• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Sistem Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada Proses Pembekuan Udang Di Pt BMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Sistem Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada Proses Pembekuan Udang Di Pt BMI"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN SISTEM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PADA PROSES PRODUKSI PEMBEKUAN UDANG

DI

PT. BUMI MENARA INTERNUSA LAMPUNG

(STUDI KASUS)

KELOMPOK:

1. Hendri (13140010)

2. Tsara Subianto Putri (13140017) 3. Aldi Rahmat Febriansyah (14140001)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG 2016

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia serta izin-Nya Kami mampu menyelesaikan laporan ini yang berjudul “Penerapan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada proses produksi Pembekuan Udang di PT. Bumi Menara Internusa Lampung”. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Rasullullah SAW, keluarganya, serta pengikutnya sampai akhir masa.

Maksud dari pembuatan laporan ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik dukungan moril maupun bantuan dalam mendapatkan data pada perusahaan, bimbingan dan sistematika penyusunan maupun dalam penulisan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang ikut serta dalam penyusunan laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu demi kesempurnaan laporan ini kami mengharapkan saran dan masukkan yang bersifat membangun.

Akhir kata, kami mengharapkan agar laporan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi pembaca sekalian.

Bandar Lampung, November 2016 Penulis,

(3)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan 2 1.3. Manfaat 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4

2.2. Dasar Pemberlakuan

(4)

2.3. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja 9

2.4. Penyebab Kecelakaan Kerja

10

2.5. Usaha Mencapai Keselamatan Kerja

11

2.6. Masalah Kesehatan Karyawan

14

III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1. Sejarah Perusahaan

16

3.2. Visi, Misi dan Semboyan Perusahaan

17

3.3. Struktur Organisasi

18

3.4. Proses Produksi Pembekuan Udang

21 IV.PEMBAHASAN

4.1. Penerapan K3 pada proses pembekuan udang di PT. Bumi

Menara Internusa lampung

24

4.2. Pencegah Terjadinya Kontaminasi Produk Terhadap Karyawan 25

(5)

27

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan 28 5.2. Saran 28 DAFTAR PUSTAKA... 29 LAMPIRAN... 30

(6)

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat K3 merupakan program pemerintah. Program ini lahir dari keprihatinan akan banyaknya kecelakaan yang terjadi ditempat keja yang mengakibatkan penderitaan bagi pekerja maupun keluarga pekerja. Frekuensi kecelakaan kerja tidak begitu banyak, maka banyak yang memandang sebelah mata pada program ini.

Undang-Undang dibidanng K3 sudah ada sejak tahun 1970 yaitu UU no.1 tahun 1970 yang mulai diundangkan pada tanggal 12 Januari 1970 yang juga dijadikan hari lahirnya K3. Hingga tahun 2000 K3 baru mulai banyak dikenal dikalangan masyarakat dan perusahaan karena memiliki faktor penting bagi prokdutifitas dan peningkata prokdutifitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia.

Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktifitas kerja yang baik pula. pekerja yang menuntut prokdutifitaf kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi ksesehatan prima. Sebaliknya keadaan sakit atau gangguan kesehatan menyababkan tenaga kerja tidak atau kurang produktif dalam melakukan pekerjaannya.

Kewajiban untuk menyelenggarakan Sistem Managemen K3 pada perusahaan-perusahaan besar seperti PT. Bumi Menara Internusa melalui UU

(7)

Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja dari 15.000 lebih perusahaan bersekala besar di indonesia yang sudah menerapka K3.

Minimnya jumlah tersebut sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya persahaan. Padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensai/santunan untuk korban kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3, yang besarnya mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak selayaknya diabaikan.

I.2. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini, yaitu:

1. Mengetahui sistem kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada proses produksi pembekuan udang PT. Bumi Menara Internusa Lampung.

2. Mengetahui faktor apa saja yang mengakibatkan kecelakaan akibat kerja. 3. Mengetahui penerapan dan peraturan K3 yang telah dijalankan pada proses

pembekuan udang.

4. Mengetahui bagaimana mencegah terjadinya kontaminasi produk oleh karyawan.

(8)

1. Dapat menambah ilmu dan pengalaman kerja kita sehingga apabila kita terjun dalam bidang industri kita tidak kaku dan dapat mengaplikasikan apa yang telah kita pelajari dalam industri tersebut.

2. Dapat mengoptimalkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di suatu perusahaan.

3. Mengetahui spesifikasi hal penting yang belum diketahui perusahaan dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Beberapa Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut filosofi, keilmuan, OHSAS 18001:2007 dan secara praktis.

a. Pengertian K3 Menurut Filosofi :

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun

(9)

rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur

b. Pengertian K3 Menurut Keilmuan :

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan Penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.

c. Pengertian K3 Menurut OHSAS 18001:2007 :

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Secara Praktis adalah Upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja serta bagi orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber dan proses produksi secara aman dan efisien dalam pemakaiannya

Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran.

(10)

Sedangkan kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik.

Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:

a. Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. b. Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

c. Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan

yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.

d. Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

(11)

e. Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000), mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

f. Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stres, maupun karena kecelakaan. Program kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja secara material, selain itu mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih nyaman, sehingga secara keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara lebih produktif.

II.2. Dasar Pemberlakuan

Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun Undang-undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari 1951, kemudian disusul dengan Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya peraturan kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun 1948). Peraturan ini merupakan bukti tentang disadarinya arti penting keselamatan kerja di dalam perusahaan.

(12)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan, demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai kesejahteraan bersama.

Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan landasan hukum penerapan program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan pijakan yang jelas mengenai aturan yang menentukan bagaimana K3 harus diterapkan.

Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

(13)

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik. k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.

(14)

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahayakecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:

a. Keselamatan dan kesehatan kerja b. Moral dan kesusilaan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

Sedangkan pada ayat 2 dan 3 menyebutkan bahwa “untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.” (ayat 2), “Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.” (ayat 3). Dalam Pasal 87 juga dijelaskan bahwa Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen.

II.3. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus

(15)

dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Menurut Argama (2006), tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja. Beberapa tujuan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:

1. Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan perusahaan.

2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan 3. Menghemat biaya premi asuransi.

4. Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan kepada karyawannya

II.4. Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Mangkunegara (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu:

1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya.

b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.

c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya. 2. Pengaturan Udara

a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak).

b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya. 3. Pengaturan Penerangan

a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat. b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

4. Pemakaian Peralatan Kerja

a. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik. 5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

(16)

b. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko bahaya.

II.5. Usaha Mencapai Keselamatan Kerja

Usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai keselamatan kerja dan menghindari kecelakaan kerja antara lain:

1. Analisis Bahaya Pekerjaan (Job Hazard Analysis)

Job Hazard Analysis adalah suatu proses untuk mempelajari dan menganalisa suatu jenis pekerjaan kemudian membagi pekerjaan tersebut ke dalam langkah langkah menghilangkan bahaya yang mungkin terjadi.

Ada beberapa lagkah yang perlu dilakukan untuk melakukan Job Hazard Analysis: a. Melibatkan Karyawan.

Hal ini sangat penting untuk melibatkan karyawan dalam proses job hazard analysis. Mereka memiliki pemahaman yang unik atas pekerjaannya, dan hal tersebut merupakan informasi yang tak ternilai untuk menemukan suatu bahaya. b. Mengulas Sejarah Kecelakaan Sebelumnya.

(17)

Mengulas dengan karyawan mengenai sejarah kecelakaan dan cedera yang pernah terjadi, serta kerugian yang ditimbulkan, bersifat penting. Hal ini merupakan indikator utama dalam menganalisis bahaya yang mungkin akan terjadi di lingkungan kerja.

c. Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan.

Berdiskusi dengan karyawan mengenai bahaya yang ada dan mereka ketahui di lingkungan kerja. Lakukan brainstorm dengan pekerja untuk menemukan ide atau gagasan yang bertujuan untuk mengeliminasi atau mengontrol bahaya yang ada. d. Membuat Daftar, Peringkat, dan Menetapkan Prioritas untuk Pekerjaan

Berbahaya.

Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan risiko yang tidak dapat diterima atau tinggi, berdasarkan yang paling mungkin terjadi dan yang paling tinggi tingkat risikonya. Hal ini merupakan prioritas utama dalam melakukan job hazard analysis.

e. Membuat Outline Langkah-langkah Suatu Pekerjaan.

Tujuan dari hal ini adalah agar karyawan mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalisir.

(18)

Risk Management dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian/kehilangan (waktu, produktivitas, dan lain-lain) yang berkaitan dengan program keselamatan dan penanganan hukum.

3. Safety Engineer

Memberikan pelatihan, memberdayakan supervisor/manager agar mampu mengantisipasi/melihat adanya situasi kurang ‘aman’ dan menghilangkannya. 4. Ergonomika

Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara manusia dengan pekerjaannya, yang meliputi tugas-tugas yang harus dikerjakan, alat-alat dan perkakas yang digunakan, serta lingkungan kerjanya.

Selain ke-empat hal diatas, cara lain yang dapat dilakukan adalah: 1. Job Rotation

2. Personal protective equipment 3. Penggunaan poster/propaganda 4. Perilaku yang berhati-hati

II.6. Masalah kesehatan karyawan

Beberapa kasus yang menjadi masalaha kesehantan bagi para karyawan adalah: 1. Kecanduan alkohol & penyalahgunaan obat-obatan

Akibat dari beban kerja yang terlalu berat, para karyawan terkadang menggunakan bantuan dari obata-obatan dan meminum alcohol untuk menghilangkan stress yang mereka rasakan. Untuk mencegah hal ini, perusahaan dapat melkaukan

(19)

pemeriksaan rutin kepada karyawan tanpa pemberitahuan sebelumnya dan perusahaan tidak memberikan kompromi dengan hal-hal yang merusak dan penurunan kinerja (missal: absen, tidak rapi, kurang koordinasi, psikomotor berkurang).

2. Stress

Stres adalah suatu reaksi ganjil dari tubuh terhadap tekanan yang diberikan kepada tubuh tersebut. Banyak sekali yang menjadi penyebab stress, namun beberapa diantaranya adalah:

a. Faktor Organisasional, seperti budaya perusahaan, pekerjaan itu sendiri, dan kondisi kerja.

b. Faktor Organisasional seperti, masalah keluarga dan masalah finansial

3. Burnout

"Burnout” adalah kondisi terperas habis dan kehilangan energi psikis maupun fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan. Burnout mengakibatkan kelelahan emosional dan penurunan motivasi kerja pada pekerja. Biasanya dialami dalam bentuk kelelahan fisik, mental, dan emosional yang intens (beban psikologis berpindah ke tampilan fisik, misalnya mudah pusing, tidak dapat berkonsentrasi, gampang sakit) dan biasanya bersifat kumulatif

(20)

III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I.1. Sejarah Perusahaan

PT. Bumi Menara Internusa (BMI) terletak Di Indonesia, PT. Bumi Menara Internusa (BMI) melayani dunia dengan kualitas dan seafood bergizi produk mulai dari udang segar dan kepiting spesies ikan.

PT. Bumi Menara Internusa mulai berdiri pada tahun 1989. Awalnya BMI mempekerjakan 100 orang dengan hasil produksi tahunan sekitar 500 ton. Sejak

(21)

tahun 1992 dengan pengalaman yang memadai dan di dukung dengan sumber daya manusia yang ahli.

PT. Bumi Menara Internusa telah berhasil menyediakan pangan (seafood) bagi dunia dengan layanan prima. Saat ini PT. Bumi Menara Internusa tumbuh dan dipercaya sebagai partner local dan internasional dan selanjutnya akan menjadi ikon internasional untuk produk hasil olahan laut.

PT. Bumi Menara Internusa berpusat di Surabaya dan memiliki cabang di Dampit dan Lampung. PT. Bumi Menara Internusa Lampung didirikan sejak tahun 2009, perusahaan ini melayani dunia dengan kualitas dan produksi seafood seperti udang dan kepiting. Perusahaan ini menggunakan sistem keselamatan pangan modern dan didukung dengan teknologi pengolahan pangan modern.

I.2. Visi, Misi dan Semboyan Perusahaan

Berikut ini merupakan visi, misi, dan semboyan dari PT. Bumi Menara Internusa Lampung:

I.2.1. Visi

Bersama menyediakan pangan bagi dunia dengan layanan prima. I.2.2. Misi

(22)

a. Meyediakan produk berkualitas yang aman dan sesuai persyaratan pelanggan dengan harga yang kompetitif.

b. Mengutamakan kepuasan pelanggan secara menyeluruh dengan memberikan pelayanan yang terbaik dan prima.

c. Menjaga keseimbangan pertumbuhan, keuntungan dan pengembangan kualitas.

d. Memiliki tanggung jawab sosial dan ramah lingkungan. I.2.3. Semboyan

a. Brand Image (Membangun Kesan) b. Market Leader (Pemimpin Pasar)

c. Internal External Customer Satisfaction (Kepuasan Bagi Pihak Internal dan Eksternal)

I.3. Struktur Organisasi

PT. Bumi Menara Internusa Lampung merupakan perusahaan swasta yang dipimpin oleh cief operating officer. Struktur organisasi PT. Bumi Menara Internusa Lampung dapat dilihat pada lampiran.

I.3.1. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan sangat penting bagi perusahaan, berikut merupakan bagian dari ketenagakerjaan PT. Bumi Menara Internusa Lampung:

1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mendukung terlaksananya kegiatan diantaranya menduduki posisi manager, kepala shift, staff, operator, satpam, cleaning service, dan tenaga harian. Untuk posisi karyawan biasa tetap dan harian

(23)

diusahakan direkrut dari masyarakat Desa Lematang dan sekitar perusahaan. Hal tersebut di berlakukan demi memberikan kesejahteraan untuk masyarakat sekitar perusahaan.

Waktu kerja untuk para karyawan dan staf yang bekerja pada PT. Bumi Menara Internusa Lampung yaitu hari senin – kamis (08.00 – 16.00), jumat (08.00 – 14.30), sabtu (08.00 – 14.00).

2. Upah dan Tunjangan

Upah dan tunjangan ditetapkan dan diberikan berdasarkan perjanjian kerja, kesepakatan dan sesuai ketentuan Peraturan Gubernur Lampung tentang upah minimum regional tahun 2016 Rp. 72.000/ hari. Sedangkan untuk harian tetap bervariatif sesuai prestasi kerja dan masa kerjanya.

I.3.2. Sarana dan Fasilitas Perusahaan

Sarana dan fasilitas yang diberikan oleh PT. Bumi Menara Internusa Lampung kepada karyawan guna untuk mempermudah karyawan dalam menjalankan pekerjaanya, antara lain sebagai berikut :

1. Sarana Pengangkutan

Sarana pengangkutan yang ada di perusahaan ini adalah mobil pengangkut produk jadi yang digunakan untuk mengirim produk ke luar negeri.

(24)

Fasilitas yang diberikan perusahaan dalam bidang kesehatan berupa klinik kesehatan dan kotak P3K di setiap ruang kerja perusahaan, yang bertujuan memberikan pelayanan pertolongan pertama bagi para keryawan dalam upaya meningkatkan kinerja para karyawan itu sendiri.

Fasilitas kesehatan lainya yang diberikan perusahaan, adalah dengan adanya kerja sama antara PT. Bumi Menara Internusa Lampung dengan perusahaan asuransi yaitu PT. Jamsostek dan BPJS untuk memberikan jaminan pelayanan kesehatan (3-6%), kecelakaan kerja (0,24%), hari tua (5,70%) dan kematian (0,30%).

Selain itu guna meningkatkan keluarga pekerja maka perusahaan memberikan tunjangan kelahiran (s/d anak ke 2), tunjangan makan, keagamaan, pernikahan atau sesuai dengan peraturan perusahaan.

