• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran PKn di SD

Menurut Geoch dalam Sardiman (2011: 19) menyatakan belajar adalah perubahan performa sebagai hasil latihan. Dapat dimaknai pula bahwa belajar merupakan proses atau kegiatan dan bukan hasil atau tujuan (Hamalik, 2010: 27). Pembelajaran PKn pada dasarnya dapat dimaknai sebagai model pendidikan yang berdimensi nilai (agama, nilai budaya, pendidikan, nasionalisme), moral, dan norma yang menjadikan seseorang mampu menentukan sikap terhadap norma atau dinamika kehidupan. Pendidikan PKn dirancang untuk memberikan untuk memberikan pengertian tentang pengetahuan dan kemampuan dasar yang berhubungan dengan interaksi sosial (Subagyo, 2007: 10).

Menurut Chamim dalam Aryani (2010: 40) berpendapat bahwa PKn bagi bangsa Indonesia berarti pendidikan mental, nilai, dan menjunjung tinggi demokrasi sehingga terwujud masyarakat yang demokratis. Berdasarkan kurikulum 2006 materi PKn mempunyai beberapa tujuan a). mengembangkan pengetahuan dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, b). mengembangkan kemampuan berfikir anak, c). membangun komitmen dan kesadaran diri terhadap nilai-nilai kemanusiaan, d). meningkatkan kemampuan berkompetisi dan berkerjasama dalam masyarakat.

Mata pelajaran PKn harus berfungsi sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab. Peran PKn dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, melalui pemberian keteladanan, pembangunan kemauan, dan pengembangan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Melalui PKn sekolah perlu di kembangkan sebagai pusat pengembangan wawasan, sikap, dan keterampilan hidup dan berkehidupan yang demokratis untuk membangun kehidupan demokrasi.

Standar kompetensi PKn merupakan seperangkat kompetensi PKn yang dibukukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran PKn. Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator

(2)

dan materi pokok untuk setiap aspeknya. Pencapaian tujuan PKn dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran PKn yang diitujukan bagi siswa kelas IV SD N Sarirejo 03 Pati disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn kelas IV

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Pemerintahan Desa

1. Memahami sistem pemerintahan desa

1.1 Mengenal lembaga –lembaga dalam susunan pemerintahan desa

1.2 Menggambarkan struktur organisasi desa

Pemerintahan Kabupaten, kota dan propinsi

2. Memahami sistem pemerintahan kabupaten,kota dan propinsi

2.1 Mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten dan propinsi 2.2 Menggambarkan struktur organisasi

Kabupaten. Kota dan propinsi

2.1.2 Hasil Belajar

Dalam proses pengajaran, proses belajar memegang peranan yang sangat penting. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar pesera didik. Sehingga, penting bagi guru memahami tentang proses belajar peserta didik, agar guru dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat bagi peserta didik.

Hasil belajar adalah perolehan skor yang dicapai oleh siswa ketika mengikuti maupun setelah mengikuti kegiatan belajar. Besarnya hasil tersebut menunjukkan gambaran penguasaan sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa yang berwujud skor

(3)

yang diperoleh dari hasil instrumen yang digunakan sebagai alat pengukur keberhasilan. Hasil belajar juga merupakan indikator tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan sebelumnya oleh guru (Djamarah, 2006).

Menurut Gagne dalam Hamdani (2011:48) memaparkan bahwa hasil belajar terdiri dari informasi verbal yang berupa pengetahuan, Keterampilan, intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Hasil belajar menurut Sugandi (2008: 63) mendeskripsikan bahwa hasil belajar merupakan refleksi keleluasaan, kedalaman, dan kekompleksitasan yang digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik penilaian tertentu. Sedangkan menurut (Abdurrahman,1999), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Hasil belajar digunakan guru sebagai alat ukur atau ukuran dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Untuk mengukur hasil belajar siswa digunakan alat penilaian hasil belajar. Teknik penilaian yang digunakan dalam asesmen pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa dapat menggunakan teknik tes dan non tes, Wardani Naniek Sulistya (2012:53) antara lain:

1. Tes

Tes dapat diartikan pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabanya dapat benar atau salah. Menurut Arikunto (2009) tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Poerwanti Endang (2008:1-5) tes merupakan seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penugasannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.

Pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah sejumlah pertanyaan atau soal-soal yang harus dijawab, dilakukan dalam waktu tertentu dan memiliki tujuan tertentu guna mengukur kemampuan seseorang. Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Poerwanti Endang (2008:4-9) sebagai berikut:

(4)

1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan a. Tes tertulis

Tes tertulis adalah tes yang jawabanya secara tertulis berupa pilihan atau isian. b. Tes lisan

Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik dan pendidik.

c. Tes unjuk kerja

Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu mendemonstrasikan atau menampilkan sesuatu.

2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya a. Tes esai (essay-type test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

b. Tes jawaban pendek

Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

c. Tes objektif

Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia.).

2. Non Tes

Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes Poerwanti Endang (2008:3-19 – 3-31) yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah penilaian yang dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap peserta didik selama pembelajaran berlangsung.

(5)

b. Wawancara

Wawancara adalah salah satu bentuk instrument evaluasi jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab baik secara langsung tanpa alat perantara maupun secara tidak langsung. Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi untukk menjelaskan suatu kondisi tertentu, melengkapi penelitian ilmiah atau untuk mempengaruhi situasi atau orang tertentu.

c. Angket

Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (attitude questionnaires). d. Work sample analysis (analisa sampel kerja)

Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya.

e. Task analysis (analisis tugas)

Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

f. Checklists

Suatu daftar yang berisi subjek dan aspek – aspek yang akan di amati. Penilai memberikan tanda centang (v) pada setiap aspek sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan.

g. Portofolio

Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi dan kreativitas peserta didik.

2.1.3 Model pembelajaran Number Head Together (NHT)berbasis CD Pembelajaran Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

(6)

Secara umum pemanfaatan IT dalam pembelajaran adalah proses pembelajaran maya yang dikenal dengan istilah e-learning. Dalam penggunaannya IT tersebut dapat menyampaikan materi yang ada didalam kelas atau luar kelas (Depdiknas 2004: 71)

Menurut Lee (dalam Sanaky 2011: 182) berpendapat bahwa dengan menggunakan media tersebut dapat memberi pengalaman, motivasi, dan meningkatkan pembelajaran, interaksi lebih luas, tidak terpaku pada subjek tunggal, dan memiliki pemahaman global. Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan power point dan cd pembelajaran ini sangatlah efektif dan dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Berikut ini penerapan model pembelajaran NHT berbasis CD Pembelajaran yang diterapkan dalam pemebelajaran PKn adalah :

1. Siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen 2. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor

3. Guru menyampaikan materi menggunakan media CD pembelajaran

4. Guru memberikan tugas atau masalah dan dikerjakan oleh masing-masing kelompok 5. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota

kelompok mengetahui jawabanya

6. Guru memanggil salah satu nomor dan nomor yang dipanggil mempresentasikan hasil kerjasama mereka kelompok yang lain memberikan tanggapan

7. Guru menunjuk nomor yang lain 8. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas terkait fase model pembelajaran NHT, berikut ini kelebihan dan kelemahan dari penerapan model pembelajaran NHT sebagai berikut (Yusti, 2010: 3 dalam http://yusti-arini.blogspot.com) Kelebihan NHT :

1. Setiap siswa menjadi siap semua.

2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. 3. Kerjasama kelompok meningkat

4. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan NHT:

1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru 2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

(7)

2.2 Hasil penelitian yang relevan

Penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan Dite Poniyatun tahun 2010 dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKn Kelas IV SDN 02 Doplang Karangpandan Tahun Pelajaran 2009 / 2010”. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran PKn dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT yang dilaksanakan dapat meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Doplang Karangpandan Karanganyar dilihat dari antusias siswa dalam mengikuti pelajaran dan sebagian besar dari jumlah siswa dikelas tidak mengalami remedial saat ulangan.

