destruction. Rodak’s Hematology: Clinical Principles and

Applications. 5th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. p 383-8.

Klowak J, Wong E. 2008. Glucose-6-phosphate dehydrogenase. Lancet, 371[9606]:

64-74.

Kramer LI. 1969. Advancement of dermal icterus in the jaundiced newborn. Am J Dis Child. 118[3]: 454-8.

Kremer M. 1940. The classification of jaundice. Postgrad Med J, 16[171]: 11-7.

Kumar et al. 2010. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. p 20-2.

Kurniawan LB. 2014. Skrining, diagnosis, dan aspek klinis defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD). CDK, 222[41]: 807-11.

Lang F, Lang E, Föller M. 2012. Physiology and pathophysiology of eryptosis. Tranfus Med Hemother, 39[5]: 308-14.

(21)

MIMS. 2006. Drugs to avoid in G6PD deficiency. http://www.cych.org.tw/pharm/ MIMS%20Summary%20Table-G6PD.pdf. Accessed October 1, 2016.

Muthayya NM. 2002. Human Physiology. 3rd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. p 145.

Newman TB. 2009. Universal bilirubin screening, guidelines, and evidence. Pediatrics, 124[4]: 1199-21.

NIH. 2011. What is Rh incompatibility. https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/rh. Accessed October 2, 2016.

NIH. 2016. UGT1A1 gene. https://ghr.nlm.nih.gov/gene/UGT1A1. Accessed October 1, 2016.

Palmer J. 2011. ABO incompability in newborns. http://www.pregnancy.com.au/ resources/topics-of-interest/postnatal/abo-incompatibility-in-newborns.shtml. Accessed November 12, 2016.

Peters AL, Van Noorden CJF. 2009. Glucose-6-phosphate dehydrogenase deficiency and malaria: cytochemical detection of heterozygous G6PD deficiency in women. J Histochem Cytochem, 57[11]: 1003-11.

Porter ML, Dennis BL. 2002. Hyperbilirubinemia in the term newborn. Am Fam Phys, 65[4]: 599-607.

Riley MR. 2014. Bilirubin metabolism. http://www.merckmanuals.com/

professional/pediatrics/perinatal-physiology/perinatal-physiology. Accessed

September 29, 2016.

Roche SP, Kobos R. 2004. Jaundice in the adult patient. Am Fam Phys, 69[2]: 299-304.

Roper D, Layton M. 2012. Investigation of the hereditary haemolytic anaemias: membrane and enzyme abnormalities. Practical Haematology. London: Churchill Livingstone. p 254-72.

Rustama D. 2015. Pentingnya skrining hipotiroid pada bayi. http://www.idai.or.id /artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-skrining-hipotiroid-pada-bayi. Accessed November 13, 2016.

Städeler G. 1864. Uber die farbstoffe der galle. Justus Liebigs Ann Chem, 132: 323-54.

(22)

Webster J, Blyth R, Nugent F. 2006. An appraisal of the use of the kramer’s scale in predicting hyperbilirubinaemia in healthy full term infants. Birth Issues, 14[3]: 83-9.

WHO Working Group. 1989. Glucose-6-phosphate dehydrogenase deficiency. Bull World Health Organ, 67[6]: 601-11.

WHO. 2006. Infant, newborn. http://www.who.int/topics/infant_newborn/en/. Accessed October 2, 2016.

Wong et al. 2009. Comparison of detection of glucose-6-phosphate dehydrogenase deficiency using fluorescent spot test, enzyme assay, and molecular method for prediction of severe neonatal hyperbilirubinaemia. Singapore Med J, 50[1]: 62-7.

Wysowski et al. 1978. Epidemic neonatal hyperbilirubinemia and use of phenolic disinfectant detergent. Pediatrics, 61[2]: 165-70.

Gambar

Gambar 1.1 Mekanisme Terjadinya Hiperbilirubinemia pada
Gambar 1.1 Mekanisme Terjadinya Hiperbilirubinemia pada Neonatus

Referensi

Dokumen terkait

pujian), belajar berseorangan, tdk suka kerja - kerja kumpulan, tdk suka melibatkan diri secara aktif dlm aktiviti pbj.  EKSTROVERT : tdk harapkan pujian,

 &gt;uru memberikan beberapa soal menentukan nomor atom dan nomor &gt;uru memberikan beberapa soal menentukan nomor atom dan nomor massa suatu unsur massa suatu unsur untuk

Tugas Pokok Dinas Perumahan, Cipta Karya dan Tata Ruang adalah melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam bidang Perumahan, Cipta Karya dan Tata Ruang dalam rangka pelaksanaan

Study on Project Success Factors in Large Construction Projects in Vietnam (Engineering Constructon and Architectural Management,

Lembaga Masyarakat dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak pada Acara Peresmian Kelompok Bermain di Kelurahan Bondongan, Bogor.. Ceramah dan

Kerukunan hidup umat beragama, yang dalam terminologi pemerintah mencakup kerukunan intern umat beragama, antar umat beragama, dan antara umat beragama dengan pemerintah,

Setelah diselidiki dari pada bahan rujukan yang digunakan, didapati bahwa ada sebanyak 94 kata leksikal yang telah dipinjam dari bahasa Arab, dan ± 42 kata kerja leksikal

Dalam bukunya “ Inleiding tot de studie van het Nederlandse recht ”, beliau menyatakan bahwa tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan