• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Mengungkapkan kembali isi cerita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Mengungkapkan kembali isi cerita"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Kemampuan Mengungkapkan kembali isi cerita a. Pengertian Kemampuan

Menurut Mohammda Zain (dalam Milman Yusdi 2010:10) Kemampuan adalah kesanggupan, kebolehan atau kecakapan untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu. Sedangkan dalam Kamus Ilmiah Populer, kognitif adalah berfikir dan mengerti, bersifat pengetahuan. Dalam hal ini adalah kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran. Siswa merupakan salah satu unsur dalam proses belajar mengajar dan sekaligus sebagai obyek dari tujuan pengajaran. Agar pembelajaran berlansung secara efisien, maka kemampuan kognitif atau kesiapan mental siswa perlu terus di latih. Jadi kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Pengertian Kemampuan Mengungkapkan Kembali isi cerita

Dalam setiap proses pendidikan selalu melibatkan pendidik dan siswa. Maka diperlukan hubungan timbal balik yang baik antara guru dan siswa, sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran. Suatu aktivitas pembelajaran melibatkan kemampuan fisik, kemampuan mental, dan kemampuan sosial. Cara guru mengajar melibatkan peranan, inisiatif, dan keikutsertaan siswa yang tinggi dalam menetapkan masalah, mencari informasi, dan menentukan cara pemecahan masalah. Anitah (2008 : 42)

(2)

Berdasarkan aspek-aspek keterampilan berbahasa, berbicara merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki dan dikuasasi oleh seseorang. Bahkan keberhasilan seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil tidaknya ia berbicara. Untuk itulah, sudah seharusnya di sekolah-sekolah, terutama Sekolah Dasar, membekali peserta didiknya dengan memperbanyak latihan-latihan keterampilan berbicara berupa mengungkapkan kembali isi cerita dari bacaan yang disajikan.

Bloomfield (dalam M. Faisal 2010 : 54) mengatakan bahwa semua aktivitas manusia yang terencana didasarkan pada bahasa. Bahasa sendiri mempunyai bentuk dasar berupa ucapan atau lisan jadi jelas bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi, dan komunikasi itu adalah berbicara. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Anitah 2008 : 44) bahwa dalam berbicara seseorang harus mempunyai pengetahuan keterampilan perspektif motorik, dan keterampilan interaktif, maka agar dapat bercerita dengan baik, seseorang harus mempunyai kompetensi kebahasaan yang memadai serta unsur-unsur yang menjadi syarat agar proses berbicaranya dapat lancar, baik dan benar. Diantaranya adalah lafal, intonasi, ejaan, kosa kata, dan sebagainya.

Namun, pencapaian kompetensi kemampuan mengungkapkan isi cerita pada umumnya belum maksimal, karena beberapa faktor yang menjadi penyebab, salah satunya adalah metode pembelajaran dan media pembelajaran. Penerapan metode yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar, diharapkan akan mampu meningkatkan daya keaktifan siswa dalam pembelajaran. Melihat faktor tersebut, maka dengan pemanfaatan metode dan media yang tepat siswa akan dapat

(3)

mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga dapat berkembang secara mandiri.

Kekurangmampuan siswa dalam mengungkapkan kembali isi cerita umumnya disebabkan karena daya imajinasi siswa untuk menangkap penjelasan guru secara menyeluruh masih rendah. Sehingga cerita yang disampaikan guru tidak dapat diceritakan kembali sepenuhnya oleh siswa. Oleh karena itu, guru mengembangkan media pembelajaran melalui penggunaan media audio berupa kaset dengan maksud agar siswa dapat menginterpretasikan isi cerita sesuai dengan hasil simakannya yang akhirnya siswa dapat mengungkapkan kembali isi cerita, mengungkapkan hasil pengamatan dengan bahasa yang runtut, sehingga bermakna.

2.1.2 Langkah-langkah Mengungkapkan Kembali isi Cerita

Langkah-langkah mengungkapkan kembali isi cerita menurut Sutari (dalam Sulastri Nangili : 2008) antara lain :

a. Mengorganisasikan bahan pembicara b. Menyampaikan bahan

c. Memikat perhatian penyimak d. Mengarahkan

e. Mengunakan alat-alat bantu, seperti mimik, alat peraga, dan sebagainya f. Memulai dan mengakhiri pembicaraan.

