Makalah Makalah
MITIGASI BENCANA BANJIR ROB DI JAKARTA UTARA MITIGASI BENCANA BANJIR ROB DI JAKARTA UTARA
OLEH OLEH
KELOMPOK IV: KELOMPOK IV: 1.
1. LENI LENI ARNI ARNI DWIMAWAN DWIMAWAN (F1B1 (F1B1 11 11 063)063) 2.
2. LA LA ODE ODE SALEH SALEH ISA ISA (F1B1 (F1B1 11 11 060)060)
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI KENDARI
2015 2015
ii
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan
hidayah- Nya
Nya sehingga sehingga penulis penulis dapat dapat menyelesaikan menyelesaikan makalah makalah ini. ini. Shalawat Shalawat serta serta salamsalam
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta generasi
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta generasi
penerusnya hingga akhir zaman.
penerusnya hingga akhir zaman.
Makalah
Makalah yang berjudul “Mitigasiyang berjudul “Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara” ini” ini
disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Mitigasi Bencana Alam, Fakultas Ilmu
disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Mitigasi Bencana Alam, Fakultas Ilmu
dan Teknologi Kebumian, Universitas Halu Oleo Kendari. Makalah ini berisi tentang
dan Teknologi Kebumian, Universitas Halu Oleo Kendari. Makalah ini berisi tentang
bentuk-bentuk
bentuk-bentuk mitigasi mitigasi yang yang dilakukan dilakukan oleh oleh Masyarakat Masyarakat maupun maupun Pemerintah Pemerintah dalamdalam
mengurangi dampak atau risiko bencana angin puting beliung.
mengurangi dampak atau risiko bencana angin puting beliung.
Disadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini mendapat bantuan
Disadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini mendapat bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak
dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Abdul Manan, M.Si, selaku Dosen mata Kuliah Mitigasi Bencana Alam yang dengan
Abdul Manan, M.Si, selaku Dosen mata Kuliah Mitigasi Bencana Alam yang dengan
sabar membimbing, mengarahkan serta memberikan ilmunya kepada penulis.
sabar membimbing, mengarahkan serta memberikan ilmunya kepada penulis.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
terkait dan yang paling penting adalah bermanfaat bagi masyarakat. Kritik dan Saran
terkait dan yang paling penting adalah bermanfaat bagi masyarakat. Kritik dan Saran
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Kendari, 28 Mei 2015 Kendari, 28 Mei 2015 Penulis Penulis
ii DAFTAR ISI Kata Pengantar ... i Daftar Isi... ii BAB I Pendahuluan ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan ... 2 1.4 Manfaat ... 3
BAB II Tinjauan Pustaka ... 4
2.1 Pengertian Banjir ... 4
2.2 Penyebab Terjadinya Banjir ... ... 4
2.3 Dampak yang Ditimbulkan Banjir ... 5
2.4 Penanggulangan Banjir ... 6
BAB III Pembahasan... 8
3.1 Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara ... .... 8
3.2 Mitigasi Bencana Banjir ... 10
BAB IV Kesimpulan dan Saran ... ... 18
4.1 Kesimpulan ... 18
4.2 Saran ... ... 18
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki wilayah teritorial luas, memiliki banyak gunung api aktif, terletak diantara dua lempengan geologi besar yang selalu bergerak, memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Kondisi tersebut mempunyai sisi positif yaitu membawa keuntungan seperti tanah yang subur, sumber daya manusia melimpah, sumber daya air yang cukup dan kekayaan budaya, tetapi di samping itu juga mempunyai sisi negatif yang membawa kerugian seperti seringnya terjadi bencana gunung meletus, gempa bumi, tanah longsor, banjir, kebakaran hutan, gelombang tsunami, serta banjir rob (pasang).
Fenomena banjir rob terjadi hampir sepanjang tahun baik pada musim kemarau maupun penghujan di sepanjang pesisir pantai. Hal ini menunjukan terjadinya banjir rob tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat intensitas curah hujan tetapi lebih dipengaruhi kepada gaya gravitasi bulan. Gaya gravitasi bulan inilah yang menyebabkan terjadinya pasang surut air laut. Ketika bulan sedang purnama, maka saat itulah terjadi pasang maksimal yang akan menyebabkan terjadinya banjir rob. Selain itu juga karena pengaruh angin laut, angin yang dimaksud disini adalah angin badai yang dapat menyebabkan air laut membanjiri daratan di sekitarnya.
