PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG KAMBING
PADA TANAMAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L)
Oleh RUSMITA NIM. 080 500 167
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG KAMBING
PADA TANAMAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L)
Oleh RUSMITA
NIM. 080 500 167
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma 111 Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMRINDA
SAMARINDA
HALAMAN PENGESAHAN
JUDUL KARYA ILMIAH : PENGARUH PEMBERIAN PUPUK
KANDANG KAMBING PADA TANAMAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L)
Nama : Rusmita Nim : 080 500 167
Program studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Nur Hidayat, SP, MSc NIP.19721025 2001121001
Penguji,
Ir. Budi Winarni, MSi NIP. 19610914 1990012001
Ir. Syarifuddin, MP
NIP. 19650706 2001121 1 001
Lulus ujian pada tanggal ………… Menyetujui
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Samarinda
Mengesahkan
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005
ABSTRAK
RUSMITA, Pengaruh pemberian pupuk kandang kambing pada tanaman Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) dibawah bimbingan NUR HIDAYAT.
Tanaman kakao merupakan salah satu komoditi yang diutamakan di Kalimantan. Pemberian pupuk pada pembibitan tanaman kakao dinilai dapat membantu pertumbuhan tanaman kakao agar menjadi lebih baik dan dapat berkembang dengan baik setelah ditanam di areal kebun.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur pertumbuhan bibit kakao dengan pemberian pupuk kandang kambing pada bibit berumur 1 bulan
Penelitian ini menggunakan 1 faktor perlakuan, yaitu dosis pupuk kandang kambing dengan 3 taraf perlakuan , k0 : tanpa perlakuan/ kontrol, k1 : 50 gram pupuk kandang kambing/polybag, k2 : 100 gram pupuk kandang kambing. Yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun.
Dari hasil pengamatan, pemberian pupuk kandang kambing berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman bibit kakao namun diameter batang dan jumlah daun bibit tanaman kakao menunjukkan bahwa rata-rata perlakuan ko, k1 dan k2 berpengaruh tidak nyata terhadap daun dan diameter batang variabel pengamatan namun berbeda sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu ke 2,4 dan 6. Tinggi tanaman tertinggi di peroleh pada k1 dan k2 yaitu 28,80 cm, 31,10 cm, 32,10 cm dan 30,60 cm, 31,9 cm, 33,9 cm dan pada minggu ke 2,4 dan 6 yang terendah k0 (tanpa perlakuan) yaitu 20,20 cm, 23,00 cm dan 24,80 cm.
RIWAYAT HIDUP
RUSMITA. Lahir pada tanggal 20 Agustus 1990 di Nunukan, anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Alm bapak Ruslan dan ibu Halima
Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Negeri 006 Nunukan pada Tahun 1997 dan Lulus pada tahun 2003, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Nunukan pada tahun 2003 dan lulus pada Tahun 2005. Melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Nunukan pada tahun 2005 dan lulus pada Tahun 2008. Pendidikan Tinggi dimulai pada Tahun 2008 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian.
Pada tanggal 04 Maret sampai 31 Mei 2011 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Karang Juang Hijau Lestari (KHL), Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Karunia-Nya maka karya ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis ucapkan banyak terima kasih atas peran dan bantuan yang telah diberikan kepada :
1. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi baik secara moril maupun materil kepada penulis selama ini.
2. Nur Hidaya t, SP, M.Sc selaku Dosen Pembimbing 3. Ir. Budi Winarni, M.Si selaku Dosen Penguji
4. Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
5. Ir. Syarifudin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
6. Rekan-rekan mahasiswa/i dan rekan_rekan Mapa Politani yang telah membantu di dalam kegiatan penelitian hingga penyusunan Karya Ilmiah.
