• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di RSUD Kab. Karanganyar jurnal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di RSUD Kab. Karanganyar jurnal"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI

DI RSUD KAB. KARANGANYAR

Correlation between Pregnant Mothers as Passive Smokers and Premature Rupture Incidences at Local General Hospital of Karanganyar.

Sara Sulistyarini 1), Agus Eka Nurma Y 2)

Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran UNS

ABSTRACT

Correlation between Pregnant Mothers as Passive Smokers and Premature Rupture Incidences at Local General Hospital of Karanganyar. The Study program of Diploma IV in Midwife Education, the Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta 2015.

Background: The cigarette smoke disrupts the transport of oxygen to the fetus so that the gaseous exchange becomes abnormal, which causes the biochemical change in the blood plasma, namely: the reduced collagen components such as ascorbic acid and copper. The abnormal growth of collagen structure causes the strength of inferior membranes to be brittle, which leads to premature rupture. Objective: To investigate the correlation between the pregnant mothers as passive smokers and the premature rupture incidences at Local General Hospital of Karanganyar.

Method: This research used the cross-sectional approach. It was conducted at the aforementioned hospital from February 2015 to March 2015. The samples of research were 60 respondents with the gestational age ≥ 37 weeks. They were taken by using the accidental sampling technique. The data of research were analyzed by using the Chi Square Test aided with the computer program of SPSS 16.00.

Result: The result of research shows that 38 respondents (63%) were passive smokers and the rest 22 respondents (37%) were not passive smokers. In addition, 40 respondents (67%) experienced the premature rupture incidences, and the rest 20 respondents (33%) did not experience the premature rupture. The value of Asymp.sig. was p=0.006.

Conclusion: There was a significant correlation between the pregnant mothers as passive smokers and the premature rupture incidences. The pregnant mothers as passive smokers had the risk of premature rupture as much as 0.11 times greater than those who were not passive smokers and active smokers.

(2)

PENDAHULUAN

WHO menyatakan ketuban pecah dini merupakan salah satu penyebab angka kematian ibu yang masih tinggi selain perdarahan yaitu lebih dari 85 ribu meninggal tiap tahun. Sedangkan kematian ibu di Indonesia tahun 2012 ada 228 kasus per 100.000 kelahiran hidup (0,228%), target tahun 2014 yaitu 118 kasus per 100.000 kelahiran hidup (0,118%) (Dinkes, 2013).

Kematian akibat rokok diperkirakan hampir 6 juta orang pertahun, diantaranya 5 juta orang perokok dan mantan perokok, serta 600.000 orang bukan perokok yang terpapar asap rokok. Apabila tidak dilakukan tindakan pengendalian, kematian akan meningkat cepat menjadi lebih 8 juta orang pada tahun 2030 (Kemenkes RI, 2012).

Asap rokok yang terhirup oleh perokok pasif lima kali lebih banyak mengandung karbonmonoksida (Windriya, 2013; Wardoyo, 1996 ). Salah satu dampak akibat rokok pada kehamilan yaitu ketuban pecah dini (Pantikawati dan Saryono, 2010).

Asap rokok menyebabkan terganggunya penyampaian oksigen ke janin sehingga pertukaran gas menjadi abnormal (Laksmi et al, 2008). Hal ini dapat menyebabkan terjadi perubahan biokimia yaitu berkurangnya komponen kolagen seperti asam askorbik dan tembaga sehingga terjadi abnormalitas pertumbuhan struktur kolagen selaput ketuban. Sehingga menyebabkan kekuatan selaput ketuban

inferior rapuh sehingga terjadi ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Icha Dithyana tahun 2013 menunjukan bahwa ibu hamil perokok pasif memiliki risiko untuk terkena ketuban pecah dini 3,5 kali lebih besar daripada

wanita tidak perokok pasif (p = 0,02) dan menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna ibu hamil perokok pasif dengan kejadian ketuban pecah dini.

