BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Zat Pemanis Sintetik
Zat pemanis sintetik merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah daripada gula. Umumnya zat pemanis sintetik mempunyai struktur kimia yang berbeda dengan struktur polihidrat gula alam. Meskipun telah banyak ditemukan zat pemanis sintetik, tetapi hanya beberapa saja yang boleh dipakai dalam bahan makanan dan minuman.
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan citra rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, memperbaiki sifat-sifat kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh, mengembangkan jenis minuman dengan jumlah kalori terkontrol, mengontrol program pemeliharaan dan penurunan berat badan, menngurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama (Eriawan, 2002).
Pemanis memiliki rasa manis 180 kali sukrose, yang disebut dengan aspartame (phenylalanyl-aspartic acid dipeptide). Pada awalnya, dipeptide ini mungkin dapat menyebabkan tumor otak pada tikus dan hewan-hewan laboratorium lain, tetapi didukung oleh pegamatan lain. FDA memperkirakan
dengan fwenilketonurik yang tidak tediagnosis walaupun konsumsi meningkat sampai 3 mg fenilalanin kg/hari. Sebagai dipeptida yang terdiri dari asam amino secara normal konsumsinya dalam jumlah besar (dalam bentuk protein) tidak diharapkan karena pemanis tersebut tebukti berbahaya bagi manusia dan hewan. Sebagai substitusi untuk sakarin, aspartam mempunyai satu kekurangan karena kehilangan rasa manisnya (karena terhidrolisis) kalau lama diekspos dengan air atau panas, oleh karena itu tidak dapat digunakan secara baik dalam persiapan produk suatu bahan makanan (Linder,1992).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 208/Menkes/Per/1V/1985, contoh pemanis buatan adalah sakarin, siklamat, aspartam, dulsin, sorbitol sintetis dan nitro-propoksi-anilin. Diantara berbagai jenis pemanis buatan atau sintetis, hanya beberapa saja yang diizinkan penggunaannya dalam makanan maupun minuman, diantaranya sakarin, siklamat dan aspartam dalam jumlah yang dibatasi atau dengan dosis tertentu.
Sekalipun penggunaannya diizinkan, pemanis buatan dan juga bahan kimia yang lain sesuai peraturan penggunaannya harus dibatasi. Alasannya, meskipun pemanis buatan tersebut aman dikonsumsi dalam kadar yang kecil, tetap saja dalam batas-batas tertentu akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia maupun hewan yang mengkonsumsinya. Pembatasan tersebut dikenal ADI (Acceptable Daily Intake) atau asupan harian yang dapat diterima. ADI merupakan jumlah maksimal pemanis buatan dalam mg/kg berat badan yang dapat dikonsumsi tiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek yang merugikan kesehatan.
Berikut adalah batasan – batasan penggunaan bahan tambahan makanan dan minuman menurut PERMENKES RI dan ADI, Seperti yang dinyatakan pada tabel 2.1 adalah :
Tabel 2.1 Batasan penggunaan bahan tambahan makanan dan minuman menurut PERMENKES RI dan ADI.
ZAT ADIKTIF Batasan PERMENKES RI / kg makanan
Batasan ADI / kg berat badan
BHA 100 mg – 1000 mg 0 – 0,3 mg
BHT 100 mg – 1000 mg 0 – 0,125 mg
Asam asetat Secukupnya Tidak ada batasan
Asam sitrat 5 g – 40 g Tidak ada batasan
Sakarin 50 mg – 300 mg - Siklamat 500 mg – 3 g 0 – 11 mg Aspartame 500 mg -5500 mg 0 – 40 mg Asam benzoat 600 mg – 1 g 0,5 mg Asam sorbat 500 mg – 3 g 0,25 mg MSG Secukupnya 0 – 120 mg Eritrosin 30 mg – 300 mg 0 – 0,6 mg Karmoisin 50 mg – 300 mg 0 – 4 mg Tartrazin 30 mg – 300 mg 0 – 7,5 mg
Caramel 150 mg – 300 mg Tidak ada batasan
Tujuan Penggunaan Pemanis Sintetis
Pemanis ditambahkan ke dalam bahan pangan mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut :
1. Sebagai pangan bagi penderita diabetes melitus karena tidak menimbulkan kelebihan gula darah.
2. Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan.
3. Sebagai penyalut obat, beberapa obat mempunyai rasa yang tidak menyenangkan, karena itu untuk menutupi rasa yang tidak enak dari obat tersebut.Pemanis lebih sering digunakan untuk menyalut obat karena umumnya bersifat higroskopis dan tidak menggumpal.
4. Pada industri pangan, minuman, termasuk industri rokok, pemanis sintetis dipergunakan dengan tujuan untuk menekan biaya produksi (cahyadi,2009).
Kebanyakan industri makanan dan minuman menggunakan campuran pemanis karena adanya campuran pemanis yang dapat menghilangkan sisi lain dari satu . Selain itu pemanis dengan pemanis lainnya, contohnya yang paling umum digunakan sakarin siklamat, adanya asa pahit/getir setelah penggunaan sakarin dapat ditutupi dengan siklamat dan adanya rasa tidak menyenangkan setelah penggunaan siklamat untuk bebetapa orang dapat ditutupi dengan sakarin sakarin-aspartam yang dapat menghilangkan rasa pahit pada sakarin dan dapat menambah daya simpan dari aspartam (Rohman, 2011).
2.2 Kelompok Pemanis
Secara garis besar pemanis secara langsung maupun tidak langsung dibedakan dalam tiga kelompok besar, yaitu :
1. Pemanis berkalori
Pemanis berkalori disebut juga pemanis bergizi, merupakan sumber kalori instan bagi orang-orang sehat terutama bagi kelompok usia yang sedang bertumbuh. Pemanis berkalori memiliki banyak fungsi. Selain memberikan rasa manis pada produk pangan. Juga berguna untuk :
- Menambah berat produk pangan, misalnya pada obat, jamu atau suplemen makanan.
- Memberikan kesegaran pada produk sehingga turut menunjang mutu pangan.
- Sebagai pengisi dalam produk minuman berkarbonasi.
Kategori Pemanis Berkalori antara lain :
a. Gula Kristal (Sukrosa)
Biasanya diperoleh dari tebu,kelapa atau bit. Energi yang dihasilkannya sebesar 4 kalori per gram. Sukrosa inilah yang dinamakan “gula” dalam bahasa sehari-hari.
b. Fruktosa
Secara alamiah fruktosa terdapat pada semua buah-buahan dalam kadar beragam. Fruktosa huga menghasilkan energi sebesar 4 kalori per gram.
Pada orang-orang tertentu, pengonsumsian fruktosa lebih dari 20 gram dapat mengakibatkan diare.
c. Glukosa
Pemanis ini terdapat pada buah-buahan dalam jumlah sangat sedikit. Glukkosa merupakan bentuk kaarbohidrat yang sederhana karena berasal dari proses pencernaan.
d. Madu
Madu merupakan campuran dari fruktosa, glukosa dan air.
e. Laktosa
Secara alamiah terdapat dalam susu. Zat pemanis ini terdiri dari glukosa dan galaktosa.
f. Maltosa
Gula ini dihasilkan melalui fermentasi. Contohnya ditemui pada minuman bir dan roti.
2. Pemanis Kurang Kalori
Pemanis kelompok kurang kalori dikenal sebagai pengganti gula. Perbandingan pemakaiannya 1:1. Artinya untuk menghasilkan tingkat manis yang sama, satu sendok pemanis rendah kalori dapat menggantikan satu sendok gula. Keungggulan pemanis kurang kalori adalah menghasilkan energi lebih sedikit dibandingkan pemanis berkalori.
Kategori Pemanis Rendah Kalori antara lain : a. Poliol monosakarida
b. Poliol Disakarida
Terdiri dari : Laktitol, Isomalt dan Maltitol.
c. Poliol Polisakarida
Terdiri dari : Hidrolisat pati hidrogenasi 3. Pemanis Nonkalori
Umumnya pemanis nonkalori yang tersedia di pasar dibuat dari bahan sintetis atau bahan-bahan kimia. Pemanis nonkalori sintetis ini digunakan industri produk pangan. Senyawa ini bekerja sangat efektif dan efesien dalam mendatangkan rasa manis.Para ahli memang sengaja membuat pemanis nonkalori ini memiliki kadar manis yang kuat, jauh lebih kuat dari manis gula alami atau sukrosa. Tingkat kemanisannya memberikan kemanisan 200 kali lipat lebih tinggi dari manis gula.
Kategori Pemanis Nonkalori antara lain : a. Siklamat
Tingkat kemanisannya 30 kali lipat manis gula.
b. Aspartam
Tingkat kemanisannya sekitar 160-220 kali lebih kuat dari gula.
c. Acesulfan-K
Rasa manisnya sekitar 200 kali lipat manis gula.
d. Sakarin
Menilliki rasa manis 300 kali lipat lebih kuat dibanding gula.
e. Alitam
2.3. Jenis Pemanis Sintetik
2.3.1. Aspartam
Aspartam ditemukan oleh James Schulter pada tahun 1965, ketika mensintesis obat – obatan. Aspartam adalah senyawa metil ester dipeptida, yaitu L-aspartil-L-alanin-metilester dengan rumus C14H16N2O5 memiliki daya kemanisan 100-200 kali sukrosa.
Struktur kimia aspartam dapat dilihat pada gambar 2.3.1 adalah :
Gambar 2.3.1 Struktur Kimia Aspartam
Aspartam yang dikenal dengan nama dagang equal, merupakan salah satu bahan tambahan pangan melalui berbagai uji yang mendalam dan menyeluruh aman bagi penderita diabetes mellitus. Sejak tahun 1981 telah diizinkan untuk dipasarkan. Pada penggunaannya dan minuman ringan,aspartam kurang menguntungkan karena penyimpanan dalam waktu lama akan mengakibatkan turunnya rasa manis. Selain itu aspartam tidak tahan panas sehingga tidak baik digunakan dalam bahan pangan yang diolah melalui pemanasan.
Aspartam terurai menjadi 2 asam amino dan metanol. Asam amino L-asam aspartat dan L-fenilalannin yang merupakan hasil urai aspartam merupakan asam amino penyusun protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak akan menimbulkan efek yang berbahaya. Metanol sebagai
hasil urai aspartam juga tidak menimbulkan efek yang berbahaya. Pada pemakaian aspartam 34 mg/kg berat badan, kadar tersebut tidak melebihi kadar metanol secara alami.
Aspartam tersusun oleh asam amino sehingga di dalam tubuh akan mengalami metabolisme seperti halnya asam amino pada umumnya. Konsumsi harian yang aman (acceptable daily intake) untuk orang dewasa adalah 40 mg/kg berat badan. Peraturan Menkes NO. 722 Tahun 1988 tidak menyebutkan jumlah aspartam yang boleh ditambahkan ke dalam bahan pangan. Hal ini berarti bahwa aspartam masih dianggap aman untuk dikonsumsi.Untuk meningkatkan faktor keamanan dalam penggunaannya, FDA memberikan batas-batas pemakaian yang dianjurkan yaitu ADI untuk aspartam adalah 40 mg/kg berat badan.
Disamping faktor aman, penggunaan aspartam bagi orang yang menderita penyakit keturunan yang dikenal sebagai fenilketonuria perlu mendapat perhatian khusus. Diperkirakan 1 dalam 15.000 orang memiliki kelainan tersebut. Orang yang menderita fenilketonuria tidak mampu memetabolisme fenilalanin, salah satu cara untuk mengobatinya dengan membatasi pemasukan fenilalanin, bukan menghilangkan karena fenilalanin merupakan asam amino esensial yang penting untuk kehidupan. Berlebihnya jumlah fenilalanin pada penderita fenilketonuria dapat menyebabkan terjadinya keterbelakangan mental, karena asam fenilpiruvat yang dibentuk dari fenilalanin akan menumpuk dalam otak (Yuliarti, 2007).