Penulis Kampus Sei Keledang, 26 Agustus 2011
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
I. PENDAHULUAN... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA... 3
A. Tinjauan Umum Tanaman Kakao ... 3
B. Teknis Pembibitan Tanaman Kakao ... 10
C. Tinjauan Umum Pupuk Organik ... 11
D. Tinjauan Umum Pupuk Kandang Kambing ... 13
III. METODE PENELITIAN... 14
A. Tempat dan Waktu... 14
B. Alat dan Bahan... 14
C. Prosedur Penelitian... 15
D. Pengambilan dan Pengolahan Data ... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 18
A. Hasil ... 18
B. Pembahasan... 19
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 22
A. Kesimpulan... 22
B. Saran... 22
DAFTAR PUSTAKA... 23
DAFTAR TABEL
Nomor
1. Tinggi Tanaman pada minggu 2,4 dan 6... 2. Jumlah daun...
3. Diameter batang………
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Daftar sidik ragam Tinggi Tanaman 2 mst... 26
2. Daftar sidik ragam Tinggi Tanaman 4 mst... 26
3. Daftar sidik ragam Tinggi Tanaman 6 mst... 26
4. Daftar sidik ragam Jumlah Daun 2 mst... 26
5. Daftar sidik ragam Jumlah Daun 4 mst... 27
6. Daftar sidik ragam Jumlah Daun 6 mst... 27
7. Daftar sidik ragam Diameter Batang 2 mst... 27
8. Daftar sidik ragam Diameter Batang 4 mst... 27
9. Daftar sidik ragam Diameter Batang 6 mst... 28
10.Bagan plo t penelitian... 29
11.Gambar tanaman bibit kakao... 30
12.Gambar Kegiatan pengayakan tanah... 30
13.Gambar Persiapan mesia tanam... 30
Halaman
18 18 19
14.Gambar Pengukuran tinggi tanaman... 31 15.Gambar Jumlah daun... 31 16.Gambar Pengukuran diameter batang... 31
I.
PENDAHULUAN
Sekarang ini kakao (Theobroma cacao L) di Indonesia berkembang pesat baik tanaman kakao rakyat maupun swasta, dan diharapkan dapat menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi perkebunan jenis lainnya seperti, kelapa sawit dan karet. Dengan tujuan untuk memanfaatkan sumber daya alam, memenuhi konsumsi dan memperoleh devisa ekspor serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Disamping itu seiring dengan meningkatnya kemakmuran masyarakat, maka tuntutan akan gizi yang lebih baik juga semakin besar. dalam hal ini produk kakao memberikan harapan yang cerah sebab kandungan lemak nabatinya relatif tinggi yaitu sekitar 50%, karbohidrat 15% dan 1% gula (Sunanto, 1992).
Perkebunan kakao di Indonesia banyak diusahakan dengan produksi yang tinggi, namun kendala utamanya mutu yang kurang baik, terutama dari kakao rakyat. Hal ini terutama petani kurang memahami budidaya tanaman kakao sepenuhnya sehingga dampak negatif yang ditimbulkan seperti penurunan produktifitas produk si pada saat ini sudah dapat dirasakan (Susanto, 1994).
Tanaman kakao merupakan salah satu komoditi yang diutamakan di Kalimantan. Pemberian pupuk pada pembibitan tanaman kakao dinilai dapat membantu pertumbuhan tanaman kakao agar menjadi lebih baik dan dapat berkembang dengan baik setelah ditanam di areal kebun.
Pemupukan yang efektif adalah pemupukan yang berfungsi menambahkan unsur hara yang tersedia dalam jumlah sedikit di dalam tanah. Dampak pemupukan yang efektif akan terlihat pada pertumbuhan tanaman yang optimal. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur fisik dan kimia dan juga dapat memberikan unsur hara yang lengkap pada tanah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur pertumbuhan bibit kakao dengan pemberian pupuk kandang kambing pada bibit berumur 1 bulan.
Dari hasil penelitia n diharapkan dapat memberikan informasi kepada para petani dalam penggunaan pupuk kandang kambing dengan dosis yang tepat terhadap bibit kakao (Theobroma cacao L).
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Kakao 1. Sejarah kakao (Theobroma cacao L)
Kakao merupakan tanaman asli Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Penduduk yang pertama kali mengusahakan kakao serta menggunakannya sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan Astek di daerah-daerah antara 10° LU dan 10° LS. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman hutan tropika dataran rendah dan tumbuh di bawah pohon-pohon besar (Lukito, 2004).
2. Taksonomi
Menurut Susanto (1994), tanaman kakao termasuk marga Theobroma. famili dari Sterculiceae yang banyak diusahakan oleh rakyat, perkebunan swasta dan perkebunan negara. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicocotyledoneae Ordo : Malvales Famili : Sterculiceae Genus : Theobroma
3.Morfologi tanaman kakao
Menurut Sunanto (1992), morfologi tanaman kakao adalah sebagai berikut :
a. Biji dan perkecambahan
Kakao termasuk tanaman kualiflori yang artinya bunga dan buah tumbuh pada batang dan cabang tanaman. Dalam setiap tanaman terdapat sekitar 20 – 50 butir biji, yang tersusun dalam lima baris dan menyatu pada barisan poros buah. Cabang-cabang akan membentuk jorget, yang kemudian akan tumbuh 3 – 6 cabang yang arahnya ke samping dengan sudut 0° - 90° Cabang-cabang ini disebut cabang primer atau cabang plagiotrop (Muljana, 1982).