Rumah Sakit Umum Daerah Kab Karanganyar merupakan salah satu rumah sakit rujukan, salah satunya untuk rujukan pada kasus KPD. Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kab Karanganyar pada tahun 2013 periode Januari - Desember tercatat kejadian KPD dengan persalinan spontan sebanyak 192 orang dari 727 persalinan spontan patologi (26,40%), dan KPD dengan persalinan seksio sesarea sebanyak 61 orang dari 445 persalinan saecar (13,70%). Pada tahun 2014 periode Januari - September tercatat kejadian KPD dengan persalinan spontan sebanyak 98 orang dari 299 persalinan spontan patologi (32,77%), dan KPD dengan persalinan saecar sebanyak 32 orang dari 227 persalinan seksio sesarea (14,09%).

Kejadian ketuban pecah dini di RSUD Kabupaten Karanganyar mengalami peningkatan berdasarkan persentasi dari tahun sebelumnya sehingga tertarik untuk mengetahui ” Hubungan Antara Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di RSUD Kabupaten Karanganyar”.

SUBJEK DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional

(3)

Kab. Karanganyar mulai bulan November 2014 sampai dengan Juni 2015. Populasi target pada penelitian ini adalah ibu hamil di RSUD Kab. Karanganyar. Populasi aktual pada penelitian ini adalah ibu hamil dengan usia kehamilan ≥ 37 minggu di RSUD Kab. Karanganyar. Pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling yaitu sampel yang diperoleh merupakan sample yang ada atau tersedia pada waktu itu dengan estimasi 51 sampel. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan panduan wawancara (usia, paritas, pekerjaan, penghasilan dan paparan asap rokok terhadap ibu hamil dan pengambilan data direkam medis (diagnosa ketuban pecah dini) di RSUD Kab. Karanganyar.

Analisis data penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat pada penelitian ini meliputi usia, paritas, pekerjaan, penghasilan dan proporsi ibu hamil perokok pasif. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara ibu hamil perokok pasif dengan kejadian ketuban pecah dini. Uji data statistik yang digunakan adalah Chi-square pada tingkat kemaknaan 0.05 (p<0.05) (Dahlan, 2014).

HASIL PENELITIAN A.Analisis Univariat

1. Ketuban Pecah Dini

Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa responden yang mengalami ketuban pecah dini terdiri dari 40 (67%) dan 20 (33%) reponden yang tidak ketuban pecah dini.

2. Status Perokok Pasif

Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan bahwa reponden ibu hamil yang menjadi perokok pasif terdiri dari 38 (63%) dan 22 (37%) ibu hamil yang tidak perokok pasif.

3. Usia Ibu

Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan bahwa subjek yang terendah terdiri dari 3 (5%) subjek usia ibu <20 tahun,dan yang tertinggi yaitu 41 (68%) untuk subjek usia ibu 20-35 tahun.

4. Paritas

40, 67% 20,

33%

1 Ketuban Pecah Dini

2 Tidak Ketuban Pecah Dini

38, 63% 22,

37%

1 Perokok Pasif

2 Tidak Perokok Pasif

3, 5%

41, 68% 16, 27%

1 < 20 tahun

2 20-35 tahun

3 >35 tahun

21, 35% 37,

62% 2, 3%

1 Primipara

2 Multipara

3

[image:3.595.107.539.100.747.2]
(4)

Berdasarkan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa subjek yang paling tinggi terdiri dari yaitu 37 (62%) subjek multipara dan jumlah yang terrendah adalah 2 (3%) untuk subjek grandepara.

5. Pekerjaan

Berdasarkan Gambar 4.5 menunjukkan bahwa subjek yang diambil terdiri dari 2 (3%) subjek ibu hamil yang bekerja sebagai PNS pada saat hamil dan 32 (54%) subjek ibu hamil yang tidak bekerja pada saat hamil. 6. Penghasilan

Berdasarkan Gambar 4.6 menunjukkan bahwa subjek yang diambil terdiri dari 0 (0%) subjek penghasilan keluarga < Rp 500.000, 23 (38%) subjek penghasilan keluarga Rp 500.000-Rp 1000.000 dan 37 (62%) subjek penghasilan keluarga > Rp 1000.000.

