• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Tari Bondan Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Tari Bondan Surakarta"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

44

A. Tari Bondan Surakarta

Tari Bondan merupakan salah satu tari tradisional dari Surakarta. Banyaknya budaya asing yang masuk tentu berdampak pada eksistensi Tari Bondan yang masih ada tetapi tidak begitu diminati dibandingkan dengan tarian modern. Dari latar belakang yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, penulis berusaha untuk mengenalkan nilai yang terkandung dalam Tarian Bondan pada anak-anak usia 6-7 tahun melalui cerita bergambar. Berikut akan diuraikan hasil wawancara tentang Tari Bondan dan hasil observasi di Sanggar Tari Soerya Soemirat.

Narasumber dalam wawancara ini adalah Ibu Ninik Mulyani Sutrangi, beliau merupakan putri pertama dari Bapak S. Maridi (Bapak Maridi Sutrongo) yang merupakan pencipta berbagai macam tari tradisional, salah satunya Tari Bondan Kendhi. Ibu Ninik Sutrangi lahir di Surakarta tanggal 7 Juli 1958 dan saat ini masih aktif sebagai pengajar di Jurusan Seni Tari ISI Surakarta.

1. Sejarah dan Perkembangan Tari Bondan

Tari Bondan merupakan salah satu tari tradisi dari Surakarta. Pencipta Tari Bondan Kendhi adalah Bapak S. Maridi (Bapak Maridi Sutrongo), tari ini diciptakan sekitar tahun 1960an. Bapak S. Maridi adalah seorang seniman tari yang juga pernah mengajar di STSI Surakarta, selain itu beliau juga kerap kali tampil dalam acara-acara bergengsi di dunia tari luar negeri. Banyak sekali karya-karya seni tari yang beliau ciptakan antara lain Tari Karonsih, Tari

(2)

Ekaprawira, Tari Kukila, Tari Manipuri, Tari Lutung dan lain sebagainya, serta salah satunya yaitu Tari Bondan. Nama Bondan sendiri sebetulnya telah ada dari sebelum Bapak S. Maridi menciptakan Tari Bondan Kendhi, yaitu berasal dari nama pencipta terdahulu. Selain Tari Bondan Kendhi ada juga versi tarian lain yaitu Tari Bondan Tani, yang merupakan hasil karya gubahan Bapak Ngaliman. Bapak S. Ngaliman Condropangrawit juga seorang seniman tari yang mengawali debutnya pada tahun 1935, baik sebagai penari, guru, maupun penata tari. Beberapa karya yang diciptakan Bapak Ngaliman antara lain Tari Prawiroguno, Tari Kridowarastro, Tari Batik, Tari Retno Tinanding, dan masih banyak lagi. Beberapa karya gubahan inovasinya yaitu Tari Gambyong Pareanom, Tari Srimpi Manggolo Retno, dan lain-lain, salah satunya juga Tari Bondan Tani.

Pada zaman dahulu tugas dari perempuan Jawa khususnya seorang ibu adalah mengerjakan urusan rumah tangga dan juga merawat anak-anaknya, sedangkan bagi kakak perempuan (mbakyu) akan membantu orang tuanya sambil mengasuh adiknya. Tari Bondan sendiri memang terinspirasi dari kegiatan keseharian perempuan Jawa zaman dulu. Secara umum Tari Bondan ini menggambarkan keadaan seorang ibu yang mengasuh anaknya maupun seorang kakak yang mengasuh adiknya (mbakyu ngemong adhi) sambil mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Tari Bondan ini berkembang dengan berbagai versi, ada yang memakai kendhi ada yang tidak memakai kendhi (sebagai gantinya pada saat gerakan lumaksono lembehan atau berjalan dengan kendhi bisa menggunakan sampur). Penggunaan kendhi ini disesuaikan dengan keterampilan penarinya, apakah

(3)

penari cukup mudah menangkap gerakan-gerakan dari Tari Bondan serta apakah terampil dan mempunyai keseimbangan yang baik saat naik atau mancik kendhi, jika tidak maka saat menari tidak menggunakan kendhi. Dahulu Tari Bondan biasanya ditarikan oleh satu orang, namun sekarang bisa ditarikan secara berkelompok.

2. Jenis Tari Bondan

Tari Bondan ini dibedakan menjadi Tari Bondan Kendhi dan Tari Bondan Tani. Ada beberapa versi Tari Bondan, pada sub bab ini akan diuraikan versi Tari Bondan Kendhi yang merupakan karya dari Bapak S. Maridi dan sedikit uraian Tari Bondan Tani karya Bapak Ngaliman.

a. Tari Bondan Kendhi

Pada Tari Bondan Kendhi, perlengkapan yang dibawa oleh penari, yaitu boneka bayi, payung, dan kendhi (untuk properti kendhi ini tergantung keterampilan penari, bisa menggunakan atau tidak menggunakan kendhi). Sedangkan ragam tarinya yaitu ragam tari merawat bayi dan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci pakaian. Pada ragam tari merawat bayi, dimulai dari memandikan bayi, menimang-nimang atau meninabobokan, dan menghibur atau ngliling (ngleledung) bayi. Lalu untuk ragam tari yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga, digambarkan dari gerakan mencuci dan menjemur pakaian. Seperti wajarnya seorang wanita, dalam Tari Bondan Kendhi juga ada ragam tari ngilo (ngilo bisa diartikan berdandan atau berhias) pada waktu naik di atas kendhi. Lalu ada pula gerakan di mana si penari memainkan payungnya. Kemudian zaman dulu pada akhir gerakan Tari Bondan, kendhi akan

(4)

dipecah. Kendhi dipecah ini ibaratnya seperti untuk menghilangkan kesedihan, melupakan kejadian buruk yang menimpa atau di dalam kepercayaan orang Jawa zaman dulu kendhi ini menjadi simbol doa, berharap dalam pelaksaan tariannya lancar tidak ada halangan.

b. Tari Bondan Tani

Sedangkan dalam Tari Bondan Tani ada sedikit perbedaan dengan Bondan Kendhi. Pada Tari Bondan Tani ini, para penarinya membawa perlengkapan berupa bakul, caping, ani-ani dan boneka bayi tanpa membawa kendhi dan payung. Untuk kostumnya, para penari menggunakan kebaya lengan panjang (kebaya lurik). Pada permulaan Tari Bondan Tani ada ragam gerakan bertani atau menggarap sawah. Gerakannya antara lain menebar benih, menanam benih, memanen benih, menumbuk padi dan lain sebagainya layaknya seorang petani yang menggarap sawah hingga memanen padi. Kemudian pakaian kebaya lengan panjang dilepas, hingga terlihat pakaian seperti kostum pada Tari Bondan biasanya. Dilanjutkan dengan ragam gerakan merawat bayi seperti pada Tari Bondan Kendhi.

3. Nilai Penggambaran Tari Bondan

Makna atau penggambaran yang terkandung dalam Tari Bondan intinya sama baik Bondan Kendhi maupun Bondan Tani, yaitu seorang ibu yang merawat (mengasuh) anaknya yang masih kecil atau bisa juga seorang kakak yang mengasuh adiknya (mbakyu ngemong adhi). Pada Tari Bondan Kendhi seorang ibu mengasuh anaknya atau kakak mengasuh adiknya sambil mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian, sedangkan dalam

(5)

Bondan Tani pekerjaan yang dilakukan adalah bertani atau menggarap sawah. Dalam Tari Bondan, tidak hanya asal gerakan merawat bayi sambil melakukan pekerjaan rumah maupun menggarap sawah, tetapi komunikasi antara ibu dengan anaknya maupun kakak dengan adiknya ini sangatlah penting. Karena nilai di balik penggambaran seorang ibu yang merawat anaknya atau kakak yang mengasuh adiknya adalah nilai kasih sayang dari seseorang yang lebih dewasa pada yang lebih muda (dalam hal ini, kasih sayang ibu pada anaknya atau kasing sayang kakak pada adiknya).

