• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA ACUAN. Memantapkan pengetahuan dan ketrampilan memfasilitasi pelatihan Standar Minimum dalam Respons Bencana.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERANGKA ACUAN. Memantapkan pengetahuan dan ketrampilan memfasilitasi pelatihan Standar Minimum dalam Respons Bencana."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MASYARAKAT PENANGGULANGAN BENCANA INDONESIA

INDONESIAN SOCIETY FOR DISASTER MANAGEMENT

Sekretariat: Jl. Kebon Sirih 5 G, Jakarta 10340

Tel: 021-314 73 21, fax: 021-310 35 35, email: info@mpbi.org

Page 1 of 6

MPBI

Pelatihan Pelatih Standar Minimum dalam Respons Bencana Jakarta, 14 – 26 Juni 2010

KERANGKA ACUAN I. LATAR BELAKANG

A. Pengelolaan Risiko Bencana di Indonesia

Lokasi geografis telah membuat Indonesia sangat rawan bahaya alam seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, tanah longsor, tsunami dan letusan gunungapi. Data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) menunjukkan bahwa pada tahun 2008, Indonesia mengalami 1.306 kejadian bencana dengan jumlah 5.570.982 pengungsi, korban jiwa 624 meninggal dan hilang dan 77.795 rumah rusak. Dengan data seperti itu, sebagian besar kebijakan dan program pembangunan belum memperhitungkan risiko bencana, belum serius menangani kemiskinan dan ketidaksetaraan penduduk. Hal-hal ini meningkatkan kerentanan penduduk dan wilayah Indonesia terhadap bencana.

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa kebanyakan pelaku PB mengakui bahwa kerja-kerja tanggap bencana lebih didasarkan pada dorongan kemanusiaan dan solidaritas. Banyak dari kerja mereka dalam tanggap bencana belum merujuk pada standar-standar yang telah diakui secara internasional, antara lain Standar Minimum Sphere, dan belum merujuk pada instrumen-instrumen dan nilai-nilai dasar yang melatarbelakangi humanitarian imperative dalam kerja tanggap bencana yang efektif dan bertanggung gugat. Dari temuan-temuan tersebut serta seiring dengan berkembangnya konteks penanggulangan bencana di Indonesia, telah teridentifikasi kebutuhan penguatan kelembagaan, pelaku PB bisa memiliki pemahaman atas standar-standar minimum dalam respons bencana.

Sejalan dengan temuan-temuan tersebut dan melihat kepada kebutuhan para pelaku PB, maka Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) bekerjasama dengan berbagai lembaga kemanusiaan antara lain Oxfam GB, Plan Indonesia, Care sudah melakukan Pelatihan Dasar Standar Minimum dalam Respons Bencana dari tahun 2005 sampai 2010. MPBI merencanakan penyelenggaraan Pelatihan Pelatih Standar Minimum dalam Respons Bencana pada tanggal 14 – 26 Juni 2010 di Jakarta.

II. TUJUAN UMUM:

‰ Memantapkan pengetahuan dan ketrampilan memfasilitasi pelatihan Standar Minimum dalam Respons Bencana.

III. TUJUAN KHUSUS / HASIL YANG DIHARAPKAN TERCAPAI: Pada akhir pelatihan, mitra belajar sudah:

• Memantapkan pengetahuan dan pemahaman tentang prinsip-prinsip, isu-isu utama, Standar Minimum dalam Respons Bencana (partisipasi, kajian awal, respons, penentuan sasaran, monitoring dan evaluasi, kompetensi pekerja kemanusiaan, supervisi pekerja kemanusiaan, air,

(2)

Page

2 of 6

sanitasi, promosi kebersihan, ketahanan pangan, gizi, bantuan pangan, hunian dan penampungan, bantuan non-pangan, pelayanan kesehatan, pendidikan, ternak, pencegahan korupsi dan akuntabilitas kemanusiaan); dan

• Memantapkan pemahaman dan ketrampilan fasilitasi Standar-standar Minimum dalam Respons Bencana.