B.Analisis Bivariat

Data penelitian ini dianalisis dengan uji analisis bivariat, dengan uji

tersebut dapat diketahui apakah hubungan yang teramati antara kedua variabel secara statistik bermakna.

Tabel dan Gambar analisis bivariat menunjukkan distribusi subjek penelitian menurut status ketuban pecah dini dan status perokok pasif. Dari table 4.7 tersebut dapat diketahui bahwa ibu hamil perokok pasif yang mengalami ketuban pecah dini berjumlah 20 subjek dan yang tidak mengalami ketuban pecah dini berjumlah 18 subjek. Sedangkan ibu hamil tidak perokok pasif mengalami ketuban pecah dini berjumlah 20 subjek dan yang tidak mengalami ketuban pecah dini berjumlah 2 subjek.

Hasil perhitungan SPSS untuk uji Chi Square menunjukan bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara ibu hamil perokok pasif dengan kejadian ketuban pecah dini. Hasil nilai

Asymp.sig. yaitu p=0,006 yang berarti p < 0,05. Sedangkan hasil OR= 0,11 yang berarti ibu hamil 2, 3%

18, 30%

8, 13% 32,

54%

1 PNS

2 Karyawan Swasta 3

Wiraswasta 4 Tidak Bekerja

23, 38% 37, 62%

2 Rp 500.000-Rp 1000.000 3 >Rp 1000.000

0 5 10 15 20 25

Ya (%) Tidak (%) Kejadian Ketuban Pecah

Dini

Perokok Pasif

Tidak Perokok Pasif Variabel

Kejadian Ketuban Pecah Dini

Total OR P Tidak

(%)

Ya (%) Tidak

Perokok Pasif

2 (9,1%) 20 (90,9 %)

22 (100 %)

0,11 0, 00 6 Perokok

Pasif

18 (47,4%)

20 (52,6 %)

38 (100 %) Jumlah 20

(33,3%) 40 (66,7 %)

[image:4.595.118.517.108.718.2]
(5)

perokok pasif memiliki risiko untuk terkena ketuban pecah dini 1/0,11 atau 100/11 kali lebih besar daripada ibu hamil tidak perokok pasif (OR:0,11 yang berarti 1/0,11 atau 100/11; CI 95%; 0,023-0,543; p= 0,006).

PEMBAHASAN A.Karakteristik Responden

Berdasarkan Gambar 1 distribusi ketuban pecah dini menunjukkan bahwa responden yang mengalami ketuban pecah dini terdiri dari 40 (67%) dan 20 (33%) reponden yang tidak ketuban pecah dini. Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan dan sebelum 37 minggu (Cuningham, 2013). Faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban ataupun dari vagina atau serviks. Selain itu faktor predisposisi lainnya adalah fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkompetensia, kelainan letak janin, usia wanita kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, faktor golongan darah, faktor multigraviditas, merokok, keadaan sosial ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat abortus dan persalinan preterm sebelumnya, dan riwayat KPD sebelumnya (Prawirohardjo, 2008). Dalam penelitian ini selain disebabkan oleh asap rokok disebabkan oleh paritas yang merupakan faktor predisposisi dari ketuban pecah dini.

Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan distribusi perokok pasif bahwa reponden dalam penelitian ini yang menjadi perokok pasif terdiri dari 38 (63%) dan 22 (37%) ibu hamil yang tidak perokok

pasif. Perokok pasif adalah orang yang menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok (Menkes dan Mendagri, 2011). Waktu pajanan asap rokok minimal sehingga seseorang dapat dikategorikan sebagai perokok pasif adalah 15-60 menit/hari (Titisari, 2011). Dalam penelitian ini yang menjadi perokok pasif masing-masing terpapar asap rokok lebih dari 15 menit per hari.

(6)

baik di rumah maupun di tempat kerja. Sehingga dalam penelitian ini usia 20-35 tahun lebih banyak terpapar asap rokok yang berpengaruh pada kejadian ketuban pecah dini.

