• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil berbagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil berbagai"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

22 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan bahan acuan adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan persepsi masyarakat dan audiens.beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini antara lain :

1. Persepsi Audiens Terhadap Tayangan D’Academy Indosiar di Kelurahan Sungai Pinang Dalam Kecamatan Sungai Pinang (Maria Yuliani Werung, diterbitkan oleh Universitas Mulawarman pada tahun 2015).

Fokus penelitian ini meliputi persepsi yang didalamnya terdapat sensasi, atensi dan respon serta Model S-O-R dan Teori Perbedaan Individu. Metode Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa persepsi audiens terhadap tayangan D’Academy Indosiar di Kelurahan Sungai Pinang Dalam Kecamatan Sungai Pinang Samarinda mempunyai persepsi yang berbeda-beda pada sensasi, Atensi (Perhatian) dan Respon.

(2)

23 Variabel yang terkait dengan penelitian ini yaitu persepsi audiens dan Teori perbedaan individu.

2. Persepsi Masyarakat Terhadap Program Berita Pojok Kampung di JTV (Rezha Dwi Indra Pahlavi, Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2014).

Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dari masyarakat kota Surabaya terhadap penggunaan bahasa Suroboyoan dalam program Pojok Kampung JTV. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tataran analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan fokus yang telah ditentukan yaitu persepsi terhadap kata, kalimat, isi pernyataan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi informan terhadap bahasa Suroboyoan Pojok Kampung, sebagian besar informan mempersepsikan penggunaan istilah kata dari Pojok Kampung terkesan kasar dan vulgar. Informan banyak mengeluhkan penggunaan istilah-istilah kata yang tidak mencerminkan bahasa Suroboyoan dan merupakan sebuah

visual description yang menggambarkan secara detail dari sebuah objek

sehingga kosakata tersebut tidak pantas untuk ditampilkan.

Sedangkan untuk penggunaan kalimat dan isi pernyataan (cara penyampaian), sebagian besar informan dapat memahami kalimat dan isi pernyataan yang disampaikan oleh Pojok Kampung meskipun terdapat beberapa informan mempersepsikan terlalu berlebihan. Selain itu, persepsi informan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni perhatian, faktor fungsional, faktor struktural dan tingkat pendidikan yang berpengaruh

(3)

24 terhadap interpretasi setiap informan terhadap bahasa Suroboyoan tersebut. Variabel yang terkait dengan penelitian ini yaitu persepsi audiens terhadap isi media.

3. Persepsi Mahasiswa Terhadap Siaran Informasi Stasiun TV Lokal (Putri, Pramanti diterbitkan oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2010).

Fokus penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah faktor psikologis, faktor kondisional, dan faktor demografis berhubungan dengan persepsi audiens Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS terhadap siaran informasi televisi lokal Terang Abadi TV Solo. Dalam penelitian ini siaran

informasi meliputi siaran berita dan talkshow serta feature/ magazine/

documenter. Metodologi yang digunakan adalah studi korelasional kuantitatif dengan pendekatan survai, dan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner sebagai instrumennya. Sampel ialah mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2006-2009. Teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik stratified random sampling dengan menggolongkan

populasi berdasar jenis kelamin dan agama. Untuk membuktikan hipotesis, teknik analisis data yang digunakan penulis adalah uji korelasi Spearman dan uji Chi Square.

Dari uji hipotesis, diperoleh beberapa hasil. Faktor psikologis dan faktor kondisional berhubungan dengan persepsi audiens Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS terhadap siaran informasi televisi lokal Terang Abadi TV Solo. Sedangkan faktor demografis terbukti secara uji Spearman

(4)

25 tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsi mahasiswa Ilmu Komunikasi terhadap siaran informasi televisi lokal TATV. Perbedaan variabel dengan penelitian saya yaitu dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan membahas hubungan psikologis, kondisional dan demografis terhadap persepsi Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS terhadap siaran informasi televisi lokal Terang Abadi TV Solo.

B. Persepsi

Persepsi memfokuskan bagaimana kita membuat dunia masuk akal dan apa yang terjadi di dalamnya. Satu hal yang perlu diketahui dari definisi ini yaitu

persepsi adalah proses aktif. Julia T. Wood dalam bukunya Communication In

Our Lives mengemukakan: (2009:31)

“Perception is the active process of selecting, organizing, and interpreting people, object, events, situations, and activities.”