IV. MITRA BELAJAR

Mitra belajar pelatihan adalah para pelaku penanggulangan bencana. Mitra belajar pelatihan ini diharapkan minimal 20 orang dan maksimal berjumlah 30 orang (laki-laki dan perempuan berimbang) dengan kualifikasi sebagai berikut:

• Pernah mengikuti Pelatihan Dasar Standar Minimum dalam Respons Bencana (lampiran sertifikat);

• Punya pengalaman menerapkan Standar Minimum dalam Respons Bencana. • Ditugaskan oleh lembaganya;

• Bersedia menyiapkan diri sebelum pelatihan

• Bersedia mengikuti pelatihan secara penuh dan mengikuti tindak lanjut aktivitas penguatan kapasitas (berupa kegiatan peningkatan kapasitas lain dan/atau tindak lanjut lain);

• Mampu dan bersedia memberikan rekomendasi untuk rancangan kegiatan peningkatan kapasitas lanjutan/terkait untuk lembaganya

Mitra belajar diseleksi menurut kualifikasi di atas. Panitia Penyelenggara dapat menolak keikut sertaan mitra belajar.

TESTIMONI MITRA BELAJAR YANG PERNAH MENGIKUTI PELATIHAN SERUPA

(SPHERE TOT MAGELANG AGUSTUS 2005)

Ο Buat saya, ToT Sphere di Magelang tahun 2005 adalah pelatihan terbaik yang pernah saya

dapat. (Nurjannah – saat ini masih menjadi dosen Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial di Bandung, sering memfasilitasi Pelatihan Dasar Standar Minimum dalam Respons Bencana Proyek Sphere antara lain di Banda Aceh, Bandung, Nabire)

Ο Sangat baik, bermanfaat karena para traineenya kemudian menjadi trainers di berbagai

pelatihan Sphere yg diselenggarakan oleh lembaga international n lokal...! (Banu Subagyo, saat ini konsultan UNDP untuk Pengurangan Risiko Bencana wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, pernah memfasilitasi Pelatihan Sphere di Yogyakarta, Jawa Timur)

Ο The right ToT with the right participants and the right trainers and organiser at the 'right' time when Indonesia was at the height of experiencing the impacts of disasters; but too bad was held at a slightly wrong place (too fancy hotel with lousy food) :-) (Theresia Wuryantari - tari interpreter for the tot and graduate of the basic training bali batch)

Ο Menarik jika d ulang lagi bos... (Adi Nugroho, saat ini bekerja di SHEEP Yogyakarta, pernah memfasilitasi pelatihan sphere di Sigli, Jakarta)

Ο Saat itu 5 tahun yang lalu saya masih sebagai mahasìswa, tentunya ToT Sphere Magelang

merupakan pondasi paling kuat dalam pembentukan pemahaman saya mengenai penanggulangan bencana dalam konteks nasional & internasional, sungguh kesempatan yang sangat berharga. Alhamdulillah.. (Oya Rocita – Yayasan Kerlip - Bandung)

Ο Bagiku ini pelatihan TOF yang lengkap, ga hanya dapat materi SPHERE, tapi juga diajari

bagaimana mengorganisir sebuah proses, tidak hanya dari yang disampaikan, tapi juga yang peserta alami. (Sigit Widdiyanto a.k.a. Gendon, Kappala di Trenggalek).

(3)

Page

3 of 6

Ο Pelaksanan TOT SPHERE di Magelang sangat menarik dan inspiratif, yang pada akhirnya

menghasilkan para fasilitator yang mumpuni (Benny Usdianto – konsultan GTZ IS untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami di Jawa).

V. METODOLOGI PELATIHAN

Pelatihan ini menggunakan metode pembelajaran orang dewasa, dengan metode antara lain: • Belajar Mandiri • Latihan • Presentasi interaktif; • Diskusi kelompok; • Hands-on Experience; • Permainan; dan • Galeri

Porsi praktik pelatihan melebihi 50% dibanding teori pelatihan.

VI. BAHAN PELATIHAN

Pelatihan ini dirancang untuk dilaksanakan selama 12 hari penuh, yang meliputi 2 (dua) modul: Modul 1: Modul Pelatih

1. Prinsip Belajar dan Pelatihan 2. Mengkaji Kebutuhan Belajar 3. Merancang Pelatihan

4. Menyiapkan Pelatihan 5. Metoda dan Teknik Pelatihan 6. Komunikasi & Fasilitasi

7. Memberi dan Menerima Umpan Balik 8. Melancarkan Proses Belajar

9. Coaching – Salah Satu Metoda Belajar dalam Organisasi 10. Mengevaluasi Pelatihan

Modul 2: Piagam Kemanusiaan dan Standar Minimum dalam Respons Bencana 1. Apa itu Sphere? Mengapa Penting? Peristiwa-peristiwa Penting Kemanusiaan 2. Pengantar Sphere Edisi 2004

3. Piagam Kemanusiaan Sphere, Kode Etik Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Sedunia dan Lembaga Kemanusiaan Non-Pemerintah

4. Kerangka Hukum Internasional, Implikasi Piagam Kemanusiaan 5. Perubahan Iklim dan Pengurangan Risiko Bencana

6. Siklus Proyek Respons Bencana 7. Kesiapsiagaan Bencana

8. Standar Umum dalam Sphere 9. Pengkajian

10. Standar Minimum Pasokan Air, Sanitasi dan Promosi Kebersihan 11. Standar Minimum Ketahanan Pangan, Gizi, dan Bantuan Pangan

12. Standar Minimum Tempat Hunian dan Penampungan dan Bantuan Non-Pangan 13. Standar Minimum Pelayanan Kesehatan

(4)

Page

4 of 6

14. Standar Minimum Pendidikan dalam Keadaan Darurat, Krisis Kronis dan Rekonstruksi Awal 15. Standar Minimum Pengintegrasian Gender

16. Standar Minimum Ternak dalam Keadaan Darurat 17. Akuntabilitas Kemanusiaan

18. Pencegahan Korupsi dalam Upaya Kemanusiaan 19. Monitoring dan Evaluasi Respons Bencana 20. Strategi Pembelajaran Organisasi

Bahan-bahan yang dibagikan kepada peserta: ‰ Bahan pelatihan (arsip elektronik dan cetakan)

‰ Sertifikat (diberikan hanya kepada mitra belajar yang berpartisipasi aktif secara penuh) ‰ Perlengkapan alat tulis pelatihan

VII. TEMPAT DAN WAKTU PELATIHAN

Pelatihan Pelatih Standar-standar Minimum dalam Respons Bencana akan diselenggarakan pada tanggal 14-26 Juni 2010 di Jakarta. Peserta diharapkan sudah datang di Jakarta pada tanggal 13 Juni 2010 selambatnya jam 19:00 WIB.

VIII. Fasilitator:

Pelatihan ini akan difasilitasi oleh satu tim yang mempunyai kepakaran dan pengalaman dalam bidang fasilitasi Standar Minimum dalam Respons Bencana sebagai berikut.

• Faisal Djalal MBA – Sekretaris Jenderal MPBI, konsultan professional dalam bidang Pengembangan Organisasi, Manajemen dan Pengurangan Risiko Bencana. Telah mengikuti Pelatihan Pelatih Standar Minimum dalam Respons Bencana Proyek Sphere (2005) di Magelang setelah mengikuti Pelatihan Dasar Standar Minimum dalam Respons Bencana Proyek Sphere di Makassar (2005) yang diselenggarakan oleh Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia didukung oleh Oxfam GB. Beberapa kali memfasilitasi Pelatihan Dasar Standar Minimum dalam Respons Bencana Proyek Sphere di Aceh, Jakarta, juga Pelatihan Pelatih di berbagai organisasi.

• Dr. H. Iskandar Leman MDM – Wakil SEKJEN MPBI, konsultan dalam bidang penanggulangan bencana. Pernah mengikuti Sphere Trainers Workshop yang diselenggarakan oleh The Sphere Project bekerjasama dengan World Vision International (2006) di Singapore. Telah mengikuti Pelatihan Pelatih Standar Minimum dalam Respons Bencana Proyek Sphere (2002) di Craigieburn - Sydney yang diselenggarakan oleh The Sphere Project bekerjasama dengan ACFOA, setelah mengikuti Pelatihan Dasar Standar Minimum dalam Respons Bencana Proyek Sphere di Jakarta (2001) yang diselenggarakan oleh UN-OCHA, Oxfam GB, Save the Children UK, AusAID, USAID dan di Bangkok yang diselenggarakan oleh Caritas Asia (2001). Pernah memfasilitasi Pelatihan-pelatihan Dasar Standar Minimum dalam Respons Bencana Proyek Sphere di Makassar,

(5)

Page

5 of 6

Jakarta, Banda Aceh, Meulaboh, Lhok Seumawe, Yogyakarta, Padang untuk beragam organisasi kemanusiaan dan Pelatihan Pelatih Sphere (2006) yang diselenggarakan oleh Oxfam GB bekerjasama dengan UNOCHA, UNICEF, dan CARE di Sabang.

