• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG DISESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA BESARAN DAN SATUAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG DISESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA BESARAN DAN SATUAN."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG

DISESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK SISWA BERKEBUTUHAN

KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA

BESARAN DAN SATUAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Fisika

oleh

GARNIS NURIDA

NIM 1000435

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

ii

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG

DISESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK SISWA BERKEBUTUHAN

KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA

BESARAN DAN SATUAN

Oleh

Garnis Nurida

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Garnis Nurida 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

iii

GARNIS NURIDA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG

DISESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK SISWA BERKEBUTUHAN

KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA

BESARAN DAN SATUAN

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing 1,

Drs. Saeful Karim, M.Si. NIP. 196703071991031004

Pembimbing 2,

Drs. Agus Danawan, M.Si. NIP. 196302221987031001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Fisika

(4)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG DISESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA BESARAN DAN SATUAN

Oleh:

Garnis Nurida1Saeful Karim2Agus Danawan3

Departemen Pendidikan Fisika,

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia

Email : nurida.garnis@gmail.com

ABSTRAK

Garnis Nurida 1000435. Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual yang Disesuaikan dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran dan Satuan (2015).

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengembangkan model pembelajaran kontekstual yang disesuaikan dengan karakteristik siswa berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa berkebutuhan khusus bagian tunarungu. Penelitian kuantitatif ini menggunakan One Group Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian adalah lima siswa SMALB B di salah satu SMALB di Bandung. Perangkat pembelajaran berupa RPP, instrument pretest-posttest, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran serta kinerja siswa. Data yang diperoleh dianalisis dan menunjukkan bahwa perlu adanya perbaikan pada rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat berdasarkan pengalaman pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan perhitungan N-Gain rata-rata siswa mengalami peningkatan pemahaman konsep sebesar 0,36 yang termasuk ke dalam kategori sedang.

Kata Kunci : siswa berkebutuhan khusus, model pembelajaran kontekstual.

1

Penulis Utama

2

Penulis Penanggung Jawab 1

3

(5)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Anak Berkebutuhan Khusus ... 10

1) Istilah Anak Berkebutuhan Khusus ... 11

2) Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus ... 12

3) Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus ... 13

B. Konsep Dasar Anak Tunarungu ... 14

1) Klasifikasi Anak Tunarungu ... 16

2) Hambatan Belajar Siswa Tunarungu ... 18

3) Prinsip Pembelajaran Kepada Siswa Tunarungu ... 22

C. Pemahaman Konsep bagi Anak Tunarungu ... 24

(6)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Kerangka Pemikiran ... 34

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 36

G. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Desain Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel ... 38

C. Instrument Penelitian ... 38

D. Prosedur Penelitian ... 40

E. Analisis Data ... 42

1) Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran... 42

2) Analisis Instrumen Pretest dan Posttest ... 42

3) Analisis Statistik Untuk Uji Hipotesis ... 45

4) Hasil Judgement dan Uji Instrumen ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... ...53

A. Keterlaksanaan Pembelajaran ... 53

B. Perhitungan Uji Normalitas, Homogenitas, dan Hipotesis Soal Pretest dan Posttest ... 73

C. Perbaikan Rancangan Model Pembelajaran Kontekstual yang Disesuaikan dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus ... 76

D. Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan Hasil Pretest-Posttest . 82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Rekomendasi ... 86

(7)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 38

Tabel 3.2 Interpretasi Keterlaksanaan Model ... 42

Tabel 3.3 Kriteria Validitas ... 44

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ... 45

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 45

Tabel 3.6 Interpretasi N-Gain ... 47

Tabel 3.7 Hasil judgement kesesuaian indikator dengan butir soal... 48

Tabel 3.8 Hasil judgement kesesuaian aspek kognitif dengan butir soal ... 48

Tabel 3.9 Hasil judgement kesesuaian konsep Fisika dengan butir soal ... 49

Tabel 3.10 Hasil judgement kesesuaian penggunaan bahasa dengan butir soal ... 50

Tabel 3.11 Hasil perhitungan validitas SPSS 17 ... 51

Tabel 3.12 Hasil perhitungan reliabilitas SPSS 17 ... 51

Tabel 3.13 Hasil Analisis Validitas dan Tingkat Kesukaran Soal... 52

Tabel 4.1 Persentase Jawaban LKS 1 Siswa ... 56

Tabel 4.2 Tabel untuk membedakan besaran, satuan, dan nilai pada LKS 1 ... 57

Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan ... 60

Tabel 4.4 Perolehan Skor Quiz 2 Siswa ... 65

Tabel 4.5 Perolehan Skor Quiz 3 Siswa ... 71

Tabel 4.6One Sample Kolmogorov Smirnov Test... 74

Tabel 4.7 Perhitungan Varians Pretest-Posttest ... 74

Tabel 4.8 Analisis Mann Whitney ... 76

Tabel 4.9 Pengolahan Hasil Jawaban Posttest Siswa ... 82

(8)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 53

Grafik 4.2 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Pertemuan Pertama ... 54

Grafik 4.3 Persentase Pengerjaan LKS 1 Siswa ... 57

Grafik 4.4 Persentase rata-rata hasil pengerjaan LKS ... 59

Grafik 4.5 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua ... 60

Grafik 4.6 Skor Kinerja Siswa dalam Menggunakan Mistar ... 62

Grafik 4.7 Skor Kinerja Siswa dalam Menggunakan Jangka Sorong ... 63

Grafik 4.8 Skor Kinerja Siswa dalam Menggunakan Mikrometer Sekrup ... 64

Grafik 4.9 Perolehan Skor Siswa pada Tiap Butir Soal ... 66

Grafik 4.10 Perolehan nilai masing-masing siswa pada Quiz 2 ... 68

Grafik 4.11 Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Pertemuan Kedua ... 69

Grafik 4.12 Perolehan skor kinerja siswa dalam menggunakan neraca Ohauss ... 70

Grafik 4.13 Perolehan skor kinerja siswa dalam menggunakan stopwatch ... 71

Grafik 4.14 Perolehan nilai Quiz 3 masing-masing siswa ... 72

Grafik 4.15 Perolehan skor siswa pada tiap butir soal ... 72

(9)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahapan Model Kontekstual Learning ... 30

Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Dale ... 32

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ... 35

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 37

(10)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengolahan Data Hasil Uji Instrumen

Lampiran 2 Pengolahan Data Hasil Pretest-Posttest

Lampiran 3 Pengolahan Hasil Lembar Observasi

Lampiran 4 Perangkat Pembelajaran (RPP) sebelum

Lampiran 5 Perangkat Pembelajaran (RPP) sesudah

Lampiran 6 Perangkat Pembelajaran (Uji Instrumen)

(11)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Anak Berkebutuhan Khusus (Children with special needs) atau yang

sering disingkat ABK adalah anak yang memiliki perbedaan dalam keadaan

dimensi penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka secara fisik, psikologis,

kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan/kebutuhan dan

potensinya secara maksimal, sehingga memerlukan penanganan yang terlatih

dari tenaga professional (Suron dan Rizzo, 1979). Sementara itu, menurut

Mangunsong (2009) yang merupakan Guru besar Psikologi Pendidikan di

Universitas Indonesia, menyebutkan “…anak berkebutuhan khusus adalah

anak yang membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk

mengoptimalkan fungsi kemanusiaannya secara utuh akibat adanya perbedaan

kondisi dengan kebanyakan anak lainnya.”

Anak berkebutuhan khusus umumnya bersekolah di sekolah luar biasa

yang menyediakan pelayanan khusus atau pendidikan khusus yang sesuai

dengan kebutuhan mereka. Anak berkebutuhan khusus ini kemudian disebut

sebagai siswa berkebutuhan khusus (SBK). Pendidikan khusus atau sering

dikenal sebagai pendidikan luar biasa merupakan intruksi yang di desain

khusus untuk memenuhi kebutuhan siswa berkebutuhan khusus dengan tujuan

utamanya adalah untuk menemukan dan menitikberatkan kemampuan siswa

berkebutuhan khusus.

Dengan karakteristik siswa yang berbeda dengan siswa sekolah pada

umumnya, pembelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah umum dengan

sekolah luar biasa akan berbeda bergantung pada jenis kebutuhan siswanya.

Sekolah luar biasa dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu:

a. SLB A untuk tunanetra yang memiliki hambatan fungsi penglihatan.

b. SLB B untuk tunarungu yang memiliki hambatan fungsi pendengaran dan

(12)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. SLB C untuk tunagrahita yang memiliki retardasi mental, yang terbagi

menjadi dua, yaitu SLB C yang memiliki IQ antara 50-70 yang merupakan

siswa mampu didik dimana mereka dapat mempunyai kemampuan setara

anak normal usia 8-12 tahun, dan SLB C1 yang memiliki IQ antara 25-49

yang merupakan siswa mampu latih dimana mereka dapat mempunyai

kemampuan setara anak normal usia 3-8 tahun.

d. SLB D untuk anak tunadaksa yang memiliki hambatan berupa cacat fisik.

e. SLB E untuk anak tunalaras yang memiliki hambatan emosional sehingga

bertingkah laku menyimpang.

f. SLB F untuk anak tuna ganda.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti ke

beberapa SLB B, SLB C, dan SLB D di Bandung, peneliti menemukan

beberapa hal yang membedakan antara sekolah umum dengan sekolah luar

biasa. Beberapa perbedaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Peserta Didik

Peserta didik di sekolah umum terdiri dari siswa yang secara fisik,

psikologis, kognitif atau sosialnya dapat berkembang sesuai dengan

perkembangan usianya. Sedangkan di sekolah luar biasa, peserta didik

terdiri dari anak berkebutuhan khusus yang secara fisik, psikologis,

kognitif dan sosialnya mengalami hambatan dalam perkembangannya.

Jumlah peserta didik di sekolah umum dan SLB juga jauh berbeda.

Berdasarkan wawancara dengan koordinator SLB se-kota Bandung, “R

ata-rata siswa di SLB dalam satu kelas tidak lebih dari 7 orang. Hal ini

dikarenakan pembelajaran yang diberikan kepada siswa berkebutuhan

khusus sebagian besar bersifat individual teaching seperti les privat.”

Sementara itu, di sekolah umum, satu kelas dapat terdiri dari 20-40 orang

siswa.

b. Tenaga Guru

Guru di sekolah luar biasa memerlukan beberapa keterampilan khusus

(13)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berkebutuhan khusus. Misalnya, di SLB A guru perlu memahami tulisan

braile dan di SLB B guru perlu memahami bahasa isyarat. Sedangkan di

sekolah umum, guru tidak harus menguasai keterampilan khusus tersebut.

Dalam prakteknya seorang guru yang mengajar di SDLB juga mengajar di

SMPLB dan SMALB, atau ada juga guru yang mengajar siswa tunarungu

dan tunagrahita sekaligus dalam satu kelas. Hal ini dikarenakan

penyelenggaran pendidikan khusus saat ini masih banyak yang

menggunakan integrasi antar jenjang (satu atap) yang digabung juga

dengan integrasi antar jenis. Perlakuan yang diberikan kadang sama antara

kepada siswa SDLB, SMPLB dan SMALB, sehingga menyebabkan

kualitas materi pelajaran juga kurang berkualitas apalagi secara psikologis

karena tidak menghargai perbedaan karakteristik rentang usia.

c. Fasilitas/Sarana Prasarana

Sarana dan prasarana yang diperlukan bagi siswa berkebutuhan khusus

tentunya sedikit berbeda dengan siswa pada umumnya. Siswa

berkebutuhan khusus memerlukan suatu ruang khusus beserta

peralatannya yang sesuai dengan kebutuhan untuk memudahkan

aktivitasnya. Misalnya, ruang bina komunikasi bunyi dan irama untuk

siswa tunarungu, kamar mandi dalam kelas untuk memudahkan daily

actities siswa tunagrahita dan tunanetra, ruang keterampilan untuk

mengembangkan potensi siswa berkebutuhan khusus dan lain-lain.

Sementara untuk peralatan laboratorium, masih banyak SLB yang belum

memiliki fasilitas laboratorium yang memadai, sehingga alat-alat IPA

yang dimiliki sekolah disimpan seadanya di ruang kelas.

d. Pembelajaran

Proses pembelajaran di SLB berbeda-beda tergantung kepada karakteristik

siswa berkebutuhan khusus di kelasnya. Belum adanya model

pembelajaran khusus bagi siswa berkebutuhan khsusus membuat sebagian

besar pembelajaran yang dilakukan di SLB menggunakan metode

(14)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Contohnya di SLB B, ketika mengajar guru harus menghadap siswa secara

langsung agar siswa dapat fokus membaca gerakan bahasa isyarat serta

pola mulut untuk dapat menangkap informasi. Guru dianjurkan untuk lebih

menekankan komunikasi verbal dibandingkan menggunakan bahasa

isyarat untuk melatih siswa tidak terlalu bergantung kepada bahasa isyarat.

Sementara di SLB C, ketika mengajar guru perlu mengulang berkali-kali

apa yang telah disampaikan kepada siswa tunagrahita. Mereka hanya dapat

menyerap sedikit informasi yang telah diberikan, oleh karena itu, materi

yang diberikan umumnya bagian terpenting dari suatu materi.

e. Lingkungan

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru, sebagian besar

siswa SLB di tingkat SMPLB dan SMALB lebih nyaman berlama-lama di

sekolah. Hal ini dikarenakan ketika di sekolah mereka bertemu

teman-teman yang memiliki keadaan yang sama dengan mereka sehingga mereka

dapat saling memahami dan berkomunikasi satu sama lain dengan mudah.

Di dalam sekolah sudah tersedia kantin dan di sekitar sekolah juga

terdapat beberapa tempat penjual makanan yang dapat mereka kunjungi

ketika istirahat. Para penjual makanan terlihat sudah terbiasa dengan siswa

berkebutuhan khusus dan melayani siswa-siswa tersebut dengan baik.

f. Kurikulum

SLB memiliki kurikulum khusus baik berdasarkan kurikulum KTSP

maupun kurikulum 2013. Sebagian besar SLB di Bandung masih

menggunakan kurikulum KTSP karena rancangan kurikulum 2013 untuk

SLB masih belum disosialisasikan secara keseluruhan. Berdasarkan isinya,

kurikulum SLB tidak jauh berbeda dengan kurikulum sekolah umum.

Contoh silabus, RPP, dan perangkat pembelajaran lainnya juga hampir

sama dengan sekolah umum dan tidak memiliki ciri khas khusus. Standar

kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajarannya juga tidak jauh

berbeda dengan kurikulum sekolah umum, yang menjadi berbeda adalah

(15)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khusus tidak seluas dan sedalam materi yang diberikan kepada siswa di

sekolah reguler. Selain itu di tingkat SMALB, siswa tidak dibagi kedalam

jurusan IPA atau IPS, sehingga mereka mempelajari IPA Umum dan IPS

Umum.

Sama dengan sekolah normal pada umumnya, di SLB juga terdapat Ujian

Nasional yang dikhususkan bagi SLB A, SLB B, dan SLB D dengan soal

ujian yang diujikan berbeda dengan sekolah umum. Meskipun IQ siswa

berkebutuhan khusus A, B, dan D rata-rata normal, karena adanya

kesulitan berkomunikasi selama proses pembelajaran mengakibatkan

perkembangan proses belajar mereka lebih lambat dan pemahaman mereka

mengenai materi tertinggal dari siswa normal pada umumnya.

Jika dibandingkan pembelajaran IPA di sekolah umum yang sudah

jauh berkembang dan telah banyak diterapkan berbagai model dan metode

pembelajaran yang terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep, hasil

belajar, maupun prestasi siswa, pembelajaran IPA di sekolah luar biasa dapat

dikatakan masih sederhana dan bersifat tradisional. Hal tersebut dapat menjadi

salah satu faktor penyebab rendahnya pemahaman konsep siswa berkebutuhan

khusus.

Dengan adanya sistem integrasi dan sistem inklusi di sekolah umum

yang memungkinkan siswa berkebutuhan khusus belajar di kelas yang sama

dengan siswa normal, model pembelajaran yang digunakan seharusnya tidak

menggunakan model pembelajaran yang digunakan untuk siswa normal secara

keseluruhan. Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan David Lansing

Cameron dalam jurnalnya An examination of teacher-student interactions in

inclusive classroom: teacher interviews and classroom observation, bahwa “…participants struggled with the dilemma of balancing their attention between students whom they perceived as needing it most and ensuring that

(16)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membutuhkan dan dalam memastikan bahwa kelas secara keseluruhan

mengalami peningkatan yang sama.” Pernyataan tersebut mengandung makna

bahwa ketika di dalam kelas regular terdapat siswa berkebutuhan khusus, guru

harus dapat memberikan perhatian lebih kepada siswa berkebutuhan khusus

dibandingkan kepada siswa normal lainnya. Guru beranggapan bahwa dengan

memberikan perhatian lebih kepada siswa berkebutuhan khusus, mereka dapat

mengalami peningkatan hasil belajar yang sama atau setara dengan siswa

normal lainnya. Namun, hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Dalam satu

kelas, tidak seluruh siswa normal memiliki kemampuan yang sama, dan guru

juga tidak dapat mengeneralisasikan seluruh siswa di kelas tanpa melalui tes

terlebih dahulu. Sehingga baik siswa normal maupun siswa berkebutuhan

khusus sebenarnya memerlukan perhatian yang sama sesuai dengan

kebutuhannya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu Guru di SLB B di Bandung, beliau menyatakan bahwa, “Ketidakseimbangan pengetahuan yang diperoleh siswa berkebutuhan khusus dengan siswa normal pada umumnya

semakin jauh yaitu hingga mencapai 4 tahun. Misalnya jika siswa

berkebutuhan khusus lulus SMA, maka pengetahuan yang diperolehnya hanya

bisa setara siswa kelas VIII atau kelas IX.” Pernyataan tersebut sesuai dengan

hasil penelitian Trybus dan Kurchner (1977 tentang kemajuan membaca dan

berhitung pada 1543 anak tunarungu usia 3 tahun. Ia menemukan bahwa

pemahaman membaca anak tunarungu usia 9 tahun setingkat anak kelas II,

dan pada usia 20 tahun setingkat dengan anak normal kelas V. Meskipun pada

beberapa penelitian anak tunarungu menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan

anak tunarungu rata-rata berada di bawah anak normal, tetapi ada pula yang

menunjukkan tingkat kecerdasan anak tunarungu normal (dalam Cruickshank,

1980).