Fenomena banjir rob ini sering terjadi di daerah pesisir. Tidak hanya pesisir-pesisir kota kecil tetapi pesisir ibukota pun juga ikut terkena banjir rob tiap
tahunnya, khususnya di daerah pesisir Jakarta Utara. Jakarta Utara merupakan bagian dari ibukota yang mengalami perkembangan wilayah yang pesat setiap tahunnya. Perkembangan serta pembangunan infrastruktur yang berbasis kota megapolitan menyebabkan masyarakat berbondong-bondong untuk melakukan urbanisasi sehingga terjadi kepadatan penduduk yang ekstrim di ibukota yang ditandai dengan meningkatnya pembangunan gedung-gedung bertingkat serta meningkatnya aktivitas penduduk, yang mana secara tidak langsung hal ini
menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan air bersih dan memicu pengambilan air tanah secara besar-besaran. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah di Jakarta, dan kenaikan air laut, sehingga menyebabkan
terjadinya banjir rob di daerah Jakarta utara.
Bencana banjir merupakan permasalahan umum terutama didaerah padat penduduk pada kawasan perkotaan, daerah tepi pantai atau pesisir dan daerah cekungan. Masalah banjir bukanlah masalah baru bagi Jakarta Utara, tetapi merupakan masalah besar karena sudah terjadi sejak lama dan pada beberapa tahun terakhir mulai merambah ke tengah kota. Hal tersebut terjadi karena adanya faktor alam dan perilaku masyarakat terhadap alam dan lingkungan.
Terjadinya bencana ini membawa kerugian material dan non material yang jumlahnya cukup besar baik itu berupa harta benda masyarakat maupun sarana pelayanan publik milik pemerintah serta psikis masyarakat yang masih terguncang akibat banjir rob. Sehingga, diperlukan suatu upaya penyelenggaraan penanggulangan bencana yang terencana. Oleh sebab itu, penulis hendak membahas mengenai bencana banjir rob di Jakarta Utara dan cara penanggulangannya dalam makalah yang berjudul “Mitigasi Bencana Banjir
Rob di Jakarta Utara”. 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana bencana banjir rob yang terjadi di Jakarta Utara ?
2. Bagaimana mitigasi bencana yang tepat untuk menanggulangi bencana banjir ? 1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada makalah ini yaitu sebagai berikut: 1. Mengetahui bencana banjir rob yang terjadi di Jakarta Utara
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut: 1. Membantu mahasiswa untuk mengetahui cara mitigasi bencana banjir
2. Memaparkan peran penting mitigasi bencana terhadap rantai kehidupan masyarakat
3. Menjadi sarana pengetahuan tentang cara mitigasi bencana banjir bagi mahasiswa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian banjir
Banjir merupakan peristiwa yang terjadi ketika terdapat suatu aliran air yang berlebihan merendam daratan.
Rob adalah istilah lain untuk menyebutkan banjir pasang-surut. Banjir rob adalah banjir yang diakibatkan oleh air laut yang pasang yang menggenangi daratan, merupakan permasalahan yang terjadi di daerah yang lebih rendah dari permukaan air laut.
Gambar 2.1 Banjir di Jakarta 2.2 Penyebab terjadinya banjir
Penyebab terjadinya banjir antara lain sebagai berikut: a. Tingginya curah hujan di hulu sungai.
b. Hutan di hulu sungai banyak di tebangi, padahal hutan berfungsi sebagai unsur hidrolis (penyimpan air) dan orologis (pengatur air) di musim kemarau.
c. Berubahnya fungsi hutan dari hutan lindung menjadi hutan produksi.
d. Beralihnya fungsi hulu sungai dari kawasan resapan air menjadi kawasan pemukiman.
e. Beralinya fungsi hulu dan aliran sungai menjadi areal perkebunan dan pertanian.
f. Menyempitnya aliarn sungai akibat pembanguna yang bertambah ke arah bagian tengah sungai.
g. Sungai yang semakin dangkal akibat kuatnya erosi yan di bawa oleh sungai berupa material lumpur, pasir, kerikil, dan kayu hasil penebangan liar.
h. Masyarakat banyak yang membuang sampah di sungai sehingga air sungai terhambat dan terhalang oleh sampah yang menumpuk di sungai.