3. Perumahan (Mess Karyawan)

PT. Bumi Menara Internusa Lampung menyediakan perumahan bagi karyawan, perumahan ini digunakan sebagai tempat istirahat dan tempat tinggal bagi karyawan yang mempunyai kontrak kerja di PT. Bumi Menara Internusa Lampung.

4. Kantin Karyawan

Digunakan sebagai tempat makan siang dan istirahat bagi karyawan, kantin PT. Bumi Menara Internusa Lampung menyediakan berbagai jenis menu makanan, sehingga mempermudah karyawan menentukan makanan sesuai selera yang diinginkan.

(25)

5. Tempat Ibadah (Mushola)

Digunakan sebagai sarana ibadah bagi seluruh karyawan PT. Bumi Menara Internusa Lampung, khususnya bagi karyawan yang beragama Islam.

6. Fasilitas Olahraga

PT. Bumi Menara Internusa Lampung menyediakan beberapa fasilitas olahraga diantaranya adalah lapangan futsal dan basket yang digunakan para karyawan untuk menjaga kebugaran tubuh.

I.3.3. Penggunaan Lahan

PT. Bumi Menara Internusa Lampung Selatan berdiri di lokasi Hak Guna Bangunan (HGB) seluas ± 8 Ha.

I.4. Proses Produksi Pembekuan Udang

PT. Bumi Menara Internusa Lampung adalah perusahaan yang menghasilkan produk dengan bahan baku udang, untuk menghasilkan udang dengan kualitas yang baik, perusahaan melakukan proses yang baik sebagai berikut:

1. Penerimaan Luar

Bahan baku udang didatangkan langsung dari tambak udang yang dibeli dari pihak ketiga. Bagian penerimaan luar mengadakan pembongkaran dan penimbangan bahan baku.

(26)

Bagian penerimaan dalam bertugas mengontrol dan mengecek kebenaran pembelian bahan baku.

3. Potong Kepala

Bagian potong kepala adalah dimana proses pemotongan kepala di lakukan dibagian ini. Pada proses ini pemotongan kepala udang masih dilakukan secara manual yaitu dilakukan oleh manusia (karyawan bagian pemotongan kepala).

4. Work Center Sizing (WCS)

Pada bagian WCS dilakukan proses pemisahan udang kecil dan besar menggunakan mesin grader. Mesin grader beroperasi secara otomatis, dimana udang yang kecil akan terpisah dengan udang yang besar.

Udang yang kecil akan dipisahkan dan selanjutnya akan diberikan kepada pihak ketiga, dimana pihak ketiga akan mengelola udang tersebut dengan peraturan perundang-undang yang berlaku.

5. Kupas

Proses ini dilakukan untuk mengupas kulit udang dan membuang usus udang. Proses ini juga dilakukan secara manual, dan dilakukan oleh karyawan yang telah ahli dalam melakukan pengupasan ini.

(27)

Pada bagian ini dilakukan proses perendaman, proses ini dilakukan untuk penambahan komposisi rasa pada produk.

7. Timbang

Proses ini dilakukan apakah berat udang yang sudah di kupas dan di rendam sudah memenuhi standar timbangan yang sudah ditentukan oleh perusahaan. 8. Susun

Proses susun dilakukan secara manual, penyusunan udang biasanya dilakukan memanjang dengan berbentuk kotak.

9. Pembekuan

Proses ini dilakukan untuk menjaga agar udang tetap terjaga kelezatan, kesegaran dan keawetannya. Pembekuan dilakukan sebelum produk di kirim ke tempat tujuan.

