• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hoga Saragih 1. kontrol daya, bagaimanapun didalam sistem kontrol daya berbasis SIR memelihara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hoga Saragih 1. kontrol daya, bagaimanapun didalam sistem kontrol daya berbasis SIR memelihara"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KETIDAKSEIMBANGAN KAPASITAS KANAL

UPLINK DAN KANAL DOWNLINK PADA PELAPISAN

N-CDMA DAN W-N-CDMA MENGGUNAKAN KONTROL

DAYA BERBASIS SIGNAL INTERFERENCE RATIO

Hoga Saragih1

ABSTRACT

Capacity unbalance between uplink and downlink in spectrally overlaid narrow-band and wide-band CDMA is analyzed by using SIR-based power control. Uplink and downlink channel are not operated in an identical condition, the capacity between uplink and downlink are unequal and either of links determines the whole system capacity. Which links limits the system capacity and what are the limiting factors. Uplink often limits the overall capacity if downlink power control is effective. The users activities plays the most important role in determining the limiting link of connection capacity. The efficiently utilize the bandwidth should devote their efforts to forming services so that the overall activity discrepancy could be mitigated. Increasing capacity has close relationship with power control, by the way in SIR-based power control keep in expected. We use calculation method the looping about mean and variance of interference that consider SIR-based power control. Than the result from transmission capacity and connection capacity between uplink and downlink by using power control SIR are compared.

Keywords: capacity unbalance, CDMA, spectrally overlaid system, SIR power control. ABSTRAK

Ketidakseimbangan kapasitas antara kanal uplink dan kanal downlink pada pelapisan narrowband CDMA dan wideband CDMA dianalisa dengan menggunakan kontrol daya berbasis SIR. Kanal uplink dan kanal downlink tidak dioperasikan didalam suatu kondisi yang serupa maka kapasitas antara uplink dan downlink berbeda dan salah satu dari dua link menentukan keseluruhan kapasitas sistem. Link mana yang membatasi kapasitas sistem dan apa yang merupakan faktor pembatasan diselidiki. Uplink seringkali membatasi keseluruhan kapasitas jika kontrol daya downlink efektif. Aktifitas pengguna berperan paling utama didalam menentukan pembatasan link menyangkut kapasitas koneksi. Penggunaan bandwidth yang efisien akan membentuk layanan yang sedemikian rupa sehingga pertentangan keseluruhan aktifitas bisa dikurangi. Peningkatan kapasitas berhubungan erat dengan kontrol daya, bagaimanapun didalam sistem kontrol daya berbasis SIR memelihara pada suatu level yang diinginkan. Kita menerapkan metoda kalkulasi yang berulang menyangkut mean dan variance dari interferensi yang dipertimbangkan untuk kontrol daya yang berbasis SIR. Kemudian hasil kapasitas transmisi dan kapasitas koneksi antara uplink dan downlink dengan penerapan kontrol daya SIR dibandingkan.

Kata kunci: capacity unbalance, CDMA, spectrally overlaid system, SIR power control

1

Department of Electrical Engineering, Faculty of Engineering, The University of 17 Agustus Jakarta, Jalan Sunter Permai Raya, Sunter Agung Podomoro, Jakarta Utara, Indonesia, e-mail:

      0 I Eb       0 I Eb

(2)

Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.1, Februari 2008

24

1. PENDAHULUAN

Untuk mengatasi keterbatasan frekuensi konsep pendekatan yang dilakukan adalah spectrally overlaid

narrowband CDMA (N-CDMA) dan

wideband CDMA (W-CDMA). Kapasitas sistem overlaid baik uplink maupun downlink diuji (Kim, I. G., D. Kim, and D. G. Jeong ,1997), (Kim, I.G. and D. Kim, and D. G. Jeong ,1997).

Dikarenakan adanya kondisi yang

asymmetry antara uplink dan downlink, maka kapasitas kanal uplink dan kapasitas kanal downlink menjadi tidak seimbang (Kim, D and D.G. Jeong, 2000).

Salah satu permasalahan dalam jaringan komunikasi bergerak selular dengan metoda akses jamak CDMA adalah menentukan banyaknya pengguna yang dapat diakses pada downlink maupun uplink. Untuk meningkatkan kapasitas pada kedua link ini diperlukan kontrol daya.