Proses ini tumpang tindih dan berkelanjutan, sehingga saling menyatu dan saling mempengaruhi satu sama lain. Penjelasan lebih rinci mengenai tahapan-tahapan persepsi oleh Wood, sebagai berikut: (2009:32)

1. Seleksi

Seleksi menurut Wood yaitu, fokus seseorang terhadap sesuatu hal yang menarik dan menjadi perhatiannya dan akan mengabaikan jika dianggap tidak penting. Kemudian Onong Uchjana dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, yang dimaksud dengan

(5)

26 tahap awal dalam proses persepsi. Diawali dengan masuknya sumber melalui suara, penglihatan, rasa, aroma atau sentuhan manusia, diterima oleh indera manusia sebagai bentuk sensasi.

2. Organisasi

Setelah individu tersebut melalui proses seleksi, rangsangan-rangsangan yang diterima oleh individu tadi akan dipadukan menjadi satu kesatuan yang bermakna dan teratur dibandingkan dengan sensasi yang

sebelumnya.12

3. Interpretasi

Kemudian setelah melewati dua tahapan awal yaitu seleksi dan organisasi, tahap yang selanjutnya adalah proses subjektif dalam menciptakan penjelasan atas apa yang telah kita amati dan alami. Interpretasi merupakan tahapan yang terakhir dalam mempersepsikan sesuatu dimana individu menginterpretasikan seperti pengalaman, proses belajar, dan kepribadian. Apabila proses ini selesai, maka akan diperoleh hasil akhir berupa respon.13

4. Respon

Yang dimaksud respon oleh Effendy (2002:18) disini adalah efek, reaksi, tanggapan, jawaban, pengaruh atau akibat yang ditimbulkan setelah individu memproses stimuli. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau

12Sumber : Communication in Our Lives, Wood, Julia T., 2008, hal.33. 13Sumber : Communication in Our Lives, Wood, Julia T., 2008, hal.39.

(6)

27 mendapatkan respon tergantung perhatian individu yang bersangkutan. Respon atau tanggapan merupakan akhir dari proses persepsi.

Setiap orang mempunyai kebiasaan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga berkesinambungan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dan mengolahnya dengan berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha menafsirkannya. Persepsi baik positif maupun negatif ibarat memori yang sudah tersimpan rapi di dalam alam bawah sadar kita. Memori tersebut akan segera kembali muncul ketika ada stimulus yang memicunya, dan ada kejadian yang membuka memori tersebut.

C. Audiens

Audiens sendiri terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang sangat heterogen. Audiens massa tidak dapat dikategorikan terdiri dari segmentasi tertentu, kalaupun ada seperti dalam acara-acara televisi dan radio maupun media cetak, maka heterogenitas dalam segmen tersebut tidak dapat dihindari. Seumpamanya acara pertandingan tinju di televisi sering dikatakan tersegmentasi pada penonton laki-laki, maka tentu penonton laki-laki memiliki unit-unit segmentasi yang beraneka ragam. Jadi, tetap saja audiensi massa memiliki sifat heterogen dan sulit dikelompokkan (Bungin, 2009:75-76).

(7)

28 Pada mulanya audien massa tidaklah interaktif seperti sekarang, artinya antara media massa dan pemirsanya tidak saling berhubungan, namun dijaman serba maju ini konsep tersebut mulai ditinggalkan, karena audien massa dan media massa dapat berinteraksi satu dengan lainnya melalui sambungan telepon. Audiens secara individual, dalam ukuran tertentu, memilih secara sadar dan termotivasi di antara berbagai pokok isi media. Beberapa hal yang mendasari seseorang menggunakan atau memilih suatu isi media tertentu adalah: (1) Sumber kebutuhan (2) sosial sikologis, yang menimbulkan (3) harapan terhadap (4) media massa dan sumber lainnya, yang mengakibatkan (5) perbedaan pola pembedahan (exposure) media massa (atau keterlibatan dalam aktivitas lain) yang menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) konsekuensi lainnya (McQuail, 1994:216).

D. Persepsi Audiens terhadap Isi Media

Dalam kenyataannya tidaklah mudah menentukan apa yang disukai atau tidak disukai oleh audiens. Selera tiap audiens yang berbeda membuat para pengelola media membuat acara-acara yang menurut pengelola program bersifat menarik menurut mereka bukan menurut audiens. Padahal utamanya, acara tersebut ditujukan untuk audiens media, bukan untuk pengelola program ataupun pemilik media tersebut. Menurut McQuail (1987:201), istilah ‘audiens media’ berlaku universal dan secara sederhana dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa berbagai media atau komponen isinya.