2.3 Dampak yang Ditimbulkan oleh Banjir a. Primer
Kerusakan fisik: Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal. b. Sekunder
1. Persediaan air: Kontaminasi air → Air minum bersih mulai langka. 2. Penyakit: Kondisi tidak higienis → Penyebaran penyakit bawaan air.
3. Pertanian dan persediaan makanan → Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen.
4. Pepohonan → Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.
5. Transportasi → Jalur transportasi rusak, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.
c. Dampak tersier/jangka panjang
Ekonomi: Kesulitan ekonomi karena kerusakan pemukiman yang terjadi akibat banjir; dalam sector pariwisata, menurunnya minat wiasatawan; biaya pembangunan kembali; kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga,
dll.
Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, ternyata banjir (banjir air skala kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan
peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di dataran. Banjir menambahkan banyak nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin memajukan industri perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena kecocokan dataran banjir untuk pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi).
2.4 Penanggulangan banjir
Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas tiga tahap yang meliputi tahap pra bencana, tahap tanggap darurat dan tahap pasca bencana. Pelaksanaan kegiatan pada setiap tahap menganut prinsip-prinsip sebagai berikut 1. Tahap Pra Bencana
Dalam tahap pra bencana kegiatan mitigasi bencana dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan dalam bentuk penegakan hukum/peraturan pemerintah pusat dan daerah dalam pembangunan fisik di lapangan yang bertujuan untuk mengurangi dampak kerugian yang terjadi bila ada bencana seperti dengan mematuhi rencana tata ruang dan tata bangunan yang telah ditetapkan. Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat yang perlu ditempuh dalam menghadapi situasi darurat.
2. Tahap Tanggap Darurat
Dalam tahap tanggap darurat kegiatan mitigasi bencana, dukungan yang diberikan dalam kegiatan evakuasi korban bencana adalah penyediaan dan pengoperasian peralatan yang diperlukan untuk mendukung dan memberikan akses bagi pelaksanaan kegiatan pencarian dan evakuasi korban bencana beserta harta bendanya di lokasi dan keluar dari lokasi bencana. Pelaksanaan kegiatan tanggap darurat utamanya dilakukan untuk memulihkan kondisi dan fungsi prasarana dan sarana yang rusak akibat bencana yang bersifat darurat/sementara namun harus mampu mencapai tingkat pelayanan
3. Tahap Pasca Bencana
Dalam tahap pasca bencana kegiatan mitigasi bencana, kegiatan rehabilitasi da rekonstruksi yang dilaksanakan harus diupayakan untuk melibatkan peran serta masyarakat. Bantuan dari pemerintah diutamakan berupa stimulan yang diharapkan akan dapat mendorong tumbuhnya keswadayaan masyarakat. Pekerjaan rehabilitasi dan rekonstruksi diutamakan bagi prasarana dan sarana serta rumah bagi masyarakat yang tidak mampu
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Bencana Banjir Rob Jakarta Utara
Pesisir Jakarta Utara merupakan teluk yang landai. Kelandaian dasar laut ini lama-kelamaan membentuk endapan-endapan yang menghambat aliran air sungai menuju laut. Arus pasang kemudian merambat di daerah pantai yang landai dan membuat genangan di wilayah pesisir. Sehingga pengaruh inilah yang membuat pesisir Jakarta Utara selalu terkena banjir rob (pasang) setiap tahunnya.
Selain karena faktor tersebut, banjir rob dapat terjadi karena perubahan tata guna lahan di pantai. Segala aktivitas manusia di daerah dataran dilakukan untuk memenuhi kebutuhan serta kemakmuran. Pembangunan infrastruktur terus dikembangkan baik infrastruktur transportasi, permukiman, perumahan, komunikasi, sistem keairan dan lain-lain. Konsekuensi dari perkembangan infrastruktur adalah perubahan tata guna lahan dari kondisi alam seperti hutan, tanaman bakau dan tanaman lainnya menjadi kondisi buatan manusia untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Perubahan tata guna lahan lebih cenderung merubah saja tanpa memperhitungkan dampaknya maka salah satu kerugian nyata adalah kerugian banjir yang terus meningkat.