Studi yang telah dilakukan oleh Gilhousen, K. S. dkk (1991), Viterbi, A. J., A. M. Viterbi, and E. Zehavi (1994), Ariyavisitakul, S. (1993, 1994) telah mempertimbangkan sistem kontrol daya

strength-based, dimana masing-masing

signal pengguna tiba di home base

station dengan kuat daya signal yang sama, Base station (BS) mengukur daya yang diterima dan membandingkannya dengan suatu tingkat daya yang diinginkan dan kemudian memancarkan

bit kontrol daya. Salah satu kekurangan

strength-based adalah menjaga daya yang diterima tanpa melihat perubahan jumlah pengguna aktif dan jumlah total interferensi sel lain.

Pada kontrol daya berbasis SIR Ariyavisitakul S. (1992), (Kim, D. K. and D. K. Sung, 2000), Kim, D. K. dan

K. F. Adachi, 2000) dalam menentukan

nilai bit kontrol daya dengan

membandingkan SIR penerima dengan SIR ambang batas yang diinginkan. Kontrol daya berbasis SIR lebih baik

dalam menentukan karakteristik

transmisi dibanding dengan kontrol daya berbasis signal strength, ini dikarenakan kontrol daya berbasis SIR

menjaga daya dengan melihat

penambahan jumlah pengguna aktif dan interferensi dari sel lain.

2. KAPASITAS SISTEM DENGAN KONTROL DAYA STRENGTH 2.1. Kapasitas Transmisi Uplink

Pada setiap pengguna N-CDMA dan W-CDMA menempati lebar pita

masing-masing, yang dilambangkan dengan

n

B dan Bw . Dalam uplink, kapasitas transmisi W-CDMA ( u) w C dibatasi oleh [3] : 1 1 ) 1 ( 1 ) 1 (( − −             − + + × + ≤ u n n n u n u w u w C B fC B C γ ζ ζ ...(1) di mana CnunRnKnu, CwuwRwKwu, n

γ

dan

γ

w memerlukan 0 N Eb , dan

ζ

u

merupakan perbandingan penjumlahan daya yang diterima dari sel lain terhadap daya dari home cell [1].

f merupakan alokasi frekuensi, jika 1

=

= w

n

α

α

maka Cnu dan Cwu

merupakan kapasitas transmisi. Jika

α

n

dan

α

w mempunyai nilai yang real

dalam faktor aktivitas suara , dan Rn dan w

(3)

u n

K dan Kwu merupakan kapasitas koneksi.

2.2. Kapasitas Transmisi Downlink Pada downlink, diperlukan chip pilot

energy-to-noise density ratio

      0 N Ec untuk

pilot yang ditandai γn,c dan γw,c. Kita menganggap di dalam tulisan ini

w c n w n c B B , ,

γ

γ

      = . Masing-masing pengguna

memerlukan kualitas channel traffik seperti halnya kualitas pilot, kapasitas transmisi W-CDMA

( )

Cwd dalam

downlink dibatasi oleh [3] :

1 , 1 , 1 ) ( 1 1 1 ) ) (( − −                     + + − +       + +       + + + + + + ≤ Z fC Z B C B Z D Z A Z C Z B fC Z fA Z D B C d n n b d n d n n w b w d w d w γ ζ ξ ρ γ ρ ζ ξ ...(2) dimana n c d A=(

ξ

+

ζ

)

γ

, ...(3) ) ) )( 1 ( 1 ( ) ( , d c,w n c d f B=

ξ

+

ζ

γ

− −

ξ

+

ζ

γ

...(4) w c d C =(

ξ

+

ζ

)

γ

, ...(5) ) ) )( 1 ( 1 ( ) ( d c,w f d c,n D=

ξ

+

ζ

γ

− −

ξ

+

ζ

γ

...(6) dan n c w c d n c w c d f Z 2 , , , , ) (1 )( ) )( ( 1− ξ+ζ γ +γ + − ξ+ζ γ γ = ...(7) di mana ρ merupakan faktor pengguna

spatial distribution dan ξ merupakan faktor interference same-cell downlink yang menandakan perbandingan dalam daya interferensi dari pengguna dalam

sel yang sama, yang sisanya

didemodulasi dalam penerima dengan total daya yang diterima [2].