2.3.2. Sakarin
Sakarin ditemukan dengan tidak sengaja oleh Fahbelrg dan Remsen pada tahun1897. Ketika pertama ditemukan sakarin digunakan sebagai antiseptik dan pengawet. Tetapi sejak tahun 1900 digunakan sebagai pemanis. Sakarin dengan rumus C7H5NO3S dan berat molekul 183,18 disintesis dari toluen biasanya tersedia sebagai garam natium.
Struktur kimia sakarin dapat dilihat pada gambar 2.3.2 adalah :
Gambar 2.3.2 Struktur Kimia Sakarin
Nama lain dari sakain adalah 2,3-dihidro-3-oksobenzisulfonasol, benzosulfimida, atau o-sulfobennzimida. Sedangkan nama dagangnya adalah
glucide,garantose, saccarinol, saccarinose, sakarol,saxin, sykose, hermesetas.
Penggunaan sakarin biasanya dicampur dengan bahan pemanis lain sseperti siklamat atau aspartam. Hal itu dimaksudkan untuk menutupi rasa tidak enak dari sakarin dan memperkuat rasa manis. Sebagai contoh kombinasi sakarin dan siklamat dengan perbandingan 1:3 merupakan campuran paling baik sebagai pemanis yang menyerupai gula dalam minuman.
Produk pangan dan minuman yang menggunakan sakarin diantaranya adalah minuman ringan (soft drinks),permen,selai,bumbu salad, gelatin rendah kalori, dan hasil olahan lain tanpa gula(Cahyadi,2006).
2.3.3. Siklamat
Sejak tahun 1950 siklamat ditambahkan kedalam pangan dan minuman. Siklamat biasanya tersedia dalam bentuk garam natrum dari asam siklamat dengan rumus molekul C6H11NHSO3Na. Nama lain dari siklamat adalah natrium sikloheksisulfamat atau natrium siklamat.
Struktu kimia siklamat dapat dilihat pada gambar 2.3.3 adalah
Gambar 2.3.3 Struktur Kimia Siklamat
Tidak seperti sakarin, siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang kurang disenangi. Bersifat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisannya ± 30 kali kemanisan sukrosa. Dalam industri pangan natrium siklamat dipakai sebagai bahan pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi untuk pengganti sukrosa. Siklamat bersifat tahan panas, sehingga sering digunakan dalam pangan yang diproses dalam suhu tinggi misalnya pangan dalam kaleng. Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan rasanya enak (tanpa rasa pahit) tetapi siklamat dan sakrin dapat menimbulkan kanker kantong kemih. Hasil metabolisme siklamat, yaitu sikloheksiamin bersifat karsinogenik. Oleh karena itu ekskresinya melalui urine dapat merangsang pertumbuhan tumor. Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa siklamat dapat menyebabkan atropi, yaitu terjdinya pengecilan testikular dan kerusakan kromosom (Cahyadi,2006).
2.4. Hubungan Sifat Kimia Dan Rasa Manis
Konsep adanya empat rasa pokok (manis, asin, pahit, dan asam) sebenarnya hanya penyederhanaan supaya praktis. Rangsangan yang diterima oleh otak karena rangsangan elektrik yang diteruskan dari sel perasa sebetulnya sangat kompleks. Rasa asin terutama disebabkan oleh rangsangan ion-ion negatif (anion) bahan kimia pada reseptor rasa. Tetapi tidak ada kelompok bahan kimia tertentu yang menyebabkan rasa manis meskipun telah diketahui bahwa struktur molekul sederhana kelompok senyawa-senyawa gula yang terbentuk tertutup sangat merangsang rasa manis. Sampai saat ini mekanisme respons rasa manis belum diketahui dengan baik. Perubahan struktur molekul sedikit saja dapat menghasilkan senyawa dengan rasa yang berbeda.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mengetahui hubungan stuktur kimia bahan pemanis dengan rasa manis adalah