Kawasan pesisir utara Jakarta merupakan daerah yang rentan terhadap perubahan garis pantai. Pengaruh perubahan tata guna lahan dan fenomena kenaikan muka laut yang mengakibatkan perubahan garis pantai. Akibat perubahan garis pantai ini sering terjadi bencana di wilayah pesisir, yang salah
satunya adalah kejadian banjir rob (pasang). Banjir rob (pasang) terjadi pada saat kondisi pasang maksimum/tertinggi (High Water Level) menggenangi daerah-daerah yang lebih rendah dari muka laut rata-rata (mean sea level). Limpasan air laut dengan bantuan gaya gravitasi akan mengalir menuju tempat-tempat rendah, kemudian akan menggenangi daerah-daerah tersebut.
DKI Jakarta sebagai pusat kota dan perekonomian di Indonesia memiliki garis pantai sepanjang ± 32 km di pesisir bagian utara serta 40 % daerah Jakarta
rob (pasang). Terjadinya pembangunan di setiap titik wilayah Jakarta, seiring dengan laju peningkatan kepadatan penduduk membuat daratan menjadi padat dengan bangunan. Kondisi seperti ini menjadikan perubahan wilayah yang basah menjadi daratan yang kering dengan melakukan pembangunan wilayah basah tanpa melihat dampak yang akan terjadi. Wilayah- wilayah pesisir utara Jakarta yang sering mengalami banjir rob (pasang) meliputi wilayah Muara Baru, Muara Angke, Pluit, Marunda, dan Cilincing. Hampir sepanjang musim baik musim hujan maupun kemarau daerah pesisir utara Jakarta ini selalu mengalami banjir rob (pasang). Namun banjir rob (pasang) di kawasan pesisir Jakarta semakin diperparah dengan adanya perubahan penggunaan lahan pada pesisir pantai yang mengakibatkan perubahan garis pantai.
Jakarta Utara dengan penduduk sekitar 1,4 juta jiwa merupakan bagian dari ibukota negara Indonesia yang letaknya sangat strategis sebagai simpul transportasi regional. Sehingga Jakarta Utara mempunyai kelengkapan sarana prasarana fisik yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut mendorong pertumbuhan dan perkembangan kota berjalan dengan cepat. Seiring dengan laju pembangunan Jakarta Utara, Pertumbuhan dan perkembangan kota menyebabkan perubahan pada kondisi fisik kota, yaitu perubahan guna lahan. Hal itu tentu saja menimbulkan permasalahan tersendiri pada Jakarta Utara. Semakin besar suatu kota maka semakin besar atau komplek permasalahan yang ditimbulkan dan dihadapinya. Jakarta Utara dalam beberapa tahun terakhir ini menghadapi permasalahan yang cukup sulit, yaitu banjir.
Proses terjadinya banjir dikarenakan oleh faktor antroposentrik, faktor alam dan faktor teknis. Faktor antroposentrik adalah aktivitas dan perilaku manusia yang cenderung mengakibatkan luasan banjir semakin meningkatnya. Beberapa faktor antroposentrik yang juga merupakan faktor non teknis penyebab banjir pada Jakarta Utara, yaitu pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan, misalnya terjadinya perubahan tata guna lahan pada daerah – daerah lindung seperti daerah perbukitan dan daerah pegunungan sehingga menimbulkan problem peningkatan run
–
off dan banjir kiriman. Sedangkan pembangunan ke arah pantai dengan reklamasi menyebabkan luasan rawa menjadi berkurang sehinggamengakibatkan luasan tampungan air sementara juga berkurang. Perkembangan lahan terbangun suatu kota diakibatkan oleh jumlah penduduk dan kegiatan-kegiatan kota seperti perumahan, perkantoran, perdagangan, perindustrian dan lain-lain sehingga meningkatkan kebutuhan terhadap air tanah. Kedua fenomena tersebut menimbulkan kecenderungan perubahan daya dukung sumber daya air tanah, sedangkan di pihak lain terjadi penurunan volume/debit pengisian kembali air tanah. Selain itu pengambilan air tanah secara besar-besaran tanpa diimbangi dengan pengisian kembali air tanah yang seimbang menyebabkan penurunan muka air tanah. Penurunan muka air tanah akibat pemompaan air tanah yang berlebihan tanpa memperhatikan kemampuan pengisian kembali ini dapat menyebabkan amblesnya permukaan tanah dan intruisi air laut (Asdak, 1995: 243,249). Terjadinya penurunan muka tanah ini mengakibatkan permukaan air laut lebih tinggi dari permukaan tanah, kejadian ini dikenal dengan banjir pasang air laut (rob).