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai

pembelajaran IPA bagi siswa berkebutuhan khusus. Salah satu penelitian yang

(17)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khusus adalah penelitian oleh Dwisiwi Sri Retnowati yang bertujuan untuk

menemukan media pembelajaran yang sesuai bagi siswa berkebutuhan khusus

bagian tunarungu pada materi bunyi. Sementara penelitian peneliti bertujuan

untuk menemukan rancangan model pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik siswa berkebutuhan khusus bagian tunarungu. Adapun kaitan

kedua penelitian ini adalah sama-sama menjadikan karakteristik atau

kebutuhan siswa berkebutuhan khusus sebagai landasan utama dalam

membuat media atau merancang model pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pembelajaran IPA khususnya Fisika di sekolah luar biasa.

Model pembelajaran yang sudah ada dan tahapan-tahapannya yang

memungkinkan untuk dilaksanakan bagi siswa berkebutuhan khusus adalah

model pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu, peneliti berencana

menemukan karakteristik model pembelajaran kontekstual yang diharapkan

dapat membantu siswa berkebutuhan khusus untuk dapat memahami konsep

Fisika dengan lebih baik.

Maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul penelitian

“Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual yang Disesuaikan dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus untuk Meningkatkan Pemahaman

Konsep Fisika Besaran dan Satuan”

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, salah satu

solusi yang dapat diterapkan dalam upaya peningkatan pemahaman konsep

siswa berkebutuhan khusus adalah dengan mengembangkan model

pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan siswa berkebutuhan

khusus.

Siswa berkebutuhan khusus terbagi kedalam beberapa bagian dengan

karakteristik yang berbeda, karena peneliti masih memiliki keterbatasan dalam

pelaksanaannya, maka penelitian ini memfokuskan pada satu bagian siswa

(18)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang memiliki tahapan yang mendukung pembelajaran bagi siswa

berkebutuhan khusus adalah model pembelajaran kontekstual. Pada penelitian

ini materi Fisika yang akan dibuat rancangan model pembelajarannya adalah

materi Besaran dan Satuan untuk kelas X SMALB. Penemuan rancangan

model pembelajaran yang sesuai bagi siswa tunarungu ini diharapkan dapat

membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa tunarungu.

Adapun variabel penelitian dalam penelitian ini yakni:

 Variabel bebas : model pembelajaran kontekstual pada materi

Fisika yang yang disesuaikan dengan karakteristik

siswa tunarungu.

 Variabel terikat : pemahaman konsep siswa tunarungu.

Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, peneliti

menguraikan permasalahan diatas menjadi pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa SMALB B setelah

diterapkannya model pembelajaran kontekstual yang disesuaikan dengan

karakteristik siswa berkebutuhan khusus tunarungu?

2. Bagaimanakah karakteristik model pembelajaran kontekstual yang

disesuaikan dengan siswa berkebutuhan khusus tunarungu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah

menemukan karakteristik model pembelajaran yang sesuai bagi siswa

berkebutuhan khusus khususnya siswa tunarungu yang dapat membantu

meningkatkan pemahaman konsep siswa berkebutuhan khusus.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bukti empiris peningkatan pemahaman konsep siswa setelah

diterapkannya model pembelajaran yang dikembangkan khusus bagi siswa

(19)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Sebagai rujukan bagi guru mengenai pembelajaran Fisika bagi siswa

berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa dan sekolah inklusi, dan dapat

menarik minat lulusan IPA untuk mengajar di sekolah luar biasa maupun

inklusi.

3. Bagi peneliti lainnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

masukan dan kajian bagi penelitian selanjutnya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I memaparkan tentang latar belakang penelitian, identifikasi

masalah yang disertai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan struktur organisasi penelitian.

Bab II memaparkan tentang kajian pustaka yang berisi konsep, teori,

dalil, dan sebagainya yang berfungsi sebagai landasan teoritis penelitian.

Selain itu, juga dibahas mengenai kerangka pemikiran serta penelitian

terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti.

Bab III berisi tentang metode penelitian yang digunakan, yang terdiri

dari lokasi dan subjek populasi atau sampel penelitian, desain penelitian,

metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses

pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV berisi tentang hasil penelitian, pembahasan serta analisis

mengenai hasil penelitian yang diperoleh.

Bab V memaparkan tentang kesimpulan terhadap hasil penelitian yang

telah dilakukan serta saran yang diberikan peneliti untuk mengembangkan

(20)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode

eksperimen. Metode eksperimen dalam penelitian kuantitatif ini diartikan

sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono,

2013). Dalam penelitian ini peneliti mencari pengaruh model pembelajaran

yang digunakan terhadap hasil belajar siswa. Bentuk desain eksperimen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental design, karena masih

terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel

dependen.

