• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Paedagogy Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Paedagogy Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Paedagogy

Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016

Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

(2)

Halaman | ii

JURNAL PAEDAGOGY

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

Dewan Redaksi

Pelindung dan Penasihat : Prof. Drs. Toho Cholik Mutohir, MA., Ph.D

Penanggung Jawab : Dra. Ni Ketut Alit Suarti, M.Pd

Ketua Penyunting : Drs.Wayan Tamba, M.Pd.

Sekertaris Penyunting : Hariadi Ahmad, M.Pd.

Keuangan : Junain Huri

Penyunting Ahli : 1. Prof. Dr. Azis Abdul Wahab, M.Pd. 2. Prof. Dr. Gede Sedamayasa, M.Pd. 3. Prof. Dr. Wayan Maba

4. Dr. Hj. Jumailiyah, M.M. 5. Dr. Gunawan, M.Pd.

Penyunting Pelaksana : 1. Muh. Husein Baysha, S.Pd., M.Pd. 2. Mujiburrahman, M.Pd.

3. M. Ary Irawan, M.Pd.

4. Endah Resnandari Puji Astuti, S.Pd.,M.Pd. 5. Restu Wibawa, M.Pd.

6. Wiwien Kurniawati, M.Pd.

Pelaksana Ketatalaksanaan : 1. Hardiansyah, S.Pd., MM.Pd. 2. Jien Tirta Raharja, M.Pd.

Distribusi : Nuraeni, M.Si.

Desain Cover : Muh. Husein Basyha, S.Pd., M.Pd.

Alamat Redaksi:

Redaksi Jurnal Paedagogy

Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

Gedung Dwitiya, Lt.3. Jalan Pemuda No.59 A Mataram Telp.(0370) 638991

Email: jurnal.fip.ikipmataram@gmail.com

Jurnal Paedagogy menerima naskah tulisan penulis yang original (belum pernah diterbitkan sebelumnya) dalam bentuk soft file, office word document (CD/ Flashdisk/ Email).

(3)

Jurnal Paedagogy

Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016

Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

Halaman | iii

JURNAL PAEDAGOGY

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

Daftar Isi

Halaman

HARIADI AHMAD DAN ALUH HARTATI

Implementasi Buku Panduan Pelatihan Self Advocacy Siswa SMP untuk

Konselor Sekolah ………....…...………..… 65 – 71 MUHAMMAD FAQIH DAN MUJIBURRAHMAN

Model Kepribadian Berkarakter dalam Quran dan Implikasinya bagi

Pendidikan Karakter Anak di Sekolah ……….... 72 – 78 AHMAD MUSLIM

Pengambilan Keputusan Partisipatif Kepala Sekolah di MTs NW Nurul

Ihsan Tilawah ………..………….. 79 – 83

NI KETUT ALIT SUARTI

Bermain Buah Anggur Sambil Belajar Berhitung pada Anak Usia 5-6

Tahun……….…....…………. 84 – 94

HASTUTI DIAH IKAWATI DAN ZUL ANWAR

Model Diskusi dan Pengaruhnya terhadap Penguasaan Materi Mata Kuliah Pengantar Teknologi Pendidikan ………...……

95 – 98 RESTU WIBAWA

Efektivitas Penggunaan Media Tiga Dimensi dalam Meningkatkan

Kemampuan Mengenal Benda pada Siswa Tuna Netra ……...………. 99 – 103 I MADE PERMADI UTAMA

The Effects of Three Step Interview Strategy Towards Students’ Speaking

Ability ………....……….…..

