Askep Katarak
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Katarak
Definisi Katarak
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun.
Askep Katarak
Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya. Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.
Etiologi Katarak
1. Ketuaan ( Katarak Senilis ) 2. Trauma
3. Penyakit mata lain ( Uveitis ) 4. Penyakit sistemik (DM)
5. Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti German Measles )
Anatomi Mata
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis(diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
Katarak
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Pemeriksaan Diagnostik Katarak
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma. 3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma. 5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan. 7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid 9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
Penatalaksanaan Katarak
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai
adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ; 1. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. 2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan.
Pengkajian Keperawatan Katarak
1. Aktifitas Istirahat
Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. 2. Neurosensori
Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ).
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata.
3. Nyeri / Kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala
Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Katarak
1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan TIO ditandai dengan :
Adanya tanda-tanda katarak penurunan ketajaman penglihatan
pandangan kabur, dll Tujuan :Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera. Kriteria hasil :
- Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
- Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan. Intervensi :
- Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata.
- Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan. - Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok. - Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi. - Dorong nafas dalam, batuk untuk menjaga kebersihan paru.
- Anjurkan menggunakan tehnik manajemen stress. - Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
- Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi.
- Observasi pembengkakan lika, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir. - Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, Asetolamid, sikloplegis, analgesik.
2. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan :
menurunnyaketajaman penglihatan
perubahan respon biasanya terhadap rangsang. Tujuan :Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. - Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan. Intervensi :
- Orientasikan klien tehadap lingkungan - Observasi tanda-tanda disorientasi.
- Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
- Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.
- Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
- Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif, yang ditandai dengan :
pertanyaan/pernyataan salah konsepsi
tak akurat mengikuti instruksi
terjadi komplikasi yang dapat dicegah. Tujuan :Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan. Kriteria Hasil :
Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan. Intervensi :
- Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.
- Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan - penglihatan berawan. - Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
- Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien.
- Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, dll.
- Dorong aktifitas pengalihan perhatian.
- Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur menggunakan kacamata pelindung.
- Anjurkan klien tidur terlentang. - Dorong pemasukkan cairan adekuat.
- Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba.
Daftar Pustaka
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta . EGC Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta. EGC Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Katarak
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KATARAK Pengkajian
1. Aktifitas Istirahat: Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2. Neurosensori : Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ).
Tanda :
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dankornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata.
3. Nyeri / Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan TIO ditandai dengan :
Adanya tanda-tanda katarak penurunan ketajaman penglihatan
Pandangan kabur, dllTujuan :
Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.Kriteria hasil :
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri daricedera.
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.Intervensi :
Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan
Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.
Dorong nafas dalam, batuk untuk menjaga kebersihan paru.
Anjurkan menggunakan tehnik manajemen stress.
Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki kegelisahan,disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi.
Observasi pembengkakan lika, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.
Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, Asetolamid, sikloplegis, analgesik.2. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan :
Menurunnya ketajaman penglihatan
Perubahan respon biasanya terhadap rangsang.Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori danberkompensasi terhadap perubahan. Kriteria Hasil :
Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.Intervensi :
Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
Orientasikan klien tehadap lingkungan
Observasi tanda-tanda disorientasi.
Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakantetes mata.
Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen,pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif, yang ditandai dengan :
Pertanyaan/pernyataan salah konsepsi
Tak akurat mengikuti instruksi
Terjadi komplikasi yang dapat dicegah.Tujuan :
Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.Kriteria Hasil :
Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.Intervensi :
Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.
Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan - penglihatan berawan.
Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien.
Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkokpada panggul, dll.
Dorong aktifitas pengalihan perhatian.
Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur menggunakankacamata pelindung.
Anjurkan klien tidur terlentang.
Dorong pemasukkan cairan adekuat.
Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba.Daftar Pustaka
1. Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta . EGC 2. Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
3. Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
4. Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta. EGC 5. Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI
6. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC
ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) KATARAK BAB 1
PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Kebutaan di Indonesia merupakan bencana Nasional. Sebab kebutaan menyebabkan kualitas sumber daya manusia rendah. Hal ini berdampak pada kehilangan produktifitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan pendidikan orang buta. Berdasarkan hasil survey nasional tahun 1993 – 1996, angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5 %. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan pertama dalam masalah kebutaan di Asia dan nomor dua di dunia pada masa itu.
Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. sekitar 1,5 % dari jumlah penduduk di Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang kabur atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun, ukuran lensa kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di malam hari , merupakan gejala katarak. Tetapi di siang hari penderita justru merasa silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih.
Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia untuk menderita katarak memicu kita dalam upaya pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup, lingkungan yang sehat dan menghindari pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat merusak akan membuta kita terhindar dari berbagai jenis penyakit dalam stadium yang lebih berat yang akan menyulitkan upaya penyembuhan.
Sehingga kami sebagai mahasiswa keperawatan memiliki solusi dalam mencegah dan menanggulangi masalah katarak yakni dengan memberikan sebuah raangkuman makalah tentang katarak sebagai bahan belajar dan pendidikan bagi mahasiswa keperawatan.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimanakah konsep katarak?
1.2.2 Bagaimanakah konsep proses keperawatan pada katarak?
1.3 Tujuan instruksional umum
Menjelaskan konsep dan proses keperawatan pada katarak.
1.4 Tujuan instruksional khusus 1.4.1 Mengetahui definisi katarak 1.4.2 Mengetahui etiologi katarak 1.4.3 Mengetahui patofisiologi katarak 1.4.4 Mengetahui manifestasi klinis katarak
1.4.5 Mengetahui pemeriksaan dignostik pada katarak 1.4.6 Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan katarak 1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu dan mengerti tentang katarak
2. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien katarak
BAB 2
2.1 Definisi Katarak
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009). Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000). Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2009)
Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya dan gambar. Retina merupakan jaringan yang berada di bagian belakang mata, bersifat sensitive terhadap cahaya. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Tetapi bila jalan cahaya tertutup oleh keadaan lensa yang katarak maka impuls tidak akan dapat diterima oleh otak dan tidak akan bisa diterjemahkan menjado suatu gambaran penglihatan yang baik.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah sangat memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mencari cara untuk menghindari silau yang berasal dari cahaya yang salah arah. Misalnya dengan mengenakan topi berkelapak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:
1. Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental. Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.
1. Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya
2. Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
1. Stadium awal (insipien). Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini
kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
2. Stadium imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
3. Stadium matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,) 4. stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat
keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
5. Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
6. Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test (-) (+) (-) +/-
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma
Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya: 1.) Katarak Inti ( Nuclear )
Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.
2.) Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita DM
3.) Katarak Subkapsular.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.
2.2 Etiologi Katarak
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000): 1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. 4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat
tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
2.3 Patofisiologi Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.
Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral. Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan densitas ini akibat kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di korteks, serat yang tua ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa.
Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering terjadi pada kedua mata.
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari Gejala objektif biasanya meliputi:
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
1. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
2. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek. 2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
1. Peka terhadap sinar atau cahaya.
2. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
3. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca. 4. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu. 1) Kesulitan melihat pada malam hari
2) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata 3) Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
1. Gejala lainya adalah :
1)Sering berganti kaca mata
2)Penglihatan sering pada salah satu mata.
Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata ( glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.
2.5 Penatalaksanaan katarak
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari.
Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
1. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam
2. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga mata bisa fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga mata bisa fokus pada objek jauh
3. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis.
Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
Indikasi dilakukannya operasi katarak :
1. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
2. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma
3. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu: 1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia.
1. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni
1. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga penyembuhan lebih lama.
2. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm. Lensa mata yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak
jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.
DOWNLOAD : WOC ASKEP KATARAK BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KATARAK
3.1 Pengkajian 3.1.1 Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah : 1. Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
1. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:
- Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak) . - Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
- Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film - Perubahan daya lihat warna
- Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata - Lampu dan matahari sangat mengganggu
- Sering meminta ganti resep kaca mata - Lihat ganda
- Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia) - Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain
1. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti - DM
- hipertensi
- pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak. - Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
- ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
- Kaji riwayat alergi
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,
3.1.2 Pemeriksaan Fisik Inspeksi
Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.
3.1.3 Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau jalan optic. 2. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic,
papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
3. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik / infeksi
4. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan aterosklerosis. 5. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.
3.1 Diagnosa Keperawatan yang mungkin terjadi (Doenges,2000):
1. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan b.d gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan : Menurunnya ketajaman penglihatan, perubahan respon biasanya terhadap rangsang.
2. Kecemasan b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan 3. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasive pengangkatan katarak
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan b.d tidak mengenal sumber informasi, salah intrepetasi, kurangnya mengingat, keterbatasan kognitif
No Diagnosa Keperawatan NIC NOC Rasional
1 Gangguan peersepsi
sensori-perseptual penglihatan b.d gangguan
penerimaan sensori/status organ
indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan :
menurunnyaketajamanpenglihatan
perubahan respon biasanyaterhadap rangsang.
Mandiri- Tentukan ketajaman
penglihatan, catat
apakah satu atau dua mata terlibat
- Orientasikan klien tehadap lingkungan
- Observasi
tanda-tanda disorientasi. - Pendekatan dari sisi
yang tak dioperasi,
bicara dengan
menyentuh.
- Ingatkan klien
menggunakan kacamata katarak yang tujuannya
memperbesar kurang
lebih 25 persen,
pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
- Letakkan barang
yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam
jangkauan/posisi yang
tidak dioperasi.
Meningkatkan ketajaman
penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan
sensori dan berkompensasi
terhadap perubahan. Kriteria Hasil :
- Mengenal gangguan
sensori dan berkompensasi
terhadap perubahan. -
Mengidentifikasi/memperbaiki
potensial bahaya dalam
lingkungan.
Mandiri- Kebutuhan tiap individu dan pilihan
intervensi bervariasi
sebab kehilangan
penglihatan terjadi
lambat dan progresif
- Memberikan
peningkatan
kenyamanan dan
kekeluargaan,
menuruknkan cemas
dan disorientasi pasca operasi
- Terbangun dalam lingkungan yang tidak di kenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan kebingungan terhadaap orang tua . - Memberikan
rangsang sensori tepat
terhadap isolasi dan
menurunkan bingung
- Perubahan
ketajaman dan
kedalaman persepsi
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurna A.K. 2007.
Community Ophthalmology in Comprehensive Ophthalmology
, fourth edition, chapter 20, new delhi, new age limited publisher : 443-446.2. Marylin E. Doenges. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 4. Nico A. Lumenta. 2008. Manajemen Hidup Sehat. Jakarta: Elek Media Komputindo 5. Fadhlur Rahman. 2009. Laporan Kasus Katarak Matur Pada Penderita Diabetes Mellitus.
6. Nova Faradilla. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas Kedokteran University of Riau 7. Majalah Farmacia Edisi April 2008 , Halaman: 66 (Vol.7 No.9)
8. Sidarta, Ilyas. 2002. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto 9. Sidarta, Ilyas. Ihtisar ilmu Penyakit Mata. 2009. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI 10. 10. Hartono. Oftalmoskopi dasar & Klinis. 2007. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press
11. 11. Sidarta, Ilyas. Dasar-dasar Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3. 2009. Jakarta: Balai Pustaka FKUI
bingung penglihatan
dan meningkatkan
resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensa si.
3 Kecemasan b.d kurang terpapar
terhadap informasi tentang prosedur tindakan pembedahan
Mandiri- Kaji tingkat
kecemasan pasien dan
catat adanya tanda-
tanda verbal dan
nonverbal.
- Beri kesempatan
Pasien untuk
mengungkapkan isi
pikiran dan perasaan
takutnya.
- Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien
Edukasi- Beri penjelasan pasien tentang prosedur
tindakan operasi,
harapan dan akibatnya. - Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan - Lakukan orientasi dan perkenalan pasien
terhadap ruangan,
petugas, dan peralatan yang akan digunakan
a. Pasien mengungkapkan dan
mendiskusikan rasa
cemas/takutnya.
b. Pasien tampak rileks tidak
tegang dan melaporkan
kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi. c. Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan -
Mandiri - Derajat kecemasan akan dipengaruhi bagaimana informasitersebut diterima oleh individu.
mengungkapkan rasa
takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan. - Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan.