Sedangkan menurut Harry A. Greene & Walter T. Petty (dalam Ai Eska Hudaya : 2012) antara lain :

a. Tahap mendengar; dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Jadi kita

(4)

masih berada dalam tahap hearing

b. Tahap memahami;setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh sang pembicara; maka sampailah kita dalam tahap understanding.

c. Tahap menginterpretasi; penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia akan ingin menginterpretasikan isi, buti-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu, dengan demikian maka sang penyimak telah tiba pada tahap interpreting. d. Tahap mengevaluasi; setelah memahami serta dapat menafsir atau menginterpretasikan isi pembicaraan, sang penyimak pun mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta gagasan sang pembicara, dimana keunggulan dan kelemahan makan denga demikian sudah sampai pada tahap evaluating.

e. Tahap menaggapi; merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak, sang penyimak menyambut, mencamkan, menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran, sang penyimakpun sampailah pada tahap mengungkan kembali isi cerita atau menaggapi (responding).

2.1.3 Hakikat Cerita

a. Pengertian Cerita Rakyat

Istilah cerita rakyat menunjuk kepada cerita yang merupakan bagian dari rakyat, yaitu hasil sastra yang termasuk ke dalam cakupan foklor. Cerita rakyat adalah suatu bentuk karya sastra lisan yang lahir dan berkembang dari masyarakat tradisional yang disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk yang

(5)

standar disebarkan di antara kolektif tertentu dari waktu yang cukup lama dengan menggunakan kata klise Danandjaja (dalam Yoce Aliyah 2007 : 45). Cerita rakyat adalah sesuatu yang dianggap sebagai kekayaan milik yang kehadirannya di atas dasar keinginan untuk berhubungan sosial dengan orang lain. Dalam cerita rakyat dapat dilihat adanya berbagai tindakan berbahasa guna menampilkan adanya nilai-nilai dalam masyarakat (Nuraeni 2010 : 182). Cerita rakyat dapat disebut pula cerita daerah yaitu cerita yang tumbuh dan berkembang pada suatu daerah. Cerita itu berkembang dari lisan ke lisan dan tidaj jelas pengarangnya. Setiap daerah biasanya memilki cerita semacam itu.

Ciri-ciri cerita rakyat antara lain : 1) Disampaikan secara lisan

2) Pengarangnya tidak diketahui (anonim).

Cerita rakyat biasanya dibumbuhi dengan hal-hal yang tidak masuk akal atau tidak mungkin terjadi. Bisa terjadi dalam khayalan saja. Misalnya, orang yang dapat menjelma berganti rupa, binatang yang dapat berkata-kata seperti manusia, orang yang dapat menghilang dan dapat terbang.

Berangkat dari ciri-ciri cerita rakyat yang di atas maka ada baiknya dalam memberikan cerita, hendaknya cerita tersebut memilki ciri-ciri : bahasa yang sederhana, pilihan kata yang dapat dipahami, sesuia dengan kegemaran dan perkembangan usia anak, dan lingkungan yang relevan dengan dunia misalnya pada musim panen dipilih cerita yang berkaitan dengan kehidupan petani.

(6)

Hasyim (dalam Faisal 2007 : 83) mengemukakan bahwa cerita yang diberikan kepada anak sebagai bahan belajar disekolah dasar hendaknya memilki ciri sebagai berikut :

a) Bahasa yang digunakan haruslah sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa anak. b) Isi cerita haruslah sesuai dengan tingkat umur dan perhatian anak. Pada tahap

pertama (kelas 1-3 SD), bacaan untuk anak laki-laki dan wanita dapat disamakan. Untuk selanjutnya (kelas 4-6 SD) secara berangsur-angsur akan kelihatan bahwa anak laki-laki lebih menyenangi cerita petualangan, olahraga, dan teknik, sedangkan anak wanita lebih menyenangi cerita yang bersifat kekeluargaan dan social

c) Hendaknya jangan diberikan cerita yang bersendikan politik tetapi mengutamakan pendidikan moral dan pembentukan watak.

b. Macam-macam cerita

Stanton (dalam Nuraeni, 2010 : 172) membagi cerita prosa menjadi tiga macam sebagai berikut.