4. Ketentuan Pada Tari Bondan a. Jumlah Penari Tari Bondan

Jumlah penari Tari Bondan tidak ada ketentuan khusus, bisa ditarikan oleh penari tunggal, bisa juga ditarikan secara berkelompok. Zaman dahulu anak menarikannya sendirian kemudian semakin berkembang menjadi cukup banyak anak yang menarikannya, sehingga bentuk komposisinya pun bisa dibuat bervariasi.

b. Kostum atau Pakaian untuk Penari Tari Bondan

Kostum atau pakaian untuk Tari Bondan ada beberapa macam. Untuk Tari Bondan Kendhi kostumnya bisa dua variasi dan untuk Tari Bondan Tani pun kostumnya juga berbeda :

1) Kostum atau pakaian pertama seperti perempuan Jawa zaman dulu yang memakai pakaian basahan dengan atasan kemben atau cindhe, bawahannya menggunakan jarik, lalu menggunakan sampur (selendang untuk menari), menggunakan sabuk bagian tengahnya diberi muk. Lalu bagian rambutnya disanggul menggunakan gelung

(6)

atau cepol dengan hiasan cundhuk mentul dan cundhuk jungkat. Perhiasan yang digunakan kalung, gelang, dan anting atau ceplik.

Gambar 1. Kostum Tari Bondan Kendhi (Sumber : Dokumentasi pribadi, 7 Oktober 2015)

2) Kostum atau pakaian Tari Bondan yang menggunakan jamang (hiasan kepala yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau) dan sumping (hiasan yang digunakan di telinga bersamaan dengan penggunaan jamang), baju atasannya barupa baju kutang (baju yang bentuknya seperti rompi) dengan aksesoris klat bahu (aksesoris dalam pakaian tari yang diikatkan pada lengan), bawahan menggunakan jarik, lalu menggunakan sampur untuk menari, bagian pinggang diikatkan sabuk dan muk. Perhiasan yang digunakan kalung, gelang, dan anting (ceplik).

(7)

Gambar 2. Kostum Tari Bondan dengan jamang dan baju kutang (Sumber : https://celoteh4ti.wordpress.com, diakses pada 7 Oktober 2015) 3) Kostum untuk Tari Bondan Tani, pada awalnya menggunakan kebaya

lengan panjang atau kebaya lurik untuk atasan. Bawahannya menggunakan jarik, lalu bagian dalam baju kebaya memakai kemben seperti pada Tari Bondan Kendhi. Sampur atau selendang digunakan untuk menggendong bakul. Rambutnya disanggul lalu mengenakan caping. Perhiasan yang digunakan juga sama gelang, kalung, dan anting.

(8)

Gambar 3. Kostum Tari Bondan Tani (kebaya lurik dan jarik) (Sumber : www.online-instagram.com, diakses pada 8 Oktober 2015) c. Properti atau Perlengkapan Tari Bondan

Properti atau perlengkapan dalam Tari Bondan ada beberapa macam. Pada Tari Bondan Kendhi, properti yang dibawa antara lain boneka bayi, payung, dan kendhi.

1) Kendhi

Kendhi adalah tempat (wadah) air minum yang terbuat dari tanah liat, bentuknya seperti buah labu dengan leher sebagai pegangan dan corot atau lubang untuk minum yang terletak di samping. Properti kendhi ini bisa digunakan atau tidaknya tergantung dari keterampilan penarinya. Jika penari terampil dan mempunyai keseimbangan yang bagus, maka bisa menggunakan kendhi. Namun dalam pementasan untuk lomba, biasanya properti apa saja yang digunakan akan ditentukan.

(9)

Gambar 4. Kendhi (tempat air minum dari tanah liat) (Sumber : tofo.me/panjimahardhika80, diakses 7 Oktober 2015) 2) Boneka bayi

Boneka bayi menggambarkan anak ataupun adik, di mana dalam tarian ini yang akan dirawat atau diemong. Boneka bayi yang digunakan untuk menari biasanya dibedong (kain bisa berupa selendang atau jarik dililitkan untuk menutupi badan bayi agar bayi merasa hangat).

Gambar 5. Boneka bayi yang dibedong (Sumber : Dokumentasi pribadi, 8 Oktober 2015)

(10)

3) Payung

Payung digunakan untuk perlindungan, baik dari panas matahari maupun dari hujan. Begitu pula dalam tarian ini, boneka bayi (melambangkan anak atau adik) diletakkan di bawah payung agar terlindung dari panas matahari, selama penari (sebagai peran ibu atau kakak) mencuci pakaian dan menjemur pakaian.

Gambar 6. Payung untuk pementasan Tari Bondan (Sumber : Dokumentasi pribadi, 7 Oktober 2015)

Sedangkan pada Bondan Tani bedanya membawa bakul, caping, dan ani-ani (bisa menggunakan atau tidak menggunakan payung dan kendhi). 1) Bakul

Bakul merupakan hasil kerajinan tangan yang terbuat dari anyaman bambu, berfungsi sebagai wadah beras atau padi, sayur mayur hasil panen, penyimpan beras, dan lain sebagainya. Ukurannya pun bervariasi, biasanya untuk Tari Bondan Tani menggunkan bakul dengan ukuran yang kecil.

2) Caping

Caping juga merupakan hasil kerajinan tangan, berupa topi yang berbentuk kerucut dan bisa terbuat dari anyaman bambu, daun pandan, atau jenis rerumputan lain yang biasa digunakan untuk menganyam.

(11)

Caping biasanya dilengkapi dengan tali dagu untuk menjaga keseimbangan caping pada saat dikenakan agar tidak jatuh. Fungsinya untuk melindungi kepala dari panas matahari maupun dari air hujan, biasanya digunakan petani pada waktu menggarap sawah.

Gambar 7. Bakul dan Caping

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 7 Oktober 2015) 3) Ani-ani (Ketam)

Ani-ani atau ketam adalah sebuah pisau kecil yang digunakan untuk memanen padi. Dengan menggunakan ani-ani batang padi dipotong satu-satu sehingga bulir padi yang belum masak tidak ikut terpotong, namun memang akan memakan banyak waktu. Dalam Tari Bondan Tani bisa menggunakan ataupun tidak menggunakan ani-ani. Jika membawa biasanya akan diselipkan di rambut.

Gambar 8. Ani-ani atau Ketam

(12)

d. Pementasan Tari Bondan

Tari Bondan, baik Bondan Kendhi maupun Bondan Tani bisa dipentaskan pada event-event budaya, bisa juga pada acara hajatan, dan kegiatan lomba misalnya lomba dalam rangka PORSENI (Pekan Olah Raga dan Seni), maupun dalam acara lainnya. Dalam pertunjukan, Tari Bondan bisa ditarikan oleh penari tunggal maupun secara berkelompok (penari masal). Sedangkan pementasan dalam kegiatan lomba biasanya hanya satu penari. Pada acara hajatan pun juga bisa dipentaskan Tari Bondan, jenis tariannya tergantung permintaan dari orang yang mempunyai acara hajatan.

5. Ragam Gerakan Tari Bondan

Inti dari gerakan Tari Bondan telah dijelaskan sebelumnya yaitu penggambaran seorang ibu maupun kakak yang mengasuh adiknya sambil mengerjakan pekerjaan rumah atau pada Bondan Tani sambil menggarap sawah. Berikut urutan ragam gerakan Tari Bondan Kendhi :

a. Lumaksono Lembehan

Lumaksono lembehan maksudnya adalah berjalan sambil menggerakkan tangan kanan. Jika dalam Tari Bondan berjalan sambil menggerakkan kendhi yang dipegang tangan kanan, jika tidak memakai kendhi sambil menggerakkan sampur.

(13)

Gambar 9. Lumaksono Lembehan Pada Tari Bondan (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) b. Lenggah

Setelah gerakan lumaksono lembehan, penari lenggah atau duduk dengan posisi paha kiri diangkat lebih tinggi daripada kaki kanan, sehingga posisinya menduduki kaki kanan.

Gambar 10. Posisi Lenggah (Sindet Kiri) atau Duduk (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) c. Meletakkan Kendhi

Dari posisi lenggah atau duduk, kemudian penari meletakkan kendhi, posisinya tepat di tengah depan penari. Setelah kendi diletakkan, penari melakukan gerakan pacak gulu yaitu menggerakkan leher ke kiri dan ke

(14)

kanan pandangan mengarah ke bayi, sambil menunggu iringan tepat untuk gerakan selanjutnya.

Gambar 11. Posisi Meletakkan Kendhi

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

Gambar 12. Pacak Gulu

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) d. Meletakkan Payung

Setelah meletakkan kendhi dan pacak gulu, penari meletakkan payung di sebelah kanan kendhi posisinya sedikit serong kanan.

(15)

Gambar 13. Posisi Duduk dan Meletakkan Payung (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) e. Meletakkan Boneka Bayi

Setelah payung diletakkan, penari meletakkan boneka bayi dengan hati-hati. Posisinya di antara kendhi dan payung, lebih tepatnya berada di bawah teduhnya payung (karena payung berfungsi sebagai perlindungan). Pada waktu penari mencuci sambil menengok ke arah boneka bayi, ada baiknya boneka bisa terlihat oleh penari, sehingga gambaran komunikasi antara ibu dengan anak bisa terlihat. Dalam meletakkan properti-properti dalam Tari Bondan ini tidak boleh asal meletakkan, tapi tetap mengandung seni.

