• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN SPATIAL LITERACY SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMANFAATAN MEDIA PETA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Studi Eksperimen Kuasi Siswa Kelas IV SD Laboratorium Percontohan UPI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN SPATIAL LITERACY SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMANFAATAN MEDIA PETA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Studi Eksperimen Kuasi Siswa Kelas IV SD Laboratorium Percontohan UPI."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Spatial Literacy Siswa Sekolah Dasar Melalui Pemanfaatan Media Peta Dalam Pembelajaran IPS (Studi Eksperimen Kuasi Siswa Kelas IV SD Laboratorium Percontohan UPI).

Winda Maharani 1303043

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih kurangnya pemanfaatan media dalam melakukan pembelajaran yang berhubungan dengan ruang, membuat spatial literacy siswa kurang tergali. Selain itu, siswa cenderung lebih pasif dan cepat merasa bosan pada saat guru dalam menyampaikan pembelajaran hanya bersumber dari buku teks siswa. Rendahnya spatial literacy siswa tersebut, pada akhirnya menyebabkan siswa menjadi kurang cermat dalam hal mengambil keputusan dan juga memecahkan masalah keruangan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilakukan berkaitan dengan pemanfaatan media peta dalam pembelajaran IPS di SD Laboratorium Percontohan UPI khususnya pada siswa kelas IV. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk meningkatkan spatial literacy siswa khususnya dalam materi yang berkaitan dengan ruang pada mata pelajaran IPS. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian ekperimen kuasi dengan menggunakan desain nonequivalent groups pre test - post test dari Fraenkel and Wallen. Desain nonequivalent groups pre test - post test ini diawali dengan menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian dilakukan pre test, dilanjutkan dengan pemberian perlakuan kepada kedua kelas dan diakhiri dengan melakukan post test. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Laboratorium Percontohan UPI. Teknik pengumpulan data berupa tes dan juga angket respon siswa. Instrumen penelitiannya berupa lembar tes spatial literacy dan lembar angket respon siswa. Data dianalisis menggunakan uji normalitas dan uji Mann Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan media peta dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan spatial literacy siswa kelas IV SD Laboratorium Percontohan UPI. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah benar pada setiap indikator spatial literacy yang diberikan. Indikator tersebut adalah menentukan lokasi, mengidentifikasi orientasi keruangan, menentukan jarak terdekat serta mengidentifikasi objek melalui simbol-simbol pada peta. Hasil penelitian ini dapat menjadi saran bagi guru dan pihak sekolah untuk terus memfasilitasi pembelajaran IPS dengan media yang sesuai terutama media peta untuk materi yang terkait dengan ruang, sehingga dapat meningkatkan spatial literacy siswa.

(2)

Enhancement of Elementary School Student Spatial Literacy Through The Use of Map in Social Studies Learning (Quasi-Experimental Study for Grade 4 Student Laboratorium Percontohan UPI Elementary School)

Winda Maharani 1303043

ABSTRACT

This study based on the use of media that still lacking in learning which relate with the space, made spatial literacy of student less explored. In addition, the student tend to be more passive and get bored quickly if the teacher in learning deliver is sourced only from student’s textbooks. The lowness of the student’s spatial literacy, eventually will cause the student become less careful in terms of decision taking and so the space problem that occur in everyday life. This study is done related to the use of map in social studies learning at Laboratorium Percontohan UPI Elementary School especially for student in grade 4. The purpose of this study is to improve the students,s spatial literacy especially in the matter that related with the space in social studies. As for this kind of this research using non equivalent groups pre test – post test design begins with determine the experiment group and control group, then pre test done, followed by treatment delivery for both groups, end with post test. The subject in this research is students in grade 4 Laboratorium Percontohan UPI Elementary School. The data collection technique is a test form and so student questionnaire response. The research instrument is a spatial literacy test sheet form and questionnaire sheet student response. The data analyzed using the normality test and also Mann Whitney test. The result of this research shows that the use of map in learning social studies could improve student’s spatial literacy in grade 4 Laboratorium Percontohan UPI Elementary School. It seems from the correct number enhancement in each spatial literacy indicators which is given. The indicators are determine the location, determine the closest distance, identify the spatial orientation and identify the object through map symbols. The result of this research could be the suggestions for teachers and school authorities to keep facilitating the social studies learning with the appropriate media especially maps for the matters that related with space, so that it could improve the student’s spatial literacy.

