• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Sembiring, 2004).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Sembiring, 2004)."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Posyandu 2.1.1 Pengertian Posyandu

Posyandu merupakan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (Kemenkes, 2011).

UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas puskesmas, serta lintas sektor dan lembaga terkait lainnya (Kemenkes, 2011).

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Sembiring, 2004).

Posyandu merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan khususnya kesehatan, dengan menciptakan kemampuan untuk hidup sehat dalam mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal (Syafrudin, dkk 2009).

(2)

2.1.2 Tujuan Posyandu

Menurut Kemenkes (2011), tujuan Posyandu sebagai berikut :

Tujuan Umum : Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

Tujuan Khusus :

a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

2.1.3 Sasaran Posyandu

Menurut Kemenkes (2011), sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:

1. Bayi 2. Anak balita

3. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui 4. Pasangan Usia Subur (PUS)

(3)

2.1.4 Fungsi Posyandu

Menurut Kemenkes (2011), adapun fungsi posyandu adalah sebagai berikut :

1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan AKABA.

2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB danAKABA.

2.1.5 Manfaat Posyandu

Manfaat posyandu menurut Kemenkes (2011) adalah : 1. Bagi Masyarakat

a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

b. Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.

c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan pelayanan sosial dasar sektor lain terkait

2. Bagi Kader, Pengurus Posyandu dan Tokoh Masyarakat

a. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA

(4)

b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA

3. Bagi Puskesmas

a. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer.

b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.

c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat. 4. Bagi sektor lain

a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi setempat.

b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sektor.

2.1.6 Kegiatan Posyandu

Kegiatan Posyandu menurut Kemenkes (2011), terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut:

(5)

A. Kegiatan Utama

1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) a. Ibu Hamil

b. Ibu Nifas dan Menyusui c. Bayi dan Anak balita

Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orang tua di bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita.

Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:

1) Penimbangan berat badan 2) Penentuan status pertumbuhan 3) Penyuluhan dan konseling

4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

2) Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB. 13

(6)

Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant.

3) Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu hamil.

4) Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT), suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes.

5) Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.

B. Kegiatan Pengembangan/Tambahan

Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan Posyandu dengan kegiatan baru, di samping 5 (lima) kegiatan utama yang telah ditetapkan. Kegiatan baru tersebut misalnya: perbaikan kesehatan lingkungan, pengendalian

(7)

penyakit menular, dan berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu yang seperti ini disebut dengan nama Posyandu Terintegrasi.

Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya di atas 50%, serta tersedia sumber daya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat yang tercermin dari hasil Survey Mawas Diri (SMD) dan disepakati bersama melalui forum Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah diselenggarakan antara lain:

1. Bina Keluarga Balita (BKB). 2. Kelas Ibu Hamil dan Balita.

3. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB), misalnya: Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Demam Berdarah Dengue (DBD), gizi buruk, Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum.

4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

5. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

6. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman

7. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan, melalui Taman Obat Keluarga (TOGA).

8. Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.

(8)

9. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas). 10. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).

11. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).

12. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang masalah kesejahteraan sosial.

2.1.7 Penyelenggaraan Posyandu

A. Waktu Penyelenggaraan

Posyandu buka satu kali dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih, sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka Posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan.

B. Tempat Penyelenggaraan

Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelenggaraan tersebut dapat di salah satu rumah warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat.

C. Penyelenggaraan Kegiatan

Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh Kader Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Pada saat penyelenggaraan Posyandu minimal jumlah kader adalah 5 (lima) orang. Jumlah ini sesuai dengan jumlah langkah yang dilaksanakan oleh Posyandu, yakni yang mengacu pada sistem 5 meja.

(9)

D. Tugas dan Tanggung jawab Para Pelaksana

Terselenggaranya pelayanan Posyandu melibatkan banyak pihak. Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam menyelenggarakan Posyandu adalah sebagai berikut :

1. Kader

Sebelum hari buka Posyandu, antara lain:

a. Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat.

b. Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu. c. Mempersiapkan sarana Posyandu.

d. Melakukan pembagian tugas antar kader.

e. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.

f. Mempersiapkan bahan Pemberi Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan.