Gambar 14. Posisi Meletakkan Boneka Bayi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

(16)

f. Enjer (Lumaksono Pecak Miring)

Enjer (Lumaksono Pecak Miring) yaitu penari berjalan miring atau berjalan ke samping kanan dan ke samping kiri, tangannya secara bergantian satu di tekuk dan satunya direntangkan sambil menggunakan sampur.

Gambar 15. Enjer atau Lumaksono Pecak Miring (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) g. Minggah Kendhi atau Mancik Kendhi

Setelah gerakan enjer (berjalan ke samping), terakhir ke samping kanan, menyibakkan sampur ke belakang (seblak) lalu naik ke atas kendhi

Gambar 16. Minggah (Mancik) Kendhi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

(17)

h. Ogek Tawing

Gerakan pertama yang dilakukan saat menari di atas kendhi adalah ogek tawing, yaitu lengan kiri ditekuk, telapak tangan ngryung (ngruji), posisi tangan di depan dada, tangan kanan ngiting posisinya di sekitar pinggang.

Gambar 17. Ogek Tawing

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) i. Ulap-ulap

Gerakan setelah ogek tawing yaitu ulap-ulap, posisi penari masih menari di atas kendhi. Tangan kiri diposisikan di depan dahi kiri, hampir seperti orang hormat tetapi memakai tangan kiri, tangan kanan ngiting dan posisinya di sekitar pinggang.

Gambar 18. Ulap-ulap

(18)

j. Entragan

Entragan sebagai peralihan, penari menggerakkan tangan kanan dan kiri (pentangan atau tumpang tali) bergantian sambil miwir sampur kiri lalu disibakkan (seblak), badan sambil digerakkan naik turun (entragan).

Gambar 19. Entragan

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) k. Ngilo Asta

Gerakan menari di atas kendhi selanjutnya yaitu ngilo asta (menggambarkan bercermin), kedua telapak tangan disilangkan dan dihadapkan ke wajah si penari.

Gambar 20. Ngilo Asta

(19)

l. Merentangkan Kedua Tangan ke Samping

Gerakan setelah ngilo asta yaitu merentangkan kedua tangan ke samping, bagian telapak tangan ngryung, tolehan kepala ke arah kiri.

Gambar 21. Merentangkan Kedua Tangan ke Samping (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) m. Ukel Karna

Setelah gerakan ngilo dan merentangkan tangan, sebelum turun dari kendhi ada gerakan ukel karna. Tangan kanan diukel dari posisi samping sampai ke dekat telinga.

Gambar 22. Ukel Karna

(20)

n. Turun dari Kendi

Selesai menari di atas kendhi, penari perlahan turun dari kendhi dengan tetap menjaga keseimbangan sehingga kendhi tidak terguling dan penari tidak terjatuh.

Gambar 23. Turun dari Kendhi

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) o. Panggel

Setelah turun dari kendhi, penari memposisikan tangannya seperti menyilang di depan, tangan kanan ngiting dan telapak tangan kiri ngryung setinggi pinggang.

Gambar 24. Panggel

(21)

p. Mengambil Payung

Setelah turun dari kendhi dan gerakan panggel, lalu penari menunduk untuk mengambil payung dengan tangan kanan, telapak tangan kiri ngryung.

Gambar 25. Mengambil Payung

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) q. Lumaksono Lembehan dengan Payung

Setelah payung diambil, penari berjalan memutari kendhi dan boneka bayi sambil menggerakkan tangan kanan yang membawa payung (lumaksono lembehan).

Gambar 26. Lumaksono Lembehan dengan Payung (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)

(22)

r. Laku Telu (payung di tangan kanan)

Setelah berjalan (lumaksono lembehan) dengan payung, penari berjalan tiga langkah-tiga langkah (laku telu) mengikuti iringan, sambil memainkan payungnya.

Gambar 27. Laku Telu

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) s. Magak

Penari masih membawa payung di tangan kanan, lengan kiri direntangkan ke samping, bagian telapak tangan ngryung.

Gambar 28. Magak

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) t. Kawilan (sambil putar payung)

Dari posisi magak, lalu penari melakukan gerakan kawilan sambil memutar-mutar payung, jika tanpa payung bisa menggunakan sampur.

(23)

Gambar 29. Kawilan (Sambil Memutar Payung) (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) u. Jengkeng (Duduk) Meletakkan Payung

Selesai dengan gerakan tari sambil memainkan payung, penari kemudian duduk (jengkeng) sambil meletakkan payung.

Gambar 30. Duduk (Jengkeng) Meletakkan Payung (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) v. Mengambil Bayi

Gerakan selanjutnya, penari mengambil boneka bayi dibawa (dibopong) dengan tangan kiri, posisi penari masih duduk.

(24)

Gambar 31. Mengambil Boneka Bayi

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) w. Memandikan Bayi

Penari melakukan gerakan seperti memandikan bayi menggunakan tangan kanan, tangan kiri membawa boneka bayi, dan posisi penari masih duduk. Arah pandangan mengikuti gerak tangan kanan.

Gambar 32. Memandikan Bayi

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) x. Meletakkan Bayi

Selesai gerakan memandikan bayi, lalu boneka bayi diletakkan ke tempat semula.

(25)

Gambar 33. Meletakkan Bayi

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) y. Kenser ke Kanan (Arah Badan Pojok Kanan)

Setelah meletakkan bayi, penari berdiri memposisikan badannya ke arah pojok kanan, lalu kenser sambil mementangkan lengan kanan, telapak tangan ngryung.

Gambar 34. Kenser

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) z. Mencuci Pakaian

Penari duduk (jengkeng) menari seperti gerakan mencuci baju, sambil sesekali menengok ke arah bayi yang menggambarkan komunikasi antara Ibu atau kakak dengan anak atau adik.

(26)

Gambar 35. Mencuci Baju

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) aa. Menjemur Pakaian

Dari gerakan mencuci baju, kemudian penari berdiri sambil mengibaskan sampur ke depan atas seperti gerakan menjemur pakaian, kaki kenser ke kanan sedikit demi sedikit

. Gambar 36. Menjemur Pakaian

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) bb. Magak

Setelah gerakan menjemur pakaian sambil kenser ke kanan, lengan kiri direntangkan ke samping, telapak tangan kiri sambil mememgang ujung sampur.

(27)

Gambar 37. Magak

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) cc. Gajah Ngoling

Dari posisi magak penari menggunakan sampur di tangan kanan seperti berjalan (lumaksono lembehan), sedangkan sampur di tangan kiri dibawa ke pundak kiri, ujung sampur diapit dengan jari tangan kiri, telapak tangan kiri ngryung, kemudian berjalan (gajah ngoling).

Gambar 38. Gajah Ngoling

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) dd. Srisig

Selesai gerakan gajah ngoling, lalu penari srisik (berjalan dengan kaki sedikit jinjit dengan tempo yang cepat memutari kendhi, boneka dan payung, tangan memegang sampur.

(28)

Gambar 39. Srisig

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) ee. Lenggah

Setelah srisig memutari payung, boneka bayi, dan kendhi, penari lenggah atau duduk dengan posisi paha kiri diangkat lebih tinggi daripada kaki kanan, menduduki kaki kanan.

Gambar 40. Lenggah

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) ff. Menghibur (Ngliling atau Ngleledong) Bayi

Pada saat posisi duduk, penari bertepuk tangan diarahkan ke boneka bayi sesuai nyanyian pada iringan, menggambarkan saat ibu atau kakak menghibur (ngliling atau ngleledong) bayi.

(29)

Gambar 41. Menghibur (Nglilling atau Ngleledong) (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) gg. Mbopong (Bayi digendong sambil dicium)

Setelah gerakan menghibur bayi (seperti bertepuk tangan), lalu penari menggendong boneka bayi sambil dicium. Posisi penari dari duduk perlahan-lahan berdiri.

Gambar 42. Mbopong (Bayi digendong sambil dicium) (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) hh. Menimang-nimang Bayi

Penari berdiri sambil menggendong boneka bayi, berjalan sambil menimang-nimang boneka bayi, pandangan penari mengarah ke boneka bayi sebagai gambaran komunikasi antara ibu dengan anak atau kakak dengan adiknya.

(30)

Gambar 43. Menimang-nimang Bayi

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) ii. Lenggah (Duduk) Menggendong Bayi

Dari gerakan menimang-nimang bayi, kemudian srisig, lalu kembali duduk seperti posisi permulaan, kemudian menggendong boneka bayi dengan sampur.

Gambar 44. Lenggah (Duduk) Menggendong Bayi (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) jj. Mengambil Payung

Setelah boneka bayi digendong. Selanjutnya penari mengambil payung, diposisikan seperti permulaan penari akan menarikan Tari Bondan.

(31)

Gambar 45. Mengambil Payung

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) kk. Mengambil Kendhi

Sebelum berdiri, terakhir penari mengambil kendhi diposisikan juga seperti permulaan, lalu duduk sambil menunggu iringan untuk berdiri.

Gambar 46. Mengambil Kendhi

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) ll. Berdiri, Lumaksono Lembehan Kanan

Pada saat sikap duduk sudah seperti pada permulaan tari, penari telah membawa boneka bayi, payung, dan kendhi kemudian berdiri dan berjalan sambil menggerakkan kendhi (lumaksono lembehan), sama seperti berjalan di awal menari namun arah berjalannya ke kanan.

(32)

Gambar 47. Berdiri Lumaksono Lembehan Kanan (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) mm. Srisig Kanan, Masuk

Dari gerakan berjalan (lumaksono lembehan), terakhir penari srisig ke kanan dan masuk ke dalam (keluar dari arena pertunjukan).

Gambar 48. Srisig Kanan, Masuk

(Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta) 6. Perkembangan Tari Bondan

Perkembangan Tari Bondan dari zaman dulu hingga sekarang yang bisa diamati adalah dari susunan ragam gerakannya. Sama-sama Tari Bondan, tetapi dari susunannya berbeda tergantung susunan dari penciptanya. Bapak S. Maridi pun tidak hanya menghasilkan satu susunan ragam Tari Bondan, gendhing atau iringannya juga beberapa kali direkam sesuai dengan susunan atau urutan gerakannya. Sehingga Tari Bondan ini ada berbagai variasi

(33)

gerakan. Misalnya saja pada waktu penari naik di atas kendhi, ada yang susunan yang hanya gerakan ngilo asta, ada juga yang menggunakan gerakan pidian (alisan). Ada pula variasi gerakan lain pada waktu memainkan payung, ada yang menari sambil memainkan payung di bawah, ada pula yang memainkan payungnya di atas kendhi. Hal tersebut juga tergantung kemampuan penari, apakah terampil dan punya keseimbangan bagus saat naik (mancik) kendhi. Kemudian pada gerakan menghibur (ngliling atau ngleledong) bayi bisa sambil duduk lalu menari seperti gerakan bertepuk tangan yang diarahkan untuk menghibur bayinya. Ada variasi lain yaitu bayi digendong, kemudian penari tangannya menunjuk seolah memperlihatkan pada anaknya, ada burung di sebelah sana. Dalam iringannya pun juga ada perbedaan, untuk peran ibu atau peran sebagai kakak. Jika peran penari sebagai ibu maka dalam iringannya bayi dinyanyikan dengan kata “anak”. Sedangkan untuk peran kakak perempuan (mbakyu) kata “anak” diganti dengan kata “adhi” (adik).

Ada pula perkembangan dalam jumlah penarinya, jika zaman dahulu Tari Bondan dibawakan oleh penari tunggal, sekarang berkembang tidak selalu dibawakan oleh satu orang penari saja tetapi bisa dibawakan secara berkelompok (penari massal). Dalam acara atau kegiatan lomba biasanya dibawakan satu persatu, untuk memudahkan penilaian juri. Sedangkan dalam acara-acara bertemakan budaya atau daam rangka memperingati salah satu hari nasional, Tari Bondan bisa dibawakan secara berkelompok.

(34)

7. Eksistensi Tari Bondan di Surakarta

Sampai saat ini sebetulnya Tari Bondan masih tetap eksis di Surakarta. Hanya saja dikalangan anak-anak belum terlalu banyak peminatnya. Jika dibandingkan dengan anak-anak se-Surakarta mungkin hanya sebagian kecil saja yang belajar Tari Bondan maupun tari tradisional lainnya, mengingat banyak sekali bentuk tarian modern yang berkembang. Apabila di Kota Surakarta tidak ada event-event kebudayaan, maka untuk bisa menyaksikan pertunjukkan Tari Bondan tentunya sangat jarang, kecuali jika ada pementasan dalam rangka kegiatan lomba.

Dari keterangan salah seorang pelatih tari di Sanggar Tari Soerya Soemirat, yaitu Ibu Kurniati yang juga mantan pengajar di Jurusan Seni Tari ISI Surakarta bahwa jika pemerintah Surakarta tidak mulai menggerakkan masyarakat, baik dewasa maupun anak-anak untuk mengenal kebudayaan Indonesia melalui acara-acara kebudayaan, akan sangat mungkin jika bangsa Indonesia lupa atau bahkan kehilangan beragam kebudayaan yang dimiliki. Menurut pengalaman beliau mengajar seni tari, ada banyak mahasiswanya yang berasal dari luar negeri sangat mengapresiasi beragam bentuk tarian tradisional yang dimiliki Indonesia, bahkan banyak dari mereka yang justru mempunyai dokumentasi lebih bagus dan lebih lengkap dari dokumentasi yang dimiliki oleh orang Indonesia sendiri (secara umum).

(35)

B. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Dalam perancangan konsep ini Tiga Serangkai Pustaka Mandiri berlaku sebagai publisher yang direncanakan sebagai penerbit buku cerita bergambar untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak-anak usia 6-7 tahun.

1. Profil PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta

Tiga Serangkai merupakan salah satu penerbit buku, khususnya buku pelajaran dan pengetahuan serta buku-buku umum yang berdiri sejak 28 September 1958.

a. Alamat : Jl. Dr. Supomo No. 23 Solo 57141 Surakarta b. Telepon : (0271)714344

c. Fax : (0271) 713607

d. Website : www.tigaserangkai.co.id e. E-mail : tspm@tigaserangkai.co.id 2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dari General Book Departement di PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri adalah sebagai berikut :

(36)

Bagan 2. Struktur Organisasai General Book Departement di TS Surakarta 3. Prosedur Publikasi ke Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri mempunyai prosedur dalam menenerbitkan sebuah buku. Alur untuk publikasi ke TS dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 3. Alur Publikasi ke Tiga Serangkai

Ilustrator Layouter Desainer Religi Editor Popular Editor Religi Editor Publishing Manager C & T Editor Officer Popular Editor Officer Religi Editor Officer Art Creative Supervisor

Proof Reader Traffic ADM

Naskah (Penulis/ Pengarang) Review/ Evaluasi (Bagian Editor) Presentasi (Marketing, Sales, Promo) Naskah

ditolak diterima Naskah

Naskah diterima dengan catatan Proses Editing (Ilustrasi, Tipografi, Layout dll) Koreksi, Revisi, Siap Cetak

(37)

Naskah dari penulis atau pengarang masuk ke Tiga Serangkai, di review atau evaluasi oleh bagian editor apakah naskah tersebut layak atau tidak. Jika naskah tidak layak akan dikembalikan pada penulis. Sedangkan naskah yang layak akan masuk ke tahapan selanjutnya. Dari awal naskah masuk ke Tiga Serangkai, jangka waktu pemberitahuan kepada penulis apakah naskah tersebut layak atau tidak yaitu 3 bulan. Jika naskah tersebut layak maka akan dipresentasikan dihadapan Marketing, Sales, dan Promosi, karena bagian tersebut yang mengetahui lebih dalam tentang kondisi pasar. Setelah tahap presentasi, akan diputuskan naskah tersebut diterima, diterima dengan catatan, atau ditolak. Jika naskah diterima, selanjutnya akan masuk proses editing mulai dari pembuatan ilustrasi, tipografi, penataan layout, cover, dan sebagainya kemudian dikoreksi, direvisi, sampai siap cetak. Jika naskah diterima dengan catatan, maka akan diolah kembali oleh bagian editor kemudian melalui tahap presentasi lagi untuk menentukan apakah naskah tersebut bisa lanjut ke tahap selanjutnya ataukah akan ditolak. Sedangkan naskah yang telah dipresentasikan namun ditolak akan dikembalikan kepada penulis. Naskah yang telah diproses dan siap cetak, waktu penerbitannya pun tidak selalu dalam jangka waktu dekat. Buku yang telah jadi, waktu terbitnya tergantung bagaimana kondisi pasar dan disesuaikan dengan momen yang sedang marak di masyarakat, misalnya saat momen bulan puasa, awal masuk sekolah, dan sebagainya.