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen kuasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Fraenkel dan Wallen

(2007: 278) bahwa “quasi-experimental designs do not include the use of

random assignment. Researchers who employ these designs rely instead on

other techniques to control (or at least reduce) threats to internal validity. We

shall describes some of these techniques as we discuss several

quasi-experimental design.” Ali (2011: 284) mengemukakan studi

kuasi-eksperimental adalah studi eksperimen, hanya saja dalam pelaksanaannya

terdapat kendala pemenuhan kriteria terkait dengan pemilihan subjek sampel

secara random dan penugasan subjek secara random karena dalam riset

melibatkan manusia, seperti dalam riset prilaku dan sosial.

Creswell (2008: 299) juga mengemukakan pendapatnya bahwa

penelitian eksperimen dilakukan ketika ingin membangun kemungkinan

penyebab dan akibat antara variabel bebas dan terikat. dalam penelitian ini

variabel bebasnya adalah pembelajaran IPS dengan media peta dan variabel

terikatnya adalah spatial literacy siswa. Desain penelitian kuasi eksperimen

ini menggunakan bentuk nonequivalent groups pre test – post test design,

dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Nonequivalent Groups Pre Test - Post-Test Design Fraenkel dan Wallen (2007: 278)

Keterangan:

A : Kelas eksperimen B : Kelas Kontrol

X : Perlakuan (treatment) memanfaatkan media peta O1 : Tes awal sebelum perlakuan

O2 : Tes akhir sesudah perlakuan

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test A O1 X O2

B O1 O2

(4)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di SD Laboratorium Percontohan UPI

yang beralamat di Jl. Senjayaguru (di dalam Kampus UPI Bandung) Jl. Dr.

Setiabudi No.229 Bandung 40154.

Alasan peneliti melakukan penelitian di SD tersebut dapat

disebabkan oleh beberapa hal berikut:

1. SD Laboratorium Percontohan UPI merupakan kebutuhan bagi UPI

untuk mengkaji, mengembangkan dan melakukan pengujian berbagai

inovasi serta temuan-temuan dalam bidang ilmu pendidikan, baik

tatanan model dan teori maupun praktis pendidikan;

2. Guru-guru di SD Laboratorium Percontohan UPI belum pernah

melakukan pengukuran atau penilaian yang secara khusus terhadap

spatial literacy siswa.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVA SD Laboratorium

Percontohan UPI sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak

27 orang dan juga kelas IVB SD Laboratorium Percontohan UPI sebagai

kelas kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 28 orang.

Alasan peneliti melakukan penelitian di SD tersebut dapat

disebabkan oleh beberapa hal berikut:

1. Guru IPS kelas IV di SD Laboratorium Percontohan UPI belum pernah

memanfaatkan peta sebagai media dalam melakukan pembelajaran IPS

khususnya pada materi “Lingkungan Setempat”.

2. Guru IPS kelas IV SD Laboratorium Percontohan UPI masih belum

maksimal dalam memberikan pemahaman berupa lokasi, jarak,

(5)

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan interpretasi, berikut diuraikan definisi

oprasional yang digunakan dan berkaitan dengan penelitian yang

dikembangkan.

1. Spatial Literacy adalah kemampuan untuk berpikir secara dimensi

keruangan dan dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan

konteks spasial yaitu lokasi, jarak, orientasi dan simbol dalam peta,

dengan indikator pencapaian sebagai berikut, yaitu menentukan lokasi;

menentukan jarak terdekat menuju suatu lokasi; menentukan orientasi dan

mengidentifikasi objek melalui simbol-simbol pada peta.

2. Media Peta adalah perantara informasi spasial berbentuk gambaran seluruh

ataupun sebagian permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu

dan dilengkapi dengan simbol-simbol.

D. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang dapat digunakan untuk mendukung

penelitian peneliti menyusun dan menyiapkan instrumen untuk menjawab

pertanyaan penelitian. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa

tes dan angket. Tes yang digunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran

mencakup pre test (tes awal) dan post test (tes akhir), baik dikelas eksperimen

maupun kontrol. Pre test atau tes awal diberikan dengan tujuan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa dalam hal ini adalah Spatial Literacy.