3. KAPASITAS SISTEM DENGAN KONTROL DAYA SIR

3.1. Kapasitas Uplink

Rumusan downlink diperoleh mean

( )

mI dan variance

( )

2

I

σ

, dituliskan sebagai berikut (Kim, I.G., D. Kim, and D. G. Jeong, 1997), Gilhousen, K. S. dkk (1991), Kim, D. K. and D. K. Sung, 2000), Kim, D. K. dan K. F. Adachi, 2000) :

{

}

[ ]

T

I M AWGN E P

m = ⋅ ⋅ ...(8)

untuk variansinya dirumuskan :

{

}

2

(

[ ]

2

(

[ ]

)

2

)

2 2 T T I =MAWGNEPE P σ ...(9) dimana wst w w w bw P S G K E M ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ =

α

...(10) ( )

      ≈ − − −      

=

m r r m x x

dx

e

e

AWGN

0 2 2 log 40 2 4 / 10 10 ln

4

π

σ

σ ...(11)

( )

r r d r d r r m θ cos 2 2 2 0 = + + ⋅ ⋅ ⋅       ...(12)

r merupakan jari-jari sel, S merupakan luas area, G merupakan prosessing gain,

dmerupakan jarak antara home base

station dengan base station lain. Daya totalnya dirumuskan :

n n bn n wn w bw T K E f S G I E P ⋅ ⋅ ⋅ ⋅         −       =

α

γ

...(13) 3.2. Kapasitas Downlink

Rumusan downlink diperoleh mean

( )

mI dan variance

( )

2 I

σ

, dituliskan sebagai berikut [2], [4], [9], [10] :

(

cw

) {

}

[ ]

T I M E AWGN E P m = + ⋅ ⋅ ...(14)

(4)

Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.1, Februari 2008

26

untuk variansinya dirumuskan :

(

) {

2

}

2

(

[ ]

2

(

[ ]

)

2

)

2 T T cw I = M+EAWGNEPEP

σ

...(15) Daya total dirumuskan :

n n bn n bn n wn w bw T K E f E f S G I E P ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ ⋅ −         ⋅         −       =

α

β

γ

...(16) 4. HASIL DAN ANALISA

4.1. Analisa Kapasitas Transmisi Gambar 1. menunjukkan efek dari faktor interferensi kanal uplink dan kanal downlink pada kapasitas transmisi N-CDMA dengan W-CDMA, dengan interferensi yang semakin besar mengakibatkan penurunan kapasitas.

Penggunaan kontrol daya SIR

mengakibatkan peningkatan kapasitas

baik pada kanal uplink maupun kanal

downlink. Hal ini dikarenakan melalui SIR interferensi yang diperoleh adalah interferensi rata-rata.

Gambar 2 menunjukkan efek dari

signal to noise ratio pada kapasitas transmisi yang menyatakan nilai bit

energy-to-noise density ratio yang semakin menurun tetapi kapasitas sistem semakin meningkatkan, baik pada kanal uplink maupun pada kanal

downlink. Hal ini tergantung pada tingkat kesalahan data atau bit error rate yang dibutuhkan. Nilai bit

energy-to-noise density ratio dengan interferensi yang semakin besar diakibatkan dari pengguna yang banyak, dengan jumlah pengguna yang tinggi maka kapasitas akan semakin kecil.

Gambar 1. Efek dari faktor interferensi pada kapasitas transmisi dengan γwu = 3 ; 2.905,

=

d w

(5)

Gambar 2. Efek dari γwu dan γwd pada kapasitas transmisi dengan γwu =2 ; 3 ; 4 ; 5 ; 1.924 ; 2.905 ; 3.883 ; 4.859, γwd =2 ; 3 ; 4 ; 5 ; 1.644 ; 2.618 ; 3.359 ; 4.571

Gambar 3. Efek dari alokasi frekuensi N-CDMA pada kapasitas transmisi dengan f =0.25 ; 0.5 ; 0.75 ; 1, γwu =3 ; 2.905 γwd = 3 ; 2.618.

(6)

Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.1, Februari 2008

28

Gambar 4. Efek dari αuw dan αwd pada kapasitas koneksi dengan u =0.42

n α d =0.42 n α u = w α 0.1 ; 0.3 , αwd = 0.1 ; 0.3 ; 0.5 ; 0.7 , γwu = 3 ; 2.905 , γwd = 3 ; 2.618.