(38)

4. Ketentuan Buku Cerita Anak di Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Penerbit Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, mempunyai beberapa ketentuan dalam pembuatan buku cerita anak. Kententuannya adalah sebagai berikut :

a. Ukuran Buku Cerita Bergambar Anak

Ukuran untuk buku cerita anak yang ditentukan oleh Tiga Serangkai ada beberapa macam ukuran, antara lain :

1) 19 cm x 24 cm 2) 20 cm x 22,5 cm 3) 21,5 cm x 25 cm 4) 21 cm x 26,5 cm

b. Jenis Kertas yang Digunakan

Ketentuan jenis kertas untuk cover atau sampul, isi, maupun cara finishing untuk buku cerita bergambar untuk anak di Tiga Serangkai adalah sebagai berikut :

1) Jenis Kertas Cover

Cover atau sampul dalam buku cerita bergambar yang dikhususkan untuk anak, biasanya dicetak dengan kertas tebal agar lebih awet. Jenis kertas cover yang digunakan oleh Tiga Serangkai yaitu kertas Art Carton 210gr untuk produk buku cerita bergambar atau buku cerita anak. Sedangkan untuk buku ensiklopedia anak (big books) ada yang menggunakan hard cover.

(39)

2) Jenis Kertas Isi

Jenis kertas untuk isi dari produk buku cerita bergambar atau buku cerita anak di Tiga Serangkai yaitu bisa menggunakan kertas HVS 80gr, bisa juga kertas Art Paper 150gr, atau kertas BC.

3) Finishing

Finishing dalam buku cerita bergambar maupun buku cerita anak di Tiga Serangkai yaitu pada bagian cover atau sampul menggunakan laminasi doff dan beberapa bagian menggunakan spot UV (misalkan pada bagian judul atau gambar ilustrasi pada cover).

c. Jumlah Halaman

Jumlah halaman untuk buku cerita bergambar atau buku cerita anak di Tiga Serangkai ada ketentuan tersendiri, yaitu jumlah halaman bisa kelipatan 8 atau 16, misalnya 24 halaman, 32 halaman, maksimal 48 halaman.

d. Layout

Layout atau tata letak ilustasi dan tulisan menyesuaikan dari naskah cerita, yangterpenting yaitu buku cerita bergambar atau buku cerita anak harus punya tingkat keterbacaan tinggi, karena targetnya untuk anak-anak sehingga kenyamanan membaca adalah faktor yang penting.

1) Ilustrasi

Ilustrasi menyesuaikan dengan naskah cerita dari penulis yang telah disetujui Tiga Serangkai, untuk buku anak-anak tentunya dibuat menarik dengan warna-warna cerah.

(40)

2) Tipografi

Tipografi berkaitan dengan tulisan yang terdapat dalam buku cerita bergambar atau buku cerita anak, yaitu harus punya tingkat keterbacaan yang tinggi karena faktor kenyamanan membaca pada anak-anak sangatlah penting. Jenis font yang dipilih bentuknya sederhana, tanpa kait, dan mudah dibaca. Ukuran font khusus untuk anak TK-SD minimal 14 pt dan ukuran font pada bagian judul harus dibuat lebih besar.

5. Sistem Royalti di Tiga Serangkai Pustaka Mandiri a. Besaran Royalti

Royalti merupakan uang jasa yang dibayarkan penerbit kepada pengarang atau penulis naskah untuk setiap buku yang diterbitkan. Besaran royalti khusus untuk buku anak di Penerbit Tiga Serangkai yaitu sebesar 7% dari hasil penjualan buku yang telah dikurangi biaya produksi sebanyak 35%. Misalkan hasil penjualan buku 100% dikurangi 35% biaya produksi sehingga tinggal 65% hasil penjualan, jadi besar royalti 7% dari 65% hasil penjualan buku.

b. Cara Pembayaran Royalti

Sistem pembayaran royalti di Penerbit Tiga Serangkai, yaitu dibayarkan dua kali dalam setahun pada bulan Juni dan Januari, dengan rentang waktu 3 bulan. Bulan Juni antara Juli-September, untuk bulan Januari antara Februari-April.

(41)

6. Distribusi Produk Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Produk dari Penerbit Tiga Serangkai telah tersebar ke seluruh Indonesia, dan penyebaran terbesarnya yaitu se-JABODETABEK. Distribusi dari produknya melalui pasar modern dan pasar tradisional. Pasar modern maksudnya melewati toko-toko buku besar yang tersebar di seluruh Indonesia, misalnya Toko Buku Gramedia, Togamas, dan lain sebagainya. Sedangkan pasar tradisional maksudnya buku didistribusikan melalui toko-toko buku kecil.

7. Promosi yang Dilakukan di Tiga Serangkai Surakarta

Beberapa promosi yang dilakukan Tiga Serangkai untuk mempromosikan produk buku yang beraneka ragam, antara lain :

a. Melalui launching buku.

b. Melalui kegiatan-kegiatan pameran dan workshop. c. Melalui bedah buku lewat radio (khusus buku dewasa) d. Melalui kegiatan lomba-lomba

e. Promosi melalui media pendukung seperti poster, sticker, postcard, dan lain sebagainya.

f. Promosi melalui media sosial (website, twitter, twitter dari penulis, facebook).

C. Target Market dan Target Audience

1. Target Market

Segmentasi dari target market dalam konsep perancangan buku cerita bergambar untuk mengenalkan tari bondan adalah sebagai berikut :

(42)

a. Segmen Demografi

1) Usia : anak-anak (6 – 7 tahun) 2) Pendidikan : SD kelas 1 sampai kelas 2 3) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan 4) Agama : semua agama

5) Kelas Sosial : menengah ke atas b. Segmen Geografi

Daerah yang menjadi target sasaran perancangan buku cerita bergambar untuk mengenalkan tari bondan ini adalah Kota Surakarta dan sekitarnya secara khususnya dan secara umum untuk seluruh Indonesia. c. Segmen Psikografi

Anak-anak yang mempunyai keingintahuan yang besar, tertarik dengan bentuk kesenian, anak-anak yang suka menari, anak-anak yang suka kebudayaan Indonesia, mempunyai keinginan untuk mengenal beragam budaya, dan senang belajar membaca sambil melihat tampilan visual (gambar).

2. Target Audience

Target audience adalah orang yang akan menjadi sasaran komunikasi, dalam perancangan ini yaitu menjadi sasaran komunikasi baik dari buku cerita bergambarnya maupun dari media promosinya. Sedangkan detail untuk segmentasi dari target audience pada konsep perancangan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu target audience primer dan target audience sekunder sebagai decision maker (pengambil keputusan), dapat diuraikan sebagai berikut :

(43)

a. Target Audience Primer 1) Segmen Demografi

a) Usia : anak-anak (6 - 7 tahun) b) Pendidikan : SD kelas 1-2

c) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan d) Agama : semua agama

e) Kelas Sosial : menengah ke atas 2) Segmen Geografi

Daerah yang menjadi target adalah kota Surakarta dan sekitarnya secara khususnya dan seluruh Indonesia secara umumnya. 3) Segmen Psikografi

Anak-anak yang mempunyai keingintahuan yang besar, tertarik dengan bentuk kesenian, anak-anak yang suka menari, anak-anak yang suka kebudayaan Indonesia, mempunyai keinginan untuk mengenal beragam budaya, dan senang belajar membaca sambil melihat tampilan visual (gambar).

b. Target Audience Sekunder (Decision Maker) 1) Segmen Demografi

a) Usia : dewasa (25 - 50 tahun)

b) Pendidikan : SMA sampai jenjang kesarjanaan c) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan

d) Agama : semua agama e) Kelas Sosial : menengah ke atas

(44)

2) Segmen Geografi

Daerah yang menjadi target adalah kota Surakarta dan sekitarnya secara khususnya dan seluruh Indonesia secara umumnya. 3) Segmen Psikografi

Dari segmen psikografi ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan membeli buku cerita bergambar ini, faktor tersebut antara lain orang dewasa yang memperhatikan pendidikan untuk anak-anaknya, memiliki kekhawatiran dengan banyaknya budaya asing yang masuk, ingin ikut berperan mengenalkan pada anak-anak tentang berbagai kesenian asli Indonesia salah satunya seni tari, orang tua yang mempunyai ekspektasi atau keinginan agar anaknya bisa menari, dan orang tua yang ingin anak-anaknya mengenal budaya Indonesia.

c. Hasil Identifikasi Target Audience

Dalam perancangan ini penulis menggunakan kuesioner atau angket untuk mengetahui insight dari target audience yang nantinya akan digunakan untuk menentukan tone and manner dalam visualisasi cerita bergambar tentang pengenalan nilai Tarian Bondan. Angket disebarkan secara acak pada 20 responden yaitu anak-anak usia 6-7 tahun dan orang tuanya. Untuk anak-anak angket dibacakan oleh penulis sambil menunjukkan beberapa gambar yang berkaitan dengan Tari Bondan dan visualisasi gambar, kemudian responden menjawab dan memilih gambar sesuai dengan pendapat dan ketertarikannya.