Berdasarkan Gambar 4 distribusi paritas menunjukkan bahwa subjek yang paling tinggi terdiri dari yaitu 37 (62%) subjek multipara. Pada multipara terdapat ibu hamil perokok pasif sebanyak 23 (60,5%). Selain itu pada multipara terdapat ibu yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 24 (60%). Pada multipara kejadian KPD semakin besar disebabkan oleh kelemahan intrinsik uterus yang trauma sebelumnya pada serviks, khususnya pada tindakan riwayat persalinan pervaginam, dilatasi serviks, kuretase. Selain itu susunan serviks pada multipara lebih banyak serabut saraf daripada jaringan ikat dibandingkan serviks normal. Jaringan serviks yang rusak akan membuat otot dasar uterus meregang yang merangsang selaput ketuban persalinan (Morgan G dan Hamilton C, 2009). Hasil penelitian yang mendukung adalah oleh Lestari. I (2008) bahwa paritas lebih dari 3 bermakna sebagai faktor risiko yang mempengaruhi kejadian KPD. Demikian juga hasil penelitian Gumilang (2013) yang menyatakan bahwa ibu yang mengalami kejadian KPD paritas multipara (52,38 %). Hasil penelitian ini juga didukung dengan penelitian Nurhanifah (2012) yang menyatakan bahwa ibu yang mengalami kejadian KPD dengan paritas multipara (75,68 %). Dalam penelitian ini paritas multipara yang terpapar asap rokok sejumlah 23 (60,5%) dan

diantaranya ada 11 (29,7%) yang mengalami ketuban pecah dini. Sehingga dalam penelitian ini paritas multipara berpengaruh pada ibu hamil perokok pasif dengan ketuban pecah dini.

Berdasarkan Gambar 5 distribusi pekerjaan menunjukkan bahwa subjek yang paling tinggi sebanyak 32 (53%) subjek ibu hamil yang tidak bekerja pada saat hamil. Pada ibu yang tidak bekerja terdapat ibu hamil perokok pasif sebanyak 21 (55,3%) dan ibu yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 20 (50%). Penelitian yang dilakukan oleh Tahir tahun 2012 menyatakan bahwa ibu yang mengalami KPD lebih banyak memiliki pekerjaan sebagai IRT 73,2% dan wiraswasta sebanyak 20,5%. Sedangkan ibu yang tidak mengalami KPD lebih banyak memiliki pekerjaan sebagai PNS sebanyak 10,6%. Hal ini disebabkan oleh karena pekerjaan sebagai IRT dapat menguras energi, oleh karena seorang ibu hamil harus bekerja sepanjang hari tanpa pamrih mengurus rumah tangga demi kebahagiaan suami dan anak-anaknya. Dalam penelitian ini ibu yang tidak bekerja sebanyak 32 (53%) diantaranya ada 9 (28,13%) terpapar asap rokok dan yang mengalami ketuban pecah dini. Sehingga dalam penelitian ini ibu yang tidak bekerja berpengaruh pada ibu hamil perokok pasif dengan ketuban pecah dini.

(7)

1000.000 yaitu sebanyak 25 (65,8%). Sedangkan ibu yang mengalami ketuban pecah dini pada keluarga yang mempunyai penghasilan > Rp 1000.000 yaitu sebanyak 24 (60%). Kelompok masyarakat berpendapatan tinggi mengkonsumsi lebih banyak rokok dibandingkan dengan

kelompok masyarakat

berpendapatan rendah (low-income).

Pendapatan yang

tinggi mencerminkan daya beli tinggi, dan berhubungan dengan konsumsi rokok yang lebih besar. Dari hasil observasi ditemukan bahwa semakin tinggi pendapatan maka jumlah rokok yang diminta juga meningkat. Berdasarkan hal tersebut, apabila perokok aktif semakin banyak maka semakin besar risiko paparan asap rokok pada ibu hamil yang berpengaruh pada ketuban pecah dini (Jha and Chaloupka, 2000; Hamzah, 2012). Dalam penelitian ini dari keluarga yang mempunyai penghasilan > Rp 1000.000 ada ibu hamil yang terpapar asap rokok sejumlah 25 (65,8%) dan diantaranya ada 14 (37,83%) yang mengalami ketuban pecah dini. Sehingga dalam penelitian ini keluarga yang mempunyai penghasilan > Rp 1000.000 berpengaruh pada ibu hamil perokok pasif dengan ketuban pecah dini.