Post test diberikan dengan tujuan untuk melihat kemajuan atau peningkatan

Spatial Literacy siswa setelah diberikannya perlakuan kepada kedua kelas.

Untuk mengetahui kelayakan instrumen yang telah disiapkan maka

perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba ini dilakukan untuk

mengetahui validitas dan juga reliabilitas dari instrumen tersebut. Sedangkan

instrumen kedua adalah angket yang akan diberikan untuk mengetahui respon

siswa terhadap pembelajaran IPS dengan memanfaatkan media peta.

1. Instrumen Tes Spatial Literacy

Instrumen ini digunakan untuk mengukur spatial literacy siswa.

(6)

singkat dengan jawaban mutlak yang berhubungan dengan orientasi, letak

suatu lokasi, simbol-simbol dan juga jarak terdekat. Setelah kisi-kisi soal

selesai disusun, selanjutnya akan disusun soal serta kunci jawaban untuk

masing-masing soal. Adapun kisi-kisi instrumen spatial literacy yang telah

disusun sebagai berikut.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Spatial Literacy

VARIABEL SUB

VARIABEL INDIKATOR BUTIR ITEM

Spatial Pedoman penskoran yang digunakan untuk mengukur spatial

literacy dapat dilihat dari tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Spatial Literacy Siswa

Aspek Skor Keterangan Butir Item

Menentukan Lokasi

0 Salah dalam menemutunjukkan

lokasi yang dimaksud 1-9; 23-24; 28; 34-37 1 Benar dalam menemutunjukkan

lokasi yang dimaksud

Menentukan Jarak

0 Salah dalam menentukan jarak

terdekat menuju suatu lokasi 25, 26, 27; 32, 33 1 Benar dalam menentukan jarak

terdekat menuju suatu lokasi

Mengidentifikasi Orientasi

0 Salah dalam menentukan

orientasi yang dimaksud 15, 16, 17; 18-22; 29 1 Benar dalam menentukan

orientasi yang di maksud

Mengidentifikasi Objek Melalui

Simbol

0 Salah dalam mengidentifikasi sebuah objek melalui simbol

10-14; 30,31 1 Benar dalam mengidentifikasi

(7)

Setelah data dari uji coba terkumpul, kemudian dilakukan

penganalisisan data untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitas

butir soal, yang dimaksudkan untuk mengetahui baik atau tidak instrumen

yang akan digunakan. Adapun langkah-langkah selanjutnya yang

dilakukan dalam menganalisis instrumen tersebut sebagai berikut di bawah

ini.

a. Menentukan Validitas Butir Soal

Validitas menunjukkan tingkat ketepatan suatu alat (tes) atau

tingkat keabsahan. Validitas butir soal ini dihitung dengan cara

menginput data hasil uji coba tes pada program SPSS versi 20. Kriteria

validitas instrumen dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Item Instrumen

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah

Tabel 3.4 Analisis Validitas Butir Soal Spatial Literacy

(8)

No. 33 0,183 0,422 Tidak valid Diperbaiki 34 0,290 0,422 Tidak valid Diperbaiki

35 0,645 0,422 Valid dipakai

36 0,645 0,422 Valid dipakai

37 0,584 0,422 Valid dipakai

b. Menentukan Reliabilitas Soal

Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada

subyek yang sama (Arikunto, 2003). Jadi, pengujian reliabilitas

dilakukan untuk mengukur ketetapan siswa dalam menjawab tes

tersebut. Semakin tinggi reliabilitas suatu tes, semakin baik tes

tersebut. Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini juga dihitung

dengan menggunakan program SPSS versi 20. Interpretasi tingkat

reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini..

Tabel 3.5 Tabel Klasifikasi Reliabilitas Tes

(9)

Setelah menginput data hasil uji coba soal pada program SPSS

versi 20, didapatkan rhitung atau rata-rata hitung dari semua soal

sebesar 0,881. Jika dilihat pada tabel interpretasi, instrumen sudah

memenuhi kriteria reliabilitas “sangat tinggi” dengan kata lain

instrumen yang telah disusun untuk penelitian ini memenuhi syarat.

rhitung dari setiap soal dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini.