Biji dibungkus oleh daging buah atau pulp yang berwarna putih dan rasanya manis. Pulp tersebut mengandung zat penghambat perkecambahan, namun karena biji kakao tidak memiliki masa dorman maka seringkali biji di dalam buah pun dapat tumbuh bila terlambat dipanen. Biji kakao terdiri dari kulit biji atau testa, dua kotiledon yang saling melipat, dan embrio yang terdiri dari epikotil, hipokotil dan radikula.
Biji kakao termasuk epigeous yang artinya hipotil memanjang mengangkat kotiledon yang masih menutup ke atas permukaan tanah. Fase ini disebut fase serdadu, yang kemudian diikuti membukanya kotiledon dan epikotil memanjang dengan empat lembar daun pertama.
b. Batang dan Cabang
Tanaman kakao yang diusahakan di perkebunan pada umur 12 tahun dapat mencapai tinggi 4,5 – 7,0 meter tergantung intensitas naungan dan faktor-faktor lainnya.
Kakao bersifat dimorfisma, artinya memiliki 2 macam percabangan atau tunas vegetatif, yaitu tunas ortotrop yang tumbuh ke atas dan tunas plagiotrop yang tumbuh ke samping, cabang kipas atau fan.
Cabang yang arahnya ke samping dengan sudut 0 – 90 0C. Cabang-cabang ini disebut cabang primer atau cabang plagiotrop. Kemudian disusul cabang – cabang lateral atau fan.
c. Daun
Daun kakao mempunyai dua persendian atau articulation yang terletak pada pangkal dan ujung tangkai daun. Hal ini memungkinkan pergerakan daun menyususi dengan arah datangnya sinar matahari.
Tangkai daun pada cabang ortotrop lebih panjang, sekitar 7,5 – 10 cm, sedangkan pada cabang plagiotrop tangkai daun lebih pandek sekitar 2,5 cm. Tangkai daun bersisik halus dan membentuk sudut daun 30 – 600 dan berbentuk silinder.
Kuncup-kuncup daun dilindungi stipula yang segera gugur apa bila daunnya tumbuh. Warna daun muda kemerahan sampai merah, tergantung dari varietasnya, dan bila telah dewasa menjadi hijau tua
bentuk daun bulat memanjang dengan ujung dan pangkal meruncing. Panjang daun dewasa sekitar 30 cm dan lebar sekitar 10 cm.
Masa tumbuh tunas-tunas baru disebut flush, dimana tunas membentuk 3-6 helai daun baru sekaligus. Setelah masa bertunas tersebut selesai, kuncup-kuncup kembali dorman selama periode tertentu. Oleh ransangan faktor lingkungan kuncup-kuncup akan kembali bertunas serempak lagi.
d. Akar
Perakaran kakao tumbuh cepat pada bibit dari biji yang baru berkecambah, dari panjang akar 1 cm pada umur 1 minggu tumbuh menjadi 16 – 18 cm pada umur 1 bulan dan 25 cm pada umur 3 bulan. Pertumbuhan akar mencapai 50 cm pada umur 2 tahun. Jadi makin lama kecepatan pertumbuhan akar semakin berkurang.
Pada tanah yang dalam dan drainasenya yang baik, perakaran kakao dewasa mencapai 1,0 -1,5 m. Akar lateral sebagian besar sekitar 56% tumbuh pada lapisan tanah atas sedalam 0-10 cm, sedangkan 26% pada bagian yang lebih dalam (11–20 cm), dan sekitar 14% pada bagian yang lebih dalam lagi (21–30 cm) dan hanya sekitar 4% tumbuh pada kedalaman lebih dari 30 cm. Jangkauan akar lateral jauh di luar proyeksi tajuk tanaman.
Pada akar kakao terdapat cendawan mikoriza yang membantu penyerapan unsur hara yang dikembangkan secara vegetatif tidak
memiliki akar tunggang, namun nantinya akan terbentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang.
e. Bunga
Tanaman kakao bersifat kualiflori, bunga berkembang dari ketiak daun dan dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut lama kelamaan menebal dan membesar disebut juga dengan bantalan bunga (cushion).
Bunga kakao terdiri dari 5 daun kelopak, 5 daun mahkota 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran terdiri dari 5 tangkai sari dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao berwarna putih – ungu atau kemerahan, benang sari yang steril dan yang vertil disebut stamen yaitu pada lingkaran dalam. Bakal buah atau ovarium disusun oleh 5 daun buah (carpellium) dan berisi banyak bakal biji (ovulum) yang tersusun melingkari poros tengah buah.
f. Buah
Warna buah kakao beraneka ragam, namun pada dasarnya hanya ada 2 macam yaitu, buah muda berwarna hijau putih dan bila masak menjadi warna kuning sedangkan buah muda yang berwarna merah setelah masak menjadi oranye.
Beberapa faktor yang menyebabkan kelayuan buah kakao adalah :
1) Persaingan antara buah muda, buah tua dan dengan tunas muda 2) Kekurangan hormon yang terbentuk dalam endosperma
3) Pengaruh bahan tanaman atau kultivar 4)Adanya luka pada kulit buah
Kakao secara garis besar dapat menjadi tiga jenis yaitu : 1. Criollo
Criollo termasuk kakao yang bermutu tinggi atau kakao mulia edel cacao, criollo memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Masa berbuah lambat
b. Agak peka terhadap serangan hama dan penyakit c. Kulit buah tipis dan mudah diiris
d. Terdapat 10 alur yang letaknya berselang-seling terdiri dari lima alur dalam dan lima alur dangkal
e. Ujung buah biasanya berbentuk tumpul, sedikit bengkok, dan tidak memiliki botle neck
f. Tiap buah berisi 30 – 40 biji yang bentuknya agak bulat sampai bulat g. Endospermnya berwarna putih
h. Proses fermentasinya lebih cepat dan rasanya tidak pahit
i. Warna buah muda umumnya merah dan bila masak menjadi jingga 2. Forastero
Forastero umumnya termasuk kakao bermutu rendah atau disebut kakao curah, bulk kakao. Tipe Forastero memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
a. Pertumbuhan tanaman kuat dan produksinya lebih tinggi b. Masa berbuah lebih awal
c. Umumnya dapat diperbanyak dengan cara semaian hibrida d. Relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit e. Kulit buah agak keras tetapi permukaannya halus
f. Alur –alur kulit buah agak dalam
g. Ada yang memiliki bottle neck dan ada pula yang tidak memiliki h. Endospermanya berwarna ungu tua dan berbentuk gepeng
i. Proses fermentasinya lebih lama j. Rasa bijinya pahit
k. Kulit buah berwarna hijau dan terutama yang berasal dari Amazon dan merah yang berasal dari daerah lain
3. Trinitario
Trinitario merupakan hasil dari persilangan antara Criollo dan Forastero, dari persilangan ini terdapat jenis – jenis persilangaan yang baik, buah dan bijinya besar sebagai contoh klon Jati Runggo. Walaup un ciri – ciri bijinya seperti criollo namun merupakan hasil persilangan. 4. Syarat Tumbuh
a. Tanah
Perakaran kakao pada umumnya dapat mencapai kedalaman sekitar
1 – 1,5 m untuk akar tunggang. Sedangkan untuk akar lateral sebagian besar terdapat pada lapisan atas, sedalam 30 cm. Tanaman kakao tidak tahan terhadap genangan air pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Pada musim hujan menghendaki drainase yang baik dan musim
kemarau tanah pun mampu menyimpan air dengan cukup, atau tanah yang lembab (Sunanto, 1992).
Tanaman kakao dapat tumbuh subur dan berbuah banyak juga pada ketinggian 1 – 600 m dpl. Tanaman kakao tidak tahan terhadap pada musim hujan, sifat tanah yang baik untuk tanaman kakao yaitu memiliki unsur ha ra yang tinggi dan memiliki pH tanah optimum 6,0 – 7,5 mengandung cukup udara dan air (Susanto, 1994).
b. Iklim
Sinar matahari merupakan sumber energi tanaman dalam proses fotosintesis, namun keperluan sinar matahari tergantung pada besar kecilnya tanaman. Sedangkan tanaman muda baru memerlukan penyinaran matahari sekitar 25% - 30% dari sinar matahari penuh.
Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar antara 1250 mm – 3000 mm tiap tahunnya. Suhu maksimum untuk kakao sekitar 30°C - 32°C. Sedangkan suhu minimum sekitar 18°C - 21°C dengan kelembaban udara relatif maksimum 100%. Pada malam hari 70% - 80% pada siang hari kelembaban yang rendah akan mempengaruhi evapotranspirasi menjadi lebih cepat, sedangkan kelembaban yang tinggi mengundang perkembangan cendawan patogen (Siregar dkk, 2002).
B. Teknis Pembibitan Tanaman Kakao
Perbanyakan tanaman kakao lebih sering dilakukan dengan cara generatif karena bibit dihasilkan dala m waktu yang cepat dan jumlah yang banyak. Benih yang baik berasal dari buah berbentuk normal, sehat dan masak di pohon. Buah tersebut berwarna kuning, jika diguncang timbul suara dan jika diketuk dengan tangan timbul gema.