B.Hubungan antara Ibu Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara ibu hamil perokok pasif dengan ketuban pecah dini dengan p=0,006. Ibu hamil perokok pasif memiliki risiko

untuk terkena ketuban pecah dini 0,11 kali lebih besar daripada ibu hamil tidak perokok pasif. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil uji

Chi Square dengan nilai p < 0,05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara kedua variabel.

Hasil penelitian yang dilakukan Prasetyo (2013) menunjukan bahwa faktor perokok pasif sebagai faktor yang meningkatkan risiko KPD. Wanita hamil yang memiliki status perokok pasif ada hubungan dan berisiko mengalami KPD 9,681 kali lebih besar daripada wanita bukan perokok pasif (p=0,023). Parry dan Straus dalam Prasetyo (2013) mengatakan asap rokok dapat menurunkan kadar vitamin C dalam darah sehingga kadar enzim MMP yang meningkatkan degradasi kolagen pada selaput ketuban bertambah dan meningkatkan risiko KPD.

Hasil penelitian sejenis yang juga mendukung dilakukan oleh Icha Dithyana tahun 2013 dengan menggunakan pendekatan case control dan teknik sampling fixed sampling menyebutkan bahwa risiko terjadinya ketuban pecah dini pada ibu hamil perokok pasif 3,5 kali lebih besar daripada ibu hamil tidak merokok.

(8)

Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra selular amnion, korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormon yang merangsang aktivitas “matrix

degrading enzyme”. Melemahnya

kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin (Prawirohardjo, 2008).

Asap rokok menyebabkan terganggunya penyampaian oksigen ke janin sehingga pertukaran gas menjadi abnormal (Laksmi et al, 2008). Pertukaran gas menjadi abnormal dapat menyebabkan terjadi perubahan biokimia yaitu berkurangnya komponen kolagen seperti asam askorbik dan tembaga sehingga terjadi abnormalitas pertumbuhan struktur kolagen selaput ketuban (Prawirohadrjo, 2008). Sementara itu serum tembaga dan asam askorbat dalam plasma darah penting untuk sintesis kolagen dan pemeliharaan. Dengan berkurangnya serum tembaga dan asam askorbat dalam plasma darah dapat mengurangi sifat elastis selaput ketuban sehingga rentan mengalami ruptur atau robek (Mostafa, 2011).

Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen, kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain

merokok (Prawirohardjo, 2008). Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah (Prawirohardjo, 2008). Kolagen merupakan bagian dari protein matriks ekstraselular. Kolagen interstitial (tipe I dan III) yang terletak terutama di lapisan amnion memainkan peran penting dalam menjaga integritas selaput ketuban dan regulator utama dari kekuatan selaput ketuban (Guller, 2011).

SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan

1. Hasil penelitian ini dapat mengidentifikasikan bahwa reponden ibu hamil yang menjadi perokok pasif terdiri dari 38 (63%) dan 22 (37%) ibu hamil yang tidak perokok pasif. 2. Hasil penelitian ini dapat

mengidentifikasikan bahwa responden yang mengalami ketuban pecah dini terdiri dari 40 (67%) dan 20 (33%) reponden yang tidak ketuban pecah dini.

(9)

B.Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Tim Tenaga Kesehatan perlu memberikan edukasi berupa penyuluhan mengenai bahaya asap rokok yang berdampak pada perokok pasif yaitu ibu hamil. Sehingga ibu hamil dapat menjauhi orang yang sedang merokok.