Disamping itu perilaku dan aktivitas manusia yang menghasilkan gas buang karbondioksida (CO2) yang bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil dan chloroflourocarbon (CFC) dari kulkas, sprayer kemasan kaleng serta AC dapat mengakibatkan terjadinya penipisan pada lapisan ozon, karena kedua gas buang itu mengeluarkan atom yang dapat merusak molekul ozon di atmosfer. Sehingga terjadi fenomena perubahan iklim yang ekstrim. Lapisan ozon merupakan pelindung bumi dari pengaruh sinar matahari sehingga bila lapisan ini menipis maka akan terjadi pemanasan global yang ditandai dengan meningkatnya intensitas cahaya matahari sehingga terjadi peningkatan suhu di bumi yang menyebabkan lapisan es di Kutub Utara dan di Antartika mencair. Akibatnya, permukaan air laut global naik volumenya. naiknya permukaan air laut menyebabkan sebagian pulau dan tempat rendah di permukaan bumi terendam (Suara Merdeka, 2011).
3.2 Mitigasi Bencana Banjir
kemampuan menghadapi ancaman bencana sesuai dengan Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
Pengelolaan bencana alam seperti banjir rob dapat dilakukan dengan tindakan mitigasi. Tindakan mitigasi memiliki 2 sifat, yaitu mitigasi pasif serta mitigasi aktif. Mitigasi pasif lebih cenderung bersifat non fisik, contohnya kerangka hukum/perundangan, insentif-disinsentif, pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesadaran masyarakat, Rencana Tata Ruang, pengembangan
kelembagaan, dan lain-lain. Sedangkan mitigasi aktif, merupakan suatu upaya yang sifatnya fisik, seperti pembuatan bangunan waduk, tanggul, perkuatan struktur bangunan, dan lain-lain.
Manajemen Bencana Banjir
Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam tiga kegiatan utama, yaitu:
Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan
Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian.
Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan dan rekonstruksi.
1. Kegiatan Pra Bencana a. Pencegahan
Kegiatan pencegahan banjir dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain sebagai berikut:
Tidak membuang sampah/limbah padat ke sungai, saluran dan sistem drainase,
Tidak membangun jembatan dan atau bangunan yang menghalangi atau mempersempit palung aliran sungai,
Tidak menggunakan dataran retensi banjir untuk permukiman atau untuk hal
‐
hal lain diluar rencana peruntukkannya. Menghentikan penggundulan hutan di daerah tangkapan air,
Menghentikan praktek pertanian dan penggunaan lahan yang bertentangan dengan kaidah
‐
kaidah konservasi air dan tanah, dan ikut mengendalikan laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk.b. Mitigasi
Mitigasi bencana banjir dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu mitigasi sebelum, saat dan sesudah banjir.
Mitigasi Sebelum Terjadi Banjir
Ada beberapa hal yang harus kita lakukan sebelum terjadinya bencana banjir sebagai tahap kesiap-siagaan, diantaranya :
Melatih diri dan anggota keluarga hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi bencana banjir.
Mendiskusikan dengan semua anggota keluarga tempat di mana anggota keluarga akan berkumpul usai bencana terjadi.
Mempersiapkan tas siaga bencana yang berisi keperluan yang dibutuhkan seperti: Makanan kering seperti biskuit, air minum, kotak kecil berisi obat-obatan penting, lampu senter dan baterai cadangan, Lilin dan korek api, kain sarung, satu pasang pakaian dan jas hujan, surat berharga, fotokopi tanda pengenal yang dimasukkan kantong plastik, serta nomor-nomor telepon penting. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko banjir:
- Buat sumur resapan bila memungkinkan. - Tanam lebih banyak pohon besar.
- Membentuk kelompok masyarakat pengendali banjir.
- Membangun atau menetapkan lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi banjir. - Membangun sistem peringatan dini banjir.
- Menjaga kebersihan saluran air dan limbah.
- Mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan. - Pengendali banjir dan lokasi evakuasi.
- Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir untuk menjaga daerah resapan air.
Mitigasi Saat Terjadi Banjir
Saat terjadinya banjir, ada beberapa hal yang perlu kita waspadai/perhatikan, yaitu :
Jangan panik.