Tabel 3.6 Reliabilitas Instrumen Spatial Literacy

Cronbach's Alpha N of Items

,881 37

2. Lembar Angket Respon Siswa

Lembar angket respon siswa digunakan untuk mengetahui respon

siswa terhadap pembelajaran IPS dengan memanfaatkan media peta yang

dilakukan oleh guru. Menurut Kartono (1996: 58) respon bisa

diidentifikasi gambaran ingatan dari pengamatan. Hal tersebut didukung

pula oleh Ahmadi (1992: 64) yang menyatakan bahwa respon adalah

gamabran ingatan dan pengamatan yang mana objek telah diamati tidak

lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Berdasarkan pendapat

ahli tersebut, jelaslah bahwa dalam menilai respon harus melalui

pengamatan terlebih dahulu. Pengamatan sendiri menurut Syah (1995:

118) berarti proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan

yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga. Berdasarkan

pernyataan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa respon itu bermula

dari adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan suatu kesan

sehingga menjadi kesadaran yang dapat dikembangkan pada masa

sekarang ataupun menjadi antisipasi pada masa yang akan datang.

Suryabrata (1993: 36-37) menyebutkan tiga macam respon, yaitu:

a) respon masa lampau atau respon ingatan;

b) respon masa datang atau respon mengantisipasikan;

c) respon masa kini atau tanggapan representatif (respon

(10)

Sardiman (1992: 215) mengemukakan bahwa respon juga memiliki

indikator, yaitu:

a) keinginan untuk bertidak/berpartisipasi aktif; b) membacakan/mendengarkan;

c) melihat;

d) menimbulkan/membangkitkan perasaan; dan e) mengamati.

Pada penelitian ini, pernyataan angket didapatkan dari

pengembangan indikator-indikator tersebut pada aspek sikap siswa

terhadap pembelajaran IPS dengan memanfaatkan media peta dalam hal

meningkatkan spatial literacy siswa di kelas IV. Penjabaran indikator

tersebut, dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Indikator Angket Respon Siswa

Respon Siswa terhadap

 tingginya rasa ingin tahu dalam memecahkan masalah

penilaian terbagi kedalam 5 kategori yang tersusun secara bertingkat,

mulai dari SL (Selalu), S (Sering), KD (Kadang-kadang), P (Pernah), TP

(Tidak Pernah). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 3.8 berikut

ini.

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Respon

(11)

E. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian yang dilakukan ini dapat dibagi menjadi

tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap penarikan

kesimpulan. Ketiga tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan, meliputi:

a. melakukan studi pendahuluan dengan cara analisis kurikulum dan

telaah pustaka untuk menyusun skenario pembelajaran IPS dengan

memanfaatkan media peta;

b. merancang skenario pembelajaran;

c. menyusun alat pengumpul data berupa tes;

d. melakukan uji coba alat pengumpul data setelah dilakukan judgment;

e. mengolah data hasil uji coba soal tes kemudian melakukan revisi dan

menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data.

2. Tahap Pelaksanaan, meliputi:

a. Memberikan pre test (sebagai observasi awal) kepada seluruh subjek

penelitian untuk mengetahui sejauh mana spatial literacy siswa.

b. Melaksanakan pembelajaran IPS dengan memanfaatkan media peta

pada kelas eksperimen.

c. Melaksanakan pembelajaran IPS dengan peta pada buku teks siswa

pada kelas kontrol.

d. Peneliti meneruskan penelitian dengan tahap berikutnya yaitu

memberikan post test (sebagai observasi akhir) kepada seluruh subjek

penelitian untuk mengetahui peningkatan spatial literacy siswa setelah

dilaksanakan pembelajaran IPS dengan memanfaatkan media peta.