2. Bagi Responden

Ibu hamil maupun keluarga meningkatkan kewaspadaan terhadap asap rokok di lingkungan dengan cara meningkatkan pengetahuan mengenai dampak dari asap rokok dengan cara mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan dan menambah informasi melalui media masa.

3. Bagi Pemerintah

Memberikan perlindungan bagi perokok pasif, dengan menerapkan kebijakan larangan merokok di tempat umum. Apabila ingin merokok dilakukan ditempat terpisah dan tidak merokok dekat dengan ibu hamil.

4. Bagi Anggota Keluarga

Menerapkan perilaku tidak merokok jika sedang ada ibu yang hamil. Serta menjauh saat ingin merokok agar ibu hamil tidak terpapar asap rokok.

5. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat menyadari bahaya rokok bagi masyarakat sendiri maupun lingkungan dengan meningkatkan pengetahuan tentang bahaya rokok bagi kesehatan. Serta menerapkan pola hidup sehat tidak merokok.

6. Bagi Peneliti Selanjutnya Mengadakan penelitian lebih lanjut dengan cara memperoleh populasi dan jumlah subjek yang lebih besar. Mengetahui tentang riwayat paparan asap

rokok dan dengan

menggunakan alat rapid

diagnostic cotinine test untuk mengetahui kandungan cotinine dalam urin.

DAFTAR PUSTAKA

BALITBANGKES KEMENKES RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesi Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI, pp: 209

Benrubi, G.I. 2010. Handbook of obstetric and gynecologic emergencies 4th ed. USA: Library of Congress Cataloging in Publication Data, pp:186 Budiarto, E. 2011. Biostatiska Untuk

Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC, pp: 29, 30

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta: Rineka Cipta, pp:205-13

(10)

Membranes. Reviews in Obstetrics and Gynecology.

1(1);11-22

Cuningham, et al. 2006. Obstetric Williams. Edisi ke 21. Jakarta: EGC

Cuningham, F.G. 2013. Williams Obstetrics. Jakarta: EGC, pp: 853, 860

Dahlan, M.S. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS. Jakarta: Epidemiologi Indonesia, pp: 165-171

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2013.

Menkes Upayakan Kejar Target

MDG’s.

http://www.dinkesjatengprov.go.id – diakses tanggal 17 Desember 2014

Dithyana, Icha. 2013. Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi

El-Manan. 2011. Kamus Pintar Kesehatan Wanita. Jogjakarta: Buku biru, pp: 225

Errol, R.N. 2010. Obestetric And Gynecology At A Glance. New York: John Wiley & Sons, pp: 125

Guller, S. 2011. Fetal membranes: Anatomy and biochemistry. Literature Uptodate. http://cursoenarm. net/UP TODATE/ contents/ mobipreview. htm? 14/54/15201?source=see_link&ancho r=H4 – diakses tanggal 22 January 2015

Gumilang, A. 2013. Hubungan antara Usia,Paritas, dan Riwayat Ketuban Pecah Dini dengan

Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Bangil Pasuruan. Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya. Skripsi Hamzah, H. 2012. Analisis Faktor

yangMempengaruhi

Permintaan Rokok Masyarakat Di Kota Makassar. Universitas Hasanudin Makasar. Skripsi Jha, Prabhat dan Chaloupka, FJ. 2000.

Tobacco control in developing countries. Published by Oxford University Press on behalf of

The Human Development

Network, the World Bank, and The Economics Advisory

Service,World Health

Organization

Kemenkes RI. 2012. Aliansi

Bupati/Walikota Dalam

Pengendalian Masalah

Kesehatan Akibat Tembakau Dan Penyakit Tidak Menular.

Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Vol 2: Semester 2, pp: 35-40

Laksmi, P.W et al. 2008. Penyakit - Penyakit Pada Kehamilan Peran Seorang Internis. Jakarta : InternaPublishing ( Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran universitas Indonesia ), pp. 381 – 90

Lestari. I., 2013. Hubungan antara Malpresentasi dan Paritas dengan kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD dr. Soegiri

Lamongan. Politeknik

Kesehatan Kemenkes Surabaya. Skripsi

Menkes dan Mendagri. 2011.