Flowchart Proses Produksi Industri Pembekuan Udang PT. Bumi Menara Internusa Lampung

Penerimaan Luar

Air Limbah Penerimaan Dalam

Air Bersih

Air Limbah & Limbah Padat Potong Kepala

Limbah Padat WCS

Air Limbah & Limbah Padat Kupas

Air Limbah Rendaman

(28)

Gambar 1. Flowchart Proses Produksi Industri Pembekuan Udang PT. Bumi Menara Internusa Lampung

Sumber: PT. Bumi Menara Internusa Lampung, 2016 IV. PEMBAHASAN

IV.1. Penerapan K3 pada proses pembekuan udang di PT. Bumi Menara Internusa lampung

Proses ini dilakukan secara manual seperti pengupasan kulit udang, ekor udang dan kepala udang. Setiap karyawan wajib memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang telah ditentukan oleh perusahaan, seperti :

1. Penutup Kepala (Cover Head)

Penutup kepala digunakan untuk mencegah terjadinya kontaminasi produk, seperti jatuhnya rontokan rambut, atau benda-benda lainnya yang berasal dari kepala. Karena jika hal tersebut terjadi maka produk tersebut tidak akan diterima oleh konsumen.

Timbang Susun Pembekuan

(29)

2. Masker (Face Mask)

Masker digunakan untuk mencegah masuknya mikroorganisme dari tubuh ke dalam produk yang akan dihasilkan. Hal tersebut dilakukan karena produk yang akan dihasilkan harus bersih dan steril.

3. Baju Proses Produksi

Baju ini digunakan pada saat proses untuk Baju ini digunakan pada saat proses untuk mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme dari pakaian dan melindungi pakaian agar tidak kotor saat bekerja.

4. Sarung Tangan (Cover Hand)

Sarung tangan digunakan pada seluruh proses produksi, karena udang harus tetap terjaga kebersihan dan kesegarannya. Pada proses pengupasan kepala udang sarung tangan digunakan agar bagian kepala udang yang tajam tidak melukai tangan karyawan. Jika tangan karyawan terluka, maka darah yang keluar dari tangan tersebut akan mengkontaminasi produk, dan jika produk terkontaminasi oleh darah maka produk tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi.

5. Sepatu Boot

Sepatu boot digunakan di dalam ruang proses agar pada saat karyawan berjalan merasa nyaman dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja seperti terpeleset. 6. Efron

(30)

Erfon digunakan pada saat di ruang proses karena di dalam ruang proses sangatlah bising. Kebisingan tersebut bersumber dari suara para karyawan dan mesin proses produksi. Penggunaan efron akan mencegah terjadinya kerusakan pendengaran.

IV.2. Pencegah Terjadinya Kontaminasi Produk Terhadap Karyawan Pencegahan terjadinya kontaminasi produk sangat di perlukan pada industri pembekuan udang, karena jika terkontaminasi konsumen dari berbagai negara tersebut tidak akan mau menerima produknya. Pencegahan tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Mencuci Tangan

Sebelum masuk ruang proses seluruh karyawan wajib melakukan pencucian tangan setelah memakai APD. Pencucian tangan yang dilakukan harus sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan oleh perusahaan.

2. Kuku Harus Bersih

Pada saat masuk kedalam ruang proses kuku para karyawan harus bersih dengan cara memotong kuku yang panjang dan tidak menggunakan cat kuku.

3. Tidak Memakai Wewangian dan Make up

Karyawan yang akan masuk ke ruang proses tidak diperkenankan memakai wewangian dan make up yang berlebih, karena di khawatirkan zat kimia yang terkandung di dalamnya akan mengkontaminasi produk yang akan dihasilkan.

(31)

4. Mengharuskan Karyawan untuk Mencuci Rambutnya

Karyawan PT. Bumi Menara Internusa Lampung yang bekerja di ruang proses di haruskan mencuci rambutnya maksimal dua kali dalam seminggu. Hal tersebut di lakukan agar rambut tidak terlaku kotor dan tidak terlalu wangi, karena wangi rambut takutnya akan mengkontaminasi produk yang akan dihasilkan.

5. Tidak Mengizinkan Karyawan yang Sakit untuk Bekerja

Maksud dari mengizinkan karyawan yang sakit ini adalah karyawan yang bekerja di ruang proses. Sementara waktu karyawan yang sakit tidak diperbolehkan bekerja, karena dikhawatirkan penyakit yang di derita karyawan akan megkontaminasi produk yang akan dihasilkan karyawan.