(8)

29

Kemudianmasih menurut McQuail dalam bukunya Audience

Analysis(1997:12), persepsi khalayak sering dipengaruhi oleh pandangan negatif tentang media massa pada umumnya dan berkisar dari prasangka sederhana dan keangkuhan hingga latihan yang canggih dalam analisis media. Mengetahui secara persis apa kebutuhan audiens merupakan hal yang penting, tidak sekedar menghadirkan acara dengan materi atau kemasan yang baru tetapi isinya tetap yang lama. Pengelola program juga membutuhkan pendapat dari khalayak. Dalam buku Ardianto, dkk (2009:40) Marshall McLuhan mengatakan bahwa media massa berperan penting dalam menyampaikan informasi kepada khalayak. Karena pada dasarnya fungsi dari media massa adalah menyebarkan informasi kepada khalayak luas. Khalayak menjadi sasaran dari media massa dimana setiap individu menerima informasi dan mempersepsikannya sesuai dengan pengalaman dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Informasi ini dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang masuk dan menciptakan sensasi terhadap seseorang, dapat berupa produk, kemasan, merek, dan iklan.

Menurut Kriyantono (2007:201) dalam Putri (2010), perseptif khalayak media bersifat aktif dalam menerima pesan media, sehingga khalayak dipandang sebagai anggota-anggota kelompok yang berbeda karakteristiknya serta dimungkinkan dipengaruhi oleh karakteristik kelompoknya. Khalayak yang tidak berdiri sendiri dalam menerima terpaan pesan media, melainkan dipengaruhi faktor-faktor lain diluar diri khalayak yang nantinya menentukan bagaimana khalayak menginterpretasi dan mengelola terpaan pesan tersebut. Khalayak pada dasarnya memiliki tingkat selektivitas yang tinggi, bukanlah penerima yang pasif.

(9)

30 Mereka terdiri dari individu-individu yang menuntut sesuatu dari komunikator

dan menyeleksi pesan-pesan yang disukai dan berguna baginya.14

E. Individual Differences Theory (Teori Perbedaaan Individu)

Terlebih jika audiens mendapatkan kepuasan serta pemenuhan kebutuhan dalam informasi atau hiburan dari salah satu stasiun televisi, maka akan muncul istilah ‘favorit’ terhadap stasiun televisi yang bersangkutan. Audiens akan lebih memilih menonton program-program stasiun televisi yang menjadi favoritnya tersebut meskipun di luar sana banyak alternatif stasiun televisi lain yang menyediakan banyak program.

Sebagai komunikan yang diterpa stimuli, audiens tentu saja akan memberikan respon dan akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan respon ini menurut Melvin De Fleur (dalam McQuail, 1994:235) telah dijelaskan

dalam teori perbedaan individu (the individual differences theory of mass

communication effects) dengan asumsi bahwa masing-masing individu memiliki motivasi dan pengalaman yang berbeda sebagai hasil belajar dari lingkungannya yang berbeda-beda pula. Dari lingkungannya yang berbeda ini, akan terbentuk sika, nilai-nilai serta kepercayaan individu yang mendasari keribadian mereka, kemudian akan memengaruhi cara mereka memandang dan menghadai sesuatu. Sehingga, persepsi mereka pun ikut berbeda sehubungan dengan perbedaan

keribadian (Depari, 1995:5).15

14

Sumber:Persepsi Mahasiswa Terhadap Siaran Informasi Stasiun TV Lokal. Putri, Pramanti. Skripsi. 2010. Hlm. 29

15 Sumber: Persepsi Mahasiswa Terhadap Siaran Informasi Stasiun TV Lokal. Putri, Pramanti. Skripsi. 2010. Hlm. 22.

(10)

31

Individual difference persective menggambarkan perilaku audiens berdasarkan teori stimulus-respon yang mana tidak ada audiens yang merespon pesan relatif sama. Pengaruh stimulus pada masing-masing individu berbeda dan tergantung pada kondisi psikologis individu, yang berasal dari pengalaman masa lalunya. Teori ini lebih menekankan pada isi dan pilihan aktif atas isi dari pada perbedaan ‘ketersediaan’ penerimaan individu atau audiens terhadap media. Dasar lain dari perbedaan individu juga bergantung pada tiga hal: jumlah waktu luang, tingkat pendidikan; dan ekonomi. Pola umum penggunaan media seperti halnya antara berbagai kategori sosial, dapat dipandang sebagai hasil yang rumit dari masing-masing faktor tersebut. Dengan demikian, wanita, anak-anak, dan orang tua cenderung memiliki waktu yang lebih banyak dan kurang dalam ekonomi, sehingga relatif lebih memanfaatkan media yang paling terjangkau seperti radio atau televisi dan menyita banyak waktu. Kaitan yang sederhana itu menggolong-golongkan audiens berdasarkan perbedaan penghasilan, umur dan pendidikan, akan memunculkan kesenjangan opini, kritik atau persepsi mereka terhadap media.