3. Tahap Penarikan Kesimpulan, meliputi analisis data hasil penelitian yang meliputi pengujian secara manual. Untuk memperkuat kesimpulan

yang dibuat maka dilakukan penghitungan indeks gain dan untuk uji

(12)

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapat data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan

yang berkaitan dengan penelitian, maka diperlukan teknik pengumpulan

data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

a. Teknik Tes

Teknik tes merupakan sejumlah pertanyaan yang harus diberikan

tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan

seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes

(Widoyoko, 2012: 57). Dalam penelitian ini, data didapat dengan cara

pemberian tes. Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan spatial

literacy siswa setelah melaksanakan pembelajaran IPS dengan

memamnfaatkan media peta mencakup pre test yang dilakukan untuk

mengetahui spatial literacy siswa sebelum perlakuan, dan post test

yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan spatial literacy siswa

setelah mendapatkan perlakuan. Setelah data diperoleh, pre test

petemuan pertama diolah. Kemudian pre test dibandingkan dengan

post test pertemuan pertama. Hal tersebut akan dilakukan hal yang

sama pada pertemuan kedua. Setelah data didapat dari perbandingan

pertama dan kedua maka dapat dilihat peningkatan spatial literacy

siswa dalam pembelajaran IPS dengan memanfaatkan media peta.

Hasil peningkatan didasarkan pada t hitung daripada t tabel dari

pertemuan pertama dan kedua.

b. Teknik Non Tes

Teknik non-tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara,

pengamatan secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun

menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada (Sudijono: 2009).

Teknik non-tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

yang diberikan kepada siswa setelah siswa melaksanakan

pembelajaran IPS dengan memanfaatkan media peta. Angket berisi

tentang respon siswa setelah melaksanakan pembelajaran IPS dengan

(13)

2. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah untuk menjawab

permasalahan yang ada dalam penelitian. Untuk mempermudah dalam

pengolahan data peneliti menggunakan program SPSS versi 20. Adapun

prosedur untuk pengolahan datanya sebagai berikut:

a. Analisis Data Tes Awal (Pre test)

1) Menguji normalitas distribusi dari kelas eksperimen dan kelas kontrol

dengan mengunakan uji Shapiro-Wilk. Jika signifikansi atau nilai

probabilitas > 0,05, maka distribusi adalah distribusi normal dan jika

signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi tidak normal

(Santoso, 2010: 169).

2) Menguji homogenitas varians dari kelas eksperimen dan kelas kontrol

dengan mengunakan uji levene. Jika signifikansi atau nilai probabilitas

> 0,05, maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai

varians yang sama. Jika signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka

data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama

(Santoso, 2010: 196).

3) Melakukan uji Mann Whitney untuk menguji hipotesis pengganti uji-t

jika terdapat asumsi dari normalitas dan homogenitas yang tidak

terpenuhi. Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan

sebagai berikut:

Keterangan:

- “Spatial Literacy siswa pada tes akhir tidak berbeda secara

signifikan”.

- “Spatial Literacy siswa pada tes akhir berbeda secara signifikan”.

Dengan kriteria uji hipotesis diterima jika nilai probabilitas > 0,05

sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,05 maka hipotesis ditolak

(Santoso, 2010: 245).

b. Analisis Data Tes Akhir (Post test)

1) Menguji normalitas distribusi dari kelas eksperimen dan kelas kontrol

dengan mengunakan uji Shapiro-Wilk. Jika signifiansi atau nilai

(14)

atau probabilitas < 0,05 maka distribusi tidak normal (Santoso, 2010:

169).

2) Menguji homogenitas varians dari kelas eksperimen dan kelas kontrol

dengan mengunakan uji levene. Jika signifikansi atau nilai probabilitas

> 0,05, maka data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai

varians yang sama. Jika signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka

data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama

(Santoso, 2010: 196).

3) Melakukan uji Mann Whitney untuk menguji hipotesis pengganti uji-t

jika terdapat asumsi dari normalitas dan homogenitas yang tidak

terpenuhi. Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan

sebagai berikut:

Keterangan:

- “Spatial Literacy siswa pada tes akhir tidak berbeda secara

signifikan”.

- “Spatial Literacy siswa pada tes akhir berbeda secara signifikan”.

Dengan kriteria uji hipotesis diterima jika nilaiprobabilitas > 0,05

sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,05 maka hipotesis ditolak (Santoso,

2010: 245).

4) Melakukan Uji n-Gain

Uji n-Gain dilakukan untuk melihat besarnya peningkatan kemampuan

spatial literacy siswa baik di kelas yang melakukan pembelajaran IPS

dengan memanfaatkan media peta (kelas eksperimen) maupun di kelas

yang melakukan pembelajaran IPS dengan peta pada buku teks siswa

(kelas kontrol). Berikut rumus n-gain.

