LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : PENGLIHATAN (KATARAK)
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : PENGLIHATAN (KATARAK)
DI UNIT TRESNA WERDHA
DI UNIT TRESNA WERDHA
BOGOR
BOGOR
Disusun Oleh : Disusun Oleh : Nurlida Putri Nurlida Putri 200813018 200813018Program Studi Ilmu Keperawatan
Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wijaya Husada Bogor
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wijaya Husada Bogor
2011
2011
Y Y A A Y Y A A S S A A N N W W I I JJ AA YYAA S SEE K K OO LL A A H H T T N NII GG GG II I I L L M M U U K K E E S S E E H H A A T T A A N N B
B O O GG O O R R S
S TT I IK K E E S S
H H U U S S A A D D A A
Laporan Pendahuluan
KASUS : Gangguan Sistem Penglihatan (Katarak) 1. Definisi penyakit/Masalah Keperawatan
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998).
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu.
2. Etiologi
- Penuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
- Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau benda – benda radioaktif
- Penyakit sistemis seperti DM - Defek congenital
- Radiasi sinar ultra violet B, Obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan (apel, kacang-kacangan, tomat, dll) yang kurang dalam jangka waktu lama
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengaburkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
4. Komplikasi
Berikut ini adalah komplikasi besar intraoperatif yang ditemukan selama operasi katarak, yaitu :
- Kamera okuli anterior dangkal atau datar
- Edem kornea
- Perdarahan atau efusi suprakoroid - Perdarahan koroid yang ekspulsif - Tertahannya material lensa
- Gangguan vitreous dan inkarserasi ke dalam luka - Iridodialisis
Berikut ini merupakan komplikasi besar post operatif yang ditemukan segera selama operasi katarak, yang sering terlihat dalam beberapa hari atau minggu setelah operasi, yaitu :
- Kamera okuli anterior datar atau dangkal karena luka robek - Terlepasnya koroid
- Hambatan pupil
- Hambatan korpus siliar - Perdarahan suprakoroid - Edem stroma dan epitel
- Hipotoni
- Sindrom Brown-Mc. Lean (edem kornea perifer dengan kornea sentral jernih sangat sering terlihat mengikuti ICCE)
- Perlekatan vitreokornea dan edem kornea yang persisten - Perdarahan koroid yang lambat
- Tekanan intraokuler yang meningkat (sering karena tertahannya viskoelastis) - Edem makular kistoid
- Terlepasnya retina - Endoptalmitis akut
- Sindrom uveitis-glaukoma-hifema (UGH)
Berikut ini adalah komplikasi besar post operatif yang lambat, terlihat dalam beberapa minggu atau bulan setelah operasi katarak :
- Jahitan yang menginduksi astigmatismus - Desentrasi dan dislokasi IOL
- Edem kornea dan keratopati bullous pseudopakia - Uveitis kronis
5. Kemungkinan Data Fokus a. Anamnesa
1. Identitas Klien dan Penanggung Jawab 2. Keluhan Utama
Penglihatan kabur
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah yang memperberat/ meringankan keluhan? 4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Bagaimana proses terjadinya penyakit? Penanganan apa saja yang telah dilakukan?
Seberapa besar keberhasilan penanganan yang telah dilakukan klien? Apakah klien mempunyai penyakit lain seperti DM?
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah terdapat anggota keluarga yang memiliki penyakit yang akan memperberat keadaan klien.
b. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum 2. Tanda – Tanda Vital
3. Pemeriksaan fisik, fokus pada : Sistem Penglihatan
- Amati pergerakan bola mata
- Amati lapang pandang
- Pemeriksaan visus
c. Pemeriksaan Diagnostik
- Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
- Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
- Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
- Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
- Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaucoma
- Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.
- Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi
- EKG, kolesterol serum, lipid
- Tes toleransi glukosa : kotrol DM
6. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Klien mengatakan penglihatan kabur/buram
DO : Lapang pandang berkurang
Proses penuaan
Perubahan kimia dalam protein lensa
Koagulasi
menghambat jalannya cahaya ke retina
Pandangan kabur
Risiko tinggi cedera
Resiko tinggi terhadap cedera
penglihatan kabur/buram
DO : Lapang pandang berkurang Perubahan kimia dalam protein lensa
Koagulasi
menghambat jalannya cahaya ke retina
Pandangan kabur
Gangguan sensori persepsi: penglihatan
penglihatan
3. DS : Klien mengatakan menderita katarak DO : Klien tidak bisa
menjelaskan tentang katarak
Proses penuaan
Perubahan kimia dalam protein lensa
Koagulasi
menghambat jalannya cahaya ke retina
Pandangan kabur
Risiko cedera
Kurang pengetahuan
7. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
- Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan TIO - Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera
- Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif
8. Perencanaan
No Tujuan Intervensi Rasional
1. Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera
- Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
- Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
- Modifikasi lingkungan :
pencahayaan
- Membungkuk tiba-tiba dapat menyebabkan peningkatan TIO
- Mencegah cedera
- Pencahayaan yang pas menghindari risiko cedera
2. Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi
individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi
- Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat. - Orientasikan klien tehadap
lingkungan
- Mengetahui ketajaman
penglihatan
terhadap perubahan - Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya - Letakkan barang yang dibutuhkan dalam jangkauan
- Memperbesar kurang lebih 25 persen penglihatan
- Mudah dijangkau
3. Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan
- Kaji informasi tentang kondisi individu
- Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
- Anjurkan klien menghindari mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, dll.
- Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien
- Menghindari komplikasi yang mungkin terjadi akibat penggunaan tetes mata
9. Daftar Pustaka
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan.Jakarta: EGC.
Sain, Iwan. 2009. http://iwansaing.files.wordpress.com/2009/06/sistem-penglihatan.ppt diakses tanggal 11 Desember 2011 pukul 11:00 WIB
Maulana, Razi. 2011. http://razimaulana.wordpress.com/2011/03/24/katarak-senilis/ diakses tanggal 11 Desember 2011 pukul 11:00 WIB
_____. _____. http://www.scribd.com/doc/52912596/Patofisiologi-Katarak diakses tanggal 11 Desember 2011 pukul 13:00 WIB
_____. _____. http://nursingbegin.com/askep-katarak/ diakses tanggal 11 Desember 2011 pukul 13:00 WIB