F. Televisi

Perkembangan teknologi yang demikian cepat dalam kurun waktu seratus tahun telah melahirkan suatu media baru yang dapat menyajikan informasi secara cepat dan aktual kepada masyarakat yaitu Televisi. Definisi televisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah, sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan

(11)

32 menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar.

Televisi merupakan sarana media massa yang berfungsi sebagai alat pendidikan, penerangan, dan hiburan. Namun menurut Dominick (2000:192), televisi memiliki sifat negatifnya yaitu sepintas lalu, tidak terlalu dapat diterima dengan sempurna, dan menghadapi publik yang heterogen. Televisi juga merupakan salah satu medium bagi para pemasang iklan di Indonesia. Media televisi merupakan industri yang padat modal, padat teknologi dan padat sumber daya manusia. Namun sayangnya, kemunculan berbagai stasiun televisi di Indonesia tidak diimbangi dengan tersediannya sumber daya manusia yang memadai. Pada umumnya, televisi dibangun tanpa pengetahuan pertelevisian yang memadai dan hanya berdasarkan semangat dan modal yang besar saja (Morissan, 2011 : 10).

Masih menurut Morissan (2011:12), siaran televisi sesuai dengan sifatnya

yang dapat diikuti secara audio dan visual (suara dan gambar) secara bersamaan

oleh semua lapisan masyarakat, maka siaran televisi tidak dapat memuaskan semua lapisan masyarakat. Siaran televisi dapat membuat kagum dan memukau penontonnya, tetapi sebaliknya siaran televisi dapat membuat jengkel dan rasa tidak puas bagi penonton lainnya. Suatu program mungkin disukai kelompok masyarakat terdidik, namun program itu akan ditinggalkan kelompok masyarakat lainnya. Media penyiaran televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam mencapai audiennya dalam jumlah yang sangat banyak.

(12)

33 G. Media Penyiaran dan Program Televisi

Media penyiaran memiliki pengertian luas yang meliputi organisasi, kepemilikan, perizinan, fungsi, kegiatan, dan sebagainya. Media penyiaran

merupakan salah satu media atau channel untuk menyampaikan pesan kepada

khalayak luas. Media penyiaran merupakan tempat atau wadah yang tujuannya menyebarkan informasi yang berupa produk budaya atau pesan yang memengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Suatu program siaran televisi saat ini bisa mendapatkan respons dari masyarakat dalam bentuk telepon, sms, faks, dan sebagainya dalam jumlah ratusan bahkan ribuan sehingga

jumlah feedback atau respons yang bisa diterima menjadi tidak terbatas. Program

siaran dirancang bertujuan membuka hubungan seluas-luasnya dengan audien. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audien, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku.

Menurut Morissan (2011:218) Berbagai jenis program tersebut dapat dikelompokkan mejadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu: 1) program

informasi (berita) dan; 2) program hiburan (entertainment). Program informasi

kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu berita keras (hard news) yang

merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini. Berita lunak

atau soft news adalah segala informasi yang penting dan menarik yang

disampaikan secara mendalam (in-depth) namun tidak bersifat harus segera

(13)

34 tersendiri di luar program berita. Program yang masuk ke dalam kategori berita lunak ini adalah: current affair, magazine, dokumenter, dan talk show.

Talk show. Program talk show atau perbincangan adalah program yang

menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang

dipandu oleh seorang pembawa acara (host). Mereka yang diundang adalah

orang-orang yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan atau mereka yang ahli dalam masalah yang tengah dibahas (Morissan, 2011:222).

H. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (Human

Communication) yang bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipat gandakan pesan komunikasi yaitu semenjak ditemukannya mesin cetak oleh Johanes Gutenberg dan semenjak saat itu dimulailah era komunikasi massa. Yang dimaksud dengan komunikasi massa modern, yang meliputi surat kabar yang memiliki sirkulasi yang sangat luas, siaran radio dan televisi yang dituuan secara umum, dan film yang dipertunjukan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 2003:79).