1. Pemeliharaan bibit
Menurut Susanto (1994) untuk memperoleh bibit yang baik perlu adanya pemeliharaan sebagai berikut:
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari kecuali hujan, Penyiraman dilakukan pada pagi hari antara jam 7.00 hingga jam 11.00 dan sore hari antara jam 15.00 hingga jam 17.00. Penyiraman dilakukan dengan air dan menggunakan gembor atau sprayer.
b. Penyiangan
Tempat pembibitan harus dijaga kebersihannya dari gulma, karena gulma menjadi salah satu saingan bibit dalam menyerap unsur hara dan serangga yang makan rumput dapat pula menyerang bibit kakao, misalnya jangkrik, apogonia, belalang, ulat dan sebagainya. Gulma yang dibersihkan tidak hanya di dalam polybag tetapi juga yang ada di sekitar polybag.
c. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida sesuai dengan dosis anjuran setiap 8 hari dan juga dapat di aplikasikan jika terjadinya serangan hama.
Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida. Aplikasi ini dilakukan bila tanaman terserang penyakit.
C. Tinjauan Umum Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik atau makluk hidup yang telah mati. Bahan organik ini akan menggalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat fisiknya akan berbeda dari semula. Pupuk organik termasuk pupuk majemuk lengkap karena kandungan unsur hara lebih dari satu unsur dan menggandung unsur mikro (Hadisuwito, 2007).
Berdasarkan cara pembuatannya pupuk organik pupuk terbagi menjadi dua kelompok yaitu pupuk alami dan buatan.
1. Pupuk organik alami dan pupuk organik buatan, jenis pupuk yang tergolong dalam kelompok pupuk organik alami benar-benar langsung diambil dari alami, seperti dari sisa hewan, tumbuhan, tanah baik atau tanpa sentuhan teknologi, seperti pupuk kandang, kompos hijau dan pupuk burung.
2. Pupuk organik buatan dibuat untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman yang bersifat alami atau non kimia, berkualitas baik, dengan bentuk ukuran dan kemasan yang praktis, mudah didapat, didistribusikan dan diaplikasikan, serta dengan kandungan unsur hara yang lengkap dan tarukur. Berdasarkan
bentuknya ada dua jenis pupuk organik buatan yaitu padat dan cair (Marsono dan Paulus, 2001).
D. Tinjauan Umum Pupuk Kandang Kambing 1. Pupuk kandang Kambing
Pupuk ini tergolong pupuk panas. kandungan N-nya tinggi, dan kadar airnya rendah. Oleh karena itu proses pelapukanya berjalan cepat, sehingga menghasilkan 800 – 1100 kg pupuk segar atau 600 – 900 kg pupuk masak per tahun (Setyamidjaja,1986).
Pupuk kandang kambing terdiri dari 67% bahan padat (faeces) dan 33%bahan cair (urine). Sebagai pupuk kandang komposisi unsur haranya 0,95% N, 0,35% P2O5, dan 1,00% K2O . Terrnyata bahwa kadar N pupuk kambing cukup tinggi, kadar airnya lebih rendah dari kadar pupuk sapi. Keadaan demikian merangsang jasad renik melakukan perubahan-perubahan aktif, sehingga perubahan berlangsung dengan cepat. Pada perubahan-perubahan ini berlangsung pula pembentukan panas, sehingga pupuk kamb ing dapat dicirikan sebagai pupuk panas. Pemakaian atau pembenaman pupuk ini dalam tanah sebaiknya dilakukan 1 atau 2 minggu sebelum masa tanam (Sutedjo, 2008).
Menurut Marsono dan Sigit (2001), bahwa pupuk kandang adalah campuran antara kotoran he wan dengan sisa makanan dan alas tidur hewan. Campuran ini mengalami pembusukan sehingga tidak berbentuk
seperti aslinya lagi dan memiliki kandungan hara yang cukup untuk menunjang pertumbuhan tanaman, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah.
Sebagian besar kotoran hewan dapat dipergunakan untuk pupuk setelah mengalami pembusukan yang cukup, yaitu biasanya secara fisik, seperti warna, rupa, tekstur, dan kadar air pupuk kandang kambing lebih rendah dari pupuk kandang sapi. Kadar hara pupuk kandang kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya, sedangkan kadar hara N dan P hampir sama dengan pupuk kandang lainnya.