1. Mutu rasa manis.
Faktor ini sangat bergantung dari sifat kimia bahan pemanis dan kemurniannya. Bahan alam yang dapat mendekati rasa manis, kelompok gula yang dapat dipakai sebagai dasar pembuatan bahan pemanis sintesis adalah asam-asam amino. Salah satu dipeptida seperti aspartam memiliki rasa manis dengan mutu yang serupa dengan kelompok gula dan tidak mempunyai rasa ikutan. Sedangkan pada sakarin dan siklamat menimbulkan rasa ikutan pahit yang semakin terasa dengan bertambah bahan pemanis. Rasa pahit tersebut diduga terkait dengan struktur molekulnya, karena dengan pemurnian yang bagaimanapun tidak dapat menghilangkan rasa pahit.
2. Intensitas rasa manis
Intensitas rasa manis menunjukkan kekuatan atau tingkat kadar kemanisan suatu bahan pemanis. Intensitas rasa manis berkaitan dengan nilai relatif rasa manis dalam yang yang sama maupun yang berbeda antara masing-masing bahan pemanis. Masing-masing pemanis berbeda kemampuannya untuk merangsang indra perasa. Kekuatan rasa manis yang ditimbulkan oleh bahan pemanis dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara adalah suhu, sifat dan mediumnya (cair atau padat). Berikut harga intensitas pemanis dibandingkan dengan kemanisan relatif dapat dilihat pada tabel 2.3 adalah :
Tabel 2.3 Intensitas Beberapa Pemanis Dibandingkan dengan kemanisan relatif
Pemanis Kemanisan Relatif
1. Sukrosa 2. Na-siklamat 3. Dulsin 4. Sakarin 5. Aspartam 6. 1-n-propoksi-2-amino-nitrobenzen 1 15-31 70-350 240-350 250 4.100
3. Kenikmatan rasa manis
Bahan pemanis ditambahkan dengan tujuan untuk memperbaiki rasa dan bau bahan pangan sehingga rasa manis yang timbul dapat meningkatkan kelezatan. Dari beberapa pemanis tidak sempurna dapat menimbulkan rasa nikmat yang dikehendaki. Seperti pada pemanis sintesis seperti sakarin yang memberikan rasa yang tidak menyenangkan(Cahyadi, 2009).
2.4. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi(KCKT)
Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain :farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer dan industri-industri makanan.
Kegunaan umum KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian (impuritis), analisis senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non-volatil), penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwitter ion, isolasi dan pemurnian senyawa, pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama, pemisahan senyawa-senyawa dalam jumlah sekelumit (trace elements), dalam jumlah banyak dan dalam skala proses industri.
KCKT merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analis kualitatif maupun kuantitatif. KCKT paling sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti asam amino, asam-asam nukleat dan protein-potein dalam cairan fisiologis; menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintetis, atau produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi; memonitor sampel-sampel yang berasal dari lingkungan; memurnikan senyawa dalam suatu campuran; memisahkan polimer dan menentukan distribusi berat molekulnya dalam suatu campuran; kontrol kualitas dan mengikuti jalannya reaksi sintesis (Gandjar,2007).
Analisis dengan KCKT dilakukan pada temperatur rendah serta adanya kompetisi 2 fasa (diam-gerak) dibandingkan dengan GC yang hanya satu fasa(diam), maka KCKT dapat melakukan pemisahan yang tidak mungkin dilakukan GC. Pada KCKT, kolom dapat dikemas dengan partikel mikro atau makro yang lebih kecil dari 20 µm. Cara tersebut umumnya dipakai untuk linaut yang larut dalam pelarut organik dan tidak terionkan dan terutama sangat kuat untuk memisahkan isomer (Johnson, 1991).
