PERCOBAAN 1 PERCOBAAN 1
PEMERIKSAA
PEMERIKSAAN KUALITAS AIR N KUALITAS AIR SECARA FISIKSECARA FISIK
I.
I. PENETAPAN KEKERUHANPENETAPAN KEKERUHAN
A.
A. TujuanTujuan
Menetapkan kekeruhan sampel air dari sampel air
Menetapkan kekeruhan sampel air dari sampel air sungai Kasin.sungai Kasin.
B.
B. Dasar TeoriDasar Teori
Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi yang mengganggu Kekeruhan air disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi yang mengganggu berlalunya
berlalunya cahaya cahaya dalam dalam air. air. Partikel-partikel Partikel-partikel ini ini dapat dapat berupa berupa senyawa senyawa organicorganic maupun anorganik, dan ditemukan sebagai partikel koloid dan partikel kasar. maupun anorganik, dan ditemukan sebagai partikel koloid dan partikel kasar. Partikel-partikel tersuspensi ini yang menyebabkan air keruh, dimana akan Partikel-partikel tersuspensi ini yang menyebabkan air keruh, dimana akan mempengaruhi transmisi cahaya yang melaluinya. Oleh karena itu penyerapan mempengaruhi transmisi cahaya yang melaluinya. Oleh karena itu penyerapan cahaya pada ekosistem air ini tidak dapat dipukul rata, melainkan masih harus cahaya pada ekosistem air ini tidak dapat dipukul rata, melainkan masih harus dibedakan secara ilmiah diantara penyerapannya oleh air itu sendiri, garam-garam dibedakan secara ilmiah diantara penyerapannya oleh air itu sendiri, garam-garam terlarut, benda suspense. Hal ini disebabkan masing-masing bahan tersebut terlarut, benda suspense. Hal ini disebabkan masing-masing bahan tersebut mempunyai tingkat penyerapan sendiri-sendiri terhadap cahaya/sinar.
mempunyai tingkat penyerapan sendiri-sendiri terhadap cahaya/sinar.
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU. Dalam penentuan kekeruhan mengukur keadaan air baku dengan skala NTU. Dalam penentuan kekeruhan sebaiknya dilakukan pada hari yang sama dengan pengambilan sampel. Bila sebaiknya dilakukan pada hari yang sama dengan pengambilan sampel. Bila sampel harus disimpan maka harus dalam ruangan gelap, maksimum sampai 24 sampel harus disimpan maka harus dalam ruangan gelap, maksimum sampai 24 jam. Penyimpanan yang terlalu lama dapat
jam. Penyimpanan yang terlalu lama dapat menyebabkan perubahan yang sifatnyamenyebabkan perubahan yang sifatnya tetap. Sebelum dilakukan pemeriksaan sampel, sampel harus dikocok terlebih tetap. Sebelum dilakukan pemeriksaan sampel, sampel harus dikocok terlebih dahulu dengan kuat. Satuan yang dipergunakan untuk menentukan standar dahulu dengan kuat. Satuan yang dipergunakan untuk menentukan standar kekeruhan sampel air adalah sebagai mg/liter SiO
kekeruhan sampel air adalah sebagai mg/liter SiO22, dimana 1 mg/liter SiO, dimana 1 mg/liter SiO22 sama sama dengan 1 unit kekeruhan. Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek dengan 1 unit kekeruhan. Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU.
C.
C. Alat dan BahanAlat dan Bahan
Alat yang dipergunakan Alat yang dipergunakan a.
a. Turbidimeter setTurbidimeter set b.
b. Beaker glassBeaker glass c.
c. KuvetKuvet
Bahan yang dipergunakan Bahan yang dipergunakan a.
a. Sampel airSampel air b.
b. Larutan standar 0 NTULarutan standar 0 NTU c.
c. Larutan standar 40 NTULarutan standar 40 NTU
D.