Bentuk pre-experimental design dalam penelitian ini adalah One

Group Pretest-Posttest Design. Dalam desain ini tidak ada kelas kontrol dan

sampel tidak dipilih secara random, tetapi berdasarkan hasil pengamatan kelas

mana yang memungkinkan diberi perlakuan oleh peneliti. Penelitian ini

menggunakan satu kelompok percobaan yang dikenakan satu perlakuan

dengan dua kali pengukuran. Desain ini dapat digambarkan seperti di bawah

ini:

Adapun analisis dalam penelitian yang digunakan adalah statistik

deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013). Hal O1 = nilai pretest

O2 = nilai posttest

X = treatment

O

1

X O

2

(21)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini dikarenakan sampel yang tergolong sedikit dan banyaknya variabel luar

yang dapat mempengaruhi hasil penelitian tersebut.

B. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2013, hlm.117), populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Sementara sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI di salah satu

SMALB B di wilayah Bandung yang berjumlah total 5 orang.

Sampel Penelitian

Pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Sampling

jenuh adalah tehnik pengambilan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi siswa di

wilayah SLB umumnya tidak lebih dari 7 siswa dalam satu jenjang

pendidikan, sehingga populasinya relatif sedikit. Informasi tersebut peneliti

dapatkan berdasarkan wawancara dengan koordinator SLB se-Kota Bandung.

Meski materi yang digunakan dalam penelitian adalah materi Fisika

untuk kelas X tetapi sampel penelitian adalah semua siswa kelas X dan XI.

Hal ini dikarenakan peneliti menemukan tidak adanya perbedaan hasil pretest

yang signifikan antara siswa kelas XI dengan kelas X serta berdasarkan

(22)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelas XI juga mendapatkan pengalaman pembelajaran yang lebih baik yang

akan diberikan oleh peneliti.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Instrumen pretest dan posttest untuk mengukur hasil belajar dengan

menggunakan instrumen tes soal pilihan ganda.

2. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran untuk mengetahui

persentase keterlaksanaan pembelajaran yang dilihat berdasarkan aktivitas

guru dan siswa pada tiap pertemuan.

3. Lembar observasi kinerja siswa untuk mengetahui kinerja siswa ketika

melakukan percobaan.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan, adalah sebagai berikut.

a. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan dengan tujuan utama untuk menghimpun

berbagai informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian. Hal ini

perlu dilakukan, mengingat informasi yang relevan dapat menunjang

keberhasilan penelitian, terutama karena hasil studi pendahuluan ini dapat

menjadi acuan, baik dalam rangka pengenalan dan perumusan hipotesis.

Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan cara mengunjungi beberapa

Sekolah Luar Biasa B, C, dan D di Bandung. Untuk pertemuan pertama,

peneliti mencoba untuk meminta izin observasi ke sekolah tersebut. Jika

pihak sekolah mengizinkan maka peneliti dapat kembali ke sekolah untuk

melakukan observasi di sekolah tersebut.

b. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri

spesifik dan digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia,

proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak

terlalu besar. Observasi ini perlu dilakukan agar peneliti dapat lebih

mengenal situasi dan kondisi di Sekolah Luar Biasa. Peneliti yang berasal

(23)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

observasi ini juga dapat menjadi sarana peneliti untuk lebih dekat dengan

calon populasi atau sampel penelitiannya. Dari segi proses

pelaksanaannya, peneliti melakukan observasi nonpartisipan hanya sebagai

pengamat independen dan tidak terlibat dengan aktivitas siswa di SLB.

c. Wawancara

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur dimana

pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah

disediakan. Dengan wawancara terstruktur ini, pengumpul data

menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data dan dapat

menggunakan alat bantu selain instrumen, yakni recorder, gambar ataupun

brosur untuk membantu kelancaran wawancara (Sugiyono, 2013).

Hasil wawancara dapat menjadi sumber bagi arah penelitian ini.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti akhirnya dapat

memutuskan SLB bagian mana yang tepat untuk dijadikan sampel

penelitian dan materi apa yang dapat digunakan dalam penelitian saat itu.

d. Test Tertulis

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

(Arikunto, 2010: 193). Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk

mengukur hasil belajar siswa. Tes diberikan pada saat siswa belum

melaksanakan pembelajaran (pretest) dan setelah siswa melalui

keseluruhan pembelajaran dari suatu materi (posttest) dengan soal yang

sama. Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk tes objektif pilihan ganda.

Yang dimaksud dengan tes objektif adalah tes yang siapa saja yang

memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama.

Sementara tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soal memiliki

jumlah alternatif jawaban (Eko Putro Widoyoko, 2012). Dalam instrumen

(24)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

setiap butir soal, dan setiap jawaban yang diujikan telah melalui judgement

ahli.

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Menyusun proposal penelitian

b. Melakukan studi literature mengenai masalah yang akan diangkat

dalam penelitian.

c. Mengurus surat ijin observasi ke sekolah dari jurusan pendidikan

fisika dan fakultas di FPMIPA UPI.

d. Melakukan observasi ke beberapa sekolah luar biasa untuk

menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

e. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

f. Melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui materi yang akan

digunakan dalam penelitian, mengamati kemampuan awal siswa

tunarungu, mempelajari bahasa isyarat serta data-data lain yang

dibutuhkan untuk penelitian.

g. Menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) awal

berdasarkan materi yang ditentukan dan disesuaikan dengan

karakteristik siswa tunarungu dari hasil pengamatan.

h. Melakukan perbaikan RPP awal bersama dosen pembimbing

hingga diperoleh RPP ideal untuk dilaksanakan kepada siswa

tunarungu.

i. Menyusun instrumen pretest-posttest serta perangkat pembelajaran

lainnya.

j. Melakukan judgement instrumen pretest-posttest kepada para ahli.

k. Melakukan revisi hasil judgement pretest-posttest.

l. Menghubungi pihak sekolah untuk meminta ijin penelitian.

m. Mengurus surat ijin penelitian ke sekolah dari jurusan pendidikan

fisika dan fakultas di FPMIPA UPI.

(25)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Menyusun media pembelajaran.

b. Meminjam peralatan eksperimen yang diperlukan dalam

pembelajaran.

c. Melakukan pretest untuk menguji kemampuan awal siswa.

d. Melakukan pembelajaran di kelas.

e. Melakukan posttest untuk melihat peningkatan belajar siswa.