Pada hari buka Posyandu, antara lain:

a. Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu.

b. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke Posyandu.

c. Mencatat hasil penimbangan di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau Kartu Menuju Sehat (KMS) dan mengisi buku register Posyandu. d. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) pada ibu hamil dan WUS. e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi

sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT.

(10)

f. Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai kewenangannya.

g. Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas kesehatan melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.

Di luar hari buka Posyandu, antara lain:

a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu: ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui serta bayi dan anak balita.

b. Membuat diagram batang (balok) tentang jumlah semua balita yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu, jumlah balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA, jumlah balita yang datang pada hari buka Posyandu dan jumlah balita yang timbangan berat badannya naik.

c. Melakukan tindak lanjut terhadap 1. Sasaran yang tidak datang.

2. Sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan.

d. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka .

e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan.

(11)

2. Petugas Puskesmas

Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di Posyandu satu kali dalam sebulan. Dengan perkataan lain kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas tidak pada setiap hari buka Posyandu (untuk Posyandu yang buka lebih dari 1 kali dalam sebulan). Peran petugas Puskesmas pada hari buka Posyandu antara lain sebagai berikut:

a. Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu.

b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana di langkah 5 (lima). Sesuai dengan kehadiran wajib petugas Puskesmas, pelayanan kesehatan dan KB oleh petugas Puskesmas hanya diselenggarakan satu kali sebulan. Dengan perkataan lain jika hari buka Posyandu lebih dari satu kali dalam sebulan, pelayanan tersebut diselenggarakan hanya oleh kader Posyandu sesuai dengan kewenangannya.

c. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling kesehatan, KB dan gizi kepada pengunjung Posyandu dan masyarakat luas.

d. Menganalisa hasil kegiatan Posyandu, melaporkan hasilnya kepada Puskesmas serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan Posyandu.

e. Melakukan deteksi dini tanda bahaya umum terhadap Ibu Hamil, bayi dan anak balita serta melakukan rujukan ke Puskesmas apabila dibutuhkan.

(12)

3. Stakeholder (Unsur Pembina dan Penggerak Terkait)

a. Camat, selaku penanggung jawab Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu kecamatan:

1) Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut kegiatan Posyandu.

2) Memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan kinerja Posyandu.

3) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu secara teratur.

b. Lurah/Kepala Desa atau sebutan lain, selaku penanggung jawab Pokja Posyandu desa/kelurahan:

1) Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan Posyandu.

2) Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat hadir pada hari buka Posyandu

3) Mengkoordinasikan peran kader Posyandu, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan Posyandu.

4) Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandu bersama Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Lembaga Kemasyarakatan atau sebutan lainnya.

5) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu secara teratur.

(13)

c. Instansi/Lembaga Terkait:

1) Badan / Kantor / Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) berperan dalam fungsi koordinasi penyelenggaraan pembinaan, penggerakan peran serta masyarakat, pengembangan jaringan kemitraan, pengembangan metode pendampingan masyarakat, teknis advokasi, fasilitasi, pemantauan dan sebagainya. 2) Dinas Kesehatan, berperan dalam membantu pemenuhan pelayanan

sarana dan prasarana kesehatan (pengadaan alat timbangan, distribusi Buku KIA atau KMS, obat-obatan dan vitamin) serta dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan.