D. Langkah-langkah KerjaLangkah-langkah Kerja
-- Sebelum mempergunakan peralatan turbidimeter, dikalibrasi terlebihSebelum mempergunakan peralatan turbidimeter, dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan standar
dahulu dengan larutan standar
-- Dimasukkan larutan standar 0 NTU ke dalam photo sel turbidimeter Dimasukkan larutan standar 0 NTU ke dalam photo sel turbidimeter -- Ditekan tombol “Test”Ditekan tombol “Test”
-- Jika pada layar tidak menunjukkan angka 40 NTU, diputar tombolJika pada layar tidak menunjukkan angka 40 NTU, diputar tombol CAL hingga menunjukkan angka 40 NTU
CAL hingga menunjukkan angka 40 NTU
-- Untuk pengukuran sampel, diambil sampel air Untuk pengukuran sampel, diambil sampel air yang akan diukur yang akan diukur
-- Dimasukkan ke dalam kuvet hingga penuh (jangan sampai adaDimasukkan ke dalam kuvet hingga penuh (jangan sampai ada gelembung udara)
gelembung udara) -- Ditekan tombol “Test”Ditekan tombol “Test”
-- Dibaca harga kekeruhan dan dicatat hasil pembacaanDibaca harga kekeruhan dan dicatat hasil pembacaan Sampel Air
Sampel Air
HASIL HASIL
E. Data Pengamatan
-Lokasi pengambilan sampel = Kasin Minggu Pagi -Kekeruhan (NTU) = 10,1 (8,1⁰C)
F. Analisis Data dan Pembahasan
Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan
kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan meliputi lumpur, bahan-bahan organik yang tersebut secara baik dan partikel-partikel yang tersuspensi lainnya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum adalah sebesar 5-25 skala NTU. Untuk mengukur kekeruhan air dapat digunakan turbidimeter set. Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan kekeruhan sampel air dari sampel air sungai. Prinsip kerja dari alat adalah alat akan memancarkan cahaya pada media atau sampel, dan cahaya tersebut akan diserap, dipantulkan atau menembus media tersebut. Cahaya yang menembus media akan diukur dan ditransfer ke dalam bentuk angka.
Pada praktikum ini digunakan turbidimeter yang mempunyai botol kecil yang di[akai sebagai wadah sampel dan standar. Penggunaan dari alat ini yaitu disimpan sampel dan standar pada botol kecil yang merupakan bagian dari alat. Sebelum memasukkan sampel, alat harus dikalibrasi terlebih dahulu, angka yang tertera pada layar harus 0, kemudian dilakukan pengukuran dengan menyesuaikan nilai pengukuran dengan cara memutar tombol pengatur hingga nilai yang tertera pada layar turbidimeter sesuai dengan nilai standar. Setelah itu sampel
dimasukkan pada tempat pengukuran sampel yang ada pada turbidimeter, kemudian ditutup, lalu tombol ditekan selama ±10 detik, pada detik ke-10 dibaca skala pengukuran kekeruhan yang tertera pada layar.
Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh hasil 10,1 pada suhu 8,1 ⁰C. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum adalah sebesar 5-25 skala NTU. Sehingga sampel air dari sungai Kasin yang diambil pada waktu Minggu Pagi tidak melebihi batas ambang dari kekeruhan air.
G. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat diperoleh kesimpulan yaitu tingkat kekeruhan air sungai yang diukur sebesar 10,1 NTU. Tingkat kekeruhan air sungai te rsebut tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan yaitu 5-25 NTU.
H. DAFTAR PUSTAKA
Endra. 2010. Pengenalan Alat dan Analisa Tingkat Kekeruhan Air dengan Turbidimeter. (Online), (http://endrah.blogspot.co.id/2010/04/turbidimeter. html), diakses 4 Maret 2018.
Tim KBK Kimia Analitik. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Lingkungan. Malang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.
II. PENETAPAN TOTAL PADATAN
A. Tujuan
Menetapkan total padatan sampel air dari air sungai Kasin.
B. Dasar Teori
Di dalam lingkungan perairan terlarut berbaga mineral alami sebagai bahan kimia anorganik dan berdisosiasi di dalamnya sebagai ion-ion. Karena sifatnya sebagai suatu media fisis, ternyata mampu ikut mengangkut berbagai bahan kimia, hingga tidak mustahil air megalami suatu kontaminasi. Kita telah melihat bahwa pada perairan terdapat bahan-bahan yang mengambang, dimana bahan-bahan tersebut harus dihilangkan. Penentuan zat padat dalam air mempunyai arti penting untuk perncanaan dan pengawasan proses-proses pengolahan air dapat meupakan zat padat terlarut dan zat tersuspensi. Zat padat organic berasal dari limbah domestic dan limbah industry. Sedangkan zat padat tersuspensi dapat berupa suspense dan koloid dari limbah tanah liat, dan bahan-bahan organic. Pengertian zat padat total meliputi kedua jenis zat padat tersebut (zat padat terlarut + zat padat tersuspensi) yang dapat berupa bahan-bahan organic dan anorganik.
Dalam kegiatan praktikum di laboratorium kita akan menetapkan nilai total padatan pada sampel air. Prinsip penetapannya adalah bahwa contoh air yang telah dikocok dengan merata, diuapkan dalam cawan penguapan yang telah diketahui beratnya. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 103⁰ - 105 ⁰C sampai beratnya konstan. Beda berat cawan kosong dengan yang berisi sampel air yang sudah diuapkan dan dikeringkan merupakan berat total padatan. Adapun gangguan-gangguan yang ada dalam penetapan total padatan antara lain: 1) partikel yang besar, partikel yang mengapung dan zat-zat menggumpal dan tidak dapat tercampur dalam air; 2) zat cair yang mengapung seperti minyak dan lemak.