3. Tahap Akhir Penelitian

a. Mengolah data yang telah diperoleh.

b. Menganalisis hasil post-test untuk memperoleh jawaban hipotesis

yang telah dirumuskan.

c. Menganalisis hasil Lembar Observasi Keterlaksanaan

Pembelajaran dan Kinerja Siswa.

d. Melakukan perbaikan RPP yang telah disusun berdasarkan temuan

dalam pembelajaran yang telah dilakukan.

e. Menuliskan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan.

f. Menyampaikan laporan hasil penelitian.

E. Analisis Data

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh RPP yang telah

disusun terhadap hasil belajar siswa, maka data hasil penelitian akan

dianalisis sebagai berikut.

1. Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Analisis keterlaksanaan model pembelajaran bertujuan untuk

mengetahui persentase keterlaksanaan pembelajaran yang dilihat

berdasarkan aktivitas guru dan siswa tiap pertemuan. Keterlaksanaan

model pembelajaran dilakukan dengan cara menghitung persentase

keterlaksanaan setiap tahap pembelajaran pada lembar observasi.

Keterlaksanaan model ini diamati oleh satu orang observer atau lebih.

(26)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2 Tabel interpretasi keterlaksanaan model

2. Analisis Instrumen Pre-test dan Post-Test

Analisis instrumen pre-test dan post-test dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa sebelum

dengan sesudah siswa melaksanakan pembelajaran menggunakan RPP

yang telah disusun khusus untuk siswa tunarungu.

Adapun pengolahan data yang dilakukan untuk menilai tes

hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

1) Pemberian skor

Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan

metode right only, yaitu ketika jawaban benar diberi skor satu

namun ketika jawaban salah diberi skor nol. Pemberian skor

dihitung dengan menggunakan rumus (Ratih Wulandari, 2008)

sebagai berikut :

Anderson (Suharsimi Arikunto, 2009:65) menyatakan

(27)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

apa yang hendak diukur. Suatu tes dinyatakan valid jika perangkat

tes yang butir-butirnya benar-benar mengukur sasaran tes yang

berupa kemampuan dalam bidang tertentu dan bukan kemampuan

yang lainnya (Budi Susetyo, 2011). Validitas yang dihitung dalam

penelitian ini adalah validitas isi dan validitas butir.

Validitas isi merupakan validitas yang akan mengecek

kecocokan diantara butir-butir tes yang dibuat dengan indikator,

materi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satu

cara untuk mengetahui validitas isi suatu instrumen tes adalah

dengan teknik kecocokan para ahli yang berkecimpung dalam

bidang keilmuan tertentu (judgement expert) (Budi Susetyo,

2011:89). Perhitungan kecocokan terhadap validitas isi dilakukan

dengan menghitung kecocokan terhadap validitas isi dilakukan

dengan menghitung besarnya persentase pada pernyataan cocok,

yaitu “persentase kecocokan suatu butir dengan tujuan/indikator”

berdasarkan penilaian guru/dosen atau ahli (Noer, 1987:112). Butir

tes dinyatakan valid apabila kecocokannya dengan indikator

mencapai lebih besar dari 50%, rumus yang digunakan adalah:

dimana:

= frekuensi

= jumlah frekuensi

Sementara validitas butir soal dapat dihitung menggunakan

bantuan software SPSS 17. Untuk menginterpretasikan nilai

koefisien korelasi yang diperoleh dari perhitungan, digunakan

kriteria validitas butir soal seperti yang ditunjukkan pada tabel

kriteria validitas (Suharsimi Arikunto, 2009:75) sebagai berikut:

(28)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan.

Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika

tes tersebut memberikan hasil yang tetap (Suharsimi Arikunto,

2009:86). Untuk menghitung reliabilitas tes dalam penelitian ini

digunakan software SPSS 17. Tolak ukur untuk

menginterpretasikan derajat reabilitas alat ukur dapat

menggunakan tolak ukur yaitu :

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

terlalu sulit. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya

suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index).Besarnya

indeks kesukaran antara 0,00 (sukar) sampai 1,00 (mudah). Rumus

mencari indeks kesukaran adalah :

(29)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu P : indeks kesukaran

Tabel 3.5 Klasifikasi indeks kesukaran

(Suharsimi Arikunto, 2009:207-210)

3. Analisis Statistik untuk Uji Hipotesis

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data

yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak. Informasi bahwa

data tersebut terdistribusi normal atau tidak akan menentukan jenis

statistik selanjutnya. Uji normalitas dalam penelitian ini

menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Pemilihan metode ini karena

data yang digunakan belum dikelompokkan pada tabel distribusi

frekuensi dan menimbang jumlah sampel yang tidak terlalu besar

(Hidayat, 2013). Dalam perhitungannya dibantu dengan

menggunakan software SPSS 17. Kriteria pengujiannya adalah jika

nilai signifikansi > α dimana α = 0,05, maka data terdistribusi

normal (Santoso, 2010).

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk data yang terdistribusi

normal. Uji homogenitas adalah pengujian untuk mengetahui sama

tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Pengujian

homogenitas dilakukan menggunakan software SPSS 17 atau

dengan Microsoft Excel.

Untuk menganalisis uji homogenitas, maka perlu diketahui

(30)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Catatan:

- Pembilang: S besar artinya varians dari kelompok dengan

varians terbesar (lebih banyak)

- Penyebut: S kecil artinya varians dari kelompok

dengan varians terkecil (lebih sedikit)

- Jika varians sama pada kedua kelompok, maka bebas tentukan

pembilang dan penyebut.