Meltzer (2002)

c. Analisis Data Hasil Angket

Kelas eksperimen diberikan angket untuk mengetahui respon

mereka terhadap pembelajaran IPS dengan memanfaatkan media peta. (Nilai post test nilai pre test)

(15)

Data angket yang terkumpul, dihitung dan dicari prosentase dari

masing-masing pernyataan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa alternatif

jawaban pada angket respon dalam penelitian ini menggunakan Skala

Likert. Teknik pengolahan data angket yaitu dengan cara menghitung

prosentase dari tiap jawaban per peryataan dengan rumus sebagai berikut:

P= f/n x 100 %

Keterangan

P : prosentase

f : frekuensi dari setiap jawaban angket n : jumlah responden

(16)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada

penelitian ini, maka didapatkan beberapa simpulan yang bisa dikemukakan

yaitu:

1. Simpulan Umum

Pemanfaatan media peta sebagai sumber informasi keruangan bagi

siswa usia sekolah dasar dapat dikatakan baik, karena melalui media peta

siswa menjadi lebih mengenal dan memahami keadaan di sekitar mereka,

siswa akan terus menggali rasa ingin tahu mengenai ruang di sekitar

mereka, siswa akan terlatih untuk lebih akurat dalam hal mengambil

keputusan serta memecahkan masalah kehidupan sehari-hari mereka yang

berkaitan dengan ruang.

2. Simpulan Khusus

a. Spatial literacy siswa khususnya siswa kelas IV SD Laboratorium

Percontohan UPI meningkat setelah dilakukannya pembelajaran

dengan memanfaatkan media peta. Hal ini menunjukkan bahwa peta

merupakan media yang dapat memberikan sumber informasi kepada

siswa sehubungan dengan masalah keruangan di sekitar mereka,

seperti menemukan lokasi, menentukan jarak terdekat,

mengidentifikasi orientasi dan juga mengidentifikasi objek-objek yang

ada melalui simbol.

b. Siswa memberikan respon positif setelah melakukan pembelajaran

IPS dengan memanfaatkan media peta. Respon positif tersebut

ditunjukkan oleh siswa berupa rasa senang siswa dalam melakukan

pembelajaran, siswa terlihat lebih aktif dalam pembelajaran, siswa

menjadi tertarik untuk terus menggunakan peta dalam kehidupan

sehari-hari mereka serta siswa lebih cermat dalam hal menjawab

(17)

B. IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil simpulan sebelumnya mengenai penelitian ini,

maka selajutnya terdapat beberapa hal mengenai implikasi dan rekomendasi

yang dapat dikemukakan, yaitu:

1. Implikasi

Penelitian ini telah menunjukkan bahwa pembelajaran IPS dengan

memanfaatkan media peta dapat meningkatkan spatial literacy siswa di

kelas IV SD Laboratorium Percontohan UPI. Peta sebagai media yang

digunakan dalam penelitian ini berhasil membangkitkan kemampuan

keruangan siswa dilihat dari peningkatan pengetahuan mereka. Selain itu,

respon siswa juga menunjukkan bahwa rasa ingin tahu dan antusiasme

siswa menjadi lebih tinggi terhadap peta dan konteks spatial literacy yang

terdapat di dalamnya baik pada saat pembelajaran, maupun untuk terus

mereka manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

2. Rekomendasi a. Bagi Guru

Guru dapat lebih meningkatkan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran dengan terus memanfaatkan media yang berkaitan dengan

matri yang akan diberikan. Selain itu, kreativitas guru dalam

pembelajaran, khususnya IPS dengan menggunakan media peta akan

semakin terasah, sehingga diharapkan intensitas pemanfaatan media peta

dalam pembelajaran IPS dapat terus ditingkatkan.

b. Bagi Sekolah

Sekolah diharapkan dapat terus mendukung pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru dan siswa dengan cara memperbarui media-media

pembelajaran yang ada. Media pembelajaran merupakan salah satu

komponen penting dalam melakukan suatu pembelajaran. Selain dapat

meningkatkan kemampuan siswa, media juga akan menjadikan suasana

pembelajaran menjadi lebih menyenangkan serta siswa dapat

memeperoleh pengetahuan-pengetahuan secara lebih rinci.

(18)

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian dengan judul “Peningkatan Spatial Literacy Siswa Sekolah

Dasar Melalui Pemanfaatan Media Peta Dalam Pembelajaran IPS” ini

merupakan contoh kecil penelitian yang berkaitan dengan spatial literacy.

Untuk itu diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat melakukan

penelitian dengan objek penelitian yang belum pernah diteliti sebelumnya

yang berkaitan dengan masalah ruang dilihat dari sudut pandang

pembelajaran yang dilakukan siswa usia sekolah dasar. Sehingga semakin

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, M. (1985). Hubungan Antara Penggunaan Peta Geografis dengan Image Keruangan dan Pemahaman Siswa Tentang Konsep-Konsep yang Berkaitan dengan arah, Jarak, Letak, Luas dan Bentuk. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ahmadi, A. (1992). Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. PT.Bumi Aksara.

Afandi dan Badarudin. (2011) . Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Ali, M. (2011). Memahami Riset Prilaku dan Sosial. Bandung: Pustaka Cendekia

Angin, Ignasius S. (2006), Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Nusa Tenggara Timur. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi Unversitas Gadjah Mada.

Arikunto, S. (2008) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Karya.

Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

BAKOSURTANAL. (2005). Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional.

BAKOSURTANAL. (2004). Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional.

Bednardz, S. W. (2012). Maps and Spatial Thinking Skills in the AP Human Geography Classroom. Texas. Texas A&M University.

Birbili. (2006). Mapping Knowledge: Concept Maps in Early Childhood Education. Greece. ECRP (Early Childhood Research and Practice).

Budiningsih, A. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta, Yogyakarta.

Creswell, John W. (2008). Educational Research: Planning, Conducting, and evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey: Pearson Education Inc.

Daryanto. (2012). Media Pembelajaran. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

(20)

Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20 Pasal 37. Sistem Pendidikan Nasional.

Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2007). How To Design And Evaluate Research In Education, 6thEdition. Singapore: McGrawHill.

Gardner, H. (2003). Kecerdasan Majemuk: Teori Dalam Praktek (Versi Terjemahan). Batam Center: Interaksara.

Gunawan, T. (2001). Peta, Atlas dan Globe Sebagai Sarana Belajar Geografi. Jakarta: Depdiknas.

Hidayati. (2004). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S.E. (2002). Instructional Media and Technology For Learning, 7th Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Kartono, K. (1996). Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: CV. Mandar Maju.

Kyriacou, C. (2012). Effective Teaching Theory and Practice. Bandung: Nusa Media.

Maryani, E. (2006). Pendidikan Geografi, dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Karangan Mohammad Ali, dkk. Bandung: Pedagogiana Press.

Maryani, E. (2007). Pendidikan Geografi, dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Karangan Mohammad Ali, dkk. Bandung: Pedagogiana Press.

Maryani, E. (2015). Kecerdasan Ruang Dalam Pembelajaran Geografi. Bandung: UPI.

Maxim, George W. 2010. Dynamic Social Studies for Constructivist Classroom: Inspiring Tomorrow’s Social Scientists (Ninth Edition). Boston: Allyn & Bacon, Pearson.

Maxxbrain. (2013). Spatial Intelligence. Singapore. Maxxbrain Pte Ltd.

NRC (National Research Council). (2001). Learning to Think Spatially. Washington D. C. The National Academies Press.

(21)

Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sadiman, dkk. (1990). Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

Saidihardjo & Sumadi HS. (1996). Konsep dasar Ilmu pengetahuan Sosial. (Buku 1). Yogyakarta : FIP IKIP.

Santoso, S. (2010). Statistik Multivariat. Jakarta : PT Gramedia.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung: Rosdakarya.

Sardiman, A.M. (1992). Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV Rajawali.

Sudijono, A. (2009). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA-UPI.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV.Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Ir. MS, (1999). Handout Ilmu Ukur Wilayah. Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertanian UGM.

Sumaatmadja, N. (1982). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung: Tarsito.