2.1.8 Langkah Kegiatan Posyandu

Langkah Kegiatan Pelaksana

Pertama Pendaftaran Kader

Kedua Penimbangan Kader

Ketiga Pengisian KMS Kader

Keempat Penyuluhan Kader

Kelima Pelayanan

Kesehatan

Kader atau kader bersama

petugas kesehatan

Sumber : Kemenkes 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan posyandu

2.1.9 Tingkatan Perkembangan Posyandu

Perkembangan masing-masing Posyandu tidak sama. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing Posyandu juga berbeda. Untuk 21

(14)

alat telaahan perkembangan Posyandu, yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirian Posyandu. Tujuan telaahan adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut :

1)

Posyandu Pratama

Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, di samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader. 2) Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu. Contoh intervensi yang dapat dilakukan antara lain:

a) Pelatihan tokoh masyarakat, menggunakan Modul Posyandu dengan metode simulasi.

(15)

b) Menerapkan Survey Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) di Posyandu, dengan tujuan untuk merumuskan masalah dan menetapkan cara penyelesaiannya, dalam rangka meningkatkan cakupan Posyandu.

3) Posyandu Purnama

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% Kepala Keluarga (KK) di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain:

a) Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk memantapkan pemahaman masyarakat tentang dana sehat. b) Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh

dana sehat yang kuat, dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta pelatihan adalah para tokoh masyarakat, terutama pengurus dana sehat desa/kelurahan, serta untuk kepentingan Posyandu mengikutsertakan pula pengurus Posyandu.

(16)

4) Posyandu Mandiri

Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% Kepala Keluarga (KK) yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan masing-masing.

2.2 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

2.2.1 Pengertian Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan proses pendayafungsian layanan kesehatan oleh masyarakat. Menurut Levey dan Loomba (1973), yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Ilyas, 2003).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang atau kelompok. Menurut Notoatmojo (2012)

(17)

perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan.

2.2.2 Teori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan 2.2.2.1 Teori Dever

Menurut Dever (1984), Dever mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor-faktor tersebut, yaitu :

A. Faktor sosio budaya mencakup teknologi dan norma-norma yang berlaku. B. Faktor organisasi meliputi ada tidaknya fasilitas pelayanan kesehatan,

kemudahan secara geografis, acceptability, affordability, struktur organisasi, dan proses pelayanan kesehatan.

C. Faktor yang berhubungan dengan konsumen, meliputi derajat sakit, mobilitas penderita, cacat yang dialami, sosio demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan), sosio psikologi (persepsi sakit, kepercayaan dsb), sosio ekonomi (pendidikan, pendapatan, pekerjaan, jarak tempat tinggal dengan pusat pelayanan kesehatan).

D. Faktor yang berhubungan dengan provider, meliputi kemampuan petugas dalam menciptakan kebutuhan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, karakteristik provider (perilaku dokter, paramedis, jumlah dan jenis dokter, peralatan yang tersedia, serta penggunaan teknologi canggih). 25

(18)

2.2.2.2 Teori Pride

Menurut Pride dalam Santoso (2004), disebutkan ada beberapa faktor – faktor yang dapat mempengaruhi individu dalam memanfaatkan suatu pelayanan kesehatan. Faktor tersebut yaitu :

A. Faktor Pribadi

1. Demografi : usia, jenis kelamin, suku bangsa, siklus kehidupan keluarga dan pekerjaan.

2. Situasional : keadaan eksternal yang mempengaruhi kepuasan individu.

3. Tingkat keterlibatan : banyak aspek dalam keputusan dipengaruhi oleh tingkat keterlibatan individu tersebut termasuk besarnya minta individu.

B. Faktor Psikologis

1. Persepsi merupakan proses pemilihan, pengorganisasian dan penginterpretasian informasi yang diperolehnya untuk menghasilkan makna.

2. Motif merupakan kekuatan internal yang mengarahkan kegiatan seseorang kearah pemenuhan kebutuhannya.

3. Pengetahuan merupakan konsekuensi dari keputusan menggunakan suatu jasa pelayanan kesehatan yang memuaskan adalah kecenderungan diulangi kembali.

(19)

4. Sikap adalah ketika masyarakat memiliki sikap yang negatif terhadap salah satu aspek pelayanan kesehatan, maka kemungkinan masyarakat tersebut berhenti untuk datang kembali.