Membandingkan F hitung dengan F tabel pada tabel

distribusi F, dengan:

(1) Untuk varians dari kelompok dengan varians terbesar adalah dk

pembilang n-1

(2) Untuk varians dari kelompok dengan varians terkecil adalah dk

penyebut n-1

(3) Jika F hitung < F tabel, berarti data homogen

(4) Jika F hitung > F tabel, berarti data tidak homogen

3) Uji Hipotesis

Uji hipotesis bergantung pada keputusan data terdistribusi

normal atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan

bahwa sampel terdistribusi normal dan homogen. Sehingga

perhitungan statistik analisis datanya termasuk ke dalam metode

statistika parametrik. Salah satu uji hipotesis yang termasuk ke

dalam metoda statistik parametrik adalah uji t-tes. Uji t-tes yang

digunakan adalah 1-sample t-test atau biasa diterjemahkan sebagai

uji-t 1 sampel, yang merupakan statistik uji yang digunakan untuk

menguji hipotesis mengenai rata-rata suatu populasi. Kriteria

pengujiannya adalah jika nilai signifikansi > 0,05, maka H0

(31)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Perhitungan N-Gain

Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan

sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus g

factor (gain) dengan rumus Hake:

4. Hasil Judgement dan Uji Instrumen

1) Judgement Expert

Instrumenyang disusun diberikan kepada 4 orang ahli yang

terdiri dari dua orang dosen Fisika, satu orang dosen Pendidikan

Luar Biasa, dan satu orang guru kelas SMALB. Berikut ini hasil

judgement instrumenoleh keempat ahli tersebut.

(1) Hasil judgement kesesuaian indikator dengan butir soal.

(32)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

Tabel 3.7 Hasil judgement kesesuaian indikator dengan butir soal

(2) Hasil judgement kesesuaian aspek kognitif dengan butir soal.

Butir

Tabel 3.8 Hasil judgement kesesuaian aspek kognitif dengan butir soal

(3) Hasil judgement kesesuaian konsep Fisika dengan butir soal.

(33)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100% Rata-rata =

Tabel 3.9 Hasil judgement kesesuaian konsep Fisika dengan butir soal

(4) Hasil judgement kesesuaian penggunaan bahasa dengan butir

(34)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

14 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

15 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

16 1 1 1 1 4 4/4x100% = 100%

Total 1600%

Tabel 3.10 Hasil judgement kesesuaian penggunaan bahasa dengan butir soal

Dari hasil perhitungan validitas oleh 4 penilai, diperoleh

bahwa semua butir soal telah sesuai dan cocok dari segi

indikator, aspek kognitif, konsep Fisika, dan penggunaan

bahasanya. Dengan hasil validitas tersebut diharapkan

instrumen yang dibuat mampu mengukur hasil belajar siswa

tunarungu secara akurat.

2) Uji Instrumen

Instrumen diujikan kepada siswa SMALB dari sekolah

berbeda yang dijadikan tempat penelitian. Peneliti memilih sekolah

berbeda karena jumlah sampel yang sedikit dari sekolah yang

dijadikan tempat penelitian. Instrumen diujikan kepada 7 siswa

SMALB B kelas XI. Hasil uji instrumen berdasarkan perhitungan

software SPSS 17 diuraikan sebagai berikut.

(35)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

VAR00010 7.7143 4.905 .740 .635

Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Validitas SPSS 17

Berdasarkan validitasnya, butir soal yang baik untuk

digunakan adalah yang memenuhi kriteria validitas lebih dari

0,3. Perhitungan validitas dari hasil SPSS 17 menghasilkan 6

butir soal yang dinyatakan valid dalam kategori tinggi, yaitu

soal no. 2, 3, 4, 5, 10 dan 16. Namun, 2 soal yang termasuk

kategori rendah yaitu no. 8 dan 12 juga akan digunakan dalam

penelitian ini.

Dari kedelapan butir soal tersebut kemudian dicari

reliabilitasnya dengan bantuan software SPSS 17 sebagai

berikut.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh reliabilitas

instrumen sebesar 0,845 yang termasuk kedalam kategori

sangat tinggi.

Tabel dibawah ini menunjukkan kategori dari validitas

dan tingkat kesukaran kedelapan butir soal.

Butir

Soal Validitas

Tingkat

(36)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B

arkan tingkat kesukarannya, 6 dari 8 butir soal diatas termasuk

dalam kategori sedang, yaitu no. 3,4,5,10,12, dan 16.

Sementara 2 soal lainnya yaitu soal no. 2 dan 8 termasuk ke

dalam kategori sukar.

Dari kedelapan soal yang dipilih, 5 dari soal yang

digunakan merupakan soal aspek C1 (pengetahuan) yang

merupakan tingkatan pemahaman paling dasar pada ranah

kognitif Bloom. Sementara 2 soal termasuk ke dalam aspek C2

(pemahaman) dan satu soal termasuk ke dalam aspek C3

(penerapan).

Berdasarkan hasil uji instrumen tersebut, banyaknya

soal aspek C1 yang terpilih menunjukkan bahwa siswa

berkebutuhan khusus tunarungu masih memiliki kemampuan

pemahaman konsep Fisika khususnya materi besaran dan

satuan yang rendah.

Nilai Kategori Nilai Kategori

(37)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Adapun karakteristik model pembelajaran kontekstual yang

disesuaikan dengan siswa berkebutuhan khusus tunarungu adalah sebagai

berikut:

1. Penyampaian materi kepada siswa tunarungu dibantu dengan bantuan

bahasa isyarat, bahasa oral/verbal, dan bahasa tubuh.

2. Media pembelajaran yang digunakan adalah media yang dapat dilihat dan

dapat meningkatkan ketajaman visualnya serta indera lainnya selain indera

pendengaran.

3. Penyampaian materi perlu dilakukan berulang-ulang untuk lebih

menguatkan materi yang tersimpan dalam ingatan mereka sehingga

instrument tes formatif mencakup beberapa materi dari pertemuan

sebelumnya.

4. Dalam melakukan percobaan perlu ditunjukkan terlebih dahulu

langkah-langkahnya dan mendapat bimbingan dari guru dalam pelaksanaannya.

Pelaksanaan model pembelajaran kontekstual yang dirancang dengan

menyesuaikan terhadap karakteristik siswa berkebutuhan khusus setelah

diaplikasikan menunjukkan peningkatan pemahaman konsep siswa tunarungu

menurut perhitungan N-Gain sebesar 0,36 yang termasuk kedalam kategori

sedang.