• Catur Sudiro, Koordinator Program Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia, trainer untuk pelatihan Emergency Response dan Contingency Planning. Telah mengikuti Pelatihan Pelatih Standar Minimum dalam Respons Bencana Proyek Sphere (2005) di Magelang setelah mengikuti Pelatihan Dasar Standar Minimum dalam Respons Bencana Proyek Sphere di Bogor (2005) yang diselenggarakan oleh Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia didukung oleh Oxfam GB. Pernah memfasilitasi Pelatihan-pelatihan Dasar Standar Minimum dalam Respons Bencana Proyek Sphere di Sigli (Oxfam GB), di Wisma PKBI (April 2009), kerjasama antara MPBI dengan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPN VY) dan Oxfam-Novib; di MPBI (Mei 2010). • Nyai Hindun Paniti, advisor program Canadian Red Cross. Pernah

mengikuti Sphere ToT yang diselenggarakan oleh American Red Cross di Phuket, Thailand (Mei-Juni 2007). Sphere Training oleh American Red Cross di Banda Aceh (2008). Keahlian lain; project management skill, child protection, gender, perspektif pluralisme, Reconciliation-Peace Building, trainer dan konsultan (Child protection, Gender, dan metoda PRA).

IX. PENYELENGGARA

Penyelenggara dan penanggung jawab penuh pelatihan adalah MPBI, Jakarta. Untuk kepentingan pendaftaran peserta dan informasi lebih lanjut mengenai pelatihan ini bisa menghubungi:

Catur Sudiro – Koordinator Pelatihan (MPBI)

Tel. +62 (0) 856 101 7224 atau +62 21 314 7321, email: cathy.sudira@gmail.com

Dewi Andaruni – Training Assistant MPBI

Tel. + 62 (0) 21 314 7321 atau +62 (0) 811 870 1980, email: dewi_andaruni@yahoo.com dengan tembusan ke

faisal.djalal@gmail.com, hleman@yahoo.com,

X. PENDAFTARAN DAN KEUANGAN

Biaya pelatihan sebesar Rp 7.000.000,- (tujuh juta rupiah) dibayar selambatnya tanggal 7 Juni 2010 dengan pengiriman tanda bukti transfer bank (scan atau fotocopy atau facsimile) ke:

Nama rekening: Perkumpulan Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia. Nomor: 025-01-00220-008.

Bank: Niaga Bank Branch Fedex.

(6)

Page

6 of 6

Pendaftaran akan ditutup bila jumlah mitra belajar sudah melampaui jumlah batas maksimum.

Investasi pelatihan ini mencakup bahan pelatihan, akomodasi selama pelatihan, makan pagi-siang-malam, 2x rehat kopi / teh.

Anggota MPBI dengan masa keanggotaan minimal 3 bulan mendapat diskon 30%.

Panitia tidak menanggung biaya transportasi, uang saku maupun komunikasi mitra belajar yang muncul akibat pelatihan ini.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan Bacillus thuringiensis aizawai, parameter kinetika fermentasi dan tingkat toksisitas bioinsektisida yang dihasilkan pada skala laboratorium

Sesuai penelitian terdahulu perataan laba diukur dengan Indeks Eckel (1981). Hasil dari perhitungan Indeks Eckel akan menunjukan perusahaan yang melakukan perataan atau

Fithra (2002:151) nilai VMA pada campuran aspal panas akan terus naik seiring bertambahnya kadar serbuk ban bekas, hal ini disebabkan serbuk ban karet yang

Validitas adalah kriteria penilaian terhadap produk yang dihasilkan apakah sudah valid dan tepat. 115) yang menyatakan bahwa validitas merupakan kriteria penilaian yang

60% 58% 92%.. LAKIP 2016 | Biro Hukum, Organisasi dan Humas 23 dikarenakan Menteri PAN dan RB berkenan untuk bertemu dengan Kepala BSN secara langsung mengenai tugas pokok

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan , maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:(1) Terdapat kontribusi yang positif unsur-unsur

Jika data masukan berupa data geombang laut dalam maka untuk meramalkan kondisi gelombang pada area gelombang pecah maka program akan mengasumsikan arah gelombang sebagai garis

Jadi, dengan demikian bahasa (Indonesia) merupakan sarana pengungkap kebudayaan nasional Indonesia yang digunakan sebagai dasar pengembangan pariwisata di Indonesia.(2) hubungan yang