1) Mite (Myth)

Stanton (dalam Danandjaja 2007: 35) mengatakan bahwa mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh si empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain atau di dunia yang bukan seperti yang kita kenal sekarang dan terjadi pula di masa lampau. Mite di Indonesia dapat dibagi menjadi dua macam berdasarkan tempat asalnya, yakni yang asli Indonesia dan berasal dari luar negeri, terutama India, Arab, dan negara yang berasal dari Laut Tengah.

(7)

2) Legenda

Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berlainan dengan mite, legenda ditokohi manusia, walaupun ada kalanya mempunya sifat-sifat luar biasa, dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya adalah di dunia seperti yang kita kenal kini, karena waktu terjadinya belum terlalu lampau Stanton (dalam Danandjaja 2007: 35)

Stanton (dalam Nuraeni, 2010 : 172) mengemukakan penggolongan legenda sebagai berikut:

a) legenda keagamaan (Religius Legends) b) legenda alam gaib (Supranatural Legends) c) legenda perorangan (Personal Legends) d) legenda setempat (Local Legends)

3) Dongeng

Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang punya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun cerita.

c. Unsur-unsur cerita

Unsur-unsur dalam cerita terdapat tema, alur, latar, penokohan, tokoh, dan amanat. (Nuraeni 2010 : 183)

1) Tema

(8)

b) Tema merupakan pokok untuk mengembangkan sebuah cerita

c) Dalam cerita anak biasanya memilki tema yang menyangkut kehidupan anak, misalnya : pendidikan, persahabatan, permainan, petualangan, kasih sayang dengan binatang, dan cinta orangtua.

2) Alur

a) Alur adalah rangkaian cerita dari awal sampai akhir yang membentuk cerita tersebut

b) Alur biasanya terbagi beberapa tahapan, yaitu

c) Pengenalan situasi cerita, memperkenalkan para tokoh, sifat, dan latar.

d) Pengungkapan peristiwa, menyajikan awal peristiwa dengan berbagai masalah dan pertentangan para tokohnya.

e) Adanya konflik (masalah), menyajikan konflik yang lebih hebat dan beragam f) Puncak konflik (klimaks), menyajikan tahapan cerita yang menentukan nasib

para tokohnya.

g) Penyelesaian (ending), menyelesaikan masalah para tokohnya. 3) Latar

a) Latar adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita b) Latar terbagi menjadi latar tempat, latar suasana, dan latar waktu

c) Latar tempat menunjukkan tempat kejadian seperti lapangan, rumah, kerajaan, kayangan, gunung, dan laut.

d) Latar suasana menunjukkan suasana ramai pesta, sepi, dan sedih.

e) Latar waktu biasanya menunjukkan waktu kejadian seperti malam, siang hari, bulan, minggu, tahun, pada zaman dahulu, dan sebagainya.

(9)

a) Penokohan adalah penggambaran watak (sifat) para tokoh.

b) Watak tokoh terdiri atas watak yang baik (protagonis) dan watak yang buruk atau jahat (antagonis)

c) Penggambaran watak tokoh dapat dilihat dari : (1) Penggambaran langsung oleh pengarang (2) Fisik dan tingkah laku tokoh

(3) Cara berbicara tokoh

(4) Penggambaran oleh tokoh lain 5) Tokoh

a) Tokoh adalah nama-nama pelaku dalam sebuah cerita

b) Berdasarkan sering tidaknya tokoh itu muncul maka tokoh dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan.

(1) Tokoh utama adalah tokoh yang sering muncul dan menjadi pusat penceritaan atau tokoh yang sedang diceritakan.

(2) Tokoh bawaan adalah tokoh yang jarang muncul atau tokoh yang mendampingi tokoh utama baik sebagai kawan atau sebagai lawan tokoh utama. Tokoh bawaan biasanya lebih dari satu.

6) Amanat

a) Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang

b) Untuk mengetahui amanat sebuah cerita kita harus membacanya dengan tuntas.

2.1.4 Hakikat Media Audio a. Konsep Media Pembelajaran

(10)

sebagai audio atau suara. Telinga normal hanya mampu mendengar suara dalam rentang frekuensi antara 20 sampai 20.000 Hertz. Suara itu bisa berupa kata-kata atau ucapan, musik, bunyi-bunyi, dan sebagainya. Media berasal dari kata “Medium” yang berarti pengantar atau perantara, yaitu pengantar/perantara sumber pesan dengan penerima pesan. (Anitah 2008 : 61) Jadi media audio yaitu media untuk menyampaikan pesan atau rangkaian pesan hanya melalui suara.