IV.3.Faktor yang Menyebabkan Kecelakaan Akibat Kerja Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan PT. Bumi Menara Internusa:

1. Kurangnya perhatian terhadapa jenis penyebab kecelakaan kecil.

2. Penggunaan APD yang kurang stabil. 3. Terpeleset

4. Bau udang 5. Kebisingan 6. Jatuh dari tangga 7. Sakit flu

(32)

V. SIMPULAN DAN SARAN

V.1. Simpulan

1. Penerapan sistem kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada proses produksi pembekuan udang pada PT. Bumi Menara Internusa Lampung sudah sangat baik.

2. Perlengkapan K3 pada proses produksi yang ada di PT. Bumi Menara Internusa Lampung adalah perlengkapan Alat Perlindungan Diri (APD), Alat Pemadam Api Ringan (APAR), hydrant, dan kotak P3K.

3. PT. Bumi Menara Internusa telah melakukan pengolahan limbah dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

4. PT. Bumi Menara Internusa Lampung telah memiliki RTH yang cukup yaitu 30% dari luas lahan.

V.2. Saran

1. PT. Bumi Menara Internusa Lampung telah memiliki program K3 yang sangat baik karena memperhatikn proses kerja para karyawan disetiap tempat sehingga mengurangi terjadinya kecelakaan kerja.

2. Perusahaan kurang memperhatikan hal-hal yang kecil dalam keselamatan kerja, padahal hal yang sangat kecil apabila dibiarkan maka akan menimbulkan kecelakaan yang fatal.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Buku Ajar Satuan Operasi. Bandar Lampung. Universitas Malahayati.

Tambusai, M. 2001. Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Makalah Seminar K3 RS.

Tim penyusun. 2016. Profil PT. Bumi Menara Internusa Lampung. Lampung. PT. Bumi Menara Internusa Lampung.

Universitas Malahayati. 2015. Pedoman Penulisan Proposal. Tugas Akhir (Skripsi) dan Laporan Kerja Praktik Fakultas Teknik. Bandar Lampung. Universitas Malahayati.

(34)

LAMPIRAN

Gambar 2. Proses pengupasan kepala udang di PT. Bumi Menara Internusa

(35)

Gambar 4. Proses pemisahan udang yang rusak dengan udang yang bagus di PT. Bumi Menara Internusa.

(36)

Gambar 6. Proses penyusunan udang yang akan dibekukan di PT. Bumi Menara Internusa

(37)

Gambar 8. Hydrant perusahaan PT. Bumi Menara Internusa

Gambar 9. Instalasi Pengolahan Air Limbah PT. Bumi Menara Internusa Lampung

(38)

Gambar 10. Ruang Terbuka Hiijau ( RTH) PT. Bumi Menara Internusa Lampung

Gambar

Gambar 1.  Flowchart  Proses  Produksi Industri  Pembekuan Udang PT. Bumi Menara Internusa Lampung
Gambar 2. Proses pengupasan kepala udang di PT. Bumi Menara Internusa
Gambar 4. Proses pemisahan udang yang rusak dengan udang yang bagus di PT. Bumi Menara Internusa.
Gambar 6. Proses penyusunan udang yang akan dibekukan di PT. Bumi Menara Internusa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan dan karyawan, perlu kerja sama yang baik untuk menerapkan K3, karena jika terjadi

Tingkat penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berdasarkan persepsi karyawan dengan menggunakan kuesioner indikator SMK3 maka nilai penerapan program

Karena atas berkatnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Beban Kerja, Stres Kerja dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Terhadap Kepuasan Kerja

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja karyawan divisi operasional PT Bumi Menara

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga

Tingkat penerapan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) berdasarkan persepsi karyawan dengan menggunakan kuesioner indikator SMK3 maka nilai penerapan program

• Dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan, dan • Mengurangi kecelakaan yang berakibat fatal Program K3 • Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan •

Maka perlu dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah