• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Abuhaera, S.Sos, M.Si dalam mengemban amanah rakyat Konawe Utara. Manifesto BAB I PENDAHULUAN Overview

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "H. Abuhaera, S.Sos, M.Si dalam mengemban amanah rakyat Konawe Utara. Manifesto BAB I PENDAHULUAN Overview"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Overview

Rumusan visi, misi dan program kerja dalam dokumen ini menggambarkan kompleks kesadaran, ide-ide, gagasan, platform politik dan rencana kerja

Dr.Ir.H.

Ruksamin, ST, M.Si, IPM, ASEAN Eng dan H. Abu Haera, S.Sos, M.Si,

berturut-turut sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati Konawe Utara

dalam menatap masa depan pembangunan daerah di Kabupaten Konawe Utara pada kurun waktu tahun 2021 – 2026 mendatang. Berbagai kajian/analisis dan pernyataan sistematik dalam dokumen ini dirancang dengan data yang valid dan reliable, serta disusun dalam kerangka kesadaran yang luhur dan dengan penuh keikhlasan untuk bekerja dan mengabdikan diri pada sebesar-besarnya kepentingan rakyat Konawe Utara. Kesadaran luhur dan keikhlasan tersebut.

Kompleks kesadaran, ide, gagasan, platform politik dan rencana kerja yang tertuang dalam dokumen ini dapat dipandang sebagai

manifesto politik

dalam rangka mewujudkan cita-cita politik saudara

Dr.Ir.H. Ruksamin, ST, M.Si, IPM, ASEAN Eng dan

H. Abuhaera, S.Sos, M.Si

dalam mengemban amanah rakyat Konawe Utara. Manifesto politik tersebut kemudian dikemas dan diberi tajuk : “Konasara-II” sebagai akronim dari rumusan visi “

Konawe Utara yang lebih sejahtera dan berdaya saing

”. Akronim ini sekaliug smenjadi slogan/tagline kampanye pasangan calon Bupati Dr.Ir.H. Ruksamin, ST, M.Si, IPM, ASEAN Eng dan calon Wakil Bupati H. Abuhaera, S.Sos, M.Si dalam menyongsong Pilkada Konawe Utara Tahun 2020.

Visi Konasara II dirancang dari hasil kajian komprehensif mengenai permasalahan pokok dan isu-isu strategis yang exist dan ikut berpengaruh dalam jagad pemerintahan dan pembangunan daerah serta dalam tata peradaban masyarakat Konawe Utara pada umumnya. Visi yang bersumber dari hasil kajian komprehensif tersebut selanjutnya membuahkan misi, kebijakan dan program pokok, serta tujuan, sasaran dan program prioritas yang hendak diaktualisasikan oleh pasangan calon bupati Dr.Ir.H. Ruksamin, ST, M.Si, IPM, ASEAN Eng dan calon Wakil Bupati H. Abuhaera, S.Sos, M.Si sekiranya berkenan kembali memperoleh amanah kepemimpinan daerah dari rakyat Konawe Utara pada kurun waktu tahun 2016 – 2021.

(2)

1.2. Dasar Pemikiran

Pembangunan Daerah di Kabupaten Konawe Utara telah melewati beberapa fase penting seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika kepemimpinan daerah. Dalam 4 (empat) tahun terakhir, pembangunan daerah di Konawe Utara di masa kepemimpinan

Dr.Ir.H. Ruksamin, ST, M.Si, IPM, ASEAN Eng – H. Raup, S.Ag, M.Si

telah membuahkan hasil yang cukup signifikan pada berbagai bidang kehidupan masyarakat Konawe Utara. Hasil-hasil yang cukup signifikan tersebut antara lain dapat dilihat pada beberapa capaian pembangunan daerah yang diraihkan oleh Pemda Konawe Utara dalam kurun waktu tahun 2016 - 2020 berikut ini.

Pada bidang infrastruktur jalan, Pemda Konawe Utara antara lain telah berhasil meningkatkan kualitas jalan Kabupaten, dimana pada tahun 2019, dari sepanjang 699,4 km jalan kabupaten, sebesar 83,11 persen diantaranya telah berada pada kondisi mantap. Pada tahun ini, panjang jalan kabupaten yang telah diaspal telah mencapai 70,05 kilometer. Adapun total dana pembangunan infrastruktur jalan yang telah digelontorkan oleh Pemda Konut sejak tahun 2016 hingga 2019 adalah sebesar Rp. 169.617.641.150 rupiah dengan total dana pembangunan jembatan pada periode yang sama sebesar Rp. 5.545.601.582.

Pada bidang infrastruktur pertanian, hingga tahun 2019 lalu, Pemda Konut antara lain telah berhasil memperbaiki 61,81 persen dari total 22 daerah irigasi yang mengairi areal pertanian seluas 3.880 hektar di daerah ini.

Pada bidang sarana perumahan, Pemda konut antara lain telah berhasil mendorong perbaikan kualitas perumahan masyarakat melalui berbagai program, termasuk program jum’at berkah. Dari program ini, Pemda Konut telah berhasil meningkatkan kualitas rumah milik warga Konut (menjadi rumah layak huni) sebesar 75,37 persen pada tahun 2019.

Pada bidang sarana dan prasarana air bersih, hingga tahun 2019 Pemda Konut antara lain telah memfasilitasi pemasarangan sarana perpipaan sepanjang 79.907 meter dengan jumlah pipa terpasang sebanyak 13.319 buah yang tersebar pada 25 (

dua

puluh lima

) desa se-Konawe Utara.

Pada bidang sarana kelistrikan, Pemda Konut antara lain berhasil mengoptimalkan rasio elektrifikasi di daerah ini hingga pada tahun 2019 mencapai 98,95 %. Peningkatan rasio elektrifikasi tersebut ditandai oleh pemasangan sebanyak 2.100 batang tiang listrik pada berbagai wilayah di Konawe Utara, utamanya di wilayah

(3)

Kecamatan Wiwirano, Landawe, Langgikima dan Lasolo Kepulauan. Terkait bidang ini, Pemda Konut juga sedang mendorong rencana pendirian PLTU di desa Panggulawu Kecamatan Sawa dengan rencana kapasitas sebesar 2 x 200 megawatt. Kapasitas ini diproyeksikan akan menjadi yang terbesar di kawasan timur Indonesia.

Di bidang pertanian tanaman pangan, Pemda Konut antara lain telah terhasil mendorong peningkatan produksi beras, hingga pada tahun 2018, produksi beras di daerah ini telah mencapai 19.922 ton. Pada tahun yang sama, Pemda Konut juga telah menggencarkan penanaman tanaman jagung hingga pada tahun 2019 jumlah produksi komoditas jagu telah mencapai 2.687 ton. Peningkatan Peningkatan produksi padi dan jagung tersebut telah memacu peningkatan PDRB sector pertanian di daerah ini hingga mencapai 7,79 % pada tahun 2018. Selain itu, hingga tahun 2018 lalu, Pemda Konut telah membagikan berbagai jenis sarana mekanisasi pertanian kepada masyarakat, diantaranya sebanyak 48 unit traktor roda 4, 5 unit traktor roda empat multiguna, 153 unit traktor roda 2, 72 unit pompa air, 8 unit rice transplanter, 3 unit excavator, 10 unit alat tanam jagung, 84 unit handsprayer, dan lain sebagainya.

Di bidang produksi ternak, Pemda Konut telah mendorong peningkatan produksi ternak masyarakat, hingga pada tahun 2018, produksi daging ternak di daerah ini telah mencapai 92.881 kg dan produksi telur mencapai 15.290 kg. Di bidang perkebunan, hingga pada tahun 2018 lalu, Pemda konut antara lain telah mendorong perkebunan rakyat cengkeh seluas 363 ha, perkebunan kelapa dalam 400 ha, perkebunan lada 300 ha, dan perkebunan sawit mandiri seluas 154 ha. Pemda Konut juga telah menggencarkan pembangunan sektor perikanan dan kelautan, sehingga pada tahun 2019 lalu, jumlah produksi perikanan di daerah ini telah mencapai 19.484 ton. Selain itu, sejak tahun 2017, Pemda Konut telah membangun sentra industry perikanan di desa Muara Tinobu di mana pada sesi pembangunan tahap I, telah dibangun unit pengolahan ikan, pabrik es batu, tempat pengasapan ikan, tempat pengeringan ikan, pasar higienis serta sarana dan prasarana lainnya, seperti tempat pendaratan ikan, kantor pengelola, sarana perbengkelan nelayan, dan lain-lain. Untuk menjamin kesejahteraan nelayan, Pemda Konut telah membagikan sebanyak 3.120 kartu nelayan dan membagikan sarana perikanan berupa : 4 unit kapal penangkap ikan, 962 unit alat tangkap Gillnet permukaan dan dasar dan 318 unit alat tangkap bubu ikan.

Pada bidang sarana dan prasarana perdagangan rakyat, sejak tahun 2016 hingga 2019, Pemda Konut antara lain telah membangun dan merehab 13 unit pasar, diantaranya adalah Pasar Lahimbua, pasar Tinobu, pasar Bende, pasar Matandahi, pasar Lambuluo, pasar Sawa, pasar Lamonae, pasar Molore dan pasar Langgikima. Di bidang

(4)

industri kecil dan menengah, Pemda Konut terus berupaya meningkatkan kapasitas produksi UKM, hingga pada tahun 2018 lalu, nilai investasi produksi UKM di daerah ini telah mencapai Rp. 20.651.781.000 dengan jumlah tenaga kerja terserap sebanyak 1.152 orang.

Pada bidang peningkatan SDM, Capaian Indeks Pembangunan Manusia Konawe Utara pada tahun 2018 mencapai angka 68,5 point, atau rangking keenam yang tertinggi dari 17 kabupaten/kota se Sulawesi Tenggara. Di bidang Pendidikan, Pemda Konut antara lain telah menggelontorkan dana ratusan milyar rupiah untuk pembangunan sector pendidikan di daerah ini. Pada tahun 2019 saja, jumlah dana pendidikan di daerah ini mencapai Rp. 155.490.721.591. Jumlah guru SD dan SMP yang PNS maupun non PNS di daerah ini terus ditingkatkan. Pada tahun 2019, gurun SD dan SMP yang PNS mencapai 573 orang, sedangkan yang non PNS mencapai 601 orang. Selain itu, Pemda Konut juga telah menggelontorkan dana beasiswa sebesar Rp. 3.623.000 untuk mahasiswa Konawe Utara yang saat ini tengah berkuliah di 66 universitas di seluruh Indonesia. Termasuk dalam hal ini adalah dana beasiswa untuk mahasiswa kedokteran di luar negeri sebesar Rp. 1.300.000.000 dan dana beasiswa untuk mahasiswa di universitas Lakidende sebesar Rp. 670.000.000.

Pada bidang Kesehatan, Pada tahun 2019, Pemda Konut antara lain telah menggelontorkan dana pada bidang kesehatan sebesar Rp. 63.706.121.329 untuk pembangunan berbagai fasilitas dan pembiayaan berbagai kegiatan kesehatan. Pada tahun 2018 lalu, daerah ini telah memiliki 22 Puskesmas, dimana 13 Puskesmas diantaranya telah terakreditasi. Pada tahun ini pula, jumlah peserta jaminan kesehatan untuk kategori PBI dari dana APBD telah mencapai 26.746 orang. Berkat kesigapan dalam mensukseskan program jaminan kesehatan, Pemda Konut telah memperoleh penghargaan universal health coverage JKN dari istana Negara.

Pada bidang kesejahteraan sosial, Pemda Konut antara lain telah memberikan bantuan sosial beras sejahtera sebanyak 3.065 keluarga penerima manfaat (KPM) dengan rincian 10 kg per KPM pada setiap bulan. Pada tahun 2018, Pemda Konut telah menyerahkan bantuan rehabilitasi rumah tidak layak huni sebanyak 37 unit rumah senilai Rp. 250.000.000.-. Selain itu, pada tahun yang sama, Pemda Konut juga telah memberikan bantuan usaha ekonomi produktif senilai Rp. 450.000.000. Pada tahun 2019, Pemda Konut kembali memberikan bantuan kepada usaha ekonomi produktif senilai Rp. 100 juta per unit usaha kepada 10 unit usaha ekonomi produktif. Di tahun 2019 juta, Pemda Konut telah menyerahkan : (a) Bantuan kelompok usaha bersama (Kube) senilai Rp. 600.000.000 kepada 300 KK atau 30 KUBE, (c) Bantuan Rumah Tidak Layak Huni

(5)

senilai 2.250.000.000 kepada 150 unit rumah, serta (c) Bantuan Sarana Lingkungan senilai Rp. 50 juta.

Pada bidang Pengelolaan Keuangan Daerah, Sejak tahun 2017 sampai tahun 2020 ini, Pengelolaan Keuangan Pemda Konut telah mendapat opini WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Di bidang pemerintahan dan perencanaan pembangunan daerah, Pada tahun 2018, Pemda Konut menerima penghargaan sebagai Terbaik II se-Sultra di bidang perencanaan pembangunan daerah, khususnya dalam penyusunan RKPD Tahun 2018. Pada tahun 2019, Pemda Konut memperoleh penghargaan dari Gubernur Sultra sebagai Terbaik III se-Sultra untuk Capaian Pembangunan Daerah. Pada bidang Administrasi Hukum, Pemda Konut antara lain telah membentuk 26 Perda, 146 Peraturan Bupati dan 1.364 Surat Keputusan Bupati.

Beberapa contoh capaian pembangunan daerah Konawe Utara pada kurun waktu tahun 2016 – 2020 di atas tentunya merupakan hasil kerja keras semua pihak, termasuk dan karenanya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kinerja kepemimpinan Dr.Ir.H. Ruksamin, ST, M.Si, IPM, ASEAN Eng selaku Bupati Konawe Utara pada kurun waktu dimaksud. Tentu saja, beberapa contoh hasil kerja keras tersebut disadari belum sempurna, dan karena belum dapat memenuhi keinginan semua pihak. Berbagai permasalahan dan tantangan masih membentang luas di depan dan masih membutuhkan kerja keras keikhlasan dari sepihak pihak. Selain kerja keras dan keikhlasan, upaya menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan tersebut juga membutuhkan kejelian dalam melihat permasalahan dan isu-isu strategis yang ada guna sembari mencari solusi yang tepat, baik pada tataran konsepsi kebijakan, maupun pada tararan konsepsi tindakan.

Terkait hal di atas dijelaskan pula bahwa pembangunan daerah tidak hanya dipahami sebagai proses pemberian insentif (

atau bagi-bagi kue

) kepada masyarakat melalui penyusunan, distribusi dan pemanfaatan anggaran keuangan daerah dan desa an sich, mlainkan juga lebih harus dipahami sebagai sebuah proses transformasi sosial-budaya dan ekonomi untuk merubah tatanan peradaban masyarakat lokal ke arah yang lebih baik dari sebelumnya, terutama dilihat dari aspek sistem nilai budaya, sistem norma, sistem hukum dan sistem aturan khusus. Oleh karena itu, untuk menyusun arah pembangunan daerah Kabupaten Konawe Utara ke depan, sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Konawe Utara, kami tidak saja memaparkan rencana kegiatan proyek yang akan dilaksanakan dari dukungan pendanaan keuangan daerah, tapi juga kami memaparkan konsepsi kebijakan dan tindakan yang dapat digelar untuk mendorong gerakan sosial melalui pembangkitan spirit dan kesadaran sosial sebagai bagian dari

(6)

warga bangsa di jazirah utara provinsi Sulawesi Tenggara ini. Dari kesadaran demikian, kami telah merancang beberapa pokok pikiran dan konsepsi pembangunan ke depan untuk mewujudkan Konawe Utara yang Sejahtera dan Berdaya Saing (Konasara) Tahap II, sebagaimana dapat disimak dalam dokumen ini.

1.3. Maksud dan Tujuan 1.3.1. Maksud

Penyusunan dokumen visi, misi dan program kerja calon Bupati Dr.Ir.H. Ruksamin, ST, M.Si, IPM, ASEAN Eng dan calon Wakil Bupati H. Abuhaera, S.Sos, M.Si ini dimaksudkan untuk : (1) memenuhi salah satu syarat pencalonan dalam mengikuti tahapan Pemilihan Umum Kepala Daerah/Pemilukada Konawe Utara Tahun 2020, serta (2) memaparkan dasar pertimbangan (preferensi politik) kepada khalayak publik Konawe Utara dalam menentukan pilihan politik menjelang Pemilukada Konawe Utara Tahun 2020.

1.3.2. Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan dokumen visi, misi dan program kerja calon Bupati Dr.Ir.H. Ruksamin, ST, M.Si, IPM, ASEAN Eng dan calon Wakil Bupati H. Abuhaera, S.Sos, M.Si ini ini adalah : (1) memperoleh dukungan politik dari khalayak publik/pemilih dalam Pemilukada Konut Tahun 2020, serta (2) menyiapkan instrumen pengukuran kinerja kepemimpinan Dr.Ir.H. Ruksamin, ST, M.Si, IPM, ASEAN Eng dan calon Wakil Bupati H. Abuhaera, S.Sos, M.Si sekiranya berkenan memperoleh kepercayaan dari khalayak pemilih untuk kembali memimpin daerah Konawe Utara pada kurun waktu tahun 2021 – 2026.

1.4. Ruang Lingkup

Lingkup kajian dan konstatasi berfikir pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Konawe Utara - Dr.Ir.H. Ruksamin, ST, M.Si, IPM, ASEAN Eng dan calon Wakil Bupati H. Abuhaera, S.Sos, M.Si – dalam menyusun dokumen ini mencakup

keseluruhan diskursus

(wacana) tematik yang terkait dengan urusan pembangunan dan penyelenggaraan

pemerintahan daerah, serta urusan kemasyarakatan

yang exist dan berkembang dalam dinamika dan tata peradaban masyarakat Konawe Utara.

(7)

BAB II

ANALISIS MASALAH

Analisis masalah merupakan bagian integral dari kajian konperehensif yang mendasari prakarsa perancangan dan perumusan kosepsi visi, misi dan program kerja dalam dokumen ini. Hal tersebut didasarkan pada kesadaran historik bahwa apapun konsepsi pemikiran dan tindakan yang hendak diambil dan dilaksanakan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, urusan pembangunan daerah dan urusan kemasyarakatan di Konawe Utara harus mengacu pada paradigma penyelesaian masalah (

problem solving

) atas berbagai permasalahan empirik yang exist dan berkembang dalam dinamika masyarakat di daerah ini. Terkait dengan hal tersebut, berikut ini disajikan beberapa hasil analisis permasalahan pokok yang exist dan berkembang dalam diskurus pemerintahan, pembangunan daerah dan penyelenggaraan urusan kemasyarakatan di Konawe Utara, baik yang telah berlangsung pada kurun waktu tahun 2016 hingga 2021, maupun yang diperkirakan akan terjadi pada kurun waktu tahun 2021 – 2026 mendatang.

2. 1. Terjadinya Bencana Alam

Dalam beberapa dekade terakhir, Konawe Utara termasuk salah satu dari 17 Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara yang sering mengalami peristiwa bencana alam, terutama dalam bentuk bencana banjir dan tanah longsor, kekeringan, angin kencang (

puting buling

) dan gempa bumi. Bencana banjir di daerah ini dalam beberapa tahun terakhir bahkan terjadi pada hampir setiap musim hujan di setiap tahun. Pada sekitar bulan Juni – Juli 2019 lalu, Konawe Utara mengalami peristiwa banjir yang terparah dalam 42 tahun terakhir. Banjir pada tahun 2019 tersebut setidaknya telah telah merendam 28 desa pada 6 Kecamatan se Konawe Utara dengan jumlah warga yang terdampak banjir secara langsung mencapai 1.054 Kepala Keluarga. Pada bulan Juni dan Agustus tahun 2020 ini juga, meski tidak separah tahun 2019 lalu, bencana banjir

(8)

kembali terjadi di Konawe Utara dan sempat merendam beberapa wilayah desa di Kecamatan Andowia, Asera, Oheo, Landawe dan Wiwirano.

Bencana banjir yang terjadi di Konawe Utara selama ini selalu disertai dengan tanah longsor pada beberapa titik kejadian dengan struktur tanah yang labil di Kecamatan Langgikima, Landawe, Asera, Andowia, Molawe dan Lasolo.

Sebagaimana bencana banjir yang terjadi pada hampir setiap musim hujan di setiap tahun, daerah ini juga sering mengalami peristiwa kekeringan pada setiap musim kemarau, seperti yang pernah terjadi pada tahun 2015 di Kecamatan Wiwirano, Langgikima dan Lasolo pada tahun 2015 dan pada tahun 2018 di wilayah kecamatan

Motui, Sawa, Lembo, Lasolo, Andowia, Asera, Langgikima dan Oheo

.

Selain banjir, tanah longsor dan kekeringan, Konawe Utara juga sering mengalami gempa bumi serta angin puting beliung sebagaimana yang pernah melanda beberapa titik di wilayah Kecamatan Molawe, Lasolo, Oheo dan Asera pada tahun 2019,

2. 2. Angka Kemiskinan dan Pendapatan Masyarakat yang Mengalami Fluktuasi

Angka kemiskinan di Konawe Utara menunjukkan gambaran kuantum fluktuatif pada kurun waktu tahun 2013 – 2018. Menurut Data BPS Kabupaten Konawe Utara Tahun 2019, jumlah penduduk miskin di Konawe Utara pada tahun 2013 adalah sebanyak 6 ribu jiw a atau sebesar 10,62 persen dari total jumlah penduduk daerah ini. Pada tahun 2014, jumlah penduduk miskin Konawe Utara berkurang menjadi 5,83 ribu orang 10,15 persen. Pada tahun 2016, angka kemiskinan di daerah ini terus mengalami penurunan hingga sebesar 9,75 persen. Kenaikan angka kemiskinan terjadi pada tahun 2017 menjadi 8,4 ribu orang atau sebesar 13,93 persen dari total jumlah penduduk. Pada tahun 2018, angka kemiskinan mengalami peningkatan menjadi 8,8 ribu orang atau sebesar 14,22 persen dari total jumlah penduduk Konawe Utara. Dilihat dari perspektif garis kemikinan disebutkan bahwa pada tahun 2013, garis kemiskinan di Konawe Utara adalah sebesar

(9)

Rp. 207.521,00 dan terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2018 menjadi sebesar Rp. 260.281,00.

Peningkatan angka kemiskinan di atas disebabkan oleh faktor-faktor eksternal yang sulit dihindari seperti terjadinya hambatan arus distribusi barang dan jasa dari luar daerah Konut akibat kerusakan beberapa ruas jalan yang terjadi di Kecamatan Bondoala, Morosi dan Meluhu Kabupaten Konawe, terjadinya bencana banjir pada beberapa ruas jalan trans sulawesi dari arah provinsi Sulawesi Tengah, dan lain-lain.

Terkait pendapatan masyarakat disebutkan bahwa pendapatan per kapita masyarakat Konawe Utara pada tahun 2018 mengalami peningkatan sebesar Rp. 53,61 juta, atau mengalami kenaikan dari Rp. 49,60 juta rupiah pada tahun 2017. Angka pendapatan per kapita tersebut diperoleh dari hasil pembagian total produksi barang dan jasa dengan jumlah penduduk (angka ini belum menggambarkan tingkat pemerataan pendapatan).

Disebutkan lebih lanjut bahwa pertumbuhan PDRB per kapita riil hanya mengalami pertumbuhan sebesar 13,04 persen pada kurun waktu tahun 2013 - 2018. Angka ini cenderung lebih lambat bila dibandingkan pertumbuhan PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku yang mampu mengalami pertumbuhan sebesar 32,28 persen dalam kurun waktu tahun yang sama.

Dijelaskan lebih lanjut bahwa pengeluaran rata-rata per kapita penduduk Konawe Utara pada tahun 2018 adalah sebesar Rp 970.529,-. Angka ini mengalami kenaikan sebesar Rp 216.372 jika dibandingkan pengeluaran rata-rata per kapita penduduk Konut pada setiap bulan di tahun 2017 sebesar Rp 754.157,-.

Dilihat dari sisi kelompok pengeluaran, proporsi pengeluaran rata-rata per kapita penduduk Konut dalam sebulan untuk konsumsi makanan pada tahun 2018 adalh sebesar Rp 485.504,-. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar Rp 402.167. Angka ini mengandung makna bahwa pengeluaran per bulan masyarakat Kabupaten Konawe Utara menunjukkan masih didominasi untuk konsumsi makanan. Semakin tinggi pendapatan/kesejahteraan seseorang, maka proporsi pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan makanan akan menurun, namun sebaliknya pengeluaran untuk non makanan proporsinya akan semakin meningkat.

2. 3. Masih Rendanya Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud pada bagian uraian ini adalah pertumbuhan Produk Domestik Regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. Dalam

(10)

kaitan ini disebutkan bahwa pada tahun 2018, peforma ekonomi daerah Kabupaten Konawe Utara mengalami pertumbuhan sebesar 6,38 persen, atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi yang berlangsung pada tahun 2017, yakni sebesar 6,00 persen. Dibandingkan tahun 2013 sebelumnya, angka pertumbuhan ekonomi Konawe Utara di tahun 2017 dan 2018 tersebut relatif mengalami gejala perlambatan, meskipun secara kuantitatif tetap mengalami pertumbuhan pada setiap tahun.

Dilihat dari distribusi lapangan usaha disebutkan bahwa sektor pertanian, kehutanan, perikanan yang merupakan sektor dengan kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Konawe Utara, yakni sebesar 41,24 persen. Angka ini sekaligus menggambarkan besarnya potensi unggulan daerah, meskipun dengan angka pertumbuhan yang mengalami penurunan dimana angka pertumbuhan pada tahun 2018 hanya sebesar 6,57 persen, sedangkan tahun 2017 sebelumnya berada pada angka pertumbuhan 7,03 persen.

Pada tahun 2018, sektor informasi dan komunikasi merupakan lapangan usaha dengan tingkat pertumbuhan yang tertinggi dibandingkan lapangan usaha lain, yakni mencapai angka 7,84 persen. Sektor pertambangan dan Penggalian merupakan lapangan usaha dengan tingkat pertumbuhan tertinggi kedua, yakni sebesar 7,10 persen. Tingginya angka pertumbuhan pada lapangan usaha ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah pusat yang membuka kembali peluang ekspor komoditi biji Nikel (Ore). Sebagaimana diketahui, biji nikel tergolong sebagai komoditas utama daerah Konawe Utara.

Selanjutnya, angka pertumbuhan tertinggi ketiga dijumpai pada lapangan usaha perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, yakni sebesar 6,88 persen. Sedangkan angka pertumbuhan ekonomi pada 14 (empat belas) jenis lapangan usaha lainnya, termasuk lapangan usaha bidang pertanian dan perikanan, hanya menunjukkan pertumbuhan sekitar 0,76 - 6,73 persen.

(11)

2. 4. Rendahnya Daya Saing Sumberdaya Manusia

Diskursus daya saing sumber daya manusia (SDM) dalam sub uraian ini berkaitan dengan sejauh mana kualitas masyarakat di Konawe Utara dapat berperan pada berbagai sektor penting dalam tatanan perekonomian daerah. Yang menjadi indikator pokok dalam mengukur daya saing SDM dimaksud adalah faktor kualitas SDM itu sendiri. Untuk mengukur kualitas SDM di daerah ini, indikator yang digunakan diantaranya adalah rasio SDM lokal dibandingkan denan SDM daerah lain, setidaknya dalam tingkat regional provinsi Sulawesi Tenggara.

Selain itu, masih dominannya produk primer yang menjadi andalan ekspor menunjukkan bahwa kemandirian lokal SDM masih menjadi kendala utama pembangunan karena belum mampu memberi nilai tambah terhadap pengelolaan sumber daya alam yang dihasilkan. Selain itu, kualitas SDM di daerah ini juga dapat diukur dari proporsi sektor primer dan sekunder yang menopang kegiatan eksport. Terlepas dari indikator ini disebutkan bahwa kualitas SDM sebuah daerah, termasuk di Konut tentunya, akan membawa implikasi logis pada akses dan mutu pendidikan, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta tingkat pemerataan pendapatan per kapita masyarakat.

Di Konawe Utara, akses dan mutu pendidikan dipandang masih relatif rendah, khususnya dilihat dari angka melek huruf yang masih berada pada angka 96,72 persen pada tahun 2018 serta angka rata-rata lama sekolah yang masih berada pada range usia 8,82 tahun. Untuk itu, dalam rangka memperbaiki daya saing SDM di Konawe Utara mada masa mendatang, perhatian khusus dari pemerintah daerah perlu diberikan pada sektor pendidikan, terutama pada aspek kualitas maupun ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pendidikan.

Akses dan mutu pelayanan kesehatan di daerah ini juga masih dipandang masih rendah yang antara lain terlihat pada aspek kualitas pelayanan kesehatan. Meski demikian, angka harapan hidup di Konawe Utara cenderung mengalami kenaikan secara perlahan dimana pada tahun 2017 berada pada kelompok umur 68,69 tahun dan meningkat 0,02 tahun menjadi usia 68,71 tahun pada tahun 2018.

Di Konawe Utara juga masih terdapat angka Kematian sebanyak 6 jiwa pada tahun 2018, mengalami peningkatan dari sebelumnya 5 jiwa pada tahun 2017. Selain itu, juga masih terdapat keluhan kesehatan pada 431 orang di berbagai tempat dalam wilayah Konawe Utara pada tahun 2018.

(12)

Dari dilihat aspek ketenagakerjaan disebutkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Konawe Utara pada tahun 2018 adalah 62.403 jiwa dengan jumlah penduduk usia kerja sebanyak 41.320 jiwa (66,21 persen). Dari jumlah penduduk usia kerja tersebut, sebanyak 75,28 % tergolong sebagai angkatan Kerja. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, sebanyak 3,59 % masih tergolong pengangguran. Terkait hal ini disebutkan bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten Konawe Utara mengalami penurunan 0,64 persen dari tahun 2017 sebesar 4,23 persen, dan tahun 2016 sebesar 5,96 persen.

Dilihat dari aspek latar belakang pendidikan dikemukakan bahwa sebanyak 42,99 persen dari penduduk yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, sebanyak 35,38 persen diantaranya masih merupakan pekerja yang berlatar belakang pendidikan SD ke bawah. Beberapa spot lapangan kerja yang ada di daerah ini cenderung masih banyak diisi oleh para pekerja (SDM) dari luar daerah Konawe Utara. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor kualitas SDM lokal yang masih rendah.

2. 5. Belum Terpenuhinya Pelayanan Infrastruktur Dasar

Insfrastruktur dasar merupakan salah satu fundamen penting dalam diskursus pembangunan daerah, pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara umum. Infrastruktur dasar dalam hal ini adalah kompleks sarana dan prasarana fisik pendukung berbagai kegiatan ekonomi dan pelayanan sosial dasar, termasuk pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, perdagangan, pertanian/perkebunan, perikanan dan kelautan dan lain-lain. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur dasar yang berkualitas dengan dukungan kapasitas yang memadai dan merata, merupakan faktor kunci dalam mendorong konektivitas antar wilayah, antar sektor primer berbasis pertanian (dalam arti luas) dengan sektor industri pendukung, antar pemerintah daerah dan masyarakat lokal, antara permintaan dan kebutuhan, dan sebagainya. Dengan kata lain, kualitas dan kapasitas infrastruktur yang memadai akan memperlancar konektivitas, menurunkan biaya transportasi dan biaya logistik, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.

(13)

Di Konawe Utara, kondisi infrastruktur dasar yang ada dipandang belum cukup tersedia secara memadai, khususnya berkaitan dengan sarana dan sarana jalan, jembatan, pelabuhan, air bersih, irigasi, pendidikan, kesehatan, perikanan dan kelautan, perdagangan dan industri, penyelenggaraan pemerintahan, kelistrikan dan telekomunikasi dan lain-lain). Sebagai contoh, sarana dan prasarana jalan kabupaten di daerah dapat dikatakan masih minim dimana tingkat kemantapan jalan kabupaten baru mencapai 78,17 persen pada tahun 2018. Dilihat dari aspek transportasi, rasio panjang jalan terhadap luas wilayah di Kabupaten Konawe Utara relatif masih kecil dan masih jauh berada di bawah rasio rata-rata jalan provinsi dan jalan nasional. Selain itu, akses jalan di wilayah pedalaman se-Konawe Utara umumnya belum berada pada kondisi mantap, bahkan banyak diantaranya yang terputus (akibat alur sungai) dan mengalami rusak parah sehingga sulit untuk dilalui.

Sarana trasportasi umum juga cenderung belum mengalami perkembangan yang optimal, baik dilihat dari jumlah armada angkutan darat, maupun dilihat dari aspek pemanfaatan terminal angkutan darat. Dalam kaitan ini disebutkan bahwa jumlah angkutan darat yang ada di Kabupaten konawe utara hanya berjumlah 398 unit dengan komposisi : angkutan barang 325 unit, angkutan material 21 unit, dan angkutan penumpang 52 unit. Hal ini menjadi salah satu penyebab terbatasnya akses masyarakat ke pusat-pusat kegiatan produksi, distribusi dan pemasaran barang dan jasa.

2. 6. Belum Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan Daerah dan Desa yang

Baik (

Good Governance

)

2.6.1. Masih Rendahnya Kualitas Birokrasi dan Manajemen Pemerintahan Daerah

Dinamika pemerintahan daerah di Konawe Utara antara lain ditandai oleh masih adanya beberapa permasalahan internal di lingkungan birokrasi, utamanya terkait dengan kemampuan SDM dan prilaku pegawai daerah (baik ASN, P3K maupun tenaga honorer. Terkait kemampuan SDM disebutkan bahwa pengalaman kerja dan kemampuan teknis sebagian pegawai daerah di lingkungan Pemda Konut dipandang masih minim, utamanya pada lingkup pekerjaan yang membutuhkan keahlian, pengalaman dan keterampilan teknis (technical skill), seperti jenis pekerjaan yang berhubungan dengan

administrasi perkantoran, teknologi informasi (IT), pengadaan

barang dan jasa pemerintah, pengelolaan keuangan, perencanaan program, survey dan

investigasi desaing pekerjaan fisik

, dan lain-lain. Gambaran mengenai permasalahan ini

(14)

dapat dijumpai pada beberapa pekerjaan rutin dan pekerjaan swakelola (instansi sendiri) yang sering mengalami keterlambatan karena kurangnya tenaga terampil dan berpengalaman di lingkungan Pemda Konut.

Menyangkut prilaku birokrasi dikemukakan bahwa eksisten para pegawai daerah di lingkungan Pemda Konut umumnya tidak dapat dilepaskan dari kedudukannya sebagai makhluk sosial dan merupakan bagian integral sistem sosial budaya masyarakat di sekitarnya. Dengan kata lain, pegawai daerah di lingkungan Pemda Konut pun merupakan bagian integral dari sistem sosial budaya masyarakat setempat yang, antara lain, dikenal cukup terbuka, cukup responsif dan adaptif terhadap perubahan, memiliki

milliu

(lingkungan) sosial ganda (yakni umumnya beralamat ganda di Konut, di Kota Kendari dan di Konawe), pola interaksi sosial yang masih cenderung primordialistik, memiliki ikatan kekerabatan dan soliditas kelompok primer (

primary group

) yang tinggi, dan lain-lain. Kondisi sosial budaya ini cukup mempengaruhi dinamika kepegawaian daerah di lingkungan Pemda Konut, termasuk dalam urusan atau proses pengambilan keputusan (

decision making

) terkait rekruitmen, promosi, mutasi dan penempatan pegawai serta dalam penerapan

aturan main

kepegawaian.

Pada beberapa proses promosi dan penempatan pegawai di tingkat OPD, keputusan pimpinan OPD belum sepenuhnya menggunakan dasar pertimbangan kelayakan kinerja (

merit system

), pengalaman kerja dan kualitas SDM. Sebagian dari dasar pertimbangan dalam proses promosi dan penempatan pegawai dimaksud masih terkadang menggunakan pertimbangan kesamaan identitas primordial dan ikatan kekerabatan. Demikian pula, dalam proses penerapan aturan main kepegawaian, termasuk dalam penerapan disiplin dan sanksi kepegawaian, pengaruh pertimbangan kekerabatan (ikatan kekeluargaan) dan pertimbangan subyektif lainnya, dirasakan masih cukup kuat.

Masalah prilaku birokrasi lain yang cukup mempengaruhi dinamika kepegawaian daerah di lingkungan Pemda Konut adalah alamat tempat tinggal ganda. Banyak pegawah daerah di Konut yang memiliki alamat tempat tinggal di luar Konut, utamanya di daerah Konawe dan Kota Kendari. Hal ini menyebabkan para pegawai dari yang beralamat luar Konut tersebut hanya datang ke Konut untuk masuk Kantor dengan cara menyewa rumah kost atau menginap di rumah-rumah keluarga/kolega, bahkan ada yang menginap di penginapan. Kondisi ini memunculkan masalah kinerja dan volume/beban kerja, berupa kurangnya curahan waktu dan volume kerja yang dimiliki, serta membiasnya perhatian beberapa pegawai tersebut dari tanggungjawab pekerjaan yang seharusnya didahulukan.