Sadiman (2005 : 85) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sulaiman (2011) dalam situsnyan berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.

Sadiman (2007 : 87) mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta pengetahuan siswa bertambah lebih banyak sehingga proses mengajar terjadi. Pernyataan ini nampaknya tidak hanya sekedar memberi arti dan fungsi, tetapi lebih dikhususkan pada pengertian media mengajar ataupun media pendidikan. Hamdani (dalam Misda 2005:73) mengemukakan pengertian media pendidikan itu yaitu media dalam arti umum adalah semua bentuk perantaraannya dipakai orang menyebarkan ide, sehingga gagasan itu sampai pada penerima.

Hamdani (2005 : 88) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan

(11)

maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.

Sedangkan yang dimaksud media pendidikan adalah penggunaan diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang biasanya sudah di tuangkan dalam GBPP (Garis Besar Program Pengajaran) dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar Hamdani (dalam Misda 2005:93)

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diberikan, maka media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.

b. Hakikat Media Audio berupa kaset

Arsad (dalam Wibawa, 2008 : 102) mengemukakan bahwa media audio dapat berupa Radio, Tape recorder dan kaset. Media audio yaitu media untuk menyampaikan pesan atau rangkaian pesan hanya melalui suara. Media audio mempunyai sifat yang khas, yaitu; (1) hanya mengandalkan suara (indera pendengaran), (2) Personal cenderung satu arah, (3) mampu menggugah imaginasi.

Media Audio (media dengar) adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indera dengar dan memanipulasi unsur bunyi atau suara semata (Setyosari dan Sihkabuden, 2005: 148; Yudhi Munadi, 2008). Suara adalah

(12)

fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitude yang berubah secara kontinyu terhadap waktu. Suara di antaranya berarti bunyi yang dikeluarkan dari mulut manusia, bunyi binatang, ucapan (perkataan), dan bunyi bahasa (bunyi ujar). Dari itu, dilihat dari sifat pesan yang diterima, media audio ini bisa menyampaikan pesan verbal maupun non verbal. Pesan verbal berupa bahasa lisan atau kata-kata, sedangkan pesan non verbal berwujud bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutuan, gumam, musik, dan lain-lain. Poerwadarminta (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007 : 104).

Pertumbuhan media jenis ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang perkembangan teknologi di bidang komunikasi suara. Samsul F.B.Morse (dalam Sadiman, 2007 : 123) mengirim berita lewat kawat dari Baltimore ke Washington, maka lahirlah Telegrafi. Kemudian Alexander Graham Bell berpikir, kalau bunyi bisa disalurkan melalui kawat, mengapa suara tidak? Maka Bell melalukan percakapan lewat telepon. Kemudian dalam rentang waktu yang tidak begitu lama (9 tahun) suara manusia dapat disiarkan ke seluruh dunia melalui radio. Kemudian lahir alat perekam suara dari tangan Thomas Edison dengan ditemukannya alat Phonograf. Melalui alat ini orang merekam suara melalui piringan hitam. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka orang dapat merekam suara dengan alat perekam yang disebut Casette tape Recorder (Setyosari dan Sihkabuden, 2005). Kini media ini semakin berkembang dengan ditemukannya pelbagai perangkat baru yang bersifat digital seperti compact disc (CD), hard disc, flash disc, dan lain lain.

(13)

Sedangkan pendengaran adalah alat untuk mendengarkan. Sebelum Johanes Gutenberg menemukan mesin cetak, kebanyakan informasi disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan. Banyak orang menghabiskan waktu untuk mendengarkan daripada untuk melakukan metode komunukasi lainnya. Dari hasil penelitian Barker dan rekan-rekannya mereka, menemukan bahwa rata-rata mahasiswa menggunakan 53% dari waktu bangunnya untuk mendengarkan.

Menurut Munadi (2008), mendengar sesungguhnya suatu proses rumit yang melibatkan empat unsur penting, yaitu: 1). Mendengar, 2). memperhatikan, 3). Memahami, 4). Mengingat. Jadi mendengarkan adalah proses selektif untuk mendengar, memperhatikan, memahami dan mengingat simbol-simbol.

Media audio Menurut sadiman ( 2005:49 ) adalah media untuk menyampaikan pesan yang akan disampaikan dalam bentuk lambang-lambang auditif, baik verbal (kedalam kata – kata atau bahasa lisan ) maupun non verbal.