104 – 109 ANI ENDRIANI

Hubungan Perhatian Orang Tua dengan Motivasi Belajar Siswa …..…..…... 110 – 117 WAYAN TAMBA DAN MOHNAN

Identifikasi Keberhasilan Program Pemberdayaan Perempuan Melalui

Kelompok Usaha Bersama (KUBE)……….……….. 118 – 124 SUHARYANI, HERLINA, DAN M. KHAMSUL AZANI

Peran Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) dalam Mengembangkan

Kemampuan Membaca Al-Quran bagi Peserta Didik ……….………. 125 – 129

ISSN 2355-7761

Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016

(4)

Halaman | 72 MODEL KEPRIBADIAN BERKARAKTER DALAM QURAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DI SEKOLAH

Muhammad Faqih dan Mujiburrahman

Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram e-mail:faqya2014@gmail.com

Abstrak: Pada perkembangannya pendidikan mengalami dilema ideologis dan formalis yang berdampak pada munculnya paradoksalitas dan ambiguitas pada tataran impelemtentasi pendidikan karakter di satuan pendidikan. Permasalahan yang diajukan dalam tulisan ini adalah 1) Bagaimana model kepribadian berkarakter dalam Alquran; 2) Bagaimana tipe kepribadian berkarakter dalam Alquran; 3) Apa implikasi model dan tipe kepribadian berkarakter dalam pendidikan karakter;. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara teoritis model kepribadian dan tipe kepribadian berkarakter dalam Alquran dan bagaiman implikasinya bagi pendidikan karakter. Metode yang digunakan dalam kajian adalah studi pustaka. Data primer dalam kajian ini adalah Alquran dan sumber pustaka sebagai sumber primer. Hasil kajian ini adalah: 1) Model kepribadian berkarakter dalam Alquran adalah model kepribadian Robbanik, Angelik, Profetik, dan Insanik. Sedangkan tipe kepribadian yang tidak berkarakter adalah model kepribadian Satanik; 2) Tipe Kepribadian berkarakter dalam Alquran ada dua yaitu tipe kepribadian Nuris (pribadi yang bercahaya) dan tipe kepribadian Naris (pribadi yang gelap); 3) mplikasi model kepribadian berkarakter dalam pendidikan karakter adalah menjadikan model Robbanik, Angelik, Profetik, Insanik dan tipe kepribadian Nuris sebagai model karakter dan tipe kepribadian yang akan menjadi profil karakter anak. Sedangkan model kepribadian Satanik dengan tipe kepribadian Narisnya dijadikan sebagai musuh karakter anak.

Kata Kunci : Model Kepribadian, Pendidikan Karakter. PENDAHULUAN

Permasalahan pertama, dilema pendidikan karakter adalah apa yang saya sebut sebagai dilema ideologis pendidikan karakter. Dilematika ini muncul karena secara ideologis pendidikan karakter di Indonesia berbasis pada sila pancasila. Semua sila pancasila bertumpu pada sila pertama yakni sila ketuhanan. Ini artinya pendidikan di Indonesia mestilah religius, termasuk pendidikan karakter mestilah religius.

Permasalahan kedua, dilema pendidikan karakter adalah apa yang saya sebut sebagai dilema formalis pendidikan karakter. Dilematika ini muncul karena secara nasional pendidikan secara nasional adalah pendidikan religius karena tujuan

pendidikan nasional adalah

menciptakan manusia yang beriman, bertakwa, kritis, mandiri dan seterunya. Artinya pendidikan karakter mestilah pendidikan reigius.

Permasalahannya terjadi

paradoks, justru pada satuan pendidikan

yang muncul justru pendidikan budaya dan karakter bangsa, dimana nilai-nilai budaya, demokrasi dan karakter bangsa lebih menonjol dibandingkan dengan nilai-nilai religius. pada tataran impelementasi pendidikan karakter akan terjadi ambigu model kepribadian apa yang akan diajarkan dan menjadi model kepribadian. Pendidikan karakter selain mengalami paradoksalitas juga mengalami ambiguitas.

Mengingat model pendidikan karakter yang diharapkan oleh pendidikan nasional maka perlu digali model-model kepribadian dan tipe kepribadian yang terdapat dalam Alquran, karena Alquran sebagai petunjuk membangun pendidikan karakter di Indonesia. Persoalannya adalah bagaimana model kepribadian dan tipe kepribadian berkarakter dala perspektif Alquran. Tulisan ini bertujuan untuk melacak secara teoritis model kepribadian dan tipe kepribadian berkarakter dalam Alquran dan bagaiman implikasinya bagi pendidikan karakter.