B. Rekomendasi

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk turun ke dunia Sekolah Luar

Biasa, berikut ini beberapa rekomendasi yang peneliti berikan untuk

(38)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Hendaknya peneliti melakukan studi pendahuluan melalui survey,

observasi, dan wawancara secara langsung untuk mendapatkan gambaran

yang jelas mengenai Sekolah Luar Biasa yang akan diteliti.

2. Observer yang dipilih hendaknya terdiri dari beberapa orang, yaitu

1) Observer yang berasal dari jurusan Pendidikan Fisika untuk melihat

pembelajaran berdasarkan keilmuan Fisikanya.

2) Observer yang berasal dari Pendidikan Luar Biasa untuk melihat

pembelajaran berdasarkan keilmuan siswa berkebutuhan khusus.

3) Wali kelas untuk melihat pembelajaran berdasarkan data personal atau

karakteristik siswa berkebutuhan khusus di kelas tersebut.

3. Peneliti yang bertujuan melakukan penelitian lebih baik melakukan

penelitian secara langsung tanpa perantara untuk lebih memahami

permasalahan yang dihadapi ketika mengajar.

4. Peneliti perlu mengamati keadaan sampel penelitian secara langsung untuk

mengetahui kelemahan dan keunggulan siswa berkebutuhan khusus

sehingga dapat menetapkan langkah penelitian yang tepat.

5. Peneliti perlu menggali dari berbagai sumber cara berkomunikasi dan

karakteristik dari siswa berkebutuhan khusus supaya peneliti lebih mudah

(39)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

(40)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Daniel P Hallahan, James M Kauffman. 1993. Exceptional Children:

Introduction to Special Education.

Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam

Setting Pendidikan Inklusi). Cetakan kesatu. Bandung: PT Refika Aditama.

Efendi, Mohammad. 2008. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.

Cetakan Kedua. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

A. Smith, David. 2012. Sekolah Inklusif: Konsep dan Penerapan

Pembelajaran. Cetakan Ketiga. Bandung: Nuansa.

Cameron, David Lansing. 2013. An examination of teacher–student

interactions in inclusive classrooms: teacher interviews and classroom

observations. http://www.onlinelibrary.wiley.com [published 12 JUN 2013]

Oluremi Dorcas. Fareo and Olubukola Olakunbi, Ojo. 2012. Impact of

facilities on academic performance of students with special needs in

mainstreamed public schools in Southwestern Nigeria.

http://www.onlinelibrary.wiley.com [published 19 APR 2012]

Norman, Katherine, et.all. 1998. Teaching students with disabilities in

inclusive science classrooms: Survey results. http://www.onlinelibrary.wiley.com

[published 7 DEC 1998]

Kirch A., Susan, et.all. 2010. Inclusive Science Education: Classroom

Teacher and Science Educator Experiences in CLASS Workshops.

http://www.onlinelibrary.wiley.com [published 9 NOV 2010]

McClimens, Alex, et.all. 2014. Hearing problems in the learning disability

population: is anybody listening?. http://www.onlinelibrary.wiley.com [published

17 MAR 2014]

Susetyo, Budi. 2011. Menyusun Tes Hasil Belajar dengan Teori ujian

Klasik dan Teori Responsi Butir. Bandung: CV Cakra.

Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke-18.

(41)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Cetakan Kedua. Jakarta:

Erlangga.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Dua. Cetakan

pertama. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam (Materi latihan terintegrasi).

Jakarta:

Sudjana. 2001. Metoda Statistika (Edisi Keenam). Cetakan kedua.

Bandung: Tarsito

Proyek pembinaan dan peningkatan mutu tenaga kerja kependidikan

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

[Forum Online]

http://jasianakku-sampel.blogspot.com/2012/01/meningkatkan-kemampuan-percakapan.html

http://www.jasianakku.blogspot.com/

http://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/view/3407

http://www.slideshare.net/sinyakkaceh/pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus-abk-pada-anak-yang-menderita-tunagrahita-di-slb-ab-bukesra-ulee-kareng

http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/14/pendidikan-anak-luar-biasa/

http://laraasih.com/tag/pembagian-kategori-slb

http://12-028myl.blogspot.com/2013/05/sekolah-slb-b-c-d-e.html

http://12022dl.blogspot.com/2013/05/rancangan-sekolah-luar-biasa-tipe-c-slb.html

http://12051eag.blogspot.com/2013/05/karakteristik-slb.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus

http://www.statistikian.com/2013/01/uji-homogenitas.html

(42)

Garnis Nurida, 2014

Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual Yang Disesuaikan Dengan Karakteristik Siswa Berkebutuhan Khusus Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Besaran Dan Satuan

Gambar

Tabel interpretasi keterlaksanaan model
Tabel 3.3 Kriteria Validitas
Tabel 3.5 Klasifikasi indeks kesukaran
Tabel 3.6 Interpretasi N-gain
+6

Referensi

Dokumen terkait

As LIDAR points are discrete sampling, real conjugated points don’t exist between LIDAR strips; Virtual Corresponding Point Model (VCPM) is used as corresponding primitive. Using

Hernoko, Agus Yudha, Hukum Perjanjian ; Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Edisi 2, Cetakan 2, Penerbit Prenada Media Group, Jakarta, 2011.. Universitas

The second type of error in (c) is caused by context rule classification (orange points are vegetation points that are wrongly classified as roof elements).. ISPRS Annals of

Karena telah terjadi keterlambatan dalam hal penyelesaian pekerjaan sesuai yang telah ditentukan dalam batas waktu pelaksanaan CV Roma Uli telah meminta kepada Dinas

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Shinta Dwi Mutiarawati

Sebagai objek utama dari sistem ini adalah untuk memberikan kemudahan serta melihat arsitektur perancangan sistem informasi pembelian dan penjualan stok barang yang ada,

[r]

Tuntunan Praktis Belajar Database Menggunakan MySQL.. Andi