Edukasi - Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif. - Mengurangikecemasan dan meningkatkan pengetahuan - Mengurangiperasaan takut dan
cemas -
12. 12. Benjamin J. Phil. 2010.
Acute Endhoptalmitis after Cataract Surgery : 250 Consecutive Cases
treated at the tertiary referral center in Netherland
. American Journal of ophthalmology. Volume 149 No. 13. LAPORAN PENDAHULUAN 14. KATARAK 15. 16. 17. I. DEFINISI18. Katarak adalah kekeruhan (bayangan seperti awan) pada lensa tanpa nyeri akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi akibat kedua-duanya yang dapat menyebabkan perubahan bayangan gambar dalam retina sehingga secara berangsur-angsur penglihatan kabur dan akhirnya tidak dapat menerima cahaya.
19.
20. II. ETIOLOGI 21. 1. Katarak Senilis
22. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu-satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan semakin kabur. Secara paradoks, walaupun pada stadium insipien pembentukan katarak penglihatan jauh kabur, penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga klien dapat membaca lebih baik tanpa kacamata (“second sight”). Miopia artifisial ini disebabkan oleh peningkatan indeks refraksi lensa pada stadium insipien.
23. Tidak ada terapi medik untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan apabila penurunan penglihatan mengganggu aktivitas normal klien. Apabila timbul glaukoma akibat pembengkakan lensa, diindikasikan ekstraksi lensa secara bedah. Glaukoma dan uveitis terinduksi lensa adalah penyulit katarak yang jarang terjadi. Uveitis terinduksi lensa memerlukan tindakan ekstraksi lensa secara bedah untuk mengeluarkan sumber peradangan.
24. Katarak senilis biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, dan klien mungkin meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan. Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tidak dapat diambil dengan pembedahan laser. Yang dapat dilakukan adalah tindakan operasi/pembedahan. Tingkat keberhasilan pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada 95 % pasien. Indikasi dari pembedahan ini adalah: hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktifitas normal pasien, bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup atau katarak yang menyebabkan glaukoma.
25. 2. Katarak Congenital
26. Katarak akibat infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, genetic atau kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti pada German Measles
27. 3. Katarak Juvenill
28. Katarak yang muncul selama proses perkembangan 29. 4. Katarak Traumatic
30. Katarak akibat trauma
31. 5. Katarak Ttrauma Toksik
32. Katarak akibat paparan zat kimia seperti terapi kortikosteroid sistemik, rokok, alkohol 33. 6. Katarak Komplikata
34. Katarak akibat penyakit mata yang lain seperti uveitis (glaucoma) 35. 7. Associated Katarak
36. Katarak yang berhubungan dengan penyakit spesifik karena kelainan sistemik atau metabolic seperti DM, galaktosemi distrofi miotonik
37.
38. Pada katarak senile dikenal 4 stadium yaitu Insipien, Imatur, Matur, dan Hipermatur :
Keterangan Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan cairan lensa iris Ringan Normal Sebagian Bertambah Seluruh Normal Massif Berkurang
Bilik mata depan Sudut bilik mata Shadow test Penyulit Normal Normal Normal negative - Terdorong Dangkal sempit Positf Glaucoma Normal Normal Normal Negative - Tremulans (hanya bila zonula putus)
Dalam terbuka Pseudopositif Uveitis, glaukoma
39.
40. III. MANIFESTASI KLINIS
41. Keluhan yang timbul adalah penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti berasap. Sejak awal katarak dapat terlihat melalui pupil yang telah berdilatasi dengan optalmoskop, slit lamp/shadow test. Setelah katarak bertambah matang maka retina menjadi semakin sulit untuk dilihat sampai akhirnya reflek fundus tidak ada dan pupil berwarna putih.
42.