Sedangkan menurut sudjana dan Rivai ( 2003 :129 ) media audio untuk pengajaran adalah bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif ( pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan sisiwa sehingga terjadi proses belajar mengajar. Pengembangan media audio sama halnya dengan pengembangan media lainnya, yang secara garis besar meliputi kegiatan perencanaan, produksi dan evaluasi. Dalam perencanaan meliputi kegiatan – kegiatan penentuan tujuan, menganalisis keadaan sasaran, penentuan materi, format yang akan dipergunakan dan penulisan skrip. Sedangkan produksi adalah kegiatan perekaman bahan, sehingga seluruh program yang telah direncanakan dapat direkan dalam pita suara atau piringan

(14)

suara. Dan untuk evaluasi dimaksudkan sebagai kegiatan untuk menilai program apakah program tersebut bisa dipakai apa tidak, atau perlu direvisi.

Briggs (dalam Sadiman 2005 : 145) mengatakan bahwa media audio pembelajaran yaitu sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau rangkaian pesan materi pembelajaran melalui suara. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa Program audio dalam bentuk kaset merupakan program yang dirancang untuk diperdengarkan kepada pendengar. Program audio ini direkam dan disimpan pada alat penyimpan, dapat dalam kemasan berupa kaset, ataupun CD. Untuk mendengarkan isi audio ini diperlukan alat pemutar, misalnya tape recorder kemasan kaset dan cd player untuk kemasan CD. Ketika mendengarkan audio ini kontrol sepenuhnya berada ditangan pendengar. Pendengar dapat mematikan, menghentikan sementara, ataupun mempercepatnya. Media audio mempunyai tiga elemen yang dapat diolah dan

diexplorasi untuk membuat suatu media audio menarik, yaitu unsur kata, unsur musik, unsur efek suara.

2.1.5 Fungsi Media Audio

Fungsi media audio menurut Arsyad (dalam Ai Eska Hudaya, 2012:15) antara lain :

a. Sebagai alat perantara dalam pembelajaran

b. alat yang dapat membantu proses belajar mengajar untuk memperjelas makna

pesan yang disampaikan,

c. alat yang sangat dibutuhkan oleh seorang guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dan dalam mengefektifkan proses belajar siswa

(15)

d. alat bantu untuk mempermudah komunikasi antara guru dan siswa.

e. Alat yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan.

f. Sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

g. Penggunaan media audio dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”.

Sedangkan menurut Danim (dalam E Chylin 2009) fungsi media audio adalah a. Rekaman dapat memberikan bermacam- macam bahan pelajaran dikelas

b. Menjadikan pelajaran lebih kongkret, Bahan yang diperoleh asli c. Masyarakat dapat dibawa kedalam kelas melalui rekaman d. Mendorong berbagai kegiatan belajar serta motivasi belajar

e. Rekaman akan memberikan latihan Efisiensi dalam pengajaran bahasa.

2.1.6 Langkah-langkah Penggunaan Media Audio dalam Pembelajaran Menurut Nana Sudjana (2001: 131-132) langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menggunakan media audio didasarkan pada sistem pemanfaatannya dalam kegiatan pengajaran. Langkah-langkah tersebut adalah: a. Langkah Persiapan

(16)

1) Persiapan dalam merencana, berkonsultasi tentang materi dan perencanaan.

2) Berikan pengaran khusus terhadap ide-ide yang sulit bagi siswa yang akan dikemukakan dalam materi.

3) Kelompok sasaran harus diperhitungkan, apakah perorangan atau kelompok kecil, ataukah besar.

4) Usahakan sasaran harus dalam keadaan siap. 5) Periksa peralatan yang akan dipergunakan. b. Langkah Penyajian

1) Sajikan dalam waktu yang tepat dengan kebiasaan atau cara mereka mendengarkan.

2) Atur situasi ruangan.

3) Berikan semangat untuk mulai mendengarkan dan mulai konsentrasi terhadap permasalahan yang akan dihadapi

c. Tindak Lanjut

Dalam tahap tindak lanjut ini diadakan pembahasan dengan siswa tentang cerita rakyat yang telah disimaknya melalui pemberian tugas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pada cerita rakyat yang telah disimaknya tadi kemudian siswa dikelompokkan untuk berdiskusi menyuruh perwakilan kelompoknya untuk menceritakan kembali cerita yang telah disimaknya di depan kelas.