Masih menurut Effendy (2002:21), yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan, dan komunikasinya bersifat heterogen.

(14)

35 Komunikasi massa dengan media televisi merupakan proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana yaitu televisi. Kelebihan media televisi terletak pada kekuatannya menguasai jarak dan ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai massa cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu tayangan atau pemberitaan sangat cepat.

I. Konstruksi Sosial

Menurut Suparno dalam Bungin (2009:194), konstruksi sosial adalah dimana individu membangun sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihatnya itu berdasarkan pada struktur pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Menurut Bungin (2009:291), asal mula kontruksi sosial adalah dari filsafat konstruktivisme, yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif.

Kemudian Berger dan Luckmann melalui Social Construction of Reality (1965),

menulis tentang konstruksi sosial atas realitas sosial yang dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi (penyesuaian diri), objektivasi (interaksi sosial), dan internalisasi (identifikasi diri). Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan lainnya di dalam masyarakat. Bangunan realitas yang tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif, subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.

Sebagai media konstruksi realitas sosial, tayangan televisi secara simultan telah melalui ketiga proses diatas. Dimulai ketika produk sosial tercipta di dalam masyarakat, kemudian individu menyesuaikan diri ke dalam dunia sosio-kulturalnya sebagai bagian dari produk manusia. Kemudian individu melakukan

(15)

36 objektivasi terhadap produk sosial, baik penciptanya maupun individu lain. Kondisi ini berlangsung tanpa harus mereka saling bertemu. Artinya objektivasi berkembang di masyarakat melalui opini masyarakat tentang produk sosial, tanpa harus terjadi tatap muka antar-individu dan pencipta produk sosial. Lalu pada tahap internalisasi individu mulai memahami dan menafsirkan peristiwa objektif sebagai pengungkapan suatu makna.

Menurut Bungin (2011:40) iklan televisi adalah ‘media’ pemilik produk yang diciptakan oleh biro iklan, kemudian iklan televisi disiarkan televisi dengan berbagai tujuan, diantaranya adalah sebagai informasi produk dan mendorong penjualan. Oleh karena itu iklan televisi harus memiliki segmen berdasarkan pilihan segmen produk. Segmen ini ditentukan untuk memilih strategi media, agar iklan sampai pada sasaran. Hal ini berlaku juga untuk semua program televisi, dimana program yang dibuat dan ditampilkan kepada audiens memiliki tujuan yang berbeda-beda dan setiap program mempunyai segmentasi yang berbeda-beda pula.

Konstruksi sosial dalam masyarakat tidak bisa terlepas dari kekuatan ekonomi dan perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat tersebut. Disinilah kemudian konstruksi program televisi atas realitas sosial, mau atau tidak dipengaruhi oleh kepentingan kapitalis, karena pada kenyataanya program televisi adalah sebuah investasi yang membutuhkan modal besar. Akibatnya, secara tidak sadar tayangan tersebut telah membentuk konstruksi sosial di khalayak dengan simbol-simbol dan citra dalam interaksi antara host dan audiens di studio maupun luar studio dengan mempengaruhi pilihan-pilihan individu dan secara simultan

(16)

37 menentukan pembuatan keputusan pada penonton acara program mereka untuk memilih produk dari sponsor yang mereka tawarkan.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu aplikasi yang dapat diterapkan pada teknologi VoIP adalah IP PBX ( Internet Protocol Private Brach Exchange ) atau pada teknologi PSTN (Public Switching

Ketika pemilik persil baru yang mendapatkan peralihan hak kepemilikan persil dari jual beli dengan cara pelelangan tersebut bermaksud untuk mengajukan

Mereka merasa cukup dengan semua yang sudah diperoleh dan berharap (dengan mengambil sikap ini) tidak akan mendapat tantangan-tantangan kehidupan daripada apabila mereka

Analisis data dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pengetahuan tentang anemia pada remaja putri sebelum dan sebelum diberikan penyuluhan gizi dengan

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, volume penjualan naik 6.2 persen dari perkiraan ekonom yang memperkirakan kenaikan 5.4 persen, namun sedikit lebih rendah

Keberkesanan wakaf tunai dilihat dari perspektif prestasi kutipan dana wakaf di Selangor dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah membuat perancangan yang rapi