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Dite Poniyatun melalui model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang diteliti. Dengan menggunakan model tersebut peneliti mencoba mengkolaborasikan dengan sebuah teknologi penddikan. Jadi peneliti mencoba mengkaji model pembelajaran NHT berbasis CD Pembelajaran.

Yayuk Sri Rahayu tahun 2011 melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar PKn melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) menggunakan CD Pembelajaran siswa Kelas IV SDN Jimbe 03 Kabupaten Blitar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi lembaga pemerintahan. Hal tersebut dapat dilihat pada peningkatan proses belajar siswa pada nilai akhir ulangan semester yang meningkat, walaupun peningkatan tidak signifikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian Farid Ahmadi yang dilakukan pada tahun 2010 dengan penggunaan media CD interaktif pada mata pelajaran PKn. Dalam penelitian tersebut dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas I SD Negeri Tambakaji 04 sebesar 60% dengan kategori baik dan motivasi meningkat sebesar 60 % dengan kategori baik.

Perdana Wira Saputra tahun 2012 melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn Melalui Model Kooperatif Tipe NHT

(8)

Berbasis CD Pembelajaran Siswa Kelas IV SDN Wonosari 03 Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada materi lembaga pemerintahan negara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Dengan menerapkan model pembelajaran NHT berbasis CD Pembelajaran, pembelajaran dapat mengatasi masalah minat siswa dalam pembelajaran PKn di kelas IV SD N Sarirejo 03 Pati, sehingga motivasi siswa meningkat dalam pembelajaran maka diharapkan pula pada kesulitan belajar pada pemahaman konsep-konsep materi PKn seperti materi tentang lembaga pemerintahan pada tiap siswa dapat diatasi dan terjadi peningkatan hasil belajar. Dalam penerapannya IT menggunakan CD pembelajaran sebagai media utama. NHT digunakan sebagai modal guru dalam melakukan pengelolaan kelas dan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Dan peran CD pembelajaran sendiri digunakan siswa sebagai sarana untuk menggali materi dan sarana untuk berdiskusi dan bertanya jawab.

(9)

Gambar I. Kerangka berpikir peningkatkan hasil belajar model NHT menggunakan CD Pembelajaran siswa kelas IV SDN Sarirejo 03.

2. 4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori dan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: dengan menggunakan model pembelajaran NHT berbasis CD pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar PKn tentang lembaga pemerintahan desa siswa kelas IV SDN Sarirejo 03 Pati semester I/2013-2014.

Hasil belajar siswa rendah

Langkah-langkah Pembelajaran dengan menggunakan Model NHT berbasis CD Pembelajaran pada pelajaran PKn :

1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok 2. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor

3. Guru menyampaikan materi menggunakan CD

Pembelajaran

4. Guru memberikan tugas dan dikerjakan oleh masing-masing kelompok

5. Guru memanggil salah satu nomer dan kelompok lain memberikan tanggapan

6. Kesimpulan Penggunaan model

NHT berbasis CD Pembelajaran

Hasil belajar siswa meningkat ≥ KKM

Kegiatan belajar siswa dengan berkelompok

(10)

Gambar

Gambar I.  Kerangka berpikir peningkatkan hasil belajar model NHT menggunakan CD        Pembelajaran siswa kelas IV SDN Sarirejo 03

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Tria Nur Karima pada tahun 2014 dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI pada Siswa

Menurut Kurniasih dan Sani (2015:29) pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) atau Kepala Bernomor Struktur merupakan model yang dapat dijadikan

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran tipe jigsaw memiliki dampak yang positif terhadap kegiatan belajar mengajar,yakni dapat meningkatkan

Dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT maka siswa dapat mengembangkan potensi dirinya, sikap rasa ingin tahu dan meningkatkan prestasi belajar

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat diterapkan pada sebuah kelas di sekolah dasar untuk meningkatkan prestasi belajar dan rasa ingin tahu siswa pada mata

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together NHT dengan Pendekatan Kontekstual Model pembelajaran kooperatif Tipe NHT merupakan salah satu bentuk pembelajaran