(15)

2.6.2. Masih Rendahnya Kualitas Manajemen Pemerintahan Desa

Masih rendahnya kualitas manajemen pemerintahan desa di Konawe Utara setidaknya dijumpai pada aspek-aspek aspek kelembagaan (organisasi), aspek kualitas SDM, serta aspek prilaku kepala desa dan aparatnya.

Pada aspek kelembagaan

, masih rendahnya kualitas manajemen Pemerintah Desa di Konut antara lain ditemukan pada sisi kompleksitas kebijakan Pemerintah (pusat) dan Pemerintah Daerah yang, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang menimbulkan gejala keragu-raguan/kegalauan di kalangan kepala desa dan aparat pemerintah desa. Sebagai contoh, para kepala desa dan perangkatnya sangat sulit menafsirkan dan mengimplementasikan secara utuh berbagai kebijakan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di bidang pengelolaan keuangan desa.

Kondisi di atas disebabkan oleh latar belakang pendidikan dan keterampilan kepala desa dan perangkat desa yang umumnya masih minim. Terkait hal ini disebutkan bahwa perangkat desa di Konawe Utara,

yakni Sekdes, Kepala Urusan (Kaur), Kepala Seksi

(Kasi) dan Kepala Dusun (Kadus)

, umumnya hanya berlatar belakang pendidikan SMA dan sebagian bahkan hanya tamatan SMP. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap pemahaman para perangkat desa tersebut yang relatim minim terhadap tata kelola pemerintahan desa, utamanya menyangkut sistem administrasi desa, pengelolaan keuangan desa, serta kemampuan berorganisasi dan komunikasi massa. Hal ini secara simultan juga memberi pengaruh pada tata kelola Dana Desa, sehingga pengelolaan bantuan dari Pemerintah Pusat tersebut terkesan dan cenderung sangat didominasi oleh Kepala Desa.

Masih pada aspek kelembagaan, masih rendahnya kualitas manajemen Pemerintahan Desa di Konawe Utara juga umumnya terlihat pada beberapa kondisi berikut ini :

a. Masih lemahnya kapasitas kelembagaan Badan Perwakilan Desa (BPD). Dalam hal ini disebutkan bahwa kebanyakan anggota BPD di Konawe Utara tidak dapat berperan secara wajar dalam proses penyusunan Peraturan Desa tentang RPJMDes, APBDes serta penyusunan RKPDes (

rencana kerja pembangunan desa)

yang menjadi dasar dalam perencanaan dana desa setiap tahun. Dalam konteks pengawasan, anggota BPD di Konawe Utara pada umumnya juga belum menunjukkan peranan yang signifikan dalam mengawasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa, termasuk misalnya dalam mengawasi pengelolaan dana desa, asset desa serta Badan Usaha Milik Desa (

BUMDes

).

(16)

b. Masih kurangnya peranan LPMD (lembaga pemberdayaan masyarakat desa). Masalah ini antara lain terlihat pada dinamika kegiatan perencanaan dana desa dimana keberadaan LPMD umumnya masih sebagai organisasi ‘papan nama’ dan karenanya belum bisa mendorong berjalannya fungsi

check and balance

pada proses perencanaan. Kebanyak LPMD bahkan masih bersifat lips-service dan belum dapat ‘berdiri setara’ dengan kepala desa, aparat pemerintah desa dan BPD. Akibatnya, keberadaan LPMD di Konawe Utara hanya dipandang “sebelah mata” oleh kepala desa dan aparat pemerintah desa. Hal ini selanjutnya berdampak pada kinerja pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan desa, termasuk dalam proses perencanaan dana, yang relatif masih sangat rendah.

Selanjutnya,

pada aspek prilaku kepala desa dan aparat pemerintah desa

, masalah manajemen pemerintahan desa di Konawe Utara antara lain dijumpai pada terjadinya hambatan komunikasi dan informasi. Dalam dinamika pengelolaan keuangan desa, termasuk didalamnya pengelolaan Alokasi Dana desa (ADD) dan Dana Desa (dari APBN), umumnya masih dijumpai adanya masalah komunikasi (verbal) antara Kepala Desa, perangkat desa, anggota BPD dan warga masyarakat desa setempat yang cenderung tersumbat/ terhambat akibat adanya beberapa faktor, diantaranya adalah : (1) sikap sebagian kepala desa yang seolah-olah ingin menutup diri atau terkesan ingin ‘

berjalan sendiri

’ dan cenderung

enggan

melibatkan pihak lain dalam mengelola dana desa, (2) model interaksi sosial kepala desa dengan perangkat desa, anggota BPD dan LPMD serta warga masyarakat pada umumnya lebih cenderung mengandalkan hubungan kekerabatan/ kekeluargaan, sehingga banyak materi komunikasi yang seharusnya bersifat formal berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, cenderung dimentahkan atau dipandang tidak penting, serta (3) sering para kepala desa di Konawe Utara terlihat berada di luar daerah (terutama di Andoolo dan Kota Kendari) dan karenanya kadang tidak berada di tempat (di desanya masing-masing) pada moment-moment dimana masyarakat membutuhkan kehadiran mereka.

2. 7. Menggejalanya Patologi Sosial dan Perbuatan Menyimpang

Perubahan sosial yang begitu deras mengikuti arus globalisasi, telah membawa berbagai dampak negatif maupun positif bagi tata kehidupan manusia di berbagai belahan dunia. Salah satu bentuk dampak negatif yang ditimbulkan oleh perubahan sosial akibat globalisasi adalah hadirnya pola kehidupan materialistik (profan), individualistik dan hedonistik di tengah masyarakat dunia yang semakin homogen,

(17)

sofisticated dan transparan. Pola kehidupan ini secara perlahan mulai meninggalkan nilai-nilai agama dan norma-norma budaya sehingga prilaku dan interaksi sosial sebagian warga masyarakat semakin fragmatis dan tidak lagi mengacu pada kearifan lokal dan sistem hukum yang berlaku. Akibatnya, diberbagai belahan dunia saat ini, terjadi berbagai gejala patologi sosial (penyakit sosial) dan perbuatan menyimpang yang merusak tata kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Kondisi di atas juga relatif mulai menggejalan dalam tata kehidupan masyarakat Konut. Banyak warga setempat yang tidak lagi menghiraukan nilai-nilai agama dan norma-norma adat istiadat sehingga berbuat sesuka hati tanpa memikirkan dampak perbutannya terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya. Patologi sosial dan perbuatan menyimpang tersebut antara lain dijumpai pada kebiasaan mengkonsumsi minuman keras, narkotika dan obat-obatan terlarang, pergaulan bebas dan perzinahan, terjadinya perkawinan tidak normal dan kehamilan di luar nikah, perkelahian antar kelompok, dan lain sebagainya. Kondisi atau perbuatan menyimpang demikian secara kasat mata tidak terlihat, namun secara tertutup dikabarkan banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat desa di Konawe Utara.

(18)

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS

3.1. Isu-Isu Berskala Global/Internasional

3.1.1. Krisis Ekonomi Global Akibat Pandemi Corona Virus Tahun 2019 (Covid19)

Pandemi Corona Virus yang mewabah sejak akhir 2019 hingga saat dokumen ini ditulis, telah membawa dampak besar terhadap perekonomian dunia. Hampir seluruh negara terjangkit wabah itu dan harus menanggung dampak sistemiknya terhadap kondisi perekonomian masing-masing. Secara umum, sebagaimana diproyeksikan oleh Dana Moneter Internasional (IMF), perekonomian global bakal mengalami kontraksi yang lebih dalam dari prediksi yang sebelumnya telah dilakukan pada April 2020 lalu. Sebelumnya, IMF menyatakan perekonomian dunia akan mengalami krisis keuangan terburuk sejak Depresi Besar tahun 1930-an, perekonomian dunia diproyeksi bakal mengalami kontraksi hingga 3 persen pada 2020.

CNBC lebih lanjut menyebutkan bahwa terlepas dari kondisi perekonomian dunia yang telah dibuka di beberapa negara, IMF memproyeksi realisasi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun bakal lebih buruk dari proyeksi yang sebelumnya dilakukan oleh IMF. Perekonomian Global Belum Akan Pulih Sepenuhnya Tahun Depan "Untuk pertama kalinya sejak Depresi Besar, baik negara berkembang maupun negara maju akan mengalami resesi pada tahun 2020.

Sejalan dengan hal di atas, dalam Outlook Perekonomian Dunia pada bulan Juni 2020 disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi nampaknya akan jauh lebih buruk jika dibandingkan dengan prediksi yang sebelumnya sudah dilakukan. Selain itu, krisis ekonomi yang terjadi saat ini disebut dengan istilah the Great Lockdown sebab krisis ekonomi seperti saat ini sebelumnya tidak pernah terjadi di dunia. Penyebabnya adalah bahwa kali ini, krisis terjadi dan dipicu oleh pandemi Covid-19 yang awalnya merupakan kondisi darurat kesehatan, tetapi akan segera berubah menjadi krisis ekonomi dengan langkah-langkah pembatasan sosial dan perjalanan yang dilakukan untuk meredam penyebaran.