(5)

Jurnal Paedagogy

Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016

Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

Halaman | 73 PEMBAHASAN

Kepribadian seringkali

dibedakan dengan karakter. kepribadian digambarkan sebagai deskripsi tanpa nilai sedangkan karakter digambarkan sebagai tingkah laku yang bernilai. Alwisol (2014) menulliskan bahwa Kepribadian diartikan sebagai penggambaran tingkah laku secara deskriptif tanpa memberi nilai, sedangkan karakter diartikan sebagai penggambaran tingkah laku. Hal ini menunjukkan bahwa kepribadian berada pada aspek pengukuran dan karakter berada pada aspek penilaian.

Ada beberapa model

kepribadian yang dibahas disini yaitu; model kepribadian psikoanalisis Freud, model psikologi analitis Jung, model kepribadian Behavioristik, model kepribadian humanistik, model kepribadian kognitif, dan model kepribadian psikoreligius.

Model Kepribadian Analisis (Psikoanalisis) Freud

Menurut model ini, kepribadian dibentuk oleh tiga komponen psikis yaitu Id, Ego, dan Superego. Menurut syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan (2013) Id, Ego dan superego diartikan sebagai berikut:

Id adalah sistem asli yang bersifat subjektif atau tidak mengenal dunia objektif. Id berisi instink-instink dan gudangnya psikis yang digunakan oleh ketiga sistem kepribadian. Ego

berkembang untuk memenuhi

kebutuhan Id yang terkait dengan dunia nyata. Memperoleh energi dari Id. Mengetahui dunia subjektif dan

objektif. Sedangkan superego

merupakan komponen moral

kepribadian yang terdiri dari dua sub sistem: kata hati yang menghukun tingkah laku yang salah dan ego ideal yang mengganjar tingkah laku yang baik.

Penjelasan yang sama juga disampaikan oleh Alwisol (2014: 17) mengenai Id, Ego, dan Superego,

sebagai berikut: “bahwa ID adalah sistem original, sistem muasal dari sistem yang lain. Berisi instink dan penyedia enerji psikis untuk dapat beroperasinya sistem yang lain. Id hanya mengetahu dunia dalam dan tidak berhubungan dengan dunia luar. Tidak memiliki pengetahuan mengenai realitas objektif. Id mengikuti prinsip kenikmatan dan bekerja dalam bentuk proses primer. Tujuannya tunggal yaitu mengenali kenikmatan dan rasa sakit

sehingga dapat memperoleh

kenikmatan dan menghindari rasa sakit.mencari kepuasan insink segera, tidak rasional danberoperasi di daerah unconcious (keitdaksadaran). Ego berkembang dari Id untuk menangani dunia eksternal. Ego memperoleh energi dari Id. Ego memiliki pengetahuan baik mengenai dunia dalam maupun dunia realitas objektif. Mengikuti prinsip realitas dan bekerja dalam bentuk sekunder. Tujuannya untuk memebedakan antara fantasi dan

dunia nyata, sehingga dapat

memuaskan kebutuhan organisme. Harus dapat menggabungkan kebutuhan Id, Ego, dan superego dan dunia eksternal. Tujuan umumnya adalah memeprtahankan hidup dan kehidupan jenisnya (reproduksi. Ego berusaha menuda kepuasan instink sampai kepuasaan itu dapat dicapai tanpa mengalami konflik dengan superego dan dunia eksternal. Bersifat rasional dan beroperasi di daerah sadar, prasadar, dan bawah sadar. Superego berkembang dari ego untuk berperan

sebagai tangan-tangan moral

kepribadian. Merupakan wujud

internalisasi nilai-nilai orang tua. Dikelompokkan menjadi dua yaitu conciense (yang menghukum tingkah laku yang salah) dan ego ideal (yang menghaiahi tingkah laku yang benar) superego tidak mengenal dunia eksternal dan tidak memeiliki pengetahuan dengan realitas objektif. Superego bertujuan untuk membedakan yang bendar dan salah dan menuntut

(6)