Jenis kotoran hewan yang umum digunakan adalah kotoran sapi, kerbau, kelinci, kuda dan ayam. Tidak ada bukti yang cukup untuk di segnifikan mengenai keunggulan mengenai masing – masing jenis kotoran hewan, tetapi secara umum kotoran sapi yang banyak digunakan sebagai pupuk kandang karena ketersediaannya yang lebih banyak dibanding hewan lain. Kotoran ayam kini juga makin banyak digunakan sebagai pupuk kandang setelah mengalami perlakuan khusus. Kotoran kelinci hanya digunakan oleh peternak kelinci atau masyarakan yang tinggal di sekitarnya. Kotoran kuda lazim digunakan untuk pupuk, selain ada anggapan bensifat panas, juga anggapan bahwa kuman tetanus yang munkin terkandung didalamnya menghalangi penggunaan sebagai pupuk.
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Areal persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama dua bulan dari 26 Januari hingga 26 Maret 2011 sejak persiapan, penanaman, pengambilan data, dan pengolahan data.
B. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan adalah : a. Gembor b. Cangkul c. polybag d. Timbangan e. Kamera f. Ayakan
g. Label dan alat tulis h. Penggaris
i. Mikrokaliver
2. Bahan yang digunakan adalah : a. Pupuk kandang kambing
b. Bibit kakao forestero umur 1 bulan c. sub soil
C. Penelitian
Penelitian ini menggunakan 1 (satu) faktor perlakuan, yaitu pupuk kandang kambing, diatur dalam bentuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) paraf perlakuan adalah :
K0 : Kontrol (tanpa perlakuan)
K1: Pemberian pupuk kandang kambing dengan dosis 50 g / polybag K2 : Pemberian pupuk kandang kambing dengan dosis 100 g / polybag
Selanjutnya masing- masing perlakuan pada bibit tanaman kakao diulang sebanyak 10 kali. sehingga jumlah polybag adalah 30 polybag.
D. Rancangan Penelitian 1. Persiapan Media Tanam
Tanah yang digunakan adalah sub soil. Tanah dibersihkan dari kotoran dan dihancurkan dan diayak. Persiapan pupuk kandang (kotoran kambing), pupuk kandang dikering anginkan untuk mengurangi kadar air, agar dapat menekan pertumbuhan jamur, kemudian dihancurkan dan diayak. Campurkan sub soil dan pupuk kandang dengan perbandinga n sesuai perlakuan kemudian dimasukkan dalam polybag sampai penuh kemudian dipadatkan.
2. Persiapan Bibit Tanaman kakao
Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman kakao yang berumur 1 bulan, pemberian pupuk kandang kambing dilakukan dengan mencampurkan sub soil yang telah di ayak dan diaduk
hingga merata. Setiap polybag diisi sesuai dengan dosisnya masing-masing.
3. Penanaman Bibit
Masing- masing polybag akan ditanami 1 bibit kakao dengan pertumbuhan yang seragam pada setiap perlakuan. Variabel yang di amati meliputi pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan pertambahan diameter batang.
4. Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Penyiangan gulma dilakukan hanya apabila terdapat gulma disekitar tanaman dan dlakukan secara manual.
E. Variabel Pengamatan 1. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang 1 cm di atas permukaan tanah sampai pada titik tumbuh ujung tunas tertinggi dengan me nggunakan alat pengukur.
2. Jumlah Daun
Jumlah daun yang diamati adalah daun yang sudah membuka sempurna. 3. Diameter Batang
Diameter tanaman yang diambil diukur 1 cm dari tanah menggunakan mikrokaliper.
F. Pengolahan Data
Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis sidik ragam, apabila terdapat perbedaan pada taraf sifnifikasi 5% akan dilakukan analisis lanjutan dengan Uji Beda Nyata (BNT) pada taraf signifikasi 5%.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL1. Tinggi Tanaman
Rerata tinggi tanaman pada 2-6 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Tabel 1:
Tabel 1. Rerata tinggi tanaman (cm) pada minggu 2,4 dan 6 Tinggi tanaman (cm) Perlakuan 2 4 6 K0 20,20 b 23,00 b 24,80 b K1 28,80 a 31,10 a 32,10 a K2 30,60 a 31,90 a 33,90 a
Keterangan: Huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji beda nyata terkecil (BNT) taraf 5%
2. Jumlah daun
Rerata jumlah daun pada 2-6 minggu setelah tanam dapat di lihat pada Tabel 2:
Tabel 2. Rerata jumlah daun (helai) pada minggu 2,4 dan 6 Jumlah daun (helai)
Perlakuan
2 4 6
K0 2,20 3,80 5,50
K1 2,50 4,60 6,30
3. Diameter batang
Rerata diameter batang pada 2-6 minggu setelah tanam dapat di lihat pada tabel 3:
Tabel 3. Rata-rata diameter (mm) batang pada minggu 2,4 dan 6 Diameter batang (mm) Perlakuan 2 4 6 K0 17,99 3,59 3,94 K1 1,79 3,92 4,51 K2 2,22 3,99 4,52 B. Pembahasan
Dari hasil pengamatan, pemberian pupuk kandang kambing berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman bib it kakao, namun tidak berpengaruh terhadap diameter batang dan jumlah daun bibit tanaman kakao. Tinggi tanaman tertinggi di peroleh pada K1 yaitu 28,80, 31,10, 32,10 pada minggu ke 2,4 dan 6, yang terendah K0 (tanpa perlakuan) yaitu 20,20, 23,00 dan 24,80.