(19)

IMF lebih jauh menilai bahwa meskipun banyak negara di dunia mulai mencabut kebijakan

lockdown

, termasuk di Indonesia tentunya, namun proses yang dibutuhkan untuk memulihkan perekonomian setempat akan memakan waktu lama. Banyak negara pun masih terus bergulat dengan peningkatan jumlah kasus Covid-19. IMF menyebut terdapat 100 Negara Sudah Ajukan Permintaan Dana Talangan. Saat ini terdapat lebih dari 8 juta infeksi yang terjadi di seluruh dunia. Amerika Serikat, Brasil, Rusia, India, dan Inggris saat ini adalah lima negara dengan jumlah kasus terbanyak.

Sebelum itu, dalam laporan terbaru OECD (organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi) diproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi global tahun ini terkontraksi alias minus 6 hingga 7,6 persen. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut jauh lebih rendah dibandingkan proyeksi Bank Dunia yang minus 5,2 persen. Berdasarkan laporan OECD Economic Outlook edisi Juni 2020, ada dua skenario ekonomi akibat ketidakpastian global tahun ini. Untuk skenario pertama, ekonomi global mencapai minus 7,6 persen akibat gelombang wabah virus corona kedua yang memukul ekonomi global menjelang akhir tahun ini. Tingkat pengangguran global naik drastis menjadi 10 persen dan pertumbuhan perdagangan global terkontraksi 11,4 persen. Untuk skenario kedua, perekonomian global minus 6 persen karena gelombang kedua Covid-19 bisa dihindari banyak negara. Tingkat pengangguran naik menjadi 9,2 persen dan perdagangan global minus 9,5 persen.

3.1.2. Isu Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (

Sustainable

Development Goals

/SDGs)

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/TPB (

Sustainable Development Goals/SDGs

) dalam konteks uraian ini merupakan seperangkat target pembangunan internasional yang dirancang untuk masa depan negara-negara anggota PBB di berbagai belahan dunia. Rancangan tersebut digagas oleh United Nations Developmenet Programs (lembaga dunia yang bernaung di bawah PBB) untuk menseleraskan arah perubahan sosial dan globalisasi di seluruh dunia.

Artikulasi SDGs dalam konteks rencana pembangunan daerah dikonsepsikan sebagai proses adopsi norma-norma pembangunan global dalam konteks penyelesaian masalah-masalah lokal, khususnya terkait dengan upaya penanggulangan kemiskinan dan peningkatatan kesejahteraan masyarakat. Konsep SDGs antara lain berisi 17 (tujuh belas) tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yaitu :

(20)

b. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi, dan mencanangkan pertanian berkelanjutan;

c. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan penduduk di segala usia;

d. Menjamin kualitas pendidikan yang adil dan inklusif serta meningkatkan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua;

e. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan;

f. Memastikan ketersediaan dan pengelolaan yang berkelanjutan dari air dan sanitasi untuk semua;

g. Memastikan seluruh penduduk mendapat akses untuk energi yang terjangkau, dapat diandalkan, dan berkelanjutan;

h. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, lapangan kerja yang penuh dan produktif, dan pekerjaan yang layak untuk semua secara berkelanjutan;

i. Membangun infrastruktur tangguh, mempromosikan industrialisasi inklusif berkelanjutan, dan inovasi asuh;

j. Mengurangi ketimpangan di dalam dan antar negara-negara;

k. Membuat pemukiman kota dan pemukiman manusia yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan;

l. Pastikan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan;

m. Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya; n. Pelestarian dan pemanfaatan samudera, laut dan sumber daya kelautan

berkelanjutan dalam rangka pembangunan berkelanjutan;

o. Melindungi, memulihkan dan mempromosikan pemanfaatan ekosistem darat, lestari mengelola hutan, memerangi penggusuran, dan menghentikan dan membalikkan degradasi lahan dan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati;

p. Meningkatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua, dan membangun institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua tingkatan; serta

q. Memperkuat sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

(21)

Secara skematik, logical framework dari pencapaian tujuan di atas berikut

kuantum target dan indikator dari masing-masing item tujuan dimaksud, disajikan pada gambar berikut ini.

3.1.3. Gelombang Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0 merupakan terminologi konseptual yang dirumuskan untuk menggambarkan sofistikasi kemajuan teknologi dunia (utamanya dibidang teknologi informasi dan komunikasi digital) pada abad 20, yang kemudian dikonseptualisasikan sebagai sebuah cerminan fase setelah era

Industri 2.0

dan era

Industri 3.0

di abad 19. Karakteristik umum dari revolusi industri 4.0 antara lain digambarkan sebagai berikut.

Pertama, terjadi kemajuan yang sangat pesat pada penggunaan teknologi internet. Sebagai contoh, semua komputer saat ini cenderung terkoneksi dalam jaringan bersama. Selain itu, ukuran komputer juga semakin mengecil hingga dikenal adanya fasilitas

smartphone

. Setiap kita selalu tersambung pada jaringan online raksasa. Kondisi ini merupakan bagian pertama dari revolusi industri keempat, yakni : Internet of Things’. Hadirnya ponsel pintar (smartphones) saat ini, senantiasa membuat kita selalu terhubung dengan dunia luar, dan ini merupakan instrumen terpenting dari revolusi industri 4.0.

Kedua, kemajuan teknologi saat ini telah menciptakan 1001 sensor baru, dan

1001 cara untuk memanfaatkan informasi yang didapat dari sensor-sensor tersebut yang

(22)

merekam segalanya selama 24 jam sehari. Misalnya, saat ini perusahaan bisa melacak gerakan semua dan setiap pegawainya selama berada di dalam pabrik. Dari gerakan tersebut, bisa terlihat, pegawai-pegawai yang menghabiskan waktu terlalu banyak di satu bagian, sehingga bagian tersebut perlu diperbaiki. Masih ada 1001 informasi lainnya yang bisa didapat dari 1001 data yang berbeda, sehingga masih ada 1001-1001 cara meningkatkan produktivitas pabrik yang semula tak terpikirkan. Karena begitu banyaknya ragam maupun jumlah data baru ini, aspek ini sering disebut

Big Data

.

Ketiga, terkait dengan kondisi yang pertama dan kedua di atas adalah apa yang

dikenal dengan istilah

Cloud Computing

dimana perhitungan-perhitungan rumit sudah terhubung dengan internet. Oleh sebab banyak data yang bisa dikirim melalui internet, maka semua perhitungan rumit tersebut bisa dilakukan di tempat lain, bukannya di tempat kerja atau pabrik. Jadi, sebuah perusahaan yang punya 5 pabrik di 5 negara berbeda, tinggal membeli sebuah superkomputer untuk mengolah data yang diperlukan secara bersamaan untuk kelima pabriknya. Tidak perlu lagi membeli 5 superkomputer untuk melakukannya secara terpisah.

Keempat

, revolusi industri 4.0 juga ditandai dengan munculnya

Machine

learning

, yaitu mesin yang memiliki kemampuan untuk belajar, yang seolah memiliki kesadaran bahwa dirinya melakukan kesalahan sehingga melakukan koreksi yang tepat untuk memperbaiki hasil berikutnya.

3.1.4. Pemanasan Global, Perubahan Iklim dan Kerusakan Ekosistem Bumi

Pemanasan global (

global warming

) berikut perubahan iklim (

climate change

) yang menyertainya merupakan fakta lingkungan yang sulit dihindari dan karenanya telah dan sedang memberi berbagai rupa dampak terhadap berbagai segi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya di berbagai belahan bumi. Frekuensi dan intensitas kejadian iklim (yang cenderung ekstrim) semakin hari semakin terasa dan bahkan terus meningkat akhir-akhir ini. Pada banyak wilayah di permukaan bumi sudah mengalami pergeseran awal musim serta perubahan tinggi permukaan air laut serta keragaman hujan.

Secara global, kenaikan suhu yang terjadi telah menyebabkan es dan gletser di wilayah kutub utara dan selatan mencair dan terjadinya pemuaian massa air laut sehingga telah menyebabkan meningkatnya masalah kejadian robs di berbagai wilayah. Indonesia sebagai salah satu negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim telah mengindentifikasi beberapa dampak perubahan iklim pada berbagai sektor.

(23)

Sebagai contoh, pada sektor pertanian, terjadinya perubahan musim dan peningkatan kejadian iklim eksterim telah berimplikasi pada perubahan pola tanam dan meningkatnya kegagalan panen.

Kenaikan suhu yang menyebabkan terjadinyaFakta perubahan iklim di berbagai belahan dunia dewasa ini telah menjadi bagian dari isu global yang diperbincangkan oleh lembaga-lembaga tingkat dunia. Sebagai contoh, lembaga

Intergovernmental Panel

on Climate Change

(IPCC) dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi pada tahun 1992 di Rio de Janeiro Brasil yang diikuti oleh 179 negara misalnya, telah mendiskusikan terjadinya fakta-fakta perubahan iklim global yang didefinisikan sebagai perubahan unsur-unsur iklim dalam jangka 50-100 tahun yang antara lain dipengaruhi oleh aktivitas manusia seperti konsumsi energi, industri, transportasi dan perubahan tata guna lahan yang menghasilkan emisi gas rumah kaca (CO2, CH4, CFC, N2O). Kajian IPCC tahun 2001 melaporkan bahwa sektor-sektor berikut ini sangat peka terhadap perubahan iklim global, yakni : (1) tata air dan sumber daya air; (2) pertanian dan ketahanan pangan; (3) ekosistem darat dan air tawar; (4) wilayah pesisir dan lautan; (5) kesehatan manusia; dan (6) pemukiman, energi, industri dan pelayanan keuangan.