(11)

Rokok. Jakarta: Kemenkes RI, pp: 2

Morgan, G dan Hamilton, C. 2009.

Obstetri & Ginekologi : panduan praktik. Edisi 2. Jakarta: EGC

Mostafa. 2011. Dilema of Women’s

Passive Smoking. Annals of Thoracic Medicine. Vol 6. Issue 2, pp: 55–6

Nugroho, T. 2012. Obgsyn: Obstetri dan Ginekologi. Yogayakarta: Nuha Medika, pp: 113-19 Nurhanifah, 2012. Hubungan antara

Usia, Paritas, dan Kelainan

Letak dengan Kejadian

Ketuban Pecah Dini di RSIA Nyai Ageng Pinatih Gresik. Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya. Skripsi Oberg, M., Jaakkola, M.S., Annete,

P.U., Schweizer, C., Woodward, A. 2010. Second-hand Smoke: Assesing the burden of disease at national and lecal events. Geneva : World Health Organization. http:// www. who. int/quantifying_ ehimpacts/ publications/ SHS.pdf-diakses. (17 Desember 2014) Oxorn, H., William, R.F. 2010. Ilmu

Kebidanan: Patologi &

Fisiologi Persalinan.

Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica, pp: 595

Pantikawati dan Saryono. 2010.

Asuhan Kebidanan I

(Kehamilan). Jogjakarta: Nuha Medika, pp: 75-84, 125

Prasetyo Kevin Wahyudi. 2013.

Kehamilan pada Usia Remaja

sebagai Faktor Risiko

Terjadinya Ketuban Pecah Dini. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : PT Bina Pustaka, pp. 677-81 Sastroasmoro, S. 2011. Dasar – Dasar

Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-4. Jakarta: Sagung Seto, pp: 112

Sinclair, C. 2009. Buku Saku Kebidanan. Jakarta : EGC, pp. 132 – 48

Thompson, D.R. 2011. Smoking and Pregnancy. Literature Uptodate. http:// cursoenarm. net/ UPTODATE/ contents/ mobipreview. htm? 14/ 54/15201?source=see_link&anchor= H4. (22 Januari 2015)

Tahir Suriani, Arifin Seweng dan Zulfikli Abdullah. 2012. Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Akademi Kebidanan Muhammadiyah Makasar. Skripsi

Titisari, B.R. 2011. Pengaruh ibu hamil sebagai perokok pasif dengan bayi berat badan lahir rendah di Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi

Gambar

Gambar 1
Gambar 4.4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini ada tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk mengetahuiefektifitas dari modal kerja yang digunakan kegiatan usaha konveksi yang dilakukan oleh UMKM

Pengaruh Suhu Dan Katalis CaO Pada Sintesa Surfaktan Metil Ester Sulfonat Berbasis Crude Palm Oil Dengan Agen Sulfonasi NaHSO3 Diah Ayu Pratiwi, 2015, 49 Halaman, 13 Tabel, 21

Pak Bone, Kiara, dan Niko yang mengalami peristiwa ajaib itu hanya bisa pasrah ditinggalkan oleh Ibu Baria dan Kweiya. Mereka hanya bisa mengenang kebaikan hati Ibu Baria

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerahnya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Penelitian ini mengkaji tentang pelaksanaan pendidikan keterampilan di Lapas Klas II Salemba tahun 2016. Adapun kajian pokoknya pada proses pembelajaran keterampilan

Berdasarkan hasil penelitian evaluasi penerapan booklet dan edukasi apoteker yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian booklet dan edukasi apoteker

Gambar 15 Kondisi Makanan di Bubur Ayam Pedagang C ((a) kondisi bubur dan kuah yang selalu tertutup, (b) kondisi seledri dan ayam yang terbuka saat tidak ada pelanggan, (c)

LPP TVRI dan LPS yang menyelenggarakan Penyiaran Multipleksing melalui Sistem Terestrial hanya dapat menyalurkan program siaran dari lembaga penyiaran penyelenggara