5. Kepribadian umumnya produk yang digunakan seseorang kemungkinan mencerminkan satu atau beberapa dari arti kepribadian orang yang bersangkutan.

C. Faktor Sosial

1. Peran dan pengaruh keluarga : peran keluarga berkaitan langsung dengan keputusan dalam penggunaan.

2. Kelempok referensi : dapat berfungsi sebagai titik perbandingan dan sumber informasi bagi seorang individu.

3. Kelas sosial : berpengaruh terhadap keputusan termasuk dalam penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan, pola pemeriksaan dan jenis tempat pelayanan kesehatan yang dipilihnya.

4. Budaya : mencakup nilai-nilai dan perilaku yang diterima di dalam masyarakat tertentu dan umumnya diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

2.3 Faktor Sosio Ekonomi 2.3.1 Pendidikan Ibu

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat sesuatu dan mengisi kehidupan dalam mencapai 27

(20)

informasi, misalnya informasi tentang manfaat Posyandu. Seperti YB Mantra yang dikutip Notoatmojo (2012), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang.

2.3.2 Pekerjaan Ibu

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Menurut Hastono (2009) dalam Suryaningsih (2012) bahwa suatu pekerjaan dari seseorang akan memberikan pengalaman belajar terhadap yang bersangkutan baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan secara finansial ataupun psikologis.

2.3.3 Waktu Kerja Ibu

Waktu kerja adalah jadwal kegiatan bekerja seseorang.

2.4 Pengetahuan

Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan

(21)

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, 29

(22)

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.5 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmodjo, 2012). Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut :

“An individual’s social attitude is a syndrome of response consistency with regard to social object”(Campbell, 1950).

(23)

“Attitude entails an existing predisposition to response to social objects which in interaction with situational and other dispositional variable, guide and direct the overt behavior of the individual”(Cardno, 1955).

Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

a. Komponen pokok sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmojo (2012) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok.

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

(24)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

b. Berbagai tingkatan sikap

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan sebagai berikut :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

(25)

2.6 Kerangka Konsep Variabel Independen

V

Variabel Independen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.7 Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pendidikan ibu terhadap pemanfaatan Posyandu 2. Ada pengaruh pekerjaan ibu terhadap pemanfaatan Posyandu 3. Ada pengaruh waktu kerja ibu terhadap pemanfaatan Posyandu 4. Ada pengaruh pengetahuan ibu terhadap pemanfaatan Posyandu 5. Ada pengaruh sikap ibu terhadap pemanfaatan Posyandu

Sosio-Ekonomi

- Pendidikan

- Pekerjaan

- Waktu Kerja

Pemanfaatan Posyandu Oleh Ibu Balita Pengetahuan

Sikap

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

1 Tidak adanya marka tepi dan marka tengah sehingga menyebabkan pengemudi sepeda motor yang lebih rentan keluar dari jalur. Melakukan pengecatan marka tepi dan marka

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam perancangan tata akustik gedung pertunjukan adalah: kekerasan (loudness)

Pekerjaan pemasangan rambu-rambu tambang yang harus dikerjakan oleh pihak kontraktor ataupun perusahaan yang meliputi : papan blok, pita elevasi, pita batas lahan, pita

Pola ini memiliki bayangan atas yang panjang dengan sedikit atau tidak ada bayangan yang lebih rendah, dan pola kecil didekat titik terendah dari sebuah sesi yang berkembang

Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai daya dukung lapis pondasi kelas B pada ruas jalan Tugu-Munajah tidak memenuhi nilai daya dukung yang disyaratkan, dimana

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh kesenangan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan pada Salon Agung di Kabupaten Gianyar Tahun 2013,

Sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka akan dilakukan pembangunan perangkat lunak administrasi kependudukan dengan objek kasus di Desa

Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran PKn dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT yang dilaksanakan dapat meningkatkan motivasi belajar