Gambar 5. Efek dari faktor interferensi pada kapasitas koneksi dengan γwu =3 ; 2.905,

=

d w

(7)

Gambar 6. Efek dari γuwdan γwdpada kapasitas koneksi dengan γuw = 2 ; 3 ; 4 ; 5 ; 1.924 ; 2.905 ; 3.883 ; 4.859, γwd = 2 ; 3 ; 4 ; 5 ; 1.644 ; 2.618 ; 3.359 ; 4.571.

Gambar 7. Efek dari alokasi frekuensi N-CDMA pada kapasitas koneksi dengan f =0.25 ; 0.5 ; 0.75 ; 1, γu = 3 ; 2.905 , γd = 3 ; 2.618 .

(8)

Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.1, Februari 2008

30

Gambar 3. menunjukkan efek dari

alokasi frekuensi N-CDMA pada

kapasitas transmisi yang menunjukkan bila alokasi frekuensi yang digunakan sedikit maka jumlah pengguna dari N-CDMA semakin kecil, namun belum tentu pengguna W-CDMA menjadi banyak. Hal ini terjadi karena bila

pengguna N-CDMA terkonsentrasi

hanya pada alokasi frekuensi yang

sedikit maka akan menyebabkan

pengguna W-CDMA mengalami

interferensi yang besar pada daerah frekuensi tersebut.

4.2. Analisa Kapasitas Koneksi

Gambar 4. menunjukkan efek dari faktor aktifitas pada kapasitas koneksi yang menyatakan batas daerah kapasitas dengan berbagai macam aktifitas data ditampilkan, terlihat bahwa bila aktivitas data pengguna W-CDMA meningkat maka kapasitas sistem menjadi semakin kecil. Bila aktivitas meningkat, hal itu disebabkan dari jumlah pengguna pada

kapasitas koneksi menggunakan

hubungan koneksi lebih sering, sehingga pengguna yang menggunakan aktifitas informasi yang banyak mengakibatkan interferensi terhadap pengguna yang lainnya. Karena sinyal interferensi lebih besar maka jumlah pengguna yang dapat dilayani secara bersamaan menjadi lebih sedikit.

Gambar 5. menunjukkan efek dari faktor interferensi pada kapasitas koneksi ditunjukkan dengan nilai – nilai parameter yang sama digunakan didalam Gambar 1. tapi perbedaanya pada Gambar 1. setiap pergeseran faktor interferensi mempengaruhi pembatasan kapasitas sistem. Sedangkan pada Gambar 5. setiap pergeseran faktor

interferensi tidak mempengaruhi pembatasan kapasitas sistem

Gambar 6. menunjukkan efek γwu

dan γwd pada kapasitas koneksi seperti pada Gambar 2. dalam kapasitas transmisi. Peningkatan didalam γwd secara langsung meningkatkan kapasitas sistem. Nilai u

w

γ dan d w

γ yang diperoleh melalui perhitungan interferensi rata-rata dalam sistem yang menggunakan kontrol daya SIR, pada perhitungan didapatkan bahwa nilai interferensi rata-rata yang konstan mempengaruhi kinerja signal to

noise ratio.

Gambar 7. menunjukkan efek

alokasi frekuensi N-CDMA pada

kapasitas koneksi digambarkan dari parameter yang digunakan. Gambar 3. dan Gambar 7. meskipun berbeda namun

ada persamaan parameter yang

digunakan, perbedaan dapat dilihat dari jumlah kapasitas dan faktor aktifitas, faktor aktifitas mempengaruhi kapasitas koneksi dikarenakan jumlah aktifitas tidak mungkin lebih dari satu.

5. KESIMPULAN

Faktor yang mempengaruhi

kapasitas adalah interferensi, bit energy

to noise ratio dan faktor aktifitas. Semakin besar bit energy to noise

density ratio maka kapasitas akan semakin menurun. Semakin besar faktor aktifitas maka kapasitas akan semakin menurun. Semakin besar interferensi maka kapasitas akan semakin kecil. Penggunaan kontrol daya SIR dapat meningkatkan kapasitas.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyavisitakul, S. (1993), “Signal and interference statistics of a CDMA system with feedback power

(9)

control,” IEEE Trans. Commun., vol. 41, pp. 1626–1634, Nov.. Ariyavisitakul, S. (1994), “Signal and

interference statistics of a CDMA system with feedback power control—Part II,” IEEE Trans.

Commun., vol. 42, pp. 579–605, Feb./Mar./Apr..

Ariyavisitakul S. (1992), “SIR-based power control in a CDMA system,” in Proc. Globecom, pp. 868–873, 1992.

Gilhousen, K. S., I. M. Jacobs, R. Padovani, A. J. Viterbi, L. A. Weaver Jr., and C. E. Wheatley III (1991), “On the capacity of a cellular CDMA system,” IEEE

Trans. Veh. Technol., vol. 40, pp. 303–312, May.

Kim, I. G., D. Kim, and D. G. Jeong (1997), “Spectrally overlaid narrowband and wideband CDMA systems,” IEEE Commun. Lett., vol. 1, pp. 74–76, May.

Kim, I.G., D. Kim, and D. G. Jeong (1997), “Forward link capacity of spectrally overlaid narrowband and

wideband CDMA systems,” in Proc.

IEEE VTC, Phoenix, AZ, pp. 1445– 1449, May.

Kim, D., and D.G. Jeong (2000), “Capacity unbalance between uplink and downlink in spectrally overlaid narrowband and wideband CDMA mobile systems,” IEEE trans. On

VTC, vol.49 no.4, July.

Kim, D. K. and D. K. Sung (2000), Capacity estimation for SIR based

power control CDMA system

supporting on-off traffik, IEEE

trans.On VTC, vol 49 no 4, July. Kim, D. K. dan K. F. Adachi (2000),

“Capacity estimation for overlaid multiband CDMA systems with SIR-Based Power Control,” Duk Kyung IECE TRANS. COMMUN., Vol.E83-B, No.7, pp1454-1464, July

Viterbi, A. J., A. M. Viterbi, and E. Zehavi (1994), “Other-cell inter-ference in cellular power-controlled CDMA,” IEEE Trans. Commun., vol. 42, pp. 1501–1504, Feb./Mar./ Apr.

Gambar

Gambar  2    menunjukkan  efek  dari  signal  to  noise  ratio    pada  kapasitas  transmisi  yang  menyatakan  nilai  bit  energy-to-noise  density  ratio    yang  semakin  menurun  tetapi    kapasitas  sistem semakin meningkatkan, baik pada   kanal  upli
Gambar 3.  Efek dari alokasi frekuensi N-CDMA pada kapasitas transmisi dengan  f = 0.25 ;  0.5 ; 0.75 ; 1,   γ wu = 3 ; 2.905  γ wd =  3 ; 2.618.
Gambar 4. Efek dari  α u w  dan  α w d  pada kapasitas koneksi dengan  α n u = 0 . 42 α n d = 0
Gambar 7. Efek dari alokasi frekuensi N-CDMA pada kapasitas koneksi dengan  f = 0.25 ;  0.5 ; 0.75 ; 1,  γ u =  3 ; 2.905 ,   γ d =  3 ; 2.618 .

Referensi

Dokumen terkait

Peluang pemasaran produk perikanan Indonesia cukup besar baik di dalam negeri maupun di luar negeri karena konsumsi ikan masyarakat dunia semakin meningkat. Namun

Surat tersebut berisikan tentang perasaan Hanafi yang sudah bahagia hidup dengan Corrie, Hanafi memutuskan untuk bekerja dan tinggal di Betawi dan menyatakan persamaan

Dari masalah di atas, maka perlunya peningkatan dalam proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan model penemuan konsep yang melibatkan siswa aktif dalam proses

Hal ini juga sudah secara jelas menjadi amanat Diktum KELIMA Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Pengelola Hibah MCC Nomor 'EP.Ot3/KPA.MCC/ 12 /20 12 yang menyatakan

Penelitian gempa SNI 03-1726-2012 Mengetahui hasil kekuatan struktur dan perubahannya yang terjadi pada Gedung Graha Atmaja berdasarkan ini merupakan suatu analisis

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota Banjarmasin tentang Uraian Tugas Dinas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Betang Tumbang Anoi sebagai tempat pertemuan damai Tumbang Anoi dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah lokal Provinsi Kalimantan Tengah, namun

Hasil penelitian ini menemukan: (1), Penyusunan perencanaanpembelajaran,melalui pendampingan Pusat Kegiatan Guru (PKG), dengan membentuk Tim kecil di kegiatan PKG serta