Pemanasan global yang muncul akibat perubahan iklim juga telah menimbulkan kerusakan ekosistem pada skala yang semakin hari semakin meluas. Pada konteks keanekaragaman hayati misalnya, dalam sebuah laporan PBB1 (perserikatan bangsa-bangsa) setebal 1.800 halaman yang disusun selama tiga tahun dengan merujuk pada 15.000 referensi antara lain disebutkan bahwa satu juta spesies hewan dan tanaman di darat, laut, dan udara terancam punah akibat tindakan manusia. Populasi manusia terus bertambah sejak 1970, ekonomi global tumbuh empat kali lipat sementara volume perdagangan internasional naik 10 kali lipat. Antara (tahun) 1980-2000, 100 juta hektare hutan tropis hilang, sebagian besar diubah menjadi areal peternakan di Amerika Selatan dan untuk lahan sawit di Asia Tenggara. Yang lebih tragis adalah lahan basah. Dibandingkan tahun 1700, jumlahnya hanya tersisa 13 % pada (tahun) 2000. Kota berkembang dengan cepat, yang membuat luas wilayah urban meningkat dua kali lipat sejak 1992. Semua kegiatan manusia ini membunuh spesies dalam skala yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kajian global menunjukkan, rata-rata 25 % binatang dan tananam sekarang terancam.

1 Laporan ini dikutip dari situs https://news.okezone.com/read/2019/05/09/18/2053366/pbb-satu-juta-spesies-hewan-dan-tanaman-terancam-punah-karena-ulah-manusia, diakses pada tanggal 14 Juli 2020

(24)

Masih terkait dengan dengan bio-diversitiy (keanekaragaman hayati) pula, dalam sebuah laporan WWF (

World Wildlife Fund

)2 berjudul ‘

Living Planet Report 2014

disebutkan bahwa Selama kurun waktu 40 tahun yaitu antara 1970 dan 2010, populasi mamalia, burung, reptil, amfibi, dan ikan di seluruh dunia turun 52 persen. Hilangnya keanekaragaman hayati ini terjadi secara tidak proporsional di negara-negara berpenghasilan rendah dan berkorelasi dengan meningkatnya penggunaan sumber daya alam di negara-negara berpenghasilan tinggi. Sementara negara-negara berpenghasilan tinggi menunjukkan peningkatan 10 persen dalam keanekaragaman hayati, tetapi pada saat yang sama ada penurunan populasi spesies secara dramatis di seluruh dunia. Di negara berpenghasilan menengah menunjukkan 18 persen penurunan populasi spesies, dan negara-negara berpenghasilan rendah menunjukkan 58 persen penurunan. Amerika Latin menunjukkan penurunan terbesar dalam keanekaragaman hayati, yaitu sebesar 83 persen penurunan populasi spesies. Selain penurunan tajam dari populasi satwa liar, laporan tersebut juga menunjukkan tanda-tanda tanda peringatan lainnya tentang kondisi bumi secara keseluruhan. Jumlah karbon di atmosfer kita telah meningkat ke level yang tidak terlihat dalam kurun lebih dari satu juta tahun, memicu perubahan iklim yang pada ekosistem. Tingginya konsentrasi dari nitrogen reaktif menurunkan kualitas tanah, sungai dan lautan. Tekanan pada pasokan, membuat air bersih semakin langka. Dan lebih dari 60 persen “layanan” penting yang disediakan oleh alam, mulai dari hutan sampai laut, juga menurun.

Selanjutnya, gambaran tentang kerusakan ekosistem bumi secara umum dapat disimak dari laporan

Economics of Land Degradation Initiative

(ELDI), sebagaimana dirilis pada situs internet berjudul : ‘

Bumi tengah menderita! 5 Fakta kerusakan

lingkungan ini bikin ngeri

’3. Laporan dalam situs internet tersebut disebutkan bahwa program

The Value of Land

baru saja merilis laporan terbarunya tentang kerusakan lingkungan yang dialami Bumi saat ini. Laporan itu dihasilkan dari jerih payah sekitar 30 organisasi lingkungan yang melakukan penelitian di berbagai penjuru bumi selama 4 tahun terakhir, sebagai berkut :

2 Artikel yang memuat laporan ini dikutip dari situs https://www.mongabay.co.id/2014/09/30/laporan-wwf-setengah-keanekaragaman-hayati-dunia-hilang/, diakses pada tanggal 16 Juli 2020

3Artikel ini ditulis oleh Bramy Biantoro dan diupload pada tanggal 16 Juli 2020 dalam situs

(25)

https://www.merdeka.com/teknologi/bumi-tengah-menderita-5-fakta-kerusakan-lingkungan-1. Kerusakan lingkungan yang terjadi akibat ulah manusia sejak tahun 2000 bertanggung jawab atas hilangnya 75 persen nilai ekonomis alam yang sejatinya bisa dimanfaatkan oleh manusia.

2. Nilai ekonomis alam yang hilang itu diperkirakan bisa mencapai Rp 1 triliun per satu kilometer persegi. Tanpa disadari kerusakan lingkungan juga merugikan setiap orang di Bumi, dengan nominal hingga Rp 20 juta per orang.

3. Kerusakan lingkungan membuat pemerintah harus menyuntikkan investasi lebih di dunia pertanian sampai Rp 400 triliun per tahun lebih hanya agar lahan-lahan pertanian bisa tetap menghasilkan bahan pangan untuk seluruh manusia di Bumi. Itu terjadi akibat rusaknya 52 persen lahan pertanian di berbagai negara.

4. Luas lahan di Bumi yang dilanda kekeringan parah meningkat hingga dua kali lipat dari tahun 1970an hingga tahun 2000an, atau hanya dalam kurun waktu 40 tahun terakhir.

5. Satu per tiga dari kawasan di Bumi kini rentan terhadap kerusakan lingkungan. Lebih parah, satu per tiga kawasan Afrika kini terancam berubah menjadi gurun tandus.

3.2. Isu-Isu Berskala Nasional

3.2.1. Ancaman Resesi Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid19

Dalam sebuah artikel yang dirilis oleh Kompas.com bertajuk "

Perekonomian

Indonesia Pasca-Pandemi Covid-19

” disebutkan bahwa perekonomian Indonesia berdasarkan pertumbuhan year-on-year, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan 1 2020 terbesar pada sektor informasi dan komunikasi sebesar 0,53 persen. Hal ini wajar mengingat dengan adanya anjuran untuk tidak keluar rumah maka banyak orang mengakses pekerjaan, hiburan dan pendidikan melalui teknologi informasi. Seiring hal tersebut, volume penjualan listrik PLN ke rumah tangga meningkat.

Berdasarkan rilis dari Badan Pusat Statistik tahun 2020, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada Triwulan I-2020 juga turun drastis hanya sejumlah 2,61 juta kunjungan, berkurang 34,9 persen bila dibanding tahun lalu. Hal ini sejalan dengan adanya larangan penerbangan antar negara yang mulai diberlakukan pada pertengahan Februari lalu. Jumlah penumpang angkutan rel dan udara juga tumbuh negative seiring dengan diberlakukannya PSBB. Lalu kapan wabah Covid-19 ini berakhir dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian Indoensia? Berdasarkan

(26)

analisa data yang dikeluarkan oleh The Singapore University of Technology and Design dengan menggunakan metode estimasi pandemi, Susceptible Infected Recovered (SIR) dengan DDE (Data Driven Estimation), maka diperkirakan puncak pandemi di Indonesia telah terjadi pada bulan 19 April 2020 yang lalu dan secara berangsur akan berakhir secara total pada akhir Juli 2020. Data ini dikeluarkan per 5 Mei 2020 yang diambil berdasarkan data dari berbagai negara untuk memprediksi berakhirnya pandemi di dunia. Berdasarkan data tersebut, diperkirakan akhir Mei 2020 kebijakan PSBB dapat segera berakhir. Dengan demikian, awal Juni seluruh aktifitas dapat berjalan dengan normal.

Bila prediksi yang ditujukan untuk pendidikan dan penelitian di atas benar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai titik terendah pada kuartal kedua. Idul Fitri yang biasanya mempunyai pengaruh cukup besar untuk menggerakkan perekonomian, akan menjadi sebaliknya karena PSBB. Sisi baiknya, bila bulan Juni aktifitas sudah berjalan maka perusahaan dan pengusaha masih mempunyai waktu untuk langsung operasional. Peluang untuk bangkit Kekosongan aktifitas selama hampir 3 bulan sejak pertengahan Maret masih memberikan peluang bagi perusahaan untuk langsung bangkit. Keuangan perusahaan diperkirakan masih bisa bertahan sampai tiga bulan. Beda halnya bila aktifitas normal mulai diadakan pada bulan Agustus atau bahkan Desember. Perusahaan perlu waktu mencari lagi pegawai baru untuk memulai operasi.

Banyak perusahaan juga akan tidak kuat bertahan selama lebih dari tiga bulan. Dari sisi makro ekonomi, dengan adanya stimulus fiskal yang disertai dengan realokasi anggaran untuk kesehatan, perlindungan sosial dan pemulihan ekonomi nasional dari sektor keuangan, diharapkan akan dapat meningkatkan perekonomian secara perlahan di kuartal ketiga. Dengan menggunakan model Input-Output (IO), Tim Riset Ekonomi PT Sarana Multi Infrastruktur memperkirakan bahwa stimulus fiskal oleh pemerintah sebesar Rp 405,1 triliun akan tercipta output dalam perekonomian sebesar Rp 649,3 triliun. Sementara itu, nilai tambah dan pendapatan pekerja akan meningkat masing-masing sebesar Rp 355 triliun dan Rp 146,9 triliun.