Halaman | 74

bahwa diri telah mematuhi ancaman moral dan memuaskan kebutuhan kesempurnaa. Superego menghambat kepuasaninsting. Tidak rasional dan bekerja didaerah sadar, prasadar dan bawah sadar.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapatlah dikatakan bahwa ego membantu anak dalam membangun hubungan dengan dunia sosial, karena ego berusaha eksis dan membangun relasi emosional. Ini artinya ego akan membantu anak menjadi anak yang sosialis. Superego juga demikian, membantu anak dalam menangani moralitas dan norma agama. Ego ideal akan membantu anak menjadi anak yang moralis dan agamis. Dengan demikian Ego dan Superego berperan dalam membentuk kepribadian anak yang berkarakter sosialis, moralis dan agamis.

Tahapan pekembangan psiko seksual akan memberikan dampak yang beragam bagi perkembangan karakter atau kepribadian individu pada dewasanya. Apabila individu mampu melalui semua tahapan dengan mulus maka dia akan cenderung akan memiliki kepribadian yang sehat. Namun sebaliknya cenderung akan mengalami maljudsment dan neurotis atau gangguan jiwa (syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, 2013: 65).

Model kepribadian psikoanalisis freud ini cocok digunakan pada anak sekola dasar mengingat tahap perkembangan anak sampai pada usia

12 tahun. Berdasarkan model

kepribadian psikoanalsis ini maka kepribadian yang berkarakter adalah pribadi yang memiliki kecerdasan ego (social intelegent) dan superego (moral and religius intelegent).

Implikasi model kepribadian psikoseksual dalam pendidikan karakter antara lain: 1) pendidikan karakter bertujuan untuk memperkuat ego sehingga mampu mengontrol instink dan meningkatkan kemampuan anak untuk mengekspresikan cintanya pada

hubungan sosial dan pekerjaan. 2)

Pendidikan karakter dapat

menggunakan metode pembelajaran antara lain: a) metode asosiasi bebas: yaitu anak mengungkapkan pikiran dan perasaannya mengenai objek atau materi yang sedang dipelajarinya. b) metode transferensi: anak-anak dapat diberikan waktu untuk memberikan pandangan mengenai guru dan metode belajar yang mereka sukai dan tidak disukai.

Model Kepribadian Jung

Menurut model ini, kepribadian dibentuk oleh ego yang sadar dan tidak sadar. Syamsu dan juntika nurihsan (2013) menuliskan: “Ego yang sadar memiliki dua komponen kesadaran yaitu sikap jiwa dan fungsi jiwa. Sikap jiwa dan fungsi yang pokok adalah pikiran, perasaan, penindreaan dan intuisi. Keempat fungsi jiwa itu saling berpasangan jika pikiran dominan dalam kesadaran maka perasaan ada dalam ketidaksadaran. Sikap jiwa berperan dalam mengarahkan individu

dalam dunianya. Orang yang

berorientasi terhadap sesuatu lebih dikuasai oleh pendapat objektifnya bisa dikatakan ia bertipe ekstravers. Jika orang berorientasi pada pendapat subjektifnya bisa dikatakan ia bertipe introvers. Kehidupan alam sadar berbeda dengan kehidupan alam tidak sadar. Orang yang bertipe pemikir maka ketidksadaranya adalah perasa.orang yang kesadaranya ekstravers maka ketidaksadaranya adalah introvers.

Uraian di atas memberikan petunjuka bahwa ada tiga aspek kepribadian yang bekerja dalam sistem kepribadian yaitu introversi vs ekstraversi, persona, anima-animus, fungsi jiwa dan sikap jiwa. (pikiran, perasaan, penindera, dan intuisi). Jika anak dapat menyeimbangkan ketiga komponen kepribadian ini melalui proses difrensiasi dan perkembangan sepenuhnya maka anak-anak akan menjadi pribadi yang integral dan sehat.