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan bobot dan ukuran suatu organisme yang tidak dapat balik. Tersedianya unsur hara yang cukup pada saat yang tepat dalam fase vegetatif dapat menunjang laju pembentukan sel-sel baru serta sistem perakaran. Sel-sel baru terbentuk karena adanya aktivitas pembelahan sel, perpanjangan sel dan deferensiasi sel (Harjadi, 2002).
Bibit tanaman kakao tanpa pemberian pupuk kandang kambing mengalami pertumbuhan yang kurang baik, hal ini disebabkan karena kurangnya unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Dengan menggunakan pupuk kandang kambing, kekurangan unsur hara, baik itu unsur makro dan unsur mikro yang ada di dalam tanah dapat ditambahkan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal.
Nitrogen (N) yang terkandung dalam pupuk kandang kambing bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang (Parnata, 2004) .
Fosfor (P) yang terkandung dalam pupuk kandang kambing berguna untuk merangsang pertumbuhan akar khususnya tanaman muda. Fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan protein tertentu, membantu asimilasi (Parnata, 2004).
Kalium (K) dalam pupuk kandang kambing berguna untuk memperkuat jaringan tanaman, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit dan membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium juga berperan dalam memperkuat tubuh tanaman (Lingga dan Marsono, 2001).
Kalsium (Ca) yang terkandung dalam pupuk kandang kambing berfungsi untuk merangsang pembentukan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang, membantu pemecahan sel, membantu aktifitas beberapa enzim pertumbuhan serta menetralisir senyawa dan kondisi tanah yang merugikan (Lingga dan Marsono, 2001).
Magnesium (Mg) yang terkandung dalam pupuk kandang kambing membantu pembentukan hijau daun atau klorofil sehingga tercipta hijau daun yang sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak, dan minyak- minyak. Magnesium juga berperan penting dalam transportasi fosfat dalam tanaman (Novizan, 2002).
Sulfur (S) yang terkandung didalam pupuk kandang kambing. Menurut Novizan (2002), berfungsi berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar. Sulfur ini merupakan unsur yang penting dalam beberapa jenis protein seperti asam amino yang dapat memacu pertumbuhan akar,
Tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup dapat memacu pertumbuhan tanaman. Apabila unsur hara yang ada dalam tanah memadai bagi pertumbuhan tanaman, maka tanaman akan lebih banyak menyerap unsur hara yang ada di dalam tanah tersebut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pene litian ini dapat ditarik kesimpulan yaitu pemberian pupuk kandang kambing bibit kakao berpengaruh pada tinggi tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman kakao.
B. Saran
Untuk mengetahui pertumbuhan bibit tanaman kakao yang lebih baik lagi dengan pemberian pupuk kandang kambing perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan dosis yang berbeda dan waktu penelitian yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, 2002. Pengantar Agonomi. Jakarta
Hadisuwito. 2007. Membua t pupuk kompos cair . Agromedia pustaka, Jakarta.
Lingga dan Marsono, 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marsono dan Sigit, p. 2001.Pupuk kandang dan aplikasi. Penebar swadaya. Jakarta.
Marsono dan Paolus, 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta
Muljana. 1982. Pengamatan dasar tentang perapukan. Sinar baru. Bandung
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agro Media Pustaka. Jakarta Parnata, 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agro Media
Pustaka. Depok.
Sunanto, H, 1992. Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya. Kanasius, Jakarta
Susanto., FX, 1994. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanasius, Yogyakarta
Siregar T.H.S., S. Riyadi dan L. Nuraeni 2002. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran Kakao dan Tuntunan Pratikum. Rineka Cipta, Jakarta
Lampiran 1.Daftar sidik ragam tinggi tanaman (cm)2 mst F tabel Sumber keragaman (SK) Derajat bebas (DB) Jumlah kuadrat (JK) Kuadrat tengah (KT) F hitung 5% 1% Perlakuan 3 36 631,8750 420,5000 210,6250 11,6806 18,0321** 2,87 4,38 Total 39 1,052.3750 Kk=11,10264% Keterangan * * = Sangat nyata
Lampiran 2.Daftar sidik ragam tinggi tanaman (cm) 4 mst
F tabel Sumber keragaman (SK) Derajat bebas (DB) Jumlah kuadrat (JK) Kuadrat tengah (KT) F hitung 5% 1% Perlakuan Galat 3 36 507,4000 364,2000 169,1333 10,1167 16,7183** 2,87 4,38 Total 39 871,6000 Kk=11,47781% Keterangan ** = Sangat nyata
Lampiran 3.Daftar sidik ragam tinggi tanaman (cm) 6 mst
F tabel Sumber keragaman (SK) Derajat bebas (DB) Jumlah kuadrat (JK) Kuadrat tengah (KT) F hitung 5% 1% Perlakuan Galat 3 36 477,8000 311,8000 159,2667 8,6611 18,3887** 2,87 4,38 Total 39 789,6000 Kk=10,98880% Keterangan ** = Sangat nyata
Lampiran 4.Daftar sidik ragam jumlah daun (cm) 2 mst
F tabel Sumber keragaman (SK) Derajat bebas (DB) Jumlah kuadrat (JK) Kuadrat tengah (KT) F hitung 5% 1% Perlakuan Galat 3 36 2,1000 23,8000 7,000 6,611 1,0588 2,87 4,38 Total 39 25,9000 Kk=11,76871% Keterangan tn = tidak nyata
Lampiran 5. Daftar sidik ragam jumlah daun (helai) 4 mst F tabel Sumber keragaman (SK) Derajat bebas (DB) Jumlah kuadrat (JK) Kuadrat tengah (KT) F hitung 5% 1% Perlakuan Galat 3 36 6,6000 49,0000 2,2000 1,3611 1,6163 2,87 4,39 Total 39 55,6000 Kk=9,659321% Keterangan tn = tidak nyata
Lampiran 6.Daftar sidik ragam jumlah daun (helai) 6 mst
F tabel Sumber keragaman (SK) Derajat bebas (DB) Jumlah kuadrat (JK) Kuadrat tengah (KT) F hitung 5% 1% Perlakuan Galat 3 36 8,4750 42,3000 2,8250 1,1750 2,4043 2,87 4,39 Total 39 50,7750 Kk=10,18968% Keterangan tn = tidak nyata
Lampiran 7.Daftar sidik ragam diameter batang (mm) 2 mst
F tabel Sumber keragaman (SK) Derajat bebas (DB) Jumlah kuadrat (JK) Kuadrat tengah (KT) F hitung 5% 1% Perlakuan Galat 3 36 8,043.4154 73,315.7780 2,661 2,036.5494 1,307 2,87 4,39 Total 39 81,359.1934 Kk=10,93082% Keterangan tn = tidak nyata
Lampiran 8.Daftar sidik ragam diameter batang 4 mst
F tabel Sumber keragaman (SK) Derajat bebas (DB) Jumlah kuadrat (JK) Kuadrat tengah (KT) F hitung 5% 1% Perlakuan Galat 3 36 8,961 17,0589 2987 4739 0,630 2,87 4,39 Total 39 17,9550 Kk=10,60091% Keterangan tn = tidak nyata
Lampiran 9.Daftar sidik ragam diameter batang 6 mst F tabel Sumber keragaman (SK) Derajat bebas (DB) Jumlah kuadrat (JK) Kuadrat tengah (KT) F hitung 5% 1% Perlakuan 3 36 2,1934 14,7013 7,311 4,084 2,4043 2,87 4,39 Total 39 16,8947 Kk=10,60169% Keterangan tn = tidak nyata
Lampiran 10. Bagan Plot Penelitian
Keterangan :
K0 : kontrol tanpa perlakuan K1 : 50 gram K2 : 100 gram
u
K1 2 K2 1 K2 5 K0 2 K1 4 K2 4 K0 1 K1 3 K2 10 K0 9 K2 9 K1 1 K0 3 K1 7 K2 8 K0 5 K2 2 K1 8 K2 6 K0 4 K0 8 K2 3 K1 5 K0 7 K1 6 K1 10 K0 6 K2 7 K1 9 K0 10Lampiran 11. Tanaman bibit kakao
Lampiran 12. Kegiatan pengayakan tanah
Lampiran 13. Persiapan media tanam
Lampiran 14. Penguk uran tinggi tanaman
Lampiran 15. Jumlah daun
Lampiran 16. Pengukuran diameter batang