2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan Media audio a. Kelebihan Media Audio

(17)

Sadiman ( dalam Sulaiman 2011 : 50 ) , adalah

1) Harga murah dan variasi program lebih banyak dari pada TV. 2) Sifatnya mudah untuk dipindahkan.

3) Dapat digunakan bersama – sama dengan alat perekam radio, sehingga dapat diulang atau diputar kembali.

4) Dapat merangsang partisifasi aktif pendengaran siswa, serta dapat mengembangkan daya imajinasi seperti menulis, menggambar dan sebagainya. 5) Dapat memusatkan perhatian siswa seperti membaca puisi, sastra, menggambar

musik dan bahasa.

Kelebihan lainnya dari Media Audio, Sadiman (dalam Sulaiman 2011:51), yaitu :

1) Dapat menggantikan Guru dengan lebih baik, misalnya menghadirkan ahli dibidang-bidang tertentu, sehingga kelemahan guru dalam mengajar tergantikan. 2) Pelajaran lewat radio bisa lebih bermutu baik dari segi ilmiah maupun metodis. Ini

mengingat Guru kita terkadang jarang mempunyai waktu yang luang dan sumber untuk mengadakan penelitian.

3) Dapat menyajikan laporan seketika, karena biasanya siaran – siaran yang aktual itu dapat memberikan kesegaran pada sebagian besar topik.

4) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

Sedangkan kelebihan Media Audio, menurut Arsyad ( 2003 : 45 ) , adalah : 1) Merupakan peralatan yang sangat murah dan lumrah sehingga mudah

(18)

2) Rekaman dapat digandakan untuk keperluan perorangan sehingga isi pesan dapat berada ditempat secara bersamaan.

3) Merekam peristiwa atau isi pelajaran untuk digunakan kemudian. 4) Rekaman dapat digunakan sendiri sebagai alat diagnosis guna untuk membantu

meningkatkan keterampilan membaca, mengaji dan berpidato. 5) Dalam pengoperasiannya relatif sangat mudah.

b. Kekurangan Media Audio

Kekurangan Media Audio, Arsyad( 2003 : 46 ) , adalah :

1) Dalam suatu rekaman sulit menemukan lokasi suatu pesan atau informasi, jika pesan atau informasi tersebut berada ditengah-tengah pita, apalagi jika radio, tape tidak memiliki angka-angka penentuan putaran.

2) Kecepatan rekaman dan pengaturan trek yang bermacam-macam menimbulkan kesulitan untuk memainkan kembali rekaman yang direkam pada suatu mesin perekam yang berbeda.

Sedangkan menurut Rivai ( 2005 : 131 ) penggunaan Media Audio dalam dunia pengajaran memiliki kekurangan antara lain :

1) Memerlukan suatu pemusatan pada suatu pengalaman yang tetap dan tertentu, sehingga pengertiannya harus didapat dengan cara belajar khusus.

2) Media Audio yang menampilkan symbol digit dan analog dalam bentuk auditif adalah abstrak, sehingga pada hal-hal tertentu memerlukan bantuan pengalaman visual.

(19)

3) Karena abstrak, tingkatan pengertiannya hanya bisa dikontrol melalui tingkatan penguasaan pembendaharaan kata-kata atau bahasa, serta susunan kalimat. 4) Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah

mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak.

5) Penampilan melalui ungkapan perasaan atau symbol analog lainnya dalam bentuk suara harus disertai dengan perbendaharaan pengalaman analog tersebut pada si penerima. Bila tidak bisa maka akan terjadi kesalah pahaman.

2.1.8 Penerapan Media Audio berupa Kaset untuk Meningkatkan Kemampuan siswa kelas V dalam Mengungkapkan isi cerita rakya

Berdasarkan pendapat ahli, Mulyati (2008 : 99) bahwa ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam penggunaan program audio berupa kaset sebagai media pengajaran. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: a. Langkah persiapan guru, memilih cerita anak yang tepat kemudian merekam cerita

tersebut dalam sebuah kaset atau CD b. Mempersiapkan kelas

c. Langkah penyajian,berupa pemutaran film atau cerita anak dengan menggunakan tape recorder

d. Aktivitas lanjutan berupa tanya jawab

Di atas merupakan salah satu cara dalam menerapkan media audio dalam pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam meningkatkan kemampuan siswa kelas V dalam mengungkapkan kembali isi cerita rakyat dengan menggunakan media audio, dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Guru membagi siswa dalam 4 kelompok yang beranggotakan 3-4 orang

(20)

c. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) dengan menanyakan tokoh, sifat tokoh, latar dan amanat yang ada dalam cerita rakyat

d. Masing-masing kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan

memastikan setiap anggota kelompok bisa bekerja sama dan mengetahui jawabannya.

e. Setiap perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan di depan

kelas

f. Guru meluruskan dan melengkapi setiap jawaban dari siswa

g. Setelah itu, guru memerintahkan kepada setiap siswa untuk dapat

mengungkapkan atau menceritakan kembali secara lisan isi cerita rakyat yang di dengar dari media audio

h. Guru mengadakan evaluasi pembelajaran

i. Kesimpulan

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

a. Hasil penelitian Sulastri Nangili (2008) tentang Meningkatkan Kemampuan Menyimak Siswa Kelas VI Melalui Penggunaan Media Audio (Tape-Recorder) dengan media ini perhatian dan partisipasi siswa akan meningkat karena siswa menyimak dengan cermat sehingga siswa dapat meniru dan mempraktekkannya bunyi bahasa berulang-ulang dan siswa akan memiliki keterampilan berbicara melalui menyimak menggunakan media audio dan dengan pertimbangan media mudah diperoleh dan dapat menunjang peneliti dalam pengajaran menyimak.

(21)

b. Endang H. Pakaya (2010) tentang Meningkatkan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Melalui Media Auido Visual Pada Siswa Kelas VI. Melalui penelitiannya dia mengungkap bahwa dalam penggunaan Media Audio dapat meningkatkan respon dan perhatian siswa sehingga memudahkan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Model pembelajaran seperti ini dapat melatih siswa untuk memahami substansi materi dengan daya simak sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan. Dan media ini juga sangat mudah didapat dan murah.

Dari penelitian di atas menunjukkan penggunaan media audio berpengaruh terhadap motivasi, minat dan hasil belajar siswa. Media itu pula membantu siswa dalam keberhasilan belajarnya. Karena media tersebut meningkatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Pada penelitian ini penulis menekankan pada penggunaan media audio dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam mengungkapkan kembali isi cerita rakyat pada siswa kelas V.

2.3 Hipotesis Tindakan

Yang menjadi hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN NO. 3 Tabongo Timur Kecamatan Tabongo menggunakan media audio, maka kemampuan siswa mengungkapkan kembali isi cerita rakyat akan meningkat.

2.4 Indikator Kinerja

Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika jumlah siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang kemampuan mengungkapkan kembali isi cerita dengan

(22)

menggunakan Media audio yaitu terjadi peningkatan dari 4 orang siswa (25%) bertambah menjadi 8 orang siswa (75%) dari 16 orang siswa yang dikenai tindakan akan memperoleh nilai minimal 75.

Referensi

Dokumen terkait

Dari model tersebut penulis memilih variabel yang telah disesuaikan dan cocok dengan penelitian yang akan dilakukan pada sistem informasi pemasaran berbasis website pada

Allah lebih mengetahui apa yang terbaik bagi diri kita daripada diri kita sendiri, karena Dia adalah Zat yang Maha Bijaksana, Dia tak akan meletakkan sesuatu

Secara nasional saat ini wilayah perbatasan laut menghadapi sejumlah permasalahan, antara lain, belum selesainya penetapan batas wilayah dengan negara tetangga, kemudian

memiliki divisi internal auditor serta diaudit oleh kantor akuntan publik (KAP) the big four cenderung mengharapkan penyelesaian audit secepat mungkin sehingga mampu mengumumkan

Kegiatan pada hari pertama (penyampaian materi) ini diberikan oleh narasumber secara virtual dan diikuti sebanyak 30 guru-guru MGMP Kota Musi Rawas, dengan rincian

Puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala anugerah dan berkat yang melimpah bagi penulis sehingga penulisan karya tulis ilmiah dengan judul

Berdasarkan tabel 4.9 di atas maka keterampilan siswa melaksanakan pembelajaran Aqidah Akhlak melalui pendekatan kooperatif tipe STAD, dalam observasi tergolong

Oleh karena itu diperlukannya kesadaran dalam diri Polisi Lalu lintas untuk menanamkan kepercayaan akan bahaya / ancaman yang akan ditimbulkan oleh polusi udara; adanya