Laporan Pendahuluan Katarak
Konsep Dasar Medis A. Definisi
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi akib at hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari keduaduanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif. (Mansjoer, 200 0: 62)
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (pena mbahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang disebabka n oleh berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2008)
Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut (opak) yang nor malnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahir an (katarak congenital). (Brunner & Suddarth: 2002)
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabka n penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009)
Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hid rasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air ter jun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman pen glihatan berkurang (Corwin, 2000)
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2009).
B. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut : 1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM dap at mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan katarak komp likata.
a. Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat pa da usia di bawah 1 tahun)
b. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 40 tahun c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak inimer upakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling sering ditemukan.
Adapun tahapan katarak senilis adalah :
1) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat mi nimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini seringkali tidak m erasakan keluhan atau gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan. 2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertam bah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan ole h penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kab ur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.
4) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui k apsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada struktur mata yang lainya.
C. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000): 1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan b eracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti: 1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan meta bolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga kompon en anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengeli lingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleu s mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat de nsitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merup akan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehing ga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu te ori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Pro ses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lai n mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degener asi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyak an pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabe tes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling s ering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
E. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari Gejala objektif biasanya meliputi:
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seseakan-akan seakan-akan bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehin gga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek. 2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca. d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala lainya adalah : 1. Sering berganti kaca mata
2. Penglihatan sering pada salah satu mata.
F. Komplikasi 1. Glaucoma 2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea 4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid 6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi 8. Pelepasan koroid 9. Bleeding
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea , lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke ret ina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma. 3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, per darahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi. 8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM 10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi. 14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
H. Penatalaksanaan 1. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung v it. C ,vit. B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahar i (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saa t keluar pada siang hari.
2. Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak : a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan katarak. M ikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini melipu ti pengambilan kapsul anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragme n kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula posteri or dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru pada ekstrasi ekstrakapsu ler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yan g lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang kecil yang kemudian di aspirasi melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
a kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jara ng dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina bertanggung jawa b terhadap sepertiga kekuatan fokus mata. Koreksi optikal yang dapat dilakukan diantaran ya:
1. Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun pembesaran 25 % - 30 % menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer yang menyebabkan kes ulitan dalam memahami relasi spasial, membuat benda-benda nampak jauh lebih dekat da n mengubah garis lurus menjadi lengkung. memerlukan waktu penyesuaian yang lama sa mpai pasien dapat mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi ama n dengan medan pandang yang terbatas.
2. Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia. Lensa ini memberikan rehab ilitasi visual yang hampir sempurna bagi mereka yang mampu menguasai cara memasang, melepaskan, dan merawat lensa kontak. Namun bagi lansia, perawatan lensa kontak menj adi sulit, karena kebanyakan lansia mengalami kemunduran ketrampilan, sehingga pasien memerlukan kunjungan berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.
3. Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke dalam mata. Mamp u menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal, karena IOL mampu menghi langkan efek optikal lensa apakia. Sekitar 95 % IOL di pasang di kamera posterior, sisan ya di kamera anterior. Lensa kamera anterior di pasang pada pasien yang menjalani ekstra si intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture tanpa sengaja selama prosedur ekst rakapsuler.
Konsep Dasar keperawatan A. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah : keterangan lain mengenai identitas pasien.
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun , sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan k atarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis ter jadi pada usia > 40 tahun.
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien deng an katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
3.1.3 Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pem bedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak. 3.1.4 Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi ya ng berhubungan dengan gangguan penglihatan.
3.1.5 Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan kabur / tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan berawan / kabu r, tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tid ak memperbaikipenglihatan, fotophobia (glukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( katar ak ), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan ( glukoma berat da n peningkatan air mata ).
3.1.6 Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat meneta p atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
3.1.7 Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vaso motor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin
B. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan pene rimaan sensori/status organ indera.
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan – kehil angan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
4. Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan. 5. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh. 2. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan pene rimaan sensori/status organ indera.
3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan – kehil angan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan pene rimaan sensori/status organ indera.
Tujuan :
- Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. - Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
INTERVENSI RASIONAL
- Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata terlibat. - Observasi tanda-tanda disorientasi.
- Orientasikan klien tehadap lingkungan.
- Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
- Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi b ila menggunakan tetes mata.
- Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang leb ih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
- Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tid ak dioperasi.
- Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih la njut.
- Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.
- Komunikasi yang disampaikan dapat lebih mudah diterima dengan jelas.
- Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator. - Membantu penglihatan pasien.
- Memudahkan pasien untuk berkomunikasi
2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihata n – kehilangan vitreus,pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
Tujuan:
- Menyatakan pemahaman terhadap factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera. Kriteria hasil :
- Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
- Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan.
INTERVENSI RASIONAL
- Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, p enampilan, balutan mata.
- Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keingi nan.
- Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok. - Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi. - Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki ke gelisahan, disorientasi, gangguan balutan.
- Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi. - Kondisi mata post operasi mempengaruhi visus pasien - Posisi menentukan tingkat kenyamanan pasien.
- Aktivitas berlebih mampu meningkatkan tekanan intra okuler mata. - Visus mulai berkurang, resiko cedera semakin tinggi.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
Tujuan :
- Klien menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan. Kriteria Hasil :
- Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
INTERVENSI RASIONAL
- Pantau informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.
- Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan.
- Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba. - Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
- Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien. - Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defe kasi, membongkok pada panggul, dll.
- Anjurkan klien tidur terlentang. xxiv. Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
- Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator. - Aktivitas-aktivitas tersebut dapat meningkatkan tekanan intra okuler.
- Tidur terlentang dapat membantu kondisi mata agar lebih nyaman.
4. Ansietas berhubungan dengan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan. Tujuan/kriteria evaluasi:
- Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
- Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang sampai pad a tingkat dapat diatasi.
- Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan.
INTERVENSI RASIONAL
- Pantau tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal. - Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya. - Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
- Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibanya. - Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindkan.
- Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas, dan Derajat kecem asan akan dipengaruhiperalatan yang akan digunakan. bagaimana informasi tentang prose dur penatalaksanaan diterima oleh individu.
- Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan. - Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan.
- Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif - Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan
- Mengurangi perasaan takut dan cemas. 5. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi Tujuan :
- pengurangan nyeri.
INTERVENSI RASIONAL
- Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai dengan resep. - Berikan kompres dingin sesuai dengan permintaan untuk trauma tumpul. - Kurangi tingkat pencahayaan.
- Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya yang kuat.
- Tingkat pencahayaan yang lebih rendah nyakan setelah pembedahan.
- Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator 6. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Tujuan :
- mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri
INTERVENSI RASIONAL
- Beri instruksi kepada pasien atau orang terdekat mengenal tanda atau gejala komplikasi yang harus dilaporkan segera kepada dokter.
- Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berati mengenal teknik yang benar memberikan obat.
Evaluasi Perlunya bantuan setelah pemulangan.
- Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan. xxviii. Penemuan dan penangana n awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
- Pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera mata.
- Suber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendampingan dan teman di rumah Memungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan.
7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tub uh.
Tujuan :
- Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan benar.
INTERVENSI RASIONAL
- Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan babas dari kontaminasi dunia luar. - Jaga area kesterilan luka operasi
- Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam merawat luka. - Kolaborasi terapi medik pemberian antibiotika profilaksis
- Mengurangi kontaminasi dan paparan pasien terhadap agen infektious. - Mencegah dan mengurangi transmisi kuman.
mencegah kontaminasi pathogen.
- Mencegah pertumbuhan dan perkembangan kuman.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Ja karta : EGC
Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pe ndidikan Keperawatan Pajajaran
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakart a: EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Al ih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta: EGC
Luckman and sorensen’s, 1993, Medical Surgical Nursing –.ed.4.- Philadelphia, Pennsylvania : T he Curtis Center