43. IV. PENATALAKSANAAN 44. Operasi katarak (Ekstraksi lensa)
45. Indikasi :
46. Secara klinis: bila ditemukan uveitis atau berkembang kearah glaukoma 47. Secara verbal: - bila monokuler harus stadium matur
48. - - binokuler: visus orang buta huruf : 5/50 49. visus orang terpelajar :5/20 50. Pemeriksaan pre- op katarak
51. a) Status lokalis
52. Fungsi retina harus baik-dengan test proyeksi 53. Tidak boleh ada infeksi pada mata atau
jaringan sekitar (missal:uveitis)
54. Tak ada glaucoma, bahaya terjadi prolaps bola mata
55. Koreksi visus 56. b) Status generalis, hindari kondisi berikut
57. Hipertensi
58. DM karena luka sulit sembuh, mudah terjadi infeksi dan perdarahan post hifema sulit hilang 59. Batuk kronik karena bisa terjadi prolaps bola mata
60. Gagal jantung 61. Macam-macam operasi:
62. a) ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction)
63. Merupakan tindakan pengeluaran lensa bersama-sama dengan kapsul 64. b) ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction)
65. Dilakukan dengan merobek kapsul anterior dan mengeluarkan inti lensa dan kortek, sedang sisa lensa diharapkan keluar bersama dengan aqueoshumour
66.
67. Post operasi:
68. Tujuan : cegah infeksi dan terbukanya luka operasi
69. Pasien diminta tidak banyak bergerak dan menghindari mengangkat beban berat selama sebulan. Mata ditutup selama beberapa hari selama beberapa minggu harus dilindungi dengan pelindung logam pada malam hari. Kacamata permanent diberikan 6-8 minggu setelah operasi.
70.
72. 1. Biodata
73. Meliputi: nama, umur, alamat, pekerjaan.
74. Katarak congenital biasanya terjadi pada sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak juvenill terjadi pada usia kurang 9 tahun dan lebih 3 bulan. Katarak senile terdapat pada usia lanjut yaitu diatas 50 tahun.
75. 2. Riwayat penyakit
76. Apa yang menyebabkan terjadinya katarak? 77. Berapa lama katarak terjadi?
78. Bagaimana keluhan yang dirasakan? 79. Dimana katarak terjadi?
80. Penyakit yang selama ini diderita?
81. Penyakit atau riwayat prenatal (pada katarak congenital)?
82. Penyakit herediter, menular, congenital pada riwayat penyakit keluarga? 83. 3. Aktivitas
84. Gejala: perubahan aktivitas biasanya atau hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. 85. 4. Neorosensori
86. Gejala: gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa diruang gelap, perubahan kacamata atau pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
87. 5. Pemeriksaan penunjang
88. Snellen card : untuk memeriksa ketajaman penglihatan 89. Pengukuran tonografi: mengkaji TIO(~ 12-25 mmHg)
90. Pemeriksaan optalmoskop: adanya dilatasi (untuk memastikan diagnosa) 91. DL/LED: menunjukkan anemia sistemik dan infeksi
92. Test toleransi glukosa: menentukan atau control terdapat penelitian DM 93.
94. VI. MASALAH KEPERAWATAN 95. Pre operasi:
96. 1. Gangguan persepsi sensori (visual) 97. 2. Resiko cedera (jatuh)
98. 3. deficit perawatan diri 99. 4. Defisit pengetahuan 100. 5. Takut/cemas 101. 6. Isolasi sosial 102. Post Operasi 103. 1. Nyeri akut
104. 2. gangguan persepsi sensori 105. 3. Resiko cedera (jatuh) 106. 4. Isolasi social 107. 5. deficit perawatan diri 108. 6. Defisit pengetahuan 109. 7. Ansietas (cemas) 110. 8. Gangguan konsep diri
111. 9. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapiutik 112.