Prinsip kerja dari alat HPLC adalah ketika suatu sampel yang akan di uji diinjeksikan kedalam kolom maka sampel tersebut kemudian akan terurai dan terpisah menjadi senyawa-senyawa kimia sesuai dengan perbedan afinitasnya.
Keuntungan KCKT antara lain :
- Waktu analisis lebih cepat. - Daya pisahnya lebih baik. - Kolom dapat dipakai kembali. - Ideal untuk molekul besar dan ion. - Mudah memperoleh kembali cuplikan.
- Peralatan dapat dioperasi secara otomatis dan kuantitatif.
Kelemahan metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa-senyawa, kecuali jika KCKT dihubungkan dengan spektrometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh (Gandjar, 2007).
Cara kerja KCKT
Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakna solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahaan solut ini diatur oleh distribusi solut dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom dan ukuran sampel.
Kerja KCKT melalui pemisahan analit-analit berdasarkan kepolaranya dengan tekanan tinggi untuk mendorong fase gerak. Kemudian melalui kolom untuk proses pemisahan dan setelah komponen dalam sampel berhasilkan dipisahkan, tahap selanjutnya adalah proses identifikasi. Hasil analisa KCKT diperoleh dalam bentuk signal kromatogram. Dalam kromatogram akan terdapat peak-peak yang menggambarkan banyaknya jenis komponen dalam sampel.
Berikut Diagram blok untuk sistem KCKT , seperti di xnyatakan pada gambar 2.5.1 adalah :
Instrumen KCKT
Instrumen KCKT pada dasarya terdiri atas delapan komponen pokok yaitu:
1. Wadah fase gerak pada KCKT
Wadah fase gerak harus bersih dan inert. Wadah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak 1 sampai 2 liter pelarut.
2. Fase gerak pada KCKT
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat becampur yang secara yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatkan polaritas.
3. Pompa pada KCKT
Pompa yang digunakan mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 20 mL/menit. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum digunakan dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan. 4. Penyuntikan sampel pada KCKT
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat
penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal. Berikut posisi penyuntikan sampel pada kolom, seperti dinyatakan pada gambar 2.5.2 adalah :
gambar 2.5.2 Posisi saat menyuntikkan sampel pada kolom
5. Kolom pada KCKT
Ada 2 jenis kolom pada KCKT yaitu kolom konvensional dan kolom mikobor. Kolom pada KCKT tidak memerlukan temperatur tinggi , karena sifat ikatan kimia terhadap fase diam sangat sensitif terhadap temperatur tinggi. Pemilihan kolom pada KCKT sesuai dengan fase gerak dan sifat-sifat sampel yang dianalisa.
6. Fase diam pada KCKT
Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi.
7. Detektor KCKT
Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu : detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik dan tidak bersifat selektif) seperti detekor spektrometri massa; dan
golongan detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, detektor photodiode-array, detektor fluoresensi dan elektrokimia.
Detektor pada KCKT dapat bekerja secara terus menerus tanpa berhenti. 8. Komputer
Digunakan sebagai integrator atau perekam (Gandjar,2007).
Analisis aspartam dengan KCKT
Penentuan kadar pemanis aspartam dalam sampel minuman dengan mtode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) yaitu: pada tahap awal dilakukan pengkondisian alat KCKT, pengkondisian alat untuk pemanis sintetis aspartam kondisi optimum KCKT pada percobaan ini adalah kolom fase balik 10µ C-18 100 A (250 x 4,6 mm), kecepatan aliran 1 ml/menit, detektor ultraviolet 220 nm, komposisi fase gerak air-acetonitril (80 : 20), dengan volume injeksi 20µl. Untuk sampel cair, sampel disaring dengan filter 0,45 µm kemudian diinjeksikan ke dalam KCKT dan untuk sampel tablet atau bubuk, sejumlah bobot tertentu dilarutkan dalam sejumlah tertentu aquabidest disaring dengan filter 0,45 µm (Cahyadi,2009).