Pada saat terjadi bencana banjir, warga yang berada di daerah rawan bencana banjir diminta memantau perkembangan cuaca, bila hujan terus terjadi tidak henti-hentinya, diimbau waspada dan berhati- hati untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Pada saat dan setelah bencana terjadi, berbagai aktivitas kesehatan harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan para korban serta mencegah memburuknya derajat kesehatan masyarakat yang terkena bencana. Pada tahapan tanggap darurat, energi yang cukup besar biasanya dicurahkan untuk evakuasi korban.
Ketika melihat air datang, Jauhi secepat mungkin daerah banjir. segera selamatkan diri dengan berlari secepat mungkin menuju tempat yang tinggi.
Apabila kamu terjebak dalam rumah atau bangunan, raih benda yang bisa mengapung sebisanya.
Dengarkan jika ada informasi darurat tentang banjir.
Hati-hati dengan listrik. Matikan peralatan listrik/sumber listrik.
Selamatkan barang-barang berharga dan dokumen penting sehingga tidak rusak atau hilang terbawa banjir.
Pantau kondisi ketinggian air setiap saat sehingga bisa menjadi dasar untuk tindakan selanjutnya.
Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum.
Terlibat dalam pendistribusian bantuan.
Mitigasi Sesudah Terjadi Banjir
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan sesudah terjadi bencana banjir, antara lain:
Pemberian bantuan misalnya tempat perlindungan darurat bagi mereka yang kehilangan tempat tinggalnya.
Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah.
Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL).
Pemberian bantuan yang meliputi kesehatan lingkungan, dan pemberantasan penyakit, pelayanan kesehatan serta distribusi logistik kesehatan dan bahan
makanan.
Menjaga agar sistem pembuangan limbah dan air kotor agar tetap bekerja pada saat terjadi banjir.
Menjauhi kabel atau instalasi listrik lainnya.
Menghindari memasuki wilayah yang rusak kecuali dinyatakan aman misal bangunan yang rusak atau pohon yang miring.
Memeriksa dan menolong diri sendiri kemudian menolong orang di dekat kamu yang memerlukan bantuan.
Mencari anggota keluarga.
Jika keadaan sudah aman, masuk rumah dengan hati-hati, jangan menyalakan listrik kecuali telah dinyatakan aman.
Membersihkan lumpur
Periksa persediaan makanan dan air minum. Jangan minum air dari sumur terbuka karena sudah terkontaminasi. Makanan yang telah terkena air banjir harus dibuang karena tidak baik untuk kesehatan.
c. Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir
Kesiapsiagaan terhadap bencana banjir dapat dikelompokkan kedalam dua tahap yaitu sebagai berikut:
Tahap sebelum terjadi banjir
1. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-informasi, baik dari Pemerintah maupun pemerintah daerah, berkaitan dengan
masalah banjir;
2. Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus; 3. Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali banjir;
4. Penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, ancaman/bahaya, dan tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana;
5. Peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen pengendalian banjir dengan menyiapkan dukungan sumber daya yang diperlukan dan berorientasi kepada pemotivasian individu dalam masyarakat setempat
agar selalu siap sedia mengendalikan ancaman/bahaya; 6. Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman;
7. Penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat, seperti: karung plastik, bronjong kawat, dan material-material pengisinya (pasir, batu ,dan lain-lain), dan disediakan pada lokasi-lokasi yang diperkirakan rawan/kritis;
8. Penyediaan peralatan berat (backhoe, excavator, truk, buldozer, dan lain-lain) dan disiapsiagakan pada lokasi yang strategis, sehingga sewaktu-waktu mudah dimobilisasi;
9. Penyiapan peralatan dan kelengkapan evakuasi, seperti: speed boat, perahu, pelampung, dan lain-lain.
Tahap Saat terjadi banjir
Kegiatan yang dilakukan dititikberatkan pada: 1. Penyelenggaraan piket banjir di setiap posko.
2. Pengoperasian sistem peringatan banjir (flood warning system) 3. Pemantauan tinggi muka air dan debit air pada setiap titik pantau.
4. Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai tingkat siaga kepada dinas/instasi terkait, untuk kemudian diinformasikan kepada masyarakat sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Banjir.