(7)

Jurnal Paedagogy

Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016

Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

Halaman | 75

Proses difrensiasi dan perkembangan sepenuhnya ini Syamsu dan Juantika (2013: 93) menyebutnya sebagai proses pembentukan diri dan penemuan diri. Alwisol (2014:55) menyebutnya

sebagai individuasi dan

transendensi.Alwisol menjelaskan sebagai berikut: “tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai kesempurnaan yang disebut individuasi yaitu proses analistik, meilah-milah, merinci, dan

mengelaborasi aspek-aspek

kepribadian. Semua aspek harus ikut berkembang dalam suatu kebutuhan (uniti). Individuasi umumnya dicapai sesudah usia pertengahan. Sedangkan transendensi adalah proses sintetik yaitu proses mengintegrasikan materi taksadar dan kesadaran kedalam suatu sistem, dan mengintegrasikan sistem-sitem secara keseluruhan secara efektif. Proses ini mungkin hanya dimiliki oleh para nabi.

Dalam tradisi religius, individuasi sama dengan islamisasi yang disebut dengan kepribadian muslim dan transendensi sama dengan keimanan yang disebut dengan kepribadian mukmin. Menurut Mujib (2006: 184-249). Dalam tradisi Ilmu

Sosial Profetik (ISP) yang

dikembangkan oleh Kuntowijoyo (2006) transendensi disamakan dengan keimanan. Dengan demikian pribadi yang berkarakter dalam model kepribadian C.G.Jung adalah pribadi yang integral (probadi yang islamis dan imanis). Secara keseluruhan adalah pribadi yang religius.

Impilkasi model kepribadian Jung dalam pendidikan karakter yakni pendidikan karakter bertujuan untuk membantu anak mencapai realisasi diri agar dapat menjadi manusia yang integral dan sempurna. Untuk mencapai manusia yang sehat dan sempurna dapat ditempuh melalui proses penemuan diri atau pembentukan diri. Ada empat metode yang bisa digunakan agar anak mencapai individuasi dan transendensi

yaitu konfesi, eludikasi, edukasi dan transformasi.

Metode Konfesi dilakukan dengan menggunakan kata-kata tertentu dan anak-anak mengunkapkan semua isi pikirannya mengenai kata yang

dipilih. Eludikasi dilakukan

memberikan penjelasan dan interpretasi tingkah laku anak yang mengalami hambatan dalam pengembangan diri. Edukasi dilakukan dengan memberikan anak pengalaman-pengalaman baru dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan tantangan-tantangan baru. Sedangkan transformasi dilakukan dengan menyediakan jalan bagi anak mencapai realisasi diri. Membantu anak belajar membedakan berbagai aspek kejiwaannya sehinga anak mampu mengatur aspek-aspek itu

dalam harmoni dan mampu

merealisasikan potensinya.

Model Kepribadian Humanistik

Model kepribadian humanistik ini dapat juga disebut sebagai model kepribadian holistik yaitu suatu model kepribadian yang utuh antara tubuh dan jiwa. Keduanya tidak terpisah. Menurut model ini, kepribadian dibentuk oleh

self actualization (aktualisasi diri). Kemampuan mengaktualiasikan diri ini lahir dari potensi manusia yang merupakan ciri universalnya yaitu kreatif. Manusia kreatif sejak dilahirkan kata Bahraham Maslow.

Model kepribadian humanistik bergerak lebih dalam dibandingkan dengan psikoanalisis maupun psikologi analitis. Manusia bukan sekedar mampu menjadi manusia yang sepenuhnya berkembang menjadi manusia yang integral dan sehat, manusia yang transenden tetapi manusia yang spiritualis. Baharudin (2007: 290) menuliskan sebagai berikut: “psikologi

humanistik memandang manusia

seabgai makhluk yang unik yang aberbeda dengan binatang. Ia memiliki karakteristik kemanusiaan seperti gagasan, kreativitas, nilai-nilai,

(8)

Halaman | 76

kesadaran diri, tanggungjawab, hati nurani, makna hidup, transendensi, rasa malu, rasa cinta, semangat, humor, rasa seni dan lain-lain. Di dalam diri manusia itu ada dimensi spiritual. Pada gilirannya karateristik manusia dapat disimpulkan pada spirituality, freedom, dan responsibilty.

Kepribadian yang nomal dalam model kepribadian humanistik adalah kepribadian yang ditandai dengan uniti, integrasi, konsistensi, dan koherensi. organisasi adalah keadaan normal dan disorganisasi adalah patologis. Berdasarkan (Alwisol, 2014: 200). Maslow berpendapat motivasi manusia diorganisasikan ke dalam sebuah hirarki kebutuhan yaitu suatu susunan kebutuhan yang sistematis. Suatu kebutuhan dasar harus terpenuhi baru kebutuhan dasar lainnya muncul. Kebutuhan dasar itu digambarkan dalam suatu bentuk piramida: dimulai dari physiological nee=d, safety need, belongingness dan love need, esteem need, cognitive nedd, aesthetic need, dan self actualization.

Model kepribadian humanistik memberikan gambaran bahwa model kepribadian yang berkarakter adalah kepribadian yang spiritualistik atau psikospirit. Dalam tradisi moral spiritualitas selalu dihubungkan dengan Tuhan. Itu artinya kepribadian yang religius bahwa tuhan adalah tujuan dan

makna hidup. Meskipun Tuhan yang dimaksud Abraham Maslow adalah Tuhan yang tidak membawa peraturan dan ajaran karena urusan Tuhan sudah selesai bersamaan dengan selesainya penciptaan. Paling tidak bisa dikatakan sebagai religius sekuler.

Model-model Kepribadian yang Berkarakter dalam Alquran

Yadi Purwanto (2012: 287) membagi kepribadian menjadi enam model kepribadian yaitu 1) Model Kepribadian selamat vs Kepribadian tidak selamat; 2) kepribadian sehat VS Kepribadian sakit; 3) Kepribadian Normal VS Kepribadian Abnormal.

Alqur‟an menampilkan

kepribadian tidak saja dalam konteks manusia tetapi lebih luas dari dunia manusia. Ini dimensi yang tidak dimiliki oleh teori manapun bahwa yang memiliki kepribadian bukan saja manusia tetapi makhluk selain manusia. Ada empat model kepribadian dalam Alquran yaitu: 1) Kepribadian Robbanik, 2) Kepribadian Angelik, 3) Kepribadian Profetik, dan 4) Kepribadian Satanik. Keempat Model Kepribadian tersebut kemudian dibagi dalam dua kelompok model kepribadian berdasarkan kecenderungannya yaitu 1) Model Kepribadian Religius dan 2) Model Kepribadian Syirikius. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 1. Model-Model Kepribadian Dalam Alquran

MODEL KEPRIBADIAN 1. ROBBANIK 2. ANGELIK 3. PROFETIK 4. INSANIK MODEL KEPRIBADIAN

SATANIK

Kepribadian Gelap dan Bermuatan negatif

Kepribadian Cahaya dan Bermuatan Positif

(9)

Jurnal Paedagogy

Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016

Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

Halaman | 77

Model kepribadian masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Model Kepribadian Robbanik: model kepribadian ini hanya dimilliki oleh Tuhan semesta Alam yaitu Allah SWT. Terdapat 78 sifat Robbanik yang disandarkan kepada Allah dan ada 94 fungsi Robbanik Allah dalam Alquran (Tim Penyusun Aluran Alfatih, 2014). (2) Model Kepribadian Angelik: model kepribadian ini hanya dimiliki oleh Para Malaikat. Jibril merupakan pimpinan tertinggi dari seluruh Malaikat. Alquran menggambarkan malaikat dalam 50 ayat. (3) Model Kepribadian Profetik: model kepribadian ini hanya dimiliki oleh para Nabi. Alquran menyebutkan hanya 25 Nabi yang wajib diketahui. Semua Nabi tersebut disebutkan dalam

surah Al Anbiya. (4) Model

Kepribadian Satanik: model

kepribadian ini hanya dimiliki kalangan Jin, Syaitan, dan Iblis. Alquran menjelaskan kepribadian mereka dalam 50 ayat.

Dari keempat model

kepribadian dapat disusun tipe-tipe kepribadian dari masing-masing model sebagai berikut: 1) tipe kepribadian cahaya (Nuris) yaitu tipe kepribadian yang terangi oleh cahaya Allah melalui petunjuk yang ada di dalam kepribadian mereka sendiri dan diluar diri mereka. Kepribadian yang termasuk dalam tipe ini adalah tipe Angelik, Profetik, dan Insanik. 2) tipe kepribadian gelap (Naris). Kepribadian yang termasuk dalam tipe ini adalah kepribadian Satanik. hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Tipe-tipe Kepribadian Dalam Alquran Dari kedua model kepribadian ini masih

bisa diuraikan menjadi ciri-ciri kepribadiannya. Di bawah ini diuraikan

ciri-ciri perilaku pada asing-masing tipe kepribadian, sebagai berikut:

TIPE KEPRIBADIAN NARIS (GELAP) MODEL KEPRIBADIAN TIPE KEPRIBADIAN NURIS (CAHAYA) ROBBANIK (PSIKOROBBANIK) KE P RIBADI AN T IDAK BE RKA RAKT E R 1. Jinnis 2. Satanis 3. Iblis ANGELIK (PSIKOANGELIK) Jibrilian Mikailian KE P RIBADI AN BE RKA RAKT E R MODEL KEPRIBADIAN 5. ROBBANIK 6. ANGELIK 7. PROFETIK 8. INSANIK MODEL KEPRIBADIAN

SATANIK

TIPE KEPRIBADIAN NARIS (GELAP) TIPE KEPRIBADIAN NURIS (CAHAYA)

(10)

Halaman | 78 KE P RIBADI AN T IDAK BE RKA RAKT E R 1. Jinnis 2. Satanis 3. Iblis PROFETIK (PSIKOPROFETIK) 1. Yunusian 2. Hudian 3. Yusufian 4. Ibrohimian 5. Maryamian 6. Luqmanian 7. Nuhian KE P RIBADI AN BE RKA RAKT E R KE P RIBADI AN T IDA K T IDAK B E RKAR AKT E R 1. Zalzalis 2. Adiyatis 3. Qorianis 4. Humazahis 5. Filis 6. Maunis 7. Kafiranis 8. Lahabis 9. Falaqis INSANIK (PSIKOINSANIK) 1. Alaqis 2. Qadaris 3. Bayyinis 4. Takasuris 5. Quraisis 6. Kautsaris 7. Nasris 8. Asris 9. Ikhlasis 10. Nasis KE P RIBADI AN BE RKA RAKT E R

Gambar 3. Ciri-ciri Kepribadian Nuris dan Naris

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada kajian di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Model kepribadian berkarakter dalam Alquran adalah model kepribadian Robbanik, Angelik, Profetik, dan Insanik. Sedangkan tipe kepribadian yang tidak berkarakter adalah model kepribadian Satanik. (2) Tipe Kepribadian berkarakter dalam Alquran ada dua yaitu tipe kepribadian Nuris (pribadi yang bercahaya) dan tipe kepribadian Naris (pribadi yang gelap). (3)

Implikasi model kepribadian

berkarakter dalam pendidikan karakter adalah menjadikan model Robbanik, Angelik, Profetik, Insanik dan tipe kepribadian Nuris sebagai model karakter dan tipe kepribadian yang akan menjadi profil karakter anak. Sedangkan model kepribadian Satanik dengan tipe kepribadian Narisnya dijadikan sebagai musuh karakter anak.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib. 2006. Kepribadian dalal Psikologi Islam. Jakarta: Rajawali Press

Alwisol. 2014. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Baharuddin. 2007. Paradigma

Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

KI Fudyartanta. 2012. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan. 2013. Teori Kepribadian. Bandung: Rosdakarya

Yadi Purwanto, 2013. Psikologi Kepribadian: Integrasi Nafsiyah dan Aqliyah Perspektif Psikologi Islami. Bandung: Refika Abditama

(11)

Jurnal Paedagogy

Volume 3 Nomor 2 Edisi Oktober 2016

Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram

Halaman | 130

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATARAM

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Jurnal Paedagogy

Gedung Dwitiya Lt.3. Jln Pemuda 59A Mataram-NTB 83125 Tlp (0370) 638991. e-mail: jurnal.fip.ikipmataram@gmail.com

PEDOMAN PENULISAN

1. Naskah merupakan hasil penelitian atau kajian kepustakaan di bidang pendidikan, pengajaran dan pembelajaran,

2. Naskah merupakan tulisan asli penulis dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya dalam jurnal ilmiah lain,

3. Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. 4. Penulisan naskah mengikuti ketentuan sebagai berikut:

Program MS Word

Font Times New Roman

Size 12 Spasi 1.0 Ukuran kertas A4 Margin kiri 3.17 cm Margin kanan 3.17 cm Margin atas 2.54 cm Margin bawah 2.54 cm Maksimum 20 halaman

5. Naskah ditulis dengan sistematika sebagai berikut: Judul (huruf biasa dan dicetak tebal), nama-nama penulis (tanpa gelar akademis), instansi penulis (program studi, jurusan, universitas), abstrak, kata kunci, pendahuluan (tanpa sub-judul), metode penelitian (tanpa sub-judul), hasil dan pembahasan, simpulan dan saran (tanpa sub-judul), dan daftar pustaka.

Judul secara ringkas dan jelas menggambarkan isi tulisan dan ditulis dalam huruf kapital. Keterangan tulisan berupa hasil penelitian dari sumber dana tertentu dapat dibuat dalam bentuk catatan kaki. Fotokopi halaman pengesahan laporan penelitian tersebut harus dilampirkan pada draf artikel.

Nama-nama penulis ditulis lengkap tanpa gelar akademis.

Alamat instansi penulis ditulis lengkap berupa nama sekolah atau program studi, nama jurusan dan nama perguruan tinggi. Penulis yang tidak berafiliasi pada sekolah atau perguruan tinggi dapat menyertakan alamat surat elektronik.

Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak lebih dari 200 kata.

Kata kunci (key words) dalam bahasa sesuai bahasa yang dipergunakan dalam naskah tulisan dan berisi 3-5 kata yang benar-benar dipergunakan dalam naskah tulisan.

Daftar Pustaka ditulis dengan berpedoman pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah IKIP Mataram.

(12)

Gambar

Gambar 1. Model-Model Kepribadian Dalam Alquran MODEL KEPRIBADIAN  1.  ROBBANIK 2.  ANGELIK 3
Gambar 2. Tipe-tipe  Kepribadian Dalam Alquran  Dari kedua model kepribadian ini masih
Gambar 3. Ciri-ciri  Kepribadian Nuris dan Naris  SIMPULAN

Referensi

Dokumen terkait

Histopatologi : Bagian dari ilmu patologi anatomi yang mempelajari dan mendiagnosa penyakit berdasarkan hasil pemeriksaan jaringan tubuh. Contoh :

Dalam bidang eksplorasi minyak Bumi dengan teknologi yang tersedia saat ini, insinyur dapat melakukan pengeboran hingga kedalaman 15 km dari permukaan Bumi.. Bila diketahui

Menurut Az- Zarqani (t.t.:144) terjemahan dengan cara demikian mustahil dilakukan dalam penerjemahan Alquran, sebab Alquran kaya akan makna, maksud, dan rahasia

Dari ketentuan Pasal 52 dan 53 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2016 diketahui bahwa Pihak Yang Merugikan yang telah ditetapkan untuk mengganti Kerugian

16 tahun 2009 menjelaskan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan

Hasil penelitian ini, adalah (1) unsur intrinsik, yakni tema: perjuangan Alif dalam mencari tempat berkarya, pasangan hidup, dan makna hidup; tokoh dan penokohan, yakni: tokoh

Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang mengumpulkan data dalam memberi penafsiran terhadap hasil tidak menggunakan angka menekankan pada deskripsi

Skenario pembelajaran novel di kelas XI SMA dengan bahan unsur intrinsik dan nilai pendidikan pada novel Batas karya Akmal Nasery Basral berdasarkan Kurikulum