C. Alat dan Bahan
Alat yang dipergunakan a. Oven
c. Neraca analitik d. Desikator e. Lampu spiritus
f. Kaki tiga + kasa asbes
Bahan yang dipergunakan a. Sampel air
b. Kertas saring
D. Langkah-langkah Kerja
- diatur furnace pada suhu 550 ⁰C
- dimasukkan cawan penguapan ke dalamnya selama ±1 jam - diambil dengan menggunakan tang krusibel
- didinginkan dalam desikator
- ditimbang dan disimpan dalam desikator
- dituangkan sampel air ±50 mL ke dalam cawan penguapan - diuapkan sampai habis
- dikeringkan cawan dan sampel air yang telah dikeringkan pada temperature ±103-105⁰C selama 1 jam
- setelah 1 jam, cawan didinginkan dalam desikator - setelah dingin, cawan ditimbang
- diulangi langkah di atas hingga diperoleh berat konstan Sampel Air
E. Data Pengamatan
-Lokasi pengambilan sampel = Kasin Minggu Pagi -Berat sampel yang dikeringkan + beaker (A) = 52,222 g
-Berat beaker kosong (B) = 52,206 g
-Total padatan (mg/L) = 320 mg/liter
F. Analisis Data
Residu Tersuspensi = ( − ) ×1000
ℎ
/
Keterangan :
A = Berat sampel yang dikeringkan + beaker
B = Berat beaker kosong
Diketahui : A = 52,222 gr B = 52,206 gr V sampel = 50 mL Total Padatan = ( 52,222−52,206 ) ×1000 0,05
=
320
/
G. Pembahasan
TDS (Total Dissolved Solid) atau zat terlarut adalah residu yang dapat melewati saringan, yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zak organik maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer. Pada pemeriksaan TDS kadar maksimum yang diperbolehkan sesuai dengan Kemenkes RI no. 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah 1000 mg/L.
Untuk mengukur besarnya TDS perhitungannya yaitu:
Residu Tersuspensi = ( − ) ×1000
ℎ
/
Pada praktikum ini yang pertama dilakukan yaitu mengatur furnace pada suhu 550 ⁰C. Kemudian dimasukkan beaker glass ke dalamnya selama ±1 jam. Selanjutnya diambil menggunakan tang krusibel, lalu didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang dan disimpan dalam desikator hingga siap untuk digunakan. Sampel air kemudian dituangkan ±50 mL ke dalam beaker glass dan diuapkan sampai habis. Selanjutnya dikeringkan beaker + sampel air yang telah diuapkan dalam oven pada temperatur ±103-105 ⁰C selama I jam. Setelah 1 jam dikeluarkan beaker glass lalu didinginkan dalam desikator. Setelah dingin kemudian ditimbang beaker glass dengan neraca analitik dan catat berat beaker dengan teliti.
Perhitungan TDS pada percobaan yaitu:
Total Padatan = ( 52,222−52,206 ) ×1000 0,05
H. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan diperoleh TDS sebesar 320 mg/liter. TDS pada sampel air di sungai Kasin tidak melebihi ambang batas yaitu 1000 mg/liter.
I. DAFTAR PUSTAKA
Mentari, Anggrahita Gadis. 2015. Laporan Praktikum Pemeriksaan TSS dan TDS. (Online),(http://gadis-mentari.blogspot.co.id/2015/03/laporan-praktikum- pemeriksaan-tss-tds.html), diakses 4 Maret 2018.
Tim KBK Kimia Analitik. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Lingkungan. Malang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang.
III. PENETAPAN RESIDU TERSUSPENSI
A. Tujuan
Untuk menetapkan residu tersuspensi sampel air dari air sungai Kasin
B. Dasar Teori
Zat padat merupakan materi residu setelah pemanasan dan pengeringan pada suhu 103℃ - 105℃. Residu atau zat pada yang tertinggal selama proses pemanasan pada temeperatur tersebut adalah materi yang ada dalam contoh air
dan tidak hilang tau menguap pada 105
℃. Dimensi zat padat dinyatakan dalam
mg/l atau g/l, % berat (kg zat padat /kg larutan), atau % volume (dm3 zat padat /liter larutan).Residu tersuspensi adalah suatu partikel atau material yang dapat dipisahkan dari contoh air dengan cara penyaringan. Cara penyaringan ini dengan menggunakan kertas saring standar atau fiber glass. Prinsip penetapan ini adalah contoh air yang telah dikocok dengan baik, disaring dengan kertas saring. Bahan yang tersaring ini merupakan bahan tersuspensi dari contoh air tersebut, dan dikeringkan pada suhu 100℃ - 105℃. Sesudah itu didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang hingga diperoleh berat yang stabil atau konstan.
C. Alat dan Bahan Alat : a. Oven b. Beaker glass c. Neraca analitik d. Gelas ukur e. Desikator f. Lampu spiritus
g. Kaki tiga + kasa asbes
Bahan :
a. Sampel air b. Kertas saring
D. Langkah Kerja
Ditetapkan berat kertas saring dengan prosedur yang sama untuk
cawan penguapan pada penetapan total padatan
Diambil 50 mL sampel air dan disaring dengan kertas saring yang
telah diketahui beratnya
Dikeringkan kertas saring yang berisi bahan-bahan tersaring dalam
oven pada suhu 100
℃ - 105℃ selama ±1 jam
Didinginkan
Ditimbang kertas saring
Diulangi langkah hingga diperoleh berat konstan
E. Data Pengamatan
Lokasi pengambilan sampel = Kasin Minggu Pagi Berat kertas saring + residu (A) = 0,443 gr
Berat kertas saring (B) = 0,442 gr Residu tersuspensi (mg/L) = 20 g/mL
F. Analisis Data
Keterangan :
A = Berat kertas saring + residu B = Berat kertas saring
Diketahui : Sampel Air
Hasil
Residu Tersuspensi = ( − ) ×1000
A = 0,443 gr B = 0,442 gr Volume sampel = 50 mL Residu Tersuspensi = ( 0,443−0,442 ) ×1000 0,05
=
20/
G. Analisis DataTotal Suspended Solid (TSS) atau zat padat yang tersuspensi, merupakan residu yang tidak lolos saring, yaitu yang tertahan oleh saringan. TSS adalah salah satu parameter yang digunakan untuk pengukuran kualitas air. Pengukuran TSS berdasarkan pada berat kering partikel yang terperangkap oleh filter, biasanya
dengan ukuran pori tertentu. Umumnya, filter yang digunakan memiliki ukuran pori 0,45µm (Clescerl,1905).
Ambang batas TSS menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri
adalah sebesar 150 mg/liter.
Untuk mengukur besarnya TSS digunakan rumus sebagai berikut :
Residu Tersuspensi = ( − ) ×1000
ℎ
/
Pada praktikum ini yang pertama dilakukan adalah menyiapkan kertas saring, kemudian ditetapkan beratnya. Kertas saring tersebut dilipat dan disaring 50 mL sampel air sungai, ditunggu hingga seluruh air tersaring dan kemudian kertas saring basah tersebut dan dioven pada 100
℃ - 105℃ selama ±1 jam. Setelah
dioven, kertas saring tersebut didinginkan dalam desikator dan kemudian kertas saring tersebut ditimbang. Dengan prosedur tersebt, akhirnya didapatkan berat kertas setelah dioven dan di desikator, berat ini disebut dengan berat kertas dan residu yaitu sebesar 0,443 gram.Berdasarkan hasil diatas terjadi penambahan berat yang disebabkan oleh partikel-partikel kecil yang menepel pada kertas . sifat-sifat kimia dan fisika dari
material dalam suspensi, besarnya ukuran pori saringan, luas dan ketebalan saringan, dan jumlah serta keadaan fisik dari material yang terendap padanya merupakan faktor penting yang mempengaruhi pemisahan zat padat tersuspensi.
Perhitungan kadar zat tersuspensi :
Residu Tersuspensi = ( 0,443−0,442 ) ×1000 0,05
=
20/
Kadar Zat Pada Tersuspensi (TSS) dalam air sungai yang berlokasi di Kasin yang diambil pada Hari Minggu Pagi tanggal 25 Februari 2018 yaitu sebesar 20
/ dimana kadar tersebut tidak melebihi ambang batas yang telah
ditetapkan.H. Kesimpulan
Kadar zat padat tersuspensi dalam air sungan adalah 20
/, tidak
melebihi ambang batas yang telah ditentukan yaitu 150/.
I. Daftar Pustaka
Jujubandun. 2012. Parameter Fisika-Kimia-Biologi Penentu Kualitas Air . (http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/parameter-fisika-kimia- bioligi-penentu-kualitas-air), diakses pada 03 Maret 2018.
Tim KBK Kimia Analitik. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Lingkungan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.
J. Pertanyaan
1. Bila anda mengukur temperatur pada titik A, apakah temperatur pada titik A mempunyai temperatur yang sama bila Anda mengukur pada titik B yang berjarak 100 meter dari titik A? Jelaskan!
Jawaban:
Berbeda, karena pola temperature ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopii (penutup oleh vegetari) dari pepohonan yang tumbuh sel tepi (Brehm dan Melfering, 1990, dalam Barus, 2010). Disamping itu pola temperature perairan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor anthrcopogen (faktor yang diakibatkan oleh aktifitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari pendinginan pabrik. Pengunduran BAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung. Hal ini terutama akan menyebabkan peningkatan temperatur suatu sistem perairan (Barus, 2001)
Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan ini adalah penyerapan panas (heat flux) curah hujan (prespiration) aliran sungai (Flux) dan pola sirkulasi air (Hadikusumah, 2008)
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan suhu atau temperature pada lingkungan perairan? Jelaskan masing-masing faktor tersebut!
Jawaban:
Sinar matahari yang merambat melalui atmosfer akan banyak kehilangan panas sebelum mencapai kutub dibandingkan di daerah ekuator.
Karena besarnya perbedaan sudut datang sinar matahari ketika mencapai permukaan tanah, maka di kutub sinar matahari yang sampai akan tersebar pada daerah yang lebih luas dibandingkan di ekuator sehingga panas akan
lebih tersebar merata dan tidak terfokus.
Di daerah kutub lebih banyak panas yang dipantulkan kembali ke atmosfer dibanding diserap.
Awan yang menutupi. Awan menyebabkan insolasi berkurang karena dapat menyerap dan menyebarkan sinar-sinar yang datang. Daerah tropis adalah daera yang punya kelembaban yang tinggi sehingga lapisan awannya lebih tebal dibanding daerah tropik.
Meski pengaruh pemanasan pada lintang yang berbeda tidak sama, kisaran suhu yang tersebar di seluruh lautan jauh lebih kecil dibanding di daratan. Hal ini disebabkan karena air punya daya muat panas yang tinggi dari seluruh jenis cairan selain dari gas amonia. Akibatnya, untuk menaikan suhu sekitar 1
⁰
C maka air membutuhkan panas yang lebih besar daripada yang dibutuhkan oleh daratan dalam jumlah massa yang sama.Dengan kata lain, pada jumlah pemanasan yang sama maka daratan akan lebih cepat panas dibanding dengan lautan. Sebaliknya lautan lebih efektif menyimpan panas yang diterima daripada daratan sehingga di waktu malam pun lautan memerlukan waktu lebih lama untuk menjadi dingin dibanding
daratan.
Pengaruh insolasi menyebabkan air laut cenderung relatif panas sampai kedalaman 200 m. Adapaun sebaran suhu secara vertikal di perairan Indonesia pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 lapisan yaitu:
1. Lapisan hangat di bagian atas disebut lapisan homogen. Lapisan yang sangat dipengaruhi angin ini adalah lapisan teratas sampai pada kedalaman sekitar 70 m terjadi pengadukan hingga pada lapisan tersebut terdapat suhu yang hangat (sekitar 28⁰ C) dan bersifat homogen.
2. Lapisan termoklin. Pada lapisan ini suhunya mulai menurun cepat terhadap kedalaman. Lapisan ini merupakan daerah pelonjakkan kenaikan densitas yang menyolok. Perubahan densitas ini bisa lebih diperluas lagi karena di lapisan ini salinitas sering meningkat cepat dan mengakibatkan air di bagian atasnya tidak bisa bercampur dengan lapisan di bawahnya. Bagian ini disebut lapisan pegat (discontuinity layer) karena mencegah pencampuran air antara lapisan atas dan lapisan di bawahnya. Tebal lapisan ini bervariasi antara 100-200 m.
3. Lapisan dingin. Semakin turun ke bawah maka suhu air semakin turun hingga kedalaman suhu lebih dari 1.000 m bisa mencapai kurang dari 5
⁰ C.
Suhu air permukaan perairan Indonesia berkisar dari 28
⁰
- 31⁰
C. Di lokasi Up welling seperti Laut Banda, suhu air permukaan bisa turun hingga 25⁰
C. Hal ini disebabkan air yang dingin pada lapisan bawah terangkat ke atas. Suhu air dekat pantai sedikit lebih tinggi dibanding di lepas pantai. Suhu air permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi seperti curah hujan, wavaporasi, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas radiasi matahari. Suhu air di bawah lapisan termoklin sudah tidak dipengaruhi oleh kondisi meteorologi namun lebih ditentukan oleh kedalaman ambang dan sirkulasi laut dalam.3. Bila dalam suatu pabrik ada dua bak pembuangan, bak A dan bak B, dimana ketinggian kedua bak tersebut berbeda. Apakah harga kekeruhan dari kedua bak berbeda? Jelaskan!
Jawaban:
Berbeda, karena air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah sehingga antara satu bak dengan bak lain akan berbeda tingkat kekeruhannya
4. Bila Anda mengukur kekeruhan pada titik A, apakah harga kekeruhan pada titik A mempunyai harga kekeruhan yang sama bila Anda mengukur pada titik B yang berjarak 100 meter dari titik A? Jelaskan!
Jawaban:
Harga kekeruhan akan berbeda, hal ini dikarenakan karena jarak yang berbeda mempengaruhi kandungan organismenya atau kandungan logam lain.
5. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan perbedaan kekeruhan pada lingkungan perairan? Jelaskan masing-masing faktor tersebut!
Jawaban:
Warna perairan pada umumnya disebabkan oleh partikel koloid bermuatan negatif, sehingga penghilangan warna di perairan dilakukan dengan penambahan koagulan yang bermuatan positif. Misalnya alumunium dan besi
(Sawyer dan Mclarty, 1978). Warna perairan juga dapat disebabkan oleh peledakan (Blooming) Fitoplankton (algae) (Effendi, 2003).
Warna air pada kolam dan tambak, baik sistem tradisional demi intensif maupun intensif bermacam-macam. Adanya warna air tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain hadirnya beberapa jenis plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton, larutan tersuspensi, dekomposisi bahan organik, mineral ataupun bahan-bahan lain yang terlarut dalam air (Kordi, 2009).
PERCOBAAN 2 PENETAPAN pH AIR
A. Tujuan
Menetapkan harga pH sampel air sungai
B. Dasar Teori
Suatu asam atau basa dalam suatu larutan dapat dibedakan dari rasanya. Asam mempunyai rasa asam dan basa mempunyai rasa basa (seperti sabun). Akan tetapi perlu ditegaskan, bahwa dilarang keras mencicipi zat-zat kimia, sebab banyak zat-zat yang berbahaya bagi tubuh kita.
Cara membedakan asam dan basa yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan zat-zat yang disebut indikator. Zat-zat indicator yang dicelupkan atau dicampur ke dalam asam akan menimbulkanwarna yang berbeda dengan jika indicator tersebut dicelupkan ke dalam basa. Indikator yang umum dipakai
untuk membedakan asam dengan basa adalah : A. Kertas lakmus
Jika kertas lakmus disentuhkan (dicelupkan) ke dalam larutan asam, warnanya akan merah (asam dapat memerahkan kertas lakmus). Jika kertas lakmus disentuhkan (dicelupkan) ke dalam larutan basa, warnanya akan biru (basa dapat membirukan kertas lakmus).
B. Cairan Fenolftalein
Jika Fenolftalein diteteskan ke dalam larutan asam, warnanya akan jernih (tidak akan berwarna). Jika fenolftalein diteteskan ke dalam larutan basa, warnanya akan merah.
Selain dengan adanya indikator, dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengukuran derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan dapat menggunakan alat ukur pH meter. pH larutan adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh larutan. Untuk keasaman suatu perairan dinyatakan dalam skala pH. Skala pH mempunyai rentangan 0-14. Air suling murni mempunyai pH = 7 dan disebut netral. Suatu perairan dikatakan semakin asam bila skala pH-nya bergerak turun dari harga pH =7 sampai
harga pH = 0. Begitu sebaliknya, perairan dikatakan semakin alkalis (basa) bila harga pH nya bergerak naik dari harga pH = 7 sampai ke harga pH= 14. Harga pH suatu air sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah dimana sungai itu mengalir dan juga oleh terlarutnya bahan kimia tertentu yang memasuki perairan tersebut. Dalam percobaan yang akan dilakukan di laboratorium untuk pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter.
C. Alat dan Bahan
A. Alat
a. pH meter b. Gelas Beaker B. Bahan
a. sampel air sungai b. Buffer pH 4
c. Buffer pH 7 d. Buffer pH 10
D. Prosedur Kerja
Baterai dipasang pada pH meter PHH-65A pH meter dikalibrasi terlebih dahulu
larutan buffer pH 7diambil, dicelupkan electrode pH meter ke dalam larutan
tersebut. Apabila pada layer tidak menunjukkan angka pada pH 7 maka atur agar layer pada pH meter menunjukkan angka 7 dengan memutar tombol SET.
elektrode pH meter kemudian dibilas dengan air
diambil larutan buffer pH 4, dicelupkan electrode pH meter ke dalam larutan
tersebut. Apabila pada layer tidak menunjukkan angka pada pH 4 maka atur agar layer pada pH meter menunjukkanangka 4 dengan memutar tombol SLOPE.
larutan buffer pH 10 diambil, dicelupkan electrode pH meter ke dalam
larutan tersebut. Apabilapada layer tidak menunjukkan angka pada pH 10 maka atur agar layer pada pH meter menunjukkan angka 10 dengan memutar tombol SLOPE
elektrode pH meter kemudian dibilas dengan air
larutan sampel diambil , dimasukkan gelas Beaker
electrode pH meter dicelupkan dalam sampel
harga pH pada layer display dibaca
hasil pengamatan dibaca
E. Data Hasil Pengamatan
NO Lokasi Temperatur (oC) pH air
1 Sungai Kasin (minggu pagi) 8,1 7,919
F. Pembahasan
Pada percobaan ini ialah menetapkan pH Air sampel dari sungai di Kelurahan Kasin Kota Malang. Telah dijelaskan diawal bahwasanya pH larutan adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Pada percobaan ini, sampel dari sungai Kelurahan Kasin Kota Malang tersebut diukur pH menggunakan pH meter.Pada pH meter menunjukkan bahwa pH air sungai sebesar 7,919 pada suhu 8,1o C. Berdasarkan literatur, pH optimum yang baik untuk kehidupan organisme maupun mikroorganisme di air adalah 7.8 – 8.7. maka air sungai di kasin layak untuk
tempat hidup organisme air maupun mikroorganisme. Salah satu hal yang mempengaruhi pH air adalah kelarutan CO2. Semakin tinggi nilai kelarutan CO2
maka pH semakin tinggi. Suhu tidak mempengaruhi nilai pH suatu air, sehingga berapapun suhu dari sampel air sungai tersebut maka nilai pH tidak akan berubah.
G. Kesimpulan
a. pH air sungai Kasin 7,919
b. air sungai layak sebagai tempat tinggal organisme air maupun mikroorganisme
H. Daftar Pustaka
Tim Dosen KBK Analitik. 2018. Petunjuk Praktikum Kimia Lingkungan. Malang: Universitas Negeri Malang.
PERCOBAAN 3
PENETAPAN KADAR CO2 TERLARUT
A. Tujuan Percobaan
Mampu menetapkan kadar gas CO2 yang terlarut dalam sampel air
B. Dasar Teori
Karbondioksida (CO2) adalah komponen normal dalam semua air alami dan merupakan gas yang mudah larut dalam air. CO2 di dalam air terdiri dari CO2 bebas dan CO2 terikat yang tergantung pada pH air. CO2 terdiri dari CO2 yang berada dalam kesetimbangan, diperlukan untuk memelihara ion bikarbonat
(HCO3) dan CO2 agresif yang dapat melarutkan CaCO3dan bersifat korosif.
Karbondioksida yang ada di udara maupun dalam air digunakan untuk proses fotosintesis dan menghasilkan zat-zat organik. Semua organisme yang
tidak berfotosintesis terkecuali beberapa macam bakteri yang hidup sendiri memperoleh zat arang (CO2) organik langsung ataupun tidak langsung dari tanaman-tanaman. Semua organisme (kecuali bakteri-bakteri anaerob) akan terus menerus mengeluarkan zat asam dan melepaskan CO2 ke dalam lingkungan dengan pernafasan dan banyak pula CO2 dilepaskan dengan penguraian dan pembakaran bahan-bahan organik (Bayard, 1983).
Karbondioksida di perairan sangat dibutuhkan oleh tumbuhan baik mikro maupun yang berukuran makro (tumbuhan tingkat tinggi) untuk proses fotosintesis. Walaupun memiliki peranan yang penting dalam perairan untuk kelangsungan hidup organisme air, namun kandungannya yang berlebihan dapat menggangu bahkan menjadi racun bagi organisme di perairan (Kordi, 2004).
Ekosistem air yang proses fotosintesisnya berjalan dengan cepat dan membutuhkan sejumlah karbondioksida. Namun pemakaian CO2 dalam proses ini yang berlebihan, akan menyebabkan CO2 berkurang bahkan hilang, sehingga tidak baik bagi pertumbuhan organisme. Kadar CO2 bebas yang bisa ditolelir oleh ikan adalah lebih dari 5 mg/liter. Dapat pula sebesar 10 mg/liter asal diimbangi dengan kadar oksigennya (Barus, 2002). Karbondioksida terbentuk dari hasil reaksi oksigen dengan berbagai bahan makanan. Karbondioksida seperti oksigen juga
bergabung dengan zat kimia di dalam darah yng meningkatkan trasport karbondioksida 15-20 kali lipat (Susanto, 2000). Karbondioksida merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Gas ini berasal dari pembongkaran bahan-bahan organik oleh jasad renik di dasar perairan. Oleh karena itu, karbodioksida memegang peran yang sangat penting sebagai unsur makanan untuk semua tumbuh-tumbuhan hidup yang mampu berasimulasi (Gufran, 2000).
Beberapa hal yang menyebabkan pentingnya pemeriksaan CO2 di dalam
air sebagai berikut:
1. Merupakan karakteristik kualitas air yang penting, yaitu kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan pH (buffer capacity).
2. Berhubungan dengan proses pelunakan, koagulasi, dan netralisasi. 3. Berhubungan dengan masalah korosi dan kesadahan dalam air.
Dibandingkan di dalam air, tekanan pasrsial CO2 lebih besar di atmosfer, oleh
karena itu CO2 di udara harus dihindari dengan cara menutup rapat kontainer yang
digunakan. Atas dasar ini kadar CO2 terlarut dapat ditetapkan dengan cara
titrimetri dengan menggunakan larutan baku NaOH. Untuk menghitung kadar CO2 dapat dihitung menggunakan rumus:
C. Alat dan Bahan
1. Alat Buret Statif Klem buret Erlenmeyer Pipet takar Pipet tetes Kadar CO2(mg/L) = 1000 mL
Pipet ukur 2. Bahan
Sampel air
Larutan standar NaOH 0,001 N
Indikator pp
D. Prosedur Kerja
Dimasukkan 100 mL sampel air ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL dan segera ditetesi dengan indikator pp.
Jika timbul warna merah berarti kandungan CO2 tidak ada dan
apabila tidak timbul warna merah, maka sampel air mengandung CO2.
Sampel air dititrasi dengan larutan NaOH 0,001 N
Langkah 1 dan 3 diulangi sampai sebanyak 3x Dicatat volume NaOH yang dibutuhkan
E. Data Pengamatan
No. Lokasi Volume NaOH
(ml) Rerata Volume NaOH (ml) Keterangan 1. Kasin, Minggu pagi 1,5 1,3 1,1 1,3 100 mL sam el Hasil
F. Analisis Data dan Pembahasan
Kadar CO2 (mg/L) = 1000 mL
sampel air x
V
ml NaOH xN
aH x 44=1000 mL
100 mL x 1,3 mL x 0,001 N x 44
= 0,572 mg/L
Dari hasil data percobaan yang sudah dilakukan, kadar Kadar
CO
2terlarut dalam keramba yang ada di daerah Kansin, Malang adalah 0,572 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwaCO
2terlarut yang terkandung dalam keramba tersebut masih dalam batas wajar yaitu kurang dari 10 mg/L, karena menurut teori, air permukaan pada umumnya mengandung kurang dari 10mg CO2 bebas/liter. CO2 di dalamperairan penting adanya karena memiliki kemampuan untuk mempertahankan pH (sebagai buffer capacity). CO2 diperairan juga menentukan kesadahan air karena
dapat bereaksi dengan komponen kapur menjadi CaCO3 dan mengendap menjadi
senyawa karbonat. Oleh karena itu, kadar CO2 dalam perairan berhubungan
dengan pH larutan. Air yang banyak mengandung CO2 akan bersifat korosif
karena dapat melarutkan logam yang terdapat pada pipa penyaluran air sehingga dapat terjadi korosi pada pipa distribusi air minum. Korosi disebabkan air mempunyai pH rendah sehingga bersifat asam, yang disebabkan adanya kandungan CO2 agresif yang tinggi.
G. Kesimpulan
Dari percobaan penetapan CO2terlarut, kadar CO2yang diperoleh dari
keramba Kasin adalah 0,572 mg/L.
H. Daftar Pustaka
Tim KBK Kimia Analitik. 2018. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Lingkungan. Universitas Negeri Malang : Malang
I. Pertanyaan
1. Sebutkan zat-zat apa saja yang dapat mempengaruhi dalam penetapan kadar CO2terlarut? jelaskan secara singkat!
Adanya arus dan angin diduga menyebabkan bergeraknya massa CO2
terlarut ini. Selain faktor cuaca seperti kecepatan angin, arah angin dan curah hujan, salinitas dan pH juga mempengaruhi konsentrasi karbondioksida terlarut. Karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber yaitu sebagai berikut: Difusi dari atmosfer, karbondiosida yang terdapat di atmosfer, air hujan, air yang melewati tanah organik, karbondioksida hasil dekomposisi ini akan terlarut dalam air, d respirasi tumbuhan, hewan dan bakteri aerob maupun anaerob respirasi tumbuhan dan hewan mengeluarkan karbondioksida
2. Adakah perbedaan kadar CO2 terlarut antara lokasi satu dengan lokasi lainnya?
Ada, karena setiap lokasi memiliki keadaan yang berbeda-beda (suhu, pH, dan banyaknya organisme yang hidupdi dalam perairan ters ebut).
3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perbedaan hasi penetapan gas CO2 terlarut diatas? jelaskan masing-masing secara singkat!
a. Suhu : Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air (gas O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya)
b. pH : Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat asam (pH rendah) bersifat korosif. pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Toksisitas logam memperlihatkan peningkatan pada pH rendah
c. Keberadaan orhganisme hiidup : tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme di dalam perairan mempengaruhi kadar CO2 terlarut dalam perairan.
4. Apakah banyak sedikitnya tumbuhan air dan mikroorganisme lain dapat mempengaruhi besar
kecilnya kadar CO2 terlarut? Jelaskan!
Ya. Karbondioksida yang ada di udara maupun dalam air digunakan untuk proses fotosintesis dan menghasilkan zat-zat organik. Semua organisme yang
tidak berfotosintesis terkecuali beberapa macam bakteri yang hidup sendiri memperoleh zat arang (CO2) organik langsung ataupun tidak langsung dari
tanaman-tanaman. Karbondioksida di perairan sangat dibutuhkan oleh tumbuhan baik mikro maupun yang berukuran makro (tumbuhan tingkat tinggi) untuk
proses fotosintesis. Ekosistem air yang proses fotosintesisnya berjalan dengan cepat dan membutuhkan sejumlah karbondioksida. Sedangkkan keberadaan mikroorganisme dan organisme lain dalam perairan dapat menambah pasokan CO2 melalui hasil dekomposisi dan ekskresi.