(45)

Berdasarkan data yang telah didapatkan dari hasil kuesioner, maka dapat disimpulkan bahwa :

1) Hasil Kuesioner untuk Anak Usia 6-7 Tahun

a) Terkait dengan jenis tarian yang lebih disukai oleh anak-anak, yaitu sebanyak 40% responden anak menyukai tarian modern dan 60% menyukai tarian tradisional.

b) Tentang tari tradisional apa yang responden ketahui, sebanyak 20% responden anak tahu tentang Tari Kijang, 15% anak tahu Tari Bondan, 10% tahu tarian lain seperti Tari Kipas, 55% anak tidak tahu.

40%

0% 60%

Jenis Tarian yang disukai

Tarian Modern Tarian India Tarian Tradisional 20% 0% 15% 10% 55%

Tari Tradisional yang diketahui

Tari Kijang Tari Kukila Tari Bondan Tari Lainnya Tidak Tahu

(46)

c) Terkait pengalaman melihat Tari Bondan, sebanyak 15% responden anak pernah melihat dan 85% anak belum pernah melihat.

d) Pengetahuan tentang Tari Bondan, sebanyak 15% responden anak menjawab memakai boneka dan payung, 5% anak menjawab membawa busur panah, dan 80% anak tidak tahu.

e) Tentang penggambaran Tari Bondan, yaitu sebanyak 25% responden menjawab anak yang bermain boneka, 15% anak kasih sayang ibu pada anaknya, dan 60% anak tidak tahu.

15%

85%

Pengalaman melihat Tari Bondan

Pernah Melihat

Belum Pernah Melihat

15% 5%

80%

Pengetahuan tentang Tari Bondan

Tari Membawa Boneka, Payung, dan Kendhi Tari membawa Busur dan Anak Panah

(47)

f) Terkait keinginan belajar menari tradisional, yaitu 60% responden anak ingin belajar menari dan 40% anak kuang berminat belajar menari.

g) Tentang model gambar yang lebih disukai, yaitu 70% responden anak lebih menyukai gambar yang sederhana dan 30% anak menyukai gambar yang lebih detail.

25%

0%

15% 60%

Penggambaran Tari Bondan

Anak yang bermain boneka Hewan yang lincah Kasaih sayang Ibu pada anaknya

Tidak Tahu

65% 35%

Keinginan Belajar Tari Tradisional

Ya, Ingin Tidak Ingin

(48)

h) Warna yang lebih disukai anaka-anak, sebanyak 90% responden anak lebih menyukai warna cerah dan 10% anak menyukai warna pastel atau warna yang lembut.

i) Tentang cara pewarnaan gambar yang disukai, sebanyak 35% responden anak menyukai pewarnaan flat (tanpa gradasi) dan 65% anak menyukai pewarnaan gradasi berkesan volume.

70% 30%

Model Gambar Yang Disukai

Gambar simple (sederhana) Gambar yang lebih detail

90% 10%

Warna Yang Lebih Disukai

Warna Cerah Warna Pastel

(49)

j) Tentang penataan layout, sebanyak 80% responden anak lebih suka

layout dengan fullcolor dan 20% anak menyukai ada white space-nya.

2) Hasil Kuesioner untuk Orang Tua

a) Tentang jenis tari yang lebih disukai, 90% responden orang tua lebih menyukai Tari Tradisional daripada Tari Modern.

35% 65% Pewarnaan Gambar Pewarnaan Flat Pewarnaan Gradasi Berkesan Volume 80% 20% Tata Layout Fullcolor Ada White space

10% 0%

90%

Tari yang lebih disukai

Tari Modern Tari India Tari Tradisonal

(50)

b) Pengalaman menyaksikan Tari Bondan, sebanyak 25% responden orang tua pernah melihat Tari Bondan dari internet, 60% pernah melihat pertunjukan Tari Bondan langsung, dan 15% belum pernah melihat Tari Bondan.

c) Pengetahuan tentang Tari Bondan, 85% responden orang tua menjawab bertema kasih sayang seorang ibu dan 15% tidak tahu.

d) Terkait apakah putra atau putri dari responden mengikuti les tari, 15% responden orang tua menjawab bahwa anaknya ada yang mengikuti les menari dan 85% anaknya tidak mengikuti les menari.

25%

60% 15%

Pengalaman Menyaksikan Tari Bondan

Pernah melihat dari internet Pernah melihat langsung Belum pernah melihat

0% 0%

85% 15%

Pengetahuan tentang Tari Bondan

Tari bertema peperangan Tari bertema kelincahan hewan Tari bertema kasih sayang ibu Tidak tahu

(51)

e) Terkait dengan keinginan orang tua agar anak bisa menari, 95% responden orang tua ingin anaknya bisa menari tradisional.

f) Tentang keinginan orang tua berperan mengenalkan budaya Indonesia, semua orang orang tua menjawab ya, ingin turut berperan dalam mengenalkan budaya Indonesia pada putra putrinya.

15%

85%

Apakah putra/putrinya mengikuti les tari

Ada Tidak ada

95% 5%

Keinginan orang tua agar anak bisa menari

Ya

(52)

g) Perkembangan Tari Bondan di Surakarta, 20% responden orang tua menjawab semakin menghilang, 45% menjawab masih ada tetapi kurang diminati, dan 35% orang tua menjawab mulai diangkat dan berkembang lagi.

3) Kesimpulan

Dari hasil kuesioner terhadap anak-anak usia 6-7 tahun dan orang tuanya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a) Target Audience Anak-Anak Usia 6-7 Tahun

Dari hasil kuesioner tersebut diperoleh data bahwa anak-anak usia 6-7 tahun sebetulnya tetap mempunyai ketertarikan dengan tarian tradisional, hanya saja sebagian besar masih belum

100% 0%

Keinginan orang tua ikut berperan mengenalkan budaya Indonesia

Ya, ada Tidak ada

20%

45% 35%

Perkembangan Tari Bondan di Surakarta

Semakin menghilang

Masih ada tapi kurang diminati Mulai diangkat dan berkembang lagi

(53)

tahu tentang macam-macam tari tradisional, salah satunya juga termasuk Tari Bondan. Sehingga diperlukan pengenalan sedikit demi sedikit tentang Tari Tradisional.

Sedangkan dalam visualisasi cerita bergambar, anka-anak usia 6-7 tahun cenderung menyukai gambar-gambar yang sederhana tidak terlalu mendetail, menggunakan warna-warna cerah, pewarnaannya jelas dengan memunculkan gradasi yang menimbulkan kesan bervolume, dan penataan layout yang rapi dengan teks yang mudah dibaca serta background berwarna.

b) Target Audience Orang Tua (Decision Maker)

Data orang tua sebagai pengambil keputusan yang diperoleh dari hasil kuesioner tersebut yaitu sebagain besar orang tua menyukai tarian tradisional dan tahu tentang tari Bondan. Para orang tua berkeinginan untuk berperan dalam mengenalkan tari tradisional, juga mempunyai keinginan agar putra atau putrinya bisa menari tradisional.

D. Komparasi

1. Buku Cerita Bergambar “Dongeng Cinta Budaya” a. Deskripsi Umum

Buku cerita bergambar “Dongeng Cinta Budaya” ini merupakan kumpulan dari cerita bergambar yang bertemakan budaya. Buku ini memang ditujukan untuk mengajak anak-anak mencintai budaya Indonesia

(54)

melalui kumpulan cerita bergambar yang bertemakan budaya Indonesia. Terdapat cerita tentang alat musik angklung, mpek-mpek masakan khas palembang, baju tradisional kebaya, dan permainan congklak atau dakon. Dalam buku ini juga ada satu cerita pendek yang bertemakan seni tari, yaitu Tari Pendet.

1) Judul Keseluruhan : Dongeng Cinta Budaya 2) Judul Cerita : Tarian Dewi

3) Pengarang : Watiek Ideo dan Fitri Kurniawan 4) Penerbit : Bhuana Ilmu Populer

5) Tahun terbit : 2015

6) Jumlah Halaman : 168 halaman 7) Ukuran : 18 cm x 24 cm

8) Sinopsis Cerita : Bagian Cerita “Tarian Dewi”

Dewi adalah seorang anak perempuan yang berasal dari Bali, sejak kecil dia suka menari. Bahkan di rumah Dewi ada sanggar tari yang biasa dia gunakan bersama teman-temannya untuk berlatih menari, dengan pelatih ibunya sendiri. Namun akhir-akhir ini Dewi merasa bosan menari Tari Pendet, dia menganggap tarian tersebut kuno. Pada suatu hari Dewi berjalan-jalan di pantai, dia bertemu dengan seorang anak perempuan wisatawan asing bernama Elle. Mereka berkenalan, Elle menunjukkan pada Dewi sebuah video rekaman tentang Tari Pendet dan dia sangat terkesan dengan tarian tersebut. Segera saja Dewi mengajak Elle dan keluarganya ke sanggar tari di rumahnya. Dengan bangga Dewi menarikan Tari Pendet di depat wisatawan asing

(55)

tersebut bersama ibunya, para wisatawan sangat terkesan. Sejak saat itu Dewi kembali senang menarikan Tari Pendet.

b. Target Market

1) Segmen Demografi :

a) Umur : untuk anak-anak SD awal (6-8 tahun) b) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan

c) Agama : semua agama d) Kelas sosial : menengah ke atas 2) Segmen Geografi :

Segmen geografi dari buku cerita bergambar ini untuk seluruh Indonesia.

3) Segmen Psikografi :

Buku cerita bergambar “Dongeng Cinta Budaya” ini dibuat untuk anak-anak yang tertarik dengan berbagai macam budaya dan ciri khas dari Indonesia, untuk anak-anak yang senang membaca maupun senang belajar membaca, serta anak-anak yang tertarik dengan gambar atau visual yang menarik.

c. Distribusi

Buku cerita bergambar “Dongeng Cinta Budaya” ini didistribusikan ke seluruh Indonesia, melalui toko-toko buku besar maupun kecil yang tersebar di seluruh Indonesia.

d. Promosi atau Komunikasi yang Dilakukan

Promosi dari buku ini dari media sosial, diantaranya melalui facebook, twitter, instagram BIP, dan melalui website.

(56)

e. Tampilan visual

1) Cover Cergam “Dongeng Cinta Budaya”

Gambar 49. Cover Buku Cerita Bergambar “Dongeng Cinta Budaya” (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 3 Oktober 2015)

2) Bagian Isi Cergam “Dongeng Cinta Budaya”

Bagian isi dari cergam “Dongeng Cinta Budaya” yang penulis ambil yaitu bagian “Tarian Dewi”. Tampilan visualnya menarik, cukup detail, dan background juga terlihat, namun pada beberapa halaman penataan layout-nya kurang rapi, antara elemen teks dengan elemen gambar kurang seimbang, sehingga keterbacaan teks sedikit kurang. Berikut contoh tampilan visual isi :

(57)

Gambar 50. Isi Buku Cerita Bergambar “Dongeng Cinta Budaya” (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 3 Oktober 2015)

Gambar 51. Isi Buku Cerita Bergambar “Dongeng Cinta Budaya” (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 3 Oktober 2015) 2. Buku Cerita Bergambar “Dongeng Tujuh Menit”

a. Deskripsi Umum

Buku cerita bergambar “Dongeng Tujuh Menit” ini juga merupakan kumpulan dari beberapa cerita bergambar pendek. Namun

(58)

dalam buku ini tidak semua cerita bertemakan budaya. Hanya satu bagian cerita di dalam buku ini yang bertemakan budaya, yakni tentang mengenal tokoh wayang Punakawan. Meskipun wayang asing di telinga anak-anak namun melalui cerita singkat tentang wayang yang dikemas dengan visual yang menarik, diharapkan anak-anak bisa sedikit tahu tentang budaya pewayangan.

1) Judul Keseluruhan : Dongeng Tujuh Menit 2) Judul Cerita : Wayang Sebelum Tidur 3) Pengarang : Clara Ng

4) Ilustrasi : Cecillia Hidayat

5) Penerbit : Gramedia Pustaka Utama 6) Tahun terbit : 2010

7) Jumlah Halaman : 24 halaman 8) Ukuran : 20 cm x 20 cm

9) Sinopsis Cerita : Bagian Cerita “Wayang Sebelum Tidur”

Sita dan Bima tidak bisa tidur, kemudian Sita bermain bayang-bayang dari lampu kecil yang dinyalakan ibunya dengan tangannya. Tetapi bagaimana dengan adiknya, Bima tidak bisa ikut bermain karena jari tangannya masih kecil sehingga susah untuk ditekuk. Sita kemudian membuat bentuk wayang Punakawan dari kertas untuk adiknya. Sita dan Bima bermain bayangan wayang seru sekali, sambil mereka mengenal nama tokoh wayang tersebut. Mendengar suara-suara dari kamar Sita dan Bima, ayah kemudian masuk ke kamar mereka, ternyata mereka memang sedang asyik bermain bayangan

(59)

bentuk wayang. Lama tidak keluar dari kamar, Ibu kemudian mengintip dan ternyata ayah sudah tertidur bersama Sita dan Bima. b. Target Market

1) Segmen Demografi :

a) Umur : untuk anak-anak SD awal (6-8 tahun) b) Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan

c) Agama : semua agama d) Kelas sosial : menengah ke atas 2) Segmen Geografi :

Segmen geografi dari buku cerita bergambar ini untuk seluruh Indonesia.

3) Segmen Psikografi :

Buku cerita bergambar “Dongeng Tujuh Menit” pada bagian cerita “Wayang Sebelum Tidur” ini dibuat untuk anak-anak yang suka berimajinasi, suka dengan cerita dongeng sebelum tidur, senang membaca maupun senang belajar membaca, serta anak-anak yang tertarik dengan gambar atau visual yang menarik.

c. Distribusi

Buku cerita bergambar “Wayang Sebelum Tidur” ini didistribusikan ke seluruh Indonesia, melalui toko-toko buku besar maupun kecil yang tersebar di seluruh Indonesia.

d. Promosi atau Komunikasi yang Dilakukan

Promosi yang dilakukan untuk buku ini dari media sosial, diantaranya melalui facebook Gramedia Pustaka Utama, twitter,

(60)

instagram, dan melalui beberapa website seperti bukabuku.com, bukukita.com.

e. Tampilan visual

1) Cover Cergam “Wayang Sebelum Tidur”

Gambar 52. Cover Buku Cerita Bergambar “Wayang Sebelum Tidur” (Sumber : facebook Gramedia Pustaka Utama, 6 Oktober 2015) 2) Bagian Isi Cergam “Wayang Sebelum Tidur”

Bagian isi pada cergam “Wayang Sebelum Tidur”, dari tampilan visualnya cukup simple (sederhana), bentuk karakter juga menarik dan lucu, penataan layout-nya juga sudah rapi, tetapi untuk gambar latar belakang atau settingnya kurang, dan pada beberapa halaman paragraf untuk teksnya sedikit terlalu panjang bagi bacaan anak-anak.

(61)

Gambar 53. Isi Buku Cerita Bergambar “Wayang Sebelum Tidur” (Sumber : Google Books, 19 Oktober 2015)

Gambar 54. Isi Buku Cerita Bergambar “Wayang Sebelum Tidur” (Sumber : Google Books, 19 Oktober 2015)

E. Analisa SWOT

Analisa SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi produk, dalam hal ini untuk perancangan buku cerita bergambar ini agar lebih terarah. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(62)

(strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats), sekaligus sebagai bahan perbandingan dengan kompetitor atau komparasinya.

Untuk mengetahui peluang utama dalam pembuatan buku cerita bergambar untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak usia 6-7 tahun, diperlukan observasi terhadap kekuatan (strenght), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dari buku cerita bergambar ini yaitu tentang nilai Tarian Bondan terhadap pembandingnya atau komparasinya, melalui analisa SWOT.

Berikut ini merupakan tabel analisa SWOT dari Buku Cerita Bergambar untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak usia 6-7 tahun yang berjudul “Tari Bondan untuk Ibunda Tersayang” dengan dua komparasinya, yaitu “Dongeng Cinta Budaya bagian Tarian Dewi” dan “Dongeng Tujuh Menit bagian Wayang Sebelum Tidur”:

(63)

Tabel Analisa SWOT (Strength, Weaknesess, Opportunity, Threats)

Analisa SWOT

Cergam Tari Bondan untuk Ibunda Tersayang

Cergam Dongeng Cinta Budaya

bagian Tarian Dewi

Cergam Dongeng Tujuh Menit bagian Wayang Sebelum Tidur

Strengh (Kelebihan)

1. Tema yang diangkat menarik tentang Tari Bondan yang sarat makna akan kasih sayang ibu terhadap anak.

2. Berusaha mengenalkan nilai Tarian Bondan lewat cerita yang sederhana.

3. Ilustrasi yang akan dibuat sederhana dengan sedikit detail sehingga menarik bagi anak-anak.

4. Pewarnaannya menggunakan warna-warna watercolor yang cerah agar tidak monoton. 5. Layout akan dibuat rapi

sehingga gambar dan teksnya terkesan seimbang.

1. Tema yang diangkat tentang kebudayaan, yaitu tentang seni tari yang jarang ditemukan pada cerita bergambar.

2. Cerita dikemas dengan sederhana dan mudah dipahami.

3. Ilustrasinya cukup detail, dapat dilihat dari kostum tari yang dikenakan karakter dan gambar latar belakang yang terkesan hidup.

4. Pewarnaan gambarnya bagus warna cerah namun lembut, tidak monoton.

1. Tema yang diangkat menarik yaitu tentang wayang yang jarang ditemukan dalam buku cergam.

2. Ide ceritanya juga menarik mengenalkan pewayangan lewat imajinasi anak-anak. 3. Ilustrasinya dibuat

sederhana, baik karakter maupun setting atau latar belakangnya.

4. Penataan layout-nya sudah rapi, ada space sendiri untuk meletakkan elemen teks sehingga terkesan seimbang. 5. Menggunakan hard cover

sehingga buku awet untuk

(64)

6. Elemen teks menggunakan font yang mudah dibaca oleh anak-anak dan dengan ukuran yang sesuai.

5. Teksnya tidak terlalu panjang dan disertai dengan teks bahasa Inggris

(bilingual).

anak-anak.

Weakness (Kelemahan)

1. Sampulnya tidak menggunakan hardcover sehingga mudah rusak.

2. Tema tentang tari kemungkinan hanya disukai oleh target yang tertarik dengan budaya

Indonesia.

3. Jika tidak disertai contoh bagaimana wujud Tari Bondan, kemungkinan anak akan kurang paham.

1. Cerita yang berhubungan dengan temanya yaitu tentang Tari Pendet masih kurang.

2. Beberapa halaman penataan layout-nya kurang rapi, sehingga terkesan tidak seimbang antara gambar dengan teks.

3. Teks Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris tapi di beberapa halaman tidak diberikan space tersendiri untuk elemen teksnya sehingga keterbacaanya kurang .

1 Visualisasi gambar latar belakangnya kurang mencerminkan untuk setting di kamar tidur anak-anak, sehingga terkesan kurang hidup. 2 Ada beberapa bagian yang

paragraf teksnya terlalu panjang.

3 Ada ilustrasi yang terlihat kurang menyatu karena memasukkan motif kain jadi yang kurang sesuai.

10

(65)

Tabel 1. Tabel Analisa SWOT

Opportunities (Peluang)

1. Belum ada buku cerita bergambar yang mengangkat tema nilai Tarian Bondan. 2. Ilustrasi tentang gerakan Tari

Bondan bisa memberi pengetahuan pada anak-anak tentang gambaran Tari Bondan.

1. Ilustrasinya yang menarik dan tema yang masih jarang diangkat menjadikan buku ini diminati.

2. Tema yang diangkat bisa sedikit memberi

pengetahuan pada anak tentang Tari Pendet.

1. Masih sedikit buku cerita bergambar dengan tema pewayangan.

2. Gambar yang sederhana menjadikan buku cergam ini mudah dipahami anak-anak

Treath (Ancaman)

1 Semakin banyaknya buku cergam terjemahan yang temanya lebih variatif.

2 Semakin berkembangnya gaya ilustrasi yang lebih menarik dan lebih detail.

1. Banyaknya gaya ilustrasi dalam buku cergam dengan dua bahasa yang lebih menarik.

2. Mulai banyak cergam bertema budaya yang dikemas dengan cerita yang lebih bagus.

1. Semakin banyak cergam yang mulai mengambil tema budaya yang lebih menarik

2. Berkembangnya beragam gaya ilustrasi cergam yang lebih lebih detail dan menarik.

10

(66)

F. Unique Selling Preposition (USP)

USP (Unique Selling Preposition) merupakan sebuah teknik penjualan dengan memunculkan keunikan dari sebuah perusahaan maupun produk yang tidak dimiliki oleh pesaing. Agar sebuah produk dapat laku dan diminati oleh konsumen selain menentukan positioning, perlu ditentukan pula USP atau keunikan dari sebuah produk. Masing-masing produk pasti mempunyai keunikannya sendiri, hanya saja bagaimana cara agar keunikan tersebut bisa ditonjolkan perlu dirancang sedemikian rupa sehingga melekat dibenak konsumen,.

Keunikan yang dimiliki oleh Buku Cerita Bergambar “Tari Bondan untuk Ibunda Tersayang” ini adalah dari segi tema yang diangkat, yaitu tentang nilai Tarian Bondan yang menceritakan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya atau kakak kepada adiknya. Cerita yang disampaikan tidak hanya menceritakan kehidupan seorang anak tapi juga disertai ilustrasi contoh gerakan Tari Bondan, sehingga anak tidak hanya tahu nama Tari Bondan, tetapi sedikit demi sedikit mengetahui bagaimana gerakannya.

G. Positioning

Positioning adalah suatu proses atau upaya menempatkan sebuah produk, merek, perusahaan, individu, atau apa saja untuk mendapatkan posisi yang baik di benak konsumen. Merek yang telah memiliki posisi mapan dalam benak akan menjadi faktor pengaruh yang kuat saat konsumen memerlukan solusi.

(67)

Strategi positioning buku ceita bergambar “Tari Bondan untuk Ibunda Tersayang” adalah memposisikan buku cerita bergambar ini sebagai buku edukasi tentang nilai kasih sayang seorang ibu pada anaknya atau kakak pada adiknya melalui Tari Bondan yang akan divisualisasikan dalam bentuk cerita bergambar sehingga cukup tepat untuk anak-anak dan melalui cerita bergambar ini disampaikan pula bahwa tari tradisional pun tidak kalah menarik dengan tarian modern. Cerita bergambar akan disajikan dengan illustrasi yang menarik, fullcolor, cerita yang sederhana, dan mudah dimengerti anak-anak.

Gambar

Gambar 1. Kostum Tari Bondan Kendhi  (Sumber : Dokumentasi pribadi, 7 Oktober 2015)
Gambar 2. Kostum Tari Bondan dengan jamang dan baju kutang  (Sumber : https://celoteh4ti.wordpress.com, diakses pada 7 Oktober 2015)
Gambar 9. Lumaksono Lembehan Pada Tari Bondan  (Sumber : Dokumentasi Jurusan Seni Tari ISI Surakarta)
Gambar 12. Pacak Gulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wilayah sebaran buku cerita bergambar asal mula Api Abadi Mrapen adalah di seluruh perpustakaan Sekolah Dasar di wilayah Kabupaten Grobogan untuk target sasaran primer dan

Dengan adanya buku ensiklopedi ini, diharapkan anak – anak dapat lebih mengenal budaya tari. tradisional di

Media yang akan digunakan ialah buku cerita bergambar dan dibumbui dengan memakai teknik pop up sebagai daya tarik anak. Poster Kognisi Poster akan diletakan di

1) format isian pemahaman anak, berupa pilihan ganda dengan jumlah item 21. Pelaksanaan penilaian ini dilakukan setelah penyajian cerita bergambar. 2) format diskusi berupa esai

Tema komunikasi pada buku bergambar ini adalah menyampaikan pesan tentang pentingnya membaca kepada anak yang kemudian diharapkan dari kesatuan antara cerita dan

menetapkan variable dari penelitian ini adalah teks cerita pendek dan unsur pembangun teks cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek Magi Perempuan dan

Dari data diagram dibawah dapat di simpulkan 49% koresponden paling banyak menonton tv dibawah 1 jam. 11) Untuk pengetahuan tentang warna anak-anak adalah: normal 12)

Dengan menggunakan buku bergambar yang baik bisa lebih memotivasi mereka untuk belajar, anak-anak juga terbantu dalam proses memahami dan memperkaya pengalaman dari cerita..