113. VII. DIAGNOSA dan INTERVENSI 114. Pre Operasi:
115. 1) Gangguan persepsi sensori (visual) s/d kekeruhan pada lensa mata
117. Criteria standart:
118. Klien mampu mendemonstrasikan perbaikan terhadap rangsang visual dan mengkomunikasikan keterbatasan visual
119. Klien mampu mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi fungsi penglihatan 120. Klien mampu mengidentifikasifaktor-faktor atau sumber alternative stimuli 121. Intervensi:
122. 1. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat
123. R: Kebutuhan individu bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat atau progresif 124. 2. Orientasikan klien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya
125. R: Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan 126. 3. Rubah lingkungan sesuai kebutuhan penglihatan klien
127. Letakkan alat-alat yang sering digunakan dalam jangkauan klien dan pada lokasi yang sama 128. Atur pencahayaan ruangan yang dapat membentu penglihatan klien
129. Hindari cahaya silau
130. Gunakan bahan-bahan yang bertuliskan huruf besar atau berwarna kontras 131. R: Memberikan rasa nyaman dan aman, lebih mudah melihat
132. 4. Kaji jenis dan jumlah stimuli yang disukai klien dan disarankan klien terhadap rangsang (radio, TV, percakapan)
133. R: Melatih indera non visual
134. 5. Sediakan sumber-sumber stimuli jika dibutuhkan 135. R: Memberi klien fasilitas yang dibutuhkan
136. 2) Resiko tinggi cedera (jatuh) s/d kesulitan dalam proses bayangan visual dan paham kedalaman persepsi 137. Tujuan: masalah resiko tidak menjadi actual
138. Kriteria standart:
139. Klien tidak mengalami cedera
140. Klien mampu mengidentifikasi dan menghilangkan bahaya lingkungan 141. Klien melaporkan tidak jatuh
142. Klien mampu mengidentifikasi alasan yang meningkatkan jatuh 143. Intervensi:
144. 1. Berikan nasehat bahwa menutup mata sebelah akan merubah kedalaman persepsi dan mempersempit lapang pandang
145. R: Klien mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki 146. 2. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien 147. Kunci roda dari kursi roda atau tempat tidur
148. Berikan pencahayaan yang adekuat
149. Upayakan klien turun dari tempat tidur dengan posisi tempat tidur yang rendah dan tidak pada sisi yang terkena 150. R: Mengurangi potensi yang berbahaya dari lingkungan klien
151. 3. Ajari klien perubahan posisi secara perlahan
152. 4. Ajari klien untuk menjangkau benda-benda agar tidak jatuh saat berjalan
153. 5. Dorong klien menggunakan alat-alat adaptif seperti tongkat berjalan jika diperlukan 154.
155. Post Operasi:
156. 1) Resiko tinggi cedera (jatuh) s/d peningkatan TIO, perdarahan intra okuler 157. Tujuan: memberi keamanan yang sesuai sehingga masalah tidak menjadi actual 158. Criteria standart:
159. Klien dapat menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera
160. Klien menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk meningkatkan factor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera
161. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan 162. Intervensi:
163. 1. Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi misalnya tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata
164. R: Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerjasama dalam pembatasan aktivitas yang diperlukan 165. 2. Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke posisi yang tidak sakit sesuai keinginan
166. R: Istirahat, menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan resiko perdarahan atau stress pada jahitan 167. 3. Batasi aktivitas seperti mengerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membungkuk
168. R: Menurunkan stress pada area operasi atau menurunkan TIO 169. 4. Dorong nafas dalam batuk efektif untuk bersihan paru 170. R: Batuk yang tidak efektif dapat meningkatkan TIO 171. 5. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi
172. R: Digunakan yang melindungi dari cedera, kecelakaan dan menurunkan gerakan bola mata 173. 6. Observasi pembengkakan luka
174. R: Menunjukkan reaksi radang/kerusakan jahitan/TIO 175. 7. Kolaborasi: berikan obat sesuai indiksi seperti antiemetik 176. R: Rasa mual muntah dapat meningkatkan TIO
177. 2) Gangguan persepsi sensorik (visual) s/d gangguan penerimaan sensori/status organ penginderaan 178. Tujuan: membatasi respon klien terhadap rangsangan, mengkompensasi perubahan
179. Intervensi:
180. 1. Meningkatkan ketajaman penglihatan, catat apakah satu/kedua mata terlihat
181. R: Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat/progresif 182. 2. Orientasikan klien terhadap staf, lingkungan, orang lain diareanya
183. R: Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas pasca operasi
184. 3. Observasi tanda-tanda gangguan disorientasi, pertahankan pagar tempat tidur sampai sembuh dari anastesi 185. R: Menurunkan resiko jatuh bila klien bingung atau tidak kenal ukuran tempat tidur
186. 4. Pendekatan dari sisi yang tidak dioperasi, bicara dan menyentuh sering-sering, dorong orang terdekat tinggal dengan klien
187. R: Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung
188. 5. Letakkan barang yang dibutuhkan atau poaiai bel pemanggil dalam jangkauan pada poaiai yang tidak dioperasi
189. R: Memungkinkan klien melihat obyek lebih mudah dan memudahkan panggilanuntuk pertolongan bila diperlukan
A. DEFINISIKatarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus oleh suatutabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun.Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan prosesdegeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu jugamenjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telahmengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.B. ETIOLOGI1. Ketuaan ( Katarak Senilis )2. Trauma3. Penyakit mata lain ( Uveitis )4. Penyakit sistemik (DM)5. Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti GermanMeasles )C. PATOFISIOLOGILensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju,mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentralterdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior.Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitaropasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya traansparansi. Perubahan dalam serabut halusmultipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalamprotein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannyacahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalamlensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurundengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi palingsering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.D. MANIFESTASI KLINIK Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajamanpenglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilanganpenglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupilsehingga retina tak aakan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akandipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnyaadalah pendangan menjadi kabur atau redup, emnyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dansusah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreushumor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma.3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan.7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.8. EKG, kolesterol serum, lipid9. Tes toleransi glukosa : kotrol DMF. PENATALAKSANAAN
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukanaktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmenposterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, sepertidiabetes dan glaukoma. Ada 2 macam teknik pembedahan ;1. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.2. Ekstraksi katarak ekstrakapsulerMerupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakanuntuk melihat struktur mata selama pembedahan.G.
PENGKAJIAN.KEPERAWATAN1. Aktifitas IstirahatPerubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan
dengan gangguan penglihatan.2. NeurosensoriGangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatanperifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan,fotofobia ( glukoma akut ).Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dankornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata.3. Nyeri / KenyamananKetidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata,sakit kepalaH. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatanTIO ditandai dengan :
Adanya tanda-tanda katarak penurunan ketajaman penglihatan
pandangan kabur, dllTujuan :Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.Kriteria hasil :
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungidiri dari cedera.
•
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.Intervensi :1.Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata.2.Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan3.Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.4.Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.5.Dorong nafas dalam, batuk untuk menjaga ke bersihan paru.6.Anjurkan menggunakan tehnik manajemen stress.7.Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi. 8.Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki kegelisahan,disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi9.Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.10.Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, Asetolamid, sikloplegis, analgesik.2. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaansensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan :
menurunnyaketajaman penglihatan
perubahan respon biasanya terhadap rangsang.Tujuan :Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.Kriteria Hasil :- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.Intervensi :1.Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata
terlibat.2.Orientasikan klien tehadap lingkungan3.Observasi tanda -tanda
disorientasi.4.Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.5.Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bilamenggunakan tetes mata.6.Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen,pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.7.Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumberinformasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif, yang ditandai dengan :
pertanyaan/pernyataan salah konsepsi tak akurat mengikuti instruksi
terjadi komplikasi yang dapat dicegah.Tujuan :Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.Kriteria Hasil :Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.Intervensi :1.Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa. 2.Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan – penglihatan berawan.3.Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.Diskusikan kemungkinanefek/interaksi antar obat mata dan masalah medis
klien.4.Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan
saat defekasi,membongkok pada panggul, dll.5.Dorong aktifitas pengalihan perhatian 6.Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur menggunakankacamata
pelindung.7.Anjurkan klien tidur terlentang.8.Dorong pemasukkan cairan
adekuat.9.Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba.DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta . EGCLong, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan KeperawatanPajajaranMargaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia MedicaNettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta. EGCSidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUISmeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EG