Stimulus fiskal Dengan penciptaan output, nilai tambah, dan pendapatan dalam perekonomian, stimulus fiskal yang digelontorkan akan menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 15 juta orang atau 11,84 persen dari total tenaga kerja. Stimulus fiskal ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 sebesar 3,24 persen. Baca juga: Ekonom: Bila Lockdown Diterapkan, Perekonomian akan Mati Stimulus fiskal juga telah diikuti dengan stimulus moneter yang diberikan oleh Bank Indonesia dengan menurunkan tingkat bunga acuan dan pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM). Penurunan tingkat bunga acuan ini diharapkan

(27)

akan diikuti dengan penurunan tingkat bunga pasar sehingga dapat mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi. Pandemi Covid-19 ini juga telah memberikan nuansa baru pada rantai pasokan dunia (global supply chain). Sumber pasokan dunia yang tadinya dikuasai kurang lebih 20 persen oleh negara China, telah bergeser ke beberapa negara lain karena adanya pandemi ini. Tentu saja untuk dapat merebut kue pada global supply chain, Indonesia harus berbenah diri agar lebih menarik investor. Penurunan tarif pajak penghasilan perusahaan yang telah dikeluarkan dalam Perppu I/2020 perlu diikuti oleh pembenahan dari sisi kepastian hukum investasi, reformasi birokrasi dan iklim ketenagakerjaan yang sehat. Segala daya upaya perlu dikerahkan secara bersinergi agar Indonesia dapat bangkit dari dampak pandemi Covid-19 ini.

3.2.2. Kebijakan Pembangunan Nasional

3.2.2.1. Visi Pembangunan Nasional

Visi pembangunan naional jangka panjang telah dirancang untuk kurun waktu tahun 2005 – 2025 bertajuk : “

Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur

”. Visi jangka panjang ini kemudian dielabrorasi ke dalam visi pembangunan lima tahunan yang dituangkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Secara skematik, rumusan visi pembangunan jangka panjang dan jangka menengah nasional tersebut disajikan pada gambar berikut ini.

Tema Pembangunan 2020-2024 adalah “Indonesia Berpenghasilan

Menengah-Tinggi Yang Sejahtera, Adil dan Berkesinambungan”. Adapun 7

agenda pembangunan RPJMN IV tahun 2020-2014 adalah sebagai berikut : 1. Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas 2. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan

(28)

4. Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan

5. Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar

6. Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim

7. Memperkuat stabilitas Polhukhankam dan transformasi pelayanan publik 3.2.2.2. Capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) merupakan agenda global yang berupaya di internalisasikan ke dalam agenda pembangunan nasional di negara-negara anggota perserikatan bangsa-bangsa (PBB). Di Indonesia, agenda pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tersebut telah diratifikasi (disahkan) berdasarkan peraturan perundang-undangan beriut ini.

§ Peraturan Presiden RI Nomor 59 tahun 2017 tentang Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan;

§ Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah;

§ Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pembuatan dan Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan Rencanan Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

Dalam peraturan perundang-undangan di atas, terdapat 17 tujuan dan 169 target spesifik serta sebanyak 241 indikator yang wajib diintegrasikan ke dalam dokumen perencanaan pembangunan nasional (yang tentunya juga harus dijabarkan dalam agenda perencanaan pembangunan daerah).

3.2.2.3. Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Standar Pelayanan Minimal atau disingkat dengan SPM merupakan ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib

(29)

yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara minimal. Pelayanan dasar dimaksud adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara. Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal yang ditindaklanjuti dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2018 tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal yang mengatur tahapan yang harus dilakukan pemerintah daerah dalam rangka mencapai target layanan yang ditetapkan 100 persen.

3.2.2.4. Tuntutan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Reformasi birokrasi bukan sekedar kebutuhan, tetapi reformasi birokrasi sudah menjadi tuntutan dari segenap elemen masyarakat yang mengharapkan agar birokrasi dan aparatur dapat berkualitas lebih baik lagi. Pelayananan publik dari pemerintah menjadi hal yang sangat diperhatikan saat ini. Masyarakat sangat mengharapkan kontribusi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui pelaksanaan kebijakan-kebijakannya secara efektif, efisien, profesional dan berintegritas sehingga dapat memberikan pelayanan publik yang berkualitas.

Dalam rangka mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat luas, seluruh instansi pemerintah wajib melakukan berbagai program pengelolaan pemerintahan. Perkembangan pengelolaan pemerintah ini dilakukan agar mendorong upaya pemerintah dalam menciptakan birokrasi yang baik menuju kondisi good governance dalam pengelolaan pemerintah. Salah satu upaya pemerintah dalam mencapai good governance adalah program reformasi birokrasi yang meliputi 8 (delapan) area perubahan, yaitu:

(30)

1. Organisasi (Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran)

2. Tata laksana (Sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur, dan sesuai dengan prinsip - prinsip good governance)

3. Sumber daya manusia aparatur (SDM aparatur berintegrasi, netral, kompeten, capable, profesional, berkinerja tinggi, dan sejahtera)

4. Peraturan perundang-undangan (Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih, dan kondusif)

5. Pengawasan (Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah yang bersih dan bebas KKN)

6. Akuntabilitas (Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi) 7. Pelayanan publik (Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat) 8. Budaya kerja aparatur (Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi)

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur. Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Selain itu dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut birokrasi pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan masyarakat.

3.2.2.5. Perubahan Regulasi/Kebijakan Nasional Di Bidang Keuangan dan Kepegawaian Daerah

Pada kurun waktu tahun 2016 hingga saat ini, Pemerintah memberlakukan beberapa kebijakan baru yang terkait langsung dengan dan karenanya sangat berpengaruh pada kebijakan keuangan dan kepegawaian di daerah, termasuk di Konawe Utara tentunya. Kebijakan tersebut antara lain terkait pemotongan anggaran Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Pemerintah Pusat. Kebijakan ini tentu saja sangat berpengaruh dalam pencapaian pembangunan daerah, utamanya pada sektor pembangunan infrastruktur yang bersandar pada sumber dana DAU dan DAK.

Pada bidang kepegawaian, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah sebagai aturan pelaksanaan dari

(31)

Undang-Undang Nomor 23/2014 tentang Pemerintrah Daerah. Sebagai akibat pemberlakuan Peraturan Pemerintah tersebut, pemerintah daerah di seluruh Indonesia terpaksa kembali pemetaan kelembagaan dan menetapkan struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) yang baru, dan diikuti dengan pengisian jabatan. Sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan pemerintah daerah, termasuk di Konawe Utara, harus dilebur agar terjadi efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini menjadi salah satu penyebab lambannya roda pemerintahan dan pelayanan publik di awal periode pemerintah daerah karena dalam perjalanannya membutuhkan waktu penyesuaian tugas dan fungsi dalam organisasi tersebut.

Menyusul terbitnya PP tersebut, Kementerian PAN-RB menerbitkan Surat Edaran No. B/3116/M.PANRB/09/2016 yang mengatur proses pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) di lingkungan Pemerintah Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan ASN dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3.2.2.6. Perubahan Regulasi/Kebijakan Nasional pada Kondisi Darurat Covid19

Pada kondisi darurat nasional Covid-19, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang atau Perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) telah dikeluarkan oleh pemerintah pada tanggal 31

Maret 2020. Perppu tersebut antara lain mengatur 4 (empat) kebijakan pokok bidang

perpajakan, yakni : (1) penyesuaian tarif pajak penghasilan (PPh) wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT), (2) perlakuan perpajakan dalam kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE), (3) perpanjangan waktu pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan, serta (4) pemberian kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk memberikan fasilitas kepabeanan berupa pembebasan atau keringanan bea masuk untuk penanganan kondisi darurat serta pemulihan dan penguatan ekonomi nasional.

Perppu Nomor 1/2020 di atas kemudian tetapkan menjadi Undang-Undang dengan terbitnya UU Nomor 2 Tahun 2020 pada tanggal 16 Mei 2020 dan mulai berlaku

sejak tanggal diundangkan, yakni pada tanggal 18 Mei 2020. Pada bagian umum dalam

Referensi

Dokumen terkait

Pada sisi reheater katup pengaman diset lebih rendah dari pada sisi masuknya dengan tujuan yang sama% yaitu men$egah pipa reheater o6erheat Banyaknya katup pengaman dengan ukuran

Adapun judul skripsi ini adalah “Evaluasi Pelaksanaan Program Beras untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan” yang merupakan

TSK Aspek Toleransi adalah tes yang bertujuan mengukur tingkat kedewasaan anda dalam  bertoleransi (menerima dan membantu) orang lain yang sedang mengalami

Pembuatan membran polimer elektrolit – magnetik diperlukan larutan awal sebagai matriks pembentukan Larutan yang digunakan adalah larutan polimer elektrolit dengan

menganalisa faktor-faktor tambahan apa saja yang merupakan persyaratan, yang mempengaruhi pemilihan pemenang yang ditunjuk oleh ULP dan persentase perbandingan antara

Atas izin-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan tesis yang disusun sebagai salah satu syarat untuk penyelesaian studi pada IAIN Antasari Banjarmasin Program

KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, dengan tujuan untuk menguji dan menganalisis perbedaan kinerja keuangan dalam hal ini underwriting ratio, solvency

Kasus Selakarang di Indonesia pada kuda masih ada khususnya di Maros Sulawesi Selatan, dengan tersebarnya populasi kuda di seluruh Provinsi Sulawesi,