Sumaatmadja, N, dkk., (2004). Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sumantri dan Permana. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud. Dirjen Dikti.

Suryabrata, S. (1993). Analisis Butir. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Susanto, A. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

(22)

Tasrif. (2008). Pengantar Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: Genta Press.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

UNESCO. (2006). Education For All. France: UNESCO Publishing.

Widoyoko, Eko P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Winataputra, U. S. (2007). Civics Education (Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan

Kultur Kelas). Bandung: UPI Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan.

SUMBER ONLINE

Mohan, A. dan Mohan, L. (2013). Spatial Thinking About Maps (Development of Concepts and Skills Across The Early Years). Analysis Article. Tersedia di http://education.nationalgeographic.com/education/media/spatial-thinking-about-maps/?ar_a=1. (4 November 2014).

Riska, C. (2014). Map It! With Young Children. [on line]. Analysis Article. Tersedia di http://education.nationalgeographic.com/education/news/map-it-young-children/?ar_a=1. (4 November 2014)

National Geographic Standards. (2012). How to Analyze The Spatial Organization of People, Places, and Environments on Earth's Surface. [online]. Tersedia di http://education.nationalgeographic.com /education/standards/national-geography-standards/?ar_a=1. (4 November 2014).

Zwartjes, L. (2008). iGuess: Introducing GIS Use in Education in Several

Subjects. [online]. Tersedia di

http://www.herodot.net/conferences/ayvalik/papers/geotech03.pdf. (4 November 2014)

SUMBER JURNAL

Bunch, M.J., Kumaran, V.T., dan Joseph R. (2012). Using Geographic Information System (GIS) For Spatial Planning and Environmental Management in India: Critical Considerations. International Journa of Apllied Science and Technology Vol. 2 No. 2 Februari 2012.

(23)

King, H. (2006). Understanding Spatial Literacy: Cognitive and Curriculum Perspectives. Plymouth (UK). University of Plymouth. GEES Subject Centre. No. 17.

Meltzer, D. E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores. American Journal Physics. Vol. 70 (2): 1259-1267.

Sumarmi, M. (2006). Peningkatan Pemahaman Peta Melalui Pendekatan Wilayah Dalam Pembelajaran IPS SD. Surabaya: UPBJJ. Jurnal Penelitian Didaktika Vol. 1 No. 1 Maret 2006: 75-92.

Sundari, N. (2008). Pemanfaatan Media Peta dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar No. 10 Oktober 2008.

Tsou, M-H. dan Yanow, K. (2010). Enhacing General Education with Geographic Information Science and Spatial Literacy. URISA Journal Vol. 22 No. 2.

Gambar

Gambar 3.1 Nonequivalent Groups Pre Test - Post-Test Design Fraenkel dan Wallen (2007: 278)
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Spatial Literacy
Tabel 3.3 Kriteria Validitas Item Instrumen
Tabel 3.5  Tabel  Klasifikasi Reliabilitas Tes
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kepada peserta pelelangan yang keberatan atas penetapan pemenang pelelangan kegiatan tersebut diberikan kesempatan untuk mengadakan sanggahan secara tertulis

Strategi Triple Helix yang harus diterapkan bagi pengembangan industri kreatis di Tangerang Selatan adalah penerapan strategi yang ada dengan melibatkan ke tiga

Partisipasi merupakan jembatan antara kebijakan pemerintah dan kepentingan masyarakat itu, sehingga perencanaan daerah harus dilakukan dengan model dari bawah (bottom-up

Proses rantai pasok bahan ada kalanya juga menghadapi beberapa masalah, antara lain salah penaksiran untuk pemesanan bahan, supplier terlambat melakukan pengiriman,

Berdasarkan dari pembahasan bab sebelumnnya, tentang Analisa Break Even Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada Hotel Sahid Jaya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

Dari hasil Evaluasi tersebut di atas Pokja Pengadaan Pekerjaan Konstruksi I menetapkan Calon Pemenang Lelang yang menguntungkan bagi Negara dalam arti :. Penawaran

dapat menyelesaikan Laporan Magang yang berjudul “ Pembinaan Kredit Kepada Nasabah pada PT.Bank Bukopin Cabang Padang ”. Dalam penulis Laporan Magang ini penulis

[r]