5. Peramalan banjir dapat dilakukan dengan cara:
Analisa hubungan hujan dengan banjir (rainfall – runoff relationship),
Metode perambatan banjir (flood routing),
Metode lainnya. 6. Komunikasi
Sistim komunikasi digunakan untuk kelancaran penyampaian informasi dan pelaporan, dapat menggunakan radio komunikasi, telepon, faximili, dan sarana lainnya.
7. Gawar/Pemberitaan Banjir (Pemberitaan)
Gawar/pemberitaan banjir dilakukan dengan sirine, kentongan, dan/atau sarana sejenis lainnya dari masing-masing pos pengamatan berdasarkan informasi dari posko banjir.
2. Kegiatan Saat Terjadi Bencana Tanggap Darurat
Tanggap darurat ditujukan untuk meningkatkan kemampuan mengatasi keadaan darurat akibat banjir, dilakukan dengan cara:
Mengerahkan sumber daya, seperti: personil, bahan banjiran, peralatan, dana dan bantuan darurat;
Menggerakkan masyarakat dan petugas satuan tugas penanggulangan bencana banjir;
Mengamankan secara darurat sarana dan prasarana pengendali banjir yang berada dalam kondisi kritis; dan
Mengevakuasi penduduk dan harta benda.
3. Kegiatan Pasca Bencana a. Pemulihan
Pemulihan dilakukan terhadap sarana dan prasarana sumber daya air serta lingkungan akibat bencana banjir kepada fungsi semula, melalui:
Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana sumber daya air, kerusakan lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan;
Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan, berupa: rehabilitasi, rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumberdaya air; dan
Penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena bencana banjir
b. Rekonstruksi
Rekonstruksi bencana banjir yang dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Pembangunan kembali secara permanen prasarana dan sarana permukiman, pemerintahan dan pelayanan masyarakat (kesehatan, pendidikan dan lain-lain), 2. Pembangunan kembali prasarana dan sarana ekonomi (jaringan perhubungan, air bersih, sanitasi dan drainase, irigasi, listrik dan telekomunikasi dan lain-lain),
3. Pembangunan kembali prasarana dan sarana sosial (ibadah, budaya dan lain-lain.)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Banjir Rob di Jakarta Utara terjadi karena beberapa factor yaitu; intensitas curah hujan, topografi, jenis tanah, kenaikan muka air laut, perubahan tata guna lahan, perubahan garis pantai, perubahan penggunaan lahan, penurunan muka tanah, pertumbuhan dan perkembangan kota yang cepat dll.
2. Pengelolaan bencana alam seperti banjir rob dapat dilakukan dengan tindakan mitigasi. Tindakan mitigasi memiliki 2 sifat, yaitu mitigasi pasif serta mitigasi aktif. Mitigasi pasif lebih cenderung bersifat non fisik. Sedangkan mitigasi aktif, merupakan suatu upaya yang sifatnya fisik.
Secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam tiga kegiatan utama, yaitu:
a. Kegiatan pra bencana.
b. Kegiatan saat terjadi bencana c. Kegiatan pasca bencana
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan masukan yang mungkin dapat berguna bagi penanganan banjir di Daerah Jakarta. Sebaiknya seluruh warga membuat musyawarah dalam penanganganan masalah banjir seperti tindakan kesiap siagaan warga terhadap banjir datang, tindakan yang seharusnya dilakukan di setiap rumah dalam mengatasi banjir datang, penyuluhan tentang kegiatan yang dapat mengurangi resiko banjir, tindakan saat terjadi banjir dan setelah banjir kepada seluruh warga jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Prasarana sarana ke-pu-an Kementerian Pekerjaan Umum.
Rangga, C.K. dan Supriharjo, R.D. 2011. Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara. Jurnal Teknik Pomits. 2 (I): 25-30.
Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
Yusuf, Yasin. 2005. Anatomi Banjir Kota Pantai. Surakarta: Pustaka Cakra Surakarta http://fajar18februari.blogspot.com/2014/05/mitigasi-bencana-banjir-rob- jakarta.html http://balisafety.baliprov.go.id/ http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2154828-jenis-jenis-banjir/ http://dhenirahman.net16.net/ http://dearakhmania.blog.com/2010/10/08/ciri-ciri-banjir/ www.scribd.com/.../PEDOMAN-Penanggulangan-Banjir2007-by-Bakornas