• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi media audio visual sejarah lokal untuk penguatan karakter pada siswa kelas X SMA N 6 Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi media audio visual sejarah lokal untuk penguatan karakter pada siswa kelas X SMA N 6 Yogyakarta"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. IMPLEMENTASI MEDIA AUDIO VISUAL SEJARAH LOKAL UNTUK PENGUATAN KARAKTER PADA SISWA KELAS X SMA N 6 YOGYAKARTA. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: Niken Estu Pinaringsih NIM: 141314043. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIPSI. IMPLEMENTASI MEDIA AUDIO VISUAL SEJARAH LOKAL UNTUK PENGUATAN KARAKTER PADA SISWA KELAS X SMA N 6 YOGYAKARTA. Oleh: Niken Estu Pinaringsih 141314043. Telah disetujui oleh: Pembimbing I. Dra. Theresia Sumini, M.Pd.. Tanggal 9 Juli 2018. Pembimbing II. Hendra Kurniawan, M.Pd.. Tanggal 9 Juli 2018. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIPSI. IMPLEMENTASI MEDIA AUDIO VISUAL SEJARAH LOKAL UNTUK PENGUATAN KARAKTER PADA SISWA KELAS X SMA N 6 YOGYAKARTA. Dipersiapkan dan ditulis oleh: Niken Estu Pinaringsih NIM: 141314043. Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 23 Juli 2018 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat. Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Ketua. : Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si.. Sekretaris. : Dra. Theresia Sumini, M.Pd.. Anggota. : Dra. Theresia Sumini, M.Pd.. Anggota. : Hendra Kurniawan, M.Pd.. Anggota. : Drs. A. Kardiyat Wiharyanto, M.M.. Tanda Tangan. Yogyakarta, 23 Juli 2018 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan,. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si.. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Dengan segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini ku persembahkan kepada kedua orang tuaku yang selalu mendoakan dan mendukungku.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. Do it now, sometimes “later” can be “never”. (Niken). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama. : Niken Estu Pinaringsih. Nim. : 141314043. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul: “IMPLEMENTASI MEDIA AUDIO VISUAL SEJARAH LOKAL UNTUK PENGUATAN KARAKTER PADA SISWA KELAS X SMA N 6 YOGYAKARTA” Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK IMPLEMENTASI MEDIA AUDIO VISUAL SEJARAH LOKAL UNTUK PENGUATAN KARAKTER PADA SISWA KELAS X SMA N 6 YOGYAKARTA. Niken Estu Pinaringsih 141314043. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) persiapan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) hasil belajar sejarah siswa dengan menggunakan media audio visual sejarah lokal bagi penguatan karakter, dan (4) karakter yang paling berkembang dari hasil belajar siswa dengan menggunakan media audio visual sejarah lokal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, kuesioner, serta dokumen dan dokumentasi. Responden dalam kuesioner adalah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 6 Yogyakarta dengan jumlah 24 siswa. Informan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 6 Yogyakarta dengan jumlah 7 siswa yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman yang terdiri atas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) persiapan pembelajaran dilakukan guru dengan baik melalui penyusunan RPP dan instrumen penilaian, (2) pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan baik berdasarkan pada RPP, (3) hasil belajar siswa pada aspek kognitif menunjukkan bahwa 83% siswa mencapai KKM dengan rerata 75, sedangkan pada aspek afektif yaitu nasionalisme rerata skor siswa mencapai 43.75, patriotisme rerata skor siswa 48.46, dan kejujuran rerata skor siswa mencapai 41.92, (4) berdasarkan hasil belajar tersebut karakter yang paling berkembang adalah patriotisme.. Kata kunci: Pembelajaran Sejarah, Media Audio Visual, Sejarah Lokal, dan Pendidikan Karakter. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT IMPLEMENTATION OF LOCAL HISTORICAL VISUAL AUDIO MEDIA FOR CHARACTER STRENGTHENING IN STUDENT CLASS X SMA N 6 YOGYAKARTA. Niken Estu Pinaringsih 141314043 This study aims to describe: (1) learning preparation, (2) learning execution, (3) student’s result of learning history by using local historical audio visual media for strengthening character, and (4) most developed character from student learning result by using local historical audio visual media. This research uses qualitative method with case study. Data collection is done through observation, interview, questionnaire, as well as document and documentation. Respondents in the questionnaire were students of class X IPS 1 SMA Negeri 6 Yogyakarta with a total of 24 students. Informants in this study were students of class X IPS 1 SMA Negeri 6 Yogyakarta with a total of 7 students selected using purposive sampling technique and snowball sampling. Data analysis techniques used is Miles and Huberman model consisting of data collection, data reduction, data presentation, and conclusion. The results of this study indicate that: (1) the preparation of learning is done well by the teacher through preparing the RPP and assessment instruments, (2) the implementation of learning is done well based on the RPP that has been prepared, (3) student learning outcomes on the cognitive aspect shows that 83% students reach KKM with average 75, meanwhile on the affective aspect is, student’s average of nationalism is 43.75, on patriotism aspect, student’s average is 48.46, and the honesty aspect, student’s average is 41.92, (4) based on the learning result, the most developed character is patriotism.. Keywords: History Learning, Audio Visual Media, Local History, and Character Education. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Penulis mengucapkan syukur atas karunia dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Media Audio Visual Sejarah Lokal untuk Penguatan Karakter pada Siswa Kelas X SMA N 6 Yogyakarta”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Drs. A.K. Wiharyanto, M.M. selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis. 6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan ilmu dan didikan kepada penulis. 7. Pihak secretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang selalu memberikan pelayanan administrasi kepada penulis.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. Kepala Sekolah, guru sejarah kelas X, siswa kelas X IPS 1, serta Tata Usaha SMA N 6 Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam mendapatkan data untuk penyusunan skripsi. 9. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan, mendukung dalam studiku. 10. Teman-teman angkatan 2014 Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang selalu mendukung dan member semangat. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. ii. HALAMAN PENGESAHAN. iii. HALAMAN PERSEMBAHAN. iv. HALAMAN MOTTO. v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. vi. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. vii. ABSTRAK. viii. ASTRACT. ix. KATA PENGANTAR. x. DAFTAR ISI. xii. DAFTAR TABEL. xiv. DAFTAR GAMBAR. xv. DAFTAR LAMPIRAN. xvi. BAB I PENDAHULUAN. 1. A. Latar Belakang. 1. B. Rumusan Masalah. 5. C. Tujuan Penelitian. 6. D. Manfaat Penelitian. 6. BAB II KAJIAN PUSTAKA. 8. A. Kajian Teori. 8. 1. Media Pembelajaran. 8. 2. Media Audio Visual. 15. 3. Pendidikan Karakter. 17. 4. Konstruktivisme. 23. 5. Pembelajaran Sejarah. 25 xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. Sejarah Lokal. 27. B. Penelitian yang Relevan. 28. C. Kerangka Berpikir. 29. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 31. A. Tempat dan Waktu Penelitian. 31. B. Pendekatan Penelitian. 31. C. Sumber Data. 33. D. Metode Pengumpulan Data. 34. E. Instrumen Pengumpulan Data. 36. F. Teknik Pengambilan Sampel. 38. G. Validitas Data. 39. H. Teknik Analisis Data. 42. I. Sistematika Penulisan. 46. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 47. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. 47. B. Deskripsi Hasil Penelitian. 50. C. Pembahasan. 69. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 81. A. Kesimpulan. 81. B. Saran. 83. DAFTAR PUSTAKA. 84. LAMPIRAN. 87. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 1. Dimensi Pendidikan Karakter. 18. Tabel 2. Nilai-nilai Karakter. 19. Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian. 31. Tabel 4. Teknik Pemeriksaan Data Kualitatif Moleong. 40. Tabel 5. Interval Skor Kuesioner. 45. Tabel 6. Hasil Belajar Aspek Kognitif. 58. Tabel 7. Persentase Ketuntasan Siswa. 58. Tabel 8. Hasil Belajar Afektif Aspek Nasionalisme. 61. Tabel 9. Persentase Hasil Belajar Afektif Aspek Nasionalisme. 62. Tabel 10. Hasil Belajar Afektif Aspek Patriotisme. 64. Tabel 11.Persentase Hasil Belajar Afektif Aspek Patriotisme. 65. Tabel 12. Hasil Belajar Afektif Aspek Kejujuran. 66. Tabel 13. Persentase Hasil Belajar Afektif Aspek Kejujuran. 67. Tabel 14. Perbandingan Hasil Belajar Afektif. 68. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar I. Kerucut Pengalaman Dale. 14. Gambar II. Kerangka Berpikir. 30. Gambar III. Komponen Analisis Data: Model Miles & Huberman. 44. Gambar IV. Diagram Ketuntasan Siswa. 59. Gambar V. Diagram Hasil Belajar Afektif Aspek Nasionalisme. 62. Gambar VI. Diagram Hasil Belajar Afektif Aspek Patriotisme. 65. Gambar VII. Diagram Hasil Belajar Afektif Aspek Kejujuran. 67. Gambar VIII. Diagram Perbandingan Hasil Belajar Afektif. 69. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Silabus Sejarah. 88. Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 99. Lampiran 3. Kisi-kisi Wawancara Siswa. 104. Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara Siswa. 105. Lampiran 5. Daftar Narasumber. 106. Lampiran 6. Catatan Lapangan 1. 107. Lampiran 7. Catatan Lapangan 2. 112. Lampiran 8. Catatan Lapangan 3. 115. Lampiran 9. Catatan Lapangan 4. 118. Lampiran 10. Catatan Lapangan 5. 121. Lampiran 11. Catatan Lapangan 6. 124. Lampiran 12. Catatan Lapangan 7. 127. Lampiran 13. Catatan Lapangan 8. 130. Lampiran 14. Kisi-kisi Kuesioner. 133. Lampiran 15. Lembar Kuesioner. 136. Lampiran 16. Daftar Skor Kuesioner. 140. Lampiran 17. Kisi-kisi soal Kognitif. 145. Lampiran 18. Kunci Jawaban Kognitif. 148. Lampiran 19. Lembar Soal Kognitif. 149. Lampiran 20. Daftar Nilai Kognitif. 153. Lampiran 21. Surat Izin Penelitian. 155. Lampiran 22. Foto Dokumentasi. 156. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia adalah pendidikan. Pendidikan itu sendiri merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pelatihan. 1 Melalui pendidikanlah manusia dapat belajar mengenai berbagai hal dalam kehidupan ini. Pendidikan tidak hanya terbatas mengenai proses transfer ilmu pengetahuan saja, melainkan juga berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan bagi manusia. Menurut Calo Nanni dalam Doni Koesoema, pendidikan merupakan “sebuah pengembangan kemampuan fundamental pribadi untuk menghayati kehidupannya di dunia ini secara bebas dan bertanggung jawab, dalam kebersamaan dengan orang lain, seiring perjalanan waktu dan usia, dalam persimpangan relasi interpersonal dan dalam kehidupan sosial yang tertata dan terorganisasi secara historis.” 2 Oleh karena itu, manusia yang telah mengalami proses pendidikan akan menjadi manusia yang seutuhnya. Demikian pentingnya pendidikan juga dirasakan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal tersebut tersirat dalam salah satu tujuan nasional Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menjadi salah satu cara untuk mewujudkan tujuan tersebut. Untuk itu, pemerintah juga telah. 1. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V berbasis Aplikasi Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: Grasindo, 2010, hlm. 63. 2. 1.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. menetapkan Undang-Undang Pendidikan yang di dalamnya memuat segala peraturan dan ketentuan tentang pendidikan yaitu Undang-Undang nomor 20 tahun 2003. Mengacu pada Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal dilaksanakan melalui lembaga. pendidikan. dengan. sarana. dan. prasarana. yang. menunjang. keberlangsungan kegiatan pendidikan serta tenaga kependidikan dan pendidik yang profesional. Lembaga pendidikan tersebut adalah sekolah. Di sekolah, proses pendidikan berlangsung melalui kegiatan pembelajaran di kelas maupun kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan pada dasarnya adalah proses pembentukan karakter, dalam lingkup yang lebih kecil, pembelajaran sejarah adalah upaya pembentukan karakter melalui upaya pemahaman dan peneguhan kembali nilai-nilai unggul perjalanan sebuah bangsa. 3 Mengingat derasnya arus globalisasi dan modernisasi pada saat ini, pendidikan karakter menjadi sesuatu yang krusial. Kebudayaan dari luar Negara dapat dengan mudahnya masuk kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Apabila tidak ditanggapi secara bijak justru dapat melunturkan kebudayaan lokal Indonesia yang berdampak pada lunturnya karakter kebangsaan pula. Untuk itulah melalui pembelajaran sejarah di sekolah, siswa akan diajak untuk mengingat kembali perjalanan bangsa Indonesia dan memahami maknanya serta nilai-nilai karakter seperti nasionalisme, patriotisme, dan kejujuran yang 3. Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan dan Strategi Pembelajaran,. Yogyakarta: Aswaja, 2014, hlm. 29..

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. terkandung didalamnya. Mempelajari sejarah berarti membangkitkan kembali memori masa lalu yang akan mempengaruhi bagaimana kita memandang dunia pada masa kini dan masa yang akan datang. 4 Untuk itulah pembelajaran sejarah di Indonesia telah diatur sedemikian rupa di dalam suatu kurikulum yang menjadi acuan proses pelaksanaan pembelajaran sejarah. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.5 Pada kurikulum yang terbaru yaitu kurikulum 2013, mata pelajaran sejarah mendapat perhatian lebih dengan ditambahnya jam pelajaran. Bahkan pada kurikulum baru tersebut mata pelajaran sejarah dikategorikan menjadi lebih spesifik yaitu mata pelajaran Sejarah Indonesia dan mata pelajaran Sejarah Peminatan. Mata pelajaran Sejarah Indonesia tergolong dalam kelompok wajib, artinya mata pelajaran tersebut wajib bagi seluruh siswa SMA. Dengan demikian lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk mempelajari sejarah. Selain itu, kurikulum 2013 juga mendukung pelaksanaan pembelajaran yang memperhatikan aspek pendidikan karakter bagi peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan hakikat pembelajaran sejarah yang mana merupakan upaya pembentukan karakter bagi peserta didik. Kesempatan ini yang sangat baik ini amat sayang apabila tidak dimanfaatkan secara efektif. Guru dapat menggunakan. 4. Ibid, hlm. 29.. 5. UU nomor 20 tahun 2003, BAB I, Pasal 1, ayat 19, http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-. content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf, (diakses pada Jumat, 09 Februari 2018, pukul 12:15:07 PM).

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. kesempatan ini untuk memaksimalkan pengajaran sejarah dan juga penguatan karakter peserta didik melalui metode-metode mengajar yang tidak biasa ataupun menggunakan media pembelajaran yang menarik seperti media audio visual. Pada masa sekarang yang serba digital ini, media pembelajaran berbasis digital seperti audio visual sangat dibutuhkan oleh guru maupun siswa. Selain berguna agar pembelajaran terkesan menarik dan tidak membosankan, media tersebut juga dapat mengembangkan imajinasi siswa sehingga pembelajaran dapat mudah diserap oleh siswa. Dalam pembelajaran sejarah sendiri banyak sekali topik yang dapat dikembangkan menjadi media audio visual, salah satunya yaitu mengenai sejarah lokal. Di Indonesia sendiri memiliki banyak sekali kisah sejarah lokal, salah satunya mengenai sejarah kerajaan di berbagai daerah di Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia pernah mengalami masa kerajaan sebelum berdirinya pemerintahan yang demokratis seperti saat ini. Kerajaan-kerajaan itupun sangat beragam berdasarkan agama yang dianut, diantaranya terdapat kerajaan dengan corak agama Hindu, Buda, maupun Islam. Di Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri sebagai kota perjuangan pernah mengalami masa kerajaan Islam, yaitu Mataram Islam. Hal ini berkaitan secara langsung dengan materi pembelajaran SMA Kelas X. Tentunya ini merupakan hal positif bagi peserta didik yang tinggal dan bersekolah di Yogyakarta karena dapat dengan mudah menyaksikan langsung peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan Mataram Islam yang masih ada hingga sekarang..

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Oleh karena itu peneliti ingin menggali lebih dalam mengenai sejauh mana penggunaan media audio visual sejarah lokal dapat menguatkan karakter peserta didik, terutama di sekolah yang berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. SMA di Yogyakarta yang peneliti pilih sebagai lokasi penelitian yaitu SMA Negeri 6 Yogyakarta. Sesuai dengan penelitian ini, SMA Negeri 6 Yogyakarta merupakan sekolah yang menjunjung tinggi karakter peserta didik yang tidak hanya difokuskan pada kecerdasan intelektual. Hal tersebut nampak dalam Visi SMA Negeri 6 Yogyakarta yaitu terwujudnya insan religius, cerdas, unggul, dan berwawasan lingkungan. Oleh sebab itulah peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “Implementasi Media Audio Visual Sejarah Lokal untuk Penguatan Karakter pada Siswa Kelas X IPS 1 SMA Negeri 6 Yogyakarta”.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana persiapan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual sejarah lokal? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual sejarah lokal? 3. Bagaimana hasil belajar sejarah siswa dengan menggunakan media audio sejarah lokal bagi penguatan karakter? 4. Apa karakter yang paling berkembang dari hasil belajar siswa dengan menggunakan media audio visual sejarah lokal?.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan tentang: 1. Persiapan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual sejarah lokal. 2. Pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual sejarah lokal. 3. Hasil belajar sejarah siswa dengan menggunakan media audio visual sejarah lokal bagi penguatan karakter. 4. Karakter yang paling berkembang dari hasil belajar siswa dengan menggunakan media audio visual sejarah lokal.. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi sekolah untuk pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran sejarah di sekolah. 2. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam menerapkan pembelajaran sejarah di sekolah khususnya bagi penguatan karakter siswa. 3. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat positif bagi Universitas Sanata Dharma dalam hal kajian pengembangan ilmu pengetahuan.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. khususnya mengenai penguatan karakter siswa dan penggunaan media audio visual sejarah lokal. 4. Bagi Penulis Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam mengelola pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah yang bermakna..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Kata “media” adalah bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dari bahasa Latin “medius”, yang berarti tengah. 6 Kata tengah itu sendiri berarti berada di antara dua sisi, maka disebut juga sebagai perantara (wasilah) atau yang mengantarai kedua sisi tersebut.7 Dalam bahasa Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang”. 8 AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. 9 Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa media merupakan suatu perantara antara dua pihak atau lebih untuk menyalurkan informasi. Apapun itu yang berperan dalam perantara penyaluran informasi merupakan sebuah media. Penggunan media ini tidak terbatas, artinya siapapun dapat menggunakan media, termasuk lembaga pendidikan. Dalam lembaga pendidikan, media mempunyai istilah tersendiri, yaitu media pendidikan atau media pembelajaran. Sesuatu dapat dikatakan sebagai media pendidikan/pembelajaran apabila mereka. 6. John D. Latuheru, Media Pembelajaran: Dalam Proses Belajar-Mengajar Masa Kini, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, hlm. 9. 7 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pedekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada Perss, 2010, hlm. 6. 8 John D. Latuheru, op. cit., hlm 9. 9 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hlm. 3.. 8.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. (media tersebut) digunakan untuk menyalurkan/menyampaikan pesan dengan tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran. 10 Selain itu, secara lebih spesifik S. Hamidjojo mengatakan bahwa media pembelajaran adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran (biasanya sudah dituangkan dalam Garis-garis Besar Perencanaan Pengajaran (GBPP)), yang dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar-mengajar.11 Pernyataan tersebut didukung oleh pandangan Gagne’ dan Briggs dalam Azhar Aryad yang secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat. yang secara fisik digunakan untuk. menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.12 Berdasarkan pembelajaran. penjelasan. merupakan. diatas. alat-alat. dapat. yang. disimpulkan. digunakan. bahwa. untuk. media. mendukung. berlansungnya kegiatan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Alat-alat tersebut dapat berupa apa saja selama kegunaannya untuk kegiatan pembelajaran agar pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif dan pesan-pesannya dapat diserap oleh siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.. 10. John D. Latuheru, op. cit., hlm 13.. 11. Ibid., hlm 14.. 12. Azhar Arsyad, op. cit., hlm. 4..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. b. Ciri-ciri Media Pembelajaran Gerlach & Ely dalam Azhar Arsyad mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya. 13 Ciri tersebut antara lain ciri fiksatif, ciri manipulatif, dan ciri distributive. 1) Ciri Fiksatif (Fixative Property) Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Dalam hal ini memungkinkan media untuk mentransportasikan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu tanpa mengenal waktu. 2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property) Ciri ini menggambarkan bahwa suatu kejadian atau objek dapat di transformasi dengan mempercepat atau memperlambat pada saat penayangan kembali hasil rekaman videonya. 3) Ciri Distributif (Distributive Property) Ciri ini memungkinkan suatu media untuk menyajikan suatu objek atau kejadian secara bersamaan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Berdasarkan uraian mengenai ciri media pembelajaran di atas, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran dapat mengefisienkan suatu pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan ciri media pembelajaran itu sendiri yang pada dasarnya. 13. Ibid., hlm. 15..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. memang dimaksudkan untuk menjadikan pembelajaran lebih efisian. Misalnya saja dapat dilihat dari kemampuan media pembelajaran untuk merekam dan menyimpan suatu objek dalam bentuk lain seperti video, film sehingga kapan saja dan dimana saja dapat dilihat kembali. Selain itu juga cirinya yang manipulatif atau dapat mempercepat maupun memperlambat suatu kejadian atau objek akan memudahkan pembelajaran yang dilakukan didalam kelas. Yang tidak kalah penting yaitu media pembelajaran tersebut dapat digunakan diberbagai tempat secara bersamaan dan dapat direproduksi beberapa kali. c. Fungsi Media Pembelajaran Menurut Yudhi Munadi, terdapat lima fungsi media pembelajaran berdasarkan media itu sendiri dan berdasarkan penggunaan media. Pertama, analisis fungsi yang didasarkan pada media terdapat tiga fungsi media pembelajaran, yakni (1) media pembelajaran sebagai sumber belajar; (2) fungsi semantic, dan (3) fungsi manipulative. Kedua, analisis fungsi yang didasarkan pada penggunaannya (anak didik) terdapat dua fungsi, yakni (4) fungsi psikologis dan (5) fungsi sosio-kultural.14 d. Prinsip-prinsip Pemilihan Media Pembelajaran Didalam memilih media pembelajaran, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip pemilihannya. Hal ini dilakukan agar media yang dipilih nantinya dapat sesuai dengan standar kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh guru yang bersangkutan. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. Bates dalam Benny A. Pribadi. 14. Yudhi Munadi, op. cit., hlm. 36..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. mengemukakan factor-faktor yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih media dan teknologi pembelajaran. Faktor-faktor tersebut dinamakan dengan istilah ACTIONS.15 Actions merupakan sebuah singkatan mengenai seberapa besar akses siswa terhadap pemanfaatan media sebagai bahan pembelajaran, seberapa besar biaya yang diperlukan untuk pengadaan dan pengembangan media tersebut, apa saja fitur dan atribut yang dapat dimanfaatkan dari media, seperti apa bentuk tingkat interaktivitas pembelajaran yang dapat diberikan media tersebut, perubahan organisasional seperti apa yang diperlukan dalam mengimplementasikan media pembelajaran tersebut, seberapa baru isi atau materi yang termuat dalam media tersebut sebagai sumber belajar, serta seberapa kecepatan media yang digunakan tersebut dapat membantu siswa memahami isi atau materi pembelajaran. 16 e. Klasifikasi Media Pembelajaran Menurut Wlliams dalam Benny A. Pribadi, klasifikasi dan ragam media sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan dalam aktivitas pembelajaran, sebagai berikut:17 1) Media yang tidak diproyeksikan atau non-projected media, seperti foto, diagram, bahan pameran atau display, dan model; 2) Media yang diproyeksikan atau projected media misalnya, LCD; 3) Media audio seperti kaset, compact disc (CD) audio yang berisi rekaman kuliah, ceramah narasumber, dan rekaman music; 4) Media gambar gerak atau media video, seperti VCD, DVDs, dan blue rays disc; 5) Pembelajaran berbasis computer; dan 15. Benny A. Pribadi, Media & Teknologi dalam Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2017, hlm. 27.. 16. Ibid., hlm. 27.. 17. Ibid., hlm. 17-18..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. 6) Multimedia dan jaringan computer. Secara lebih mendalam, Edgar Dale mengklasifikasikan media untuk pembelajaran berdasarkan tingkat keabstrakan dalam sebuah kerucut yang kemudian dikenal denan istilah Dale’s Cone of Experience. Tingkatan keabstrakan dalam kerucut Dale tersebut disusun berdasarkan pengalaman indrawi. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di linkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstak). 18 Kerucut ini menggambarkan bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki cara belajar yang berkualitas apabila ia telah mampu memaknai simbol-simbol abstrak, karena cara belajar demikian itu memiliki pengertian atau wawasan yang tertinggi (high insight).19. 18. Azhar Arsyad, op. cit., hlm. 13.. 19. Yudhi Munadi, op. cit., hlm. 19-20..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. Berikut merupakan gambar kerucut pengalaman menurut Edgar Dale: 20. Gambar I : Kerucut Pengalaman Dale Berdasarkan kerucut di atas, berikut merupakan penjelasannya: 21 1) Direct Purposeful Experiences (Pengalaman langsung dan bertujuan), yaitu pengalaman yang diperoleh dengan jalan hubungan langsung dengan bendabenda, kejadian, dan pembelajar bekerja sendiri, mengalami sendiri, memecahkan masalah sendiri. Semua yang dilakukan berdasarkan pada tujuan yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya.. 20. https://www.google.com/search?q=kerucut+pengalaman+edgar+dale&client=firefoxb&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjcxbLkoMjcAhXKOo8KHc9ECvwQ_AUICig B&biw=1366&bih=654#imgrc=G5ddt3mZbLVSDM:diakses pada 30 Juli 2018, pukul 12:36 WIB. 21 Hujair Sanaky, Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif, Bantul: Kaukaba Dipantara, 2013, hlm. 48-50..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. 2) Countrived Experiences (Pengalaman tiruan yang diatur), yaitu pengalaman yang diperoleh melalui benda-benda atau kejadian tiruan dari yang sebenarnya atau penciptaan kembali benda-benda tersebut. 3) Dramatized Experiences (Pengalaman dramatisasi), yaitu penyajian dalam bentuk drama, dari berbagai gerakan sampai kepermainan yang lengkap dengan pakaian dan dekorasi. 4) Demonstration (Demonstrasi), yaitu percontohan atau pertunjukkan cara membuat atau cara melayani sesuatu proses. 5) Study Trips (Karyawisata), yaitu membawa pembelajar ke objek luar dengan maksud memperkaya dan memperluas pengalaman pembelajar. 6) Exhibits (Pameran), tujuannya, untuk mempertunjukkan hasil pekerjaan pembelajar, perkembangan dan kemajuan sekolah kepada warga sekolah dan masyarakat pada umumnya. 7) Educational Televisi (Televisi), yaitu suatu media untuk menyampaikan pesan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anak dan masyarakat. Program televise pendidikan dinilai selain menarik minat yang lebih besar dan juga memberikan informasi yang autentik. 8) Motion Pictures (Gambar hidup), yaitu rangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar dengan kecepatan tertentu. Rangkaian gambar dan suara yang menampilkan cerita dan gambar yang mudah dipahami. 9) Radio, yaitu dengan siaran radio dapat disampaikan pengajaran secara efektif, dan akan menambah pengalaman, pengetahuan, dan menimbulkan motivasi belajar. 10) Visual Symbols (Lambang visual), yaitu gambar yang secara keseluruhan dari sesuatu yang dijelaskan ke dalam suatu bentuk yang dapat divisualisasikan. 11) Verbal Symbols (Lambang kata), dapat dijumpai dalam buku dan bahan-bahan bacaan lainnya, seperti buku, majalah, koran, dan lain-lain.. 2. Media Audio Visual a. Pengertian Media Audio Visual Media audio visual adalah suatu media yang terdiri dari media visual yang disinkronkan dengan media audio, yang sangat memungkinkan terjalinnya komunikasi dua arah antara guru dan anak didik di dalam proses belajarmengajar.22 Media audio visual adalah media yang melibatkan indera. 22. Andre Rinanto, Peranan Media Audiovisual dalam Pendidikan, Yogyakarta: Yayasan Kanisius,. 1982, hlm. 21..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses.23 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media audiovisual adalah penggabungan dua media yaitu audio dan visual menjadi satu kesatuan media yang penggunaannya dapat dinikmati secara bersamaan antara audio dan visual itu sendiri. b. Jenis-jenis Media Audio Visual Terdapat beberapa jenis media audio visual yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Jenis-jenis media audio visual tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Video Menurut Benny A. Pribadi, media video tergolong sebagai media audio visual yang mampu menayangkan unsur pesan dan informasi melalui gambar dan suara yang disampaikan secara simultan. Keunggulan ini membuat media video sangat. banyak. digunakan. sebagai. sarana. untuk. memperoleh. dan. mengkomunikasikan pesan secara lengkap. Dengan keunggulan sebagai media audio visual, media video mampu memperlihatkan, objek, tempat, dan peristiwa dalam format gambar bergerak secara komprehensif. 24 2) Televisi Istilah televisi terdiri dari kata tele berarti jauh dan visi berarti penglihatan. 25 Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. 26 Berdasarkan. 23. Yudhi Munadi, op. cit., hlm. 56.. 24. Benny A. Pribadi, op. cit., hlm. 137. 25. Sri Anitah, Media Pembelajaran, Surakarta:Yuma Pustaka, 2010, hlm. 51.. 26. Azhar Arsyad, op. cit., hlm. 51..

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa televise merupakan suatu sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara dari jarak yang jauh.. 3. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi dalam Dharma Kesuma dkk adalah, “sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga. mereka. dapat. memberikan. kontribusi. yang. positif. kepada. lingkungannya.”27 Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar dalam Dharma Kesuma dkk: “Sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.”28 Hal tersebut didukung pula oleh definisi yang dikemukakan oleh Agus Prasetyo dan Emusti Rivasintha dalam Syamsul Kurniawan yang mendefinisikan pendidikan karakter sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan YME, diri. 27. Dharma Kesuma dkk, Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, hlm. 5. 28. Ibid.,.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.29 b. Dimensi Pendidikan Karakter Terdapat empat dimensi pendidikan karakter yang digunakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai dasar penguatan pendidikan di sekolah. Berikut adalah tabel mengenai keempat dimensi tersebut:30 Tabel 1. Dimensi Pendidikan Karakter Olah pikir. Olah rasa. Olah hati. Olah raga. 29. Cerdas (cerdas kata, angkah, cerdas gambar, musik, mengatur diri, berhubungan dengan orang lain, flora dan fauna, dan eksistensial), kritis (ingin tahu, reflektif, terbuka) kreatif (produktif, inovatif, dan ber-Iptek) Ramah, apresiatif atau menghargai, suka penolong, sederhana, rendah hati, tidak sombong, bijak, pemaaf, mudah kerja sama, gotong royong, peduli, mengutamakan kepentingan umum, beradab, sopan santun, nasionalis Beragama, alim, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, integritas, loyal, tulus, ikhlas, empati, murah hati, berjiwa besar, teguh pendirian Disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, ceria, gigih, bekerja keras, berdaya saing.. Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi & Implementasinya secara Terpadu di. Lngkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, & Masyarakat, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 30. 30. Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar & Implementasi, Jakarta:. Prenadamedia Group, 2014, hlm. 59..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. Berdasarkan tabel di atas, kemudian dikembangkan lagi menjadi nilai-nilai karakter sebagai berikut:31 Tabel 2. Nilai-nilai Karakter Nilai Religius. Jujur. Toleransi. Disiplin Kerja keras. Kreatif Mandiri Demokratis Rasa ingin tahu. Semangat kebangsaan Cinta tanah air. 31. Ibid.. Deskripsi Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan, orang lain yang berbeda dari dirinya. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. Nilai Menghargai prestasi. Deskripsi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, Komuniktif bergaul, dan bekerja dengan orang lain. Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Nilai-nilai tersebut kemudian dikristalisasi oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang tertuang dalam Konsep Dasar Penguatan Pendidikan Karakter. Hasil pengristalisasian tersebut disebut sebagai nilai utama, diantaranya adalah, (1) Religius; (2) Nasionalis; (3) Mandiri; (4) Gotong royong; (5) Integritas.32 c. Nasionalisme, Patriotisme, dan Kejujuran 1) Nasionalisme Menurut Hans Kohn, nasionalisme merupakan suatu paham yang memandang bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara. 32. 5.. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Konsep Dasar Penguatan Pendidikan Karakter, hlm..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. kebangsaan. 33 Di sisi lain menurut Muhammad Imarah dalam Aman, cinta tanah air atau nasionalisme adalah fitrah asli manusia dan sama dengan kehidupan, sedangkan kehilangan rasa cinta tanah air sama dengan kematian. 34 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nasionalisme berasal dari kata nasional dan isme yaitu paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air; memiliki rasa kebangaan sebagai bangsa, atau memelihara kehormatan bangsa.35 Nasionalisme dalam penelitian ini adalah sikap politik dan sikap sosial dari sekelompok masyarakat yang mempunyai kesamaan budaya, bahasa, wilayah, serta kesamaan cita-cita dan tujuan yang ditandai dengan adanya suatu penghormatan kepada simbol-simbol negara, mecintai persatuan, kebhinekaan, dan tanah air. 2) Patriotisme Patriotisme dilihat dari arti bahasanya yaitu yun = partris = tanah air, artinya rasa kecintaan dan kesetiaan seseorang pada tanah air, artinya rasa kecintaan dan kesetiaan seseorang pada tanah air dan bangsanya, kekaguman pada adat dan kebiasaannya, kebanggaan terhadap sejarah dan kebudayaannya serta sikap pengabdian demi kesejahteraannya. 36 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), patriotisme adalah sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan 33. Kohn, Hans, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya, Jakarta: Erlangga, 1984, hlm. 11.. 34. Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2011, hlm. 38.. 35. Retno Listyarti, Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA dan MA Kelas X, Jakarta: Esis. 2007,. hlm. 26-27. 36. Hassan Shadily, Ensiklopedia Indonesia Jilid V, (Jakarta: Elsevier Publishing Project,1984)..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah air.37 Patriotisme mengandung arti sifat kepahlawanan atau jiwa kepahlawanan, yaitu suatu sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara, pengorbanan tersebut menyangkut pengorbanan harta maupun jiwa raga.38 Patriotisme adalah suatu paham yang menunjuk pada suatu sikap untuk mencintai tanah air atau sikap yang rela berkorban demi kejayaan bangsa yang ditandai dengan rela berkorban, kesetiaan, dan bela negara. 3) Kejujuran Menurut Dharma Kesuma dkk, jujur sebagai sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-kata dan/atau perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya. Kata jujur identik dengan “benar” yang lawan katanya adalah “bohong”. Makna jujur lebih dikorelasikan dengan kebaikan (kemaslahatan). Kemaslahatan memiliki makna kepentingan orang banyak, bukan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya, tetapi semua orang yang terlibat.39 Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain yang ditandai dengan sikap kepercayaan, tanggung jawab, keterbukaan, dan kesadaran.. 37. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (daring), Republik Indonesia: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016. 38. Retno Listyarti, op. cit., hlm. 29.. 39. Dharma Kesuma dkk, op. cit., hlm. 16..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. Kodsinco dalam Muhammad Yaumi menguraikan beberapa hakikat dari kejujuran sebagai berikut:40 a) b) c) d). Ketika kita mengatakan yang benar, kita sedang melakukan kejujuran. Kita melakukan kejujuran ketika kita bertindak sesuai dengan yang dipikirkan. Kita jujur ketika mengatakan yang benar sekalipun orang lain tidak setuju. Hiduplah setiap hari dengan kejujuran, Anda akan lebih berbahagia dan membuat bahagia setiap orang di sekitar Anda.. 4. Konstruktivisme Konstruktivisme adalah aliran filsafat pengetahuan yang berpendapat bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan hasil konstruksi (bentukan) dari orang yang sedang belajar. 41 Demikian pula yang diungkapkan oleh von Glasersfeld dalam Paul Suparno bahwa pengetahuan yang kita peroleh adalah konstruksi kita sendiri, maka konstruktivis menolak kemungkinan transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain karena setiap orang membangun pengetahuan pada dirinya. 42 Konsep belajar konstruktivisme menurut Jean Piaget dalam Baharuddin dkk yaitu bahwa manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang masing-masing mempunyai makna yang berbeda-beda.43 Pengalaman yang sama akan dimaknai berbeda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak berbeda yang kemudian pengalaman tersebut akan. 40. Muhammad Yaumi, op. cit., Jakarta: Prenadamedia Group, 2014, hlm. 65-66.. 41. Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter: Konstruktiviisme dan VCT sebagai Inovasi. Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hlm.161. 42. Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius, 1997, hlm. 20.. 43. Baharuddin, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015, hlm.. 166..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. dihubungkan dengan kotak-kotak atau struktur pengetahuan dalam otak manusia.44 Aliran konstruktivisme. menegaskan. bahwa. pengetahuan. manusia. diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang, melalui pengalaman yang diterima lewat pancaindra, yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa.45 Peran guru pada pendekatan konstruktivisme ini lebih sebagai mediator dan fasilitator bagi siswa, yang meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini: 46 a. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab, mengajar atau berceramah bukanlah tugas utama seorang guru. b. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasannya. Guru perlu menyemangati siswa dan menyediakan pengalaman konflik. c. Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran siswa berjalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa dapat diberlakukan untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan.. Berdasarkan penjelasan di atas, konstruktivisme menekankan pada pembelajaran yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman. Pengalaman yang diperoleh tersebut kemudian dikonstruksi oleh siswa menjadi sebuah pengetahuan. Jadi proses pembelajaran dalam konstruktivisme bukanlah proses pemindahan. pengetahuan. dari. guru. kepada. siswa,. melainkan. siswa. mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pengalaman-pengalaman yang ia peroleh. Dalam proses pembelajaran seperti ini, peran guru tidak lagi dominan. 44. Ibid., hlm. 166-167.. 45. Abdul Kadir, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2014, hlm. 130.. 46. Eveline Siregar, dkk, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia, 2015, hlm. 41..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. untuk memberikan pengetahuan, melainkan guru sebagai fasilitator dan mediator bagi siswa.. 5. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Pembelajaran Sejarah Menurut Sartono Kartodirdjo dalam Heri Susanto, dalam rangka pembangunan bangsa, pengajaran sejarah tidak semata-mata berfungsi untuk memberikan pengetahuan sejarah sebagai kumpulan informasi fakta sejarah tetapi juga bertujuan menyadarkan anak didik atau membangkitkan kesadaran sejarahnya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka sejarah yang diajarkan haruslah mengedepankan nilai-nilai kehidupan, bukan sejarah hapalan yang hanya menyuguhkan nama, tempat, angka tahun, dan peristiwa semata.47 Di sisi lain I Gde Widja dama Heri Susanto, mengungkapkan bahwa bertolak dari pikiran tiga dimensi sejarah maka proses pendidikan, khususnya pendidikan pengajaran sejarah, ibarat mengajak peserta didik menengok ke belakang dengan tujuan melihat kedepan. 48 Menurut Heri Susanto, pembelajaran sejarah yang baik akan membentuk pemahaman sejarah. Pemahaman sejarah merupakan kecenderungan berpikir yang merefleksikan nilai-nilai positif dari peristiwa sejarah dalam kehidupan seharihari, sehingga kita menjadi lebih bijak dalam melihat dan memberikan respon. 47. Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan dan Strategi Pembelajaran,. Yogyakarta: Aswaja, 2014, hlm. 35. 48. Ibid., hlm. 36..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. terhadap berbagai masalah kehidupan.49 Hal ini senada dengan Hamid Hasan yang menerangkan bahwa materi pendidikan sejarah sangat potensial bahkan esensial untuk mengembangkan pendidikan karakter.50 b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Sejarah Pelaksanaan pembelajaran sejarah tentu memilik prinsip-prinsip tersendiri, diantaranya adalah sebagai berikut:51 1) Pembelajaran yang dilakukan haruslah adaptif terhadap perkembangan peserta didik dan perkembangan zaman. Pembelajaran sejarah yang bercerita tentang masa lalu mengandung banyak nilai yang bila disampaikan dengan benar dan kontekstual dengan masa kini akan mampu membangkitkan pemahaman dan kesadaran peserta didik terhadap nilai-nilai nasionalisme, patriotisme, dan kejujuran. 2) Pembelajaran sejarah hendaklah berorientasi pada pendekatan nilai. Disamping fakta, sejarah juga mengandung nilai-nilai yang berguna bagi masa kini dan masa depan. Jadi pembelajaran sejarah hendaklah seimbang antara penyampaian fakta dan penggalian nilai-nilai yang terkandung didalamnya. 3) Strategi pembelajaran sejarah yang digunakan hendaklah tidak mematikan kreatifitas dan memaksa peserta didik hanya untuk menghafal fakta dalam buku teks. Dalam hal ini, guru dituntut untuk kreatif dalam menggunakan strategi pembelajaran sejarah agar siswa lebih tertarik untuk belajar sejarah.. 49. Ibid.. 50. Ibid., hlm. 37.. 51. Ibid., hlm. 56..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. c. Tujuan Pembelajaran Sejarah Menurut Moh. Ali pembelajaran sejarah nasional mempunyai tujuan: 52 1) Membangkitkan, mengembangkan serta memelihara semangat kebangsaan; 2) Membangkitkan hasrat mewujudkan cita-cita kebangsaan dalam segala lapangan; 3) Membangkitkan hasrat-mempelajari sejarah kebangsaan dan mempelajarinya sebagai bagian dari sejarah dunia; 4) Menyadarkan anak tentang cita-cita nasional (Pancasila dan Undang-undang Pendidikan) serta perjuangan tersebut untuk mewujudkan cita-cita itu sepanjang masa.. Menurut Standar Isi dalam Kurikulum 2013, tujuan pembelajaran sejarah adalah sebagai berikut:53 1) Mengembangkan kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan 2) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan 3) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau 4) Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang 5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.. 6. Sejarah Lokal Sejarah lokal mempunyai arti sejarah dari suatu tempat yang batasannya ditentukan oleh perjanjian yang diajukan penulis sejarah. 54 Batasan geografisnya dapat suatu tempat tinggal suku bangsa, yang kini mungkin telah mencakup dua52. Ibid., hlm. 57.. 53. Ibid., hlm. 58.. 54. Taufik Abdullah, Sejarah Lokal di Indonesia, Jakarta: Gajah Mada University Press, 1978, hlm.. 15..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. tiga daerah administratif tingkat dua atau tingkat satu (suku bangsa Jawa, misalnya) dan juga dapat pula suatu kota, atau malahan suatu desa. 55 Sejarah lokal dengan sederhana dapat dirumuskan sebaga kisah di kelampauan dari kelompok atau kelompok-kelompok masyarakat yang berada pada daerah geografis terbatas.56. B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian ini didukung beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang telah dilakukan oleh Johanis M.V Lakesubun dengan judul “Peningkatan Prestasi dan Motivasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pemanfaatan Media Audio Visual pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 10 Yogyakarta”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa (1) Adanya peningkatan prestasi belajar sejarah. Pada keadaan awal 74,83%, pada siklus I menjadi 77,66%, dan pada siklus II 92,33%. (2) Adanya peningkatan motivasi. Pada motivasi awal 70,187% kemudian meningkat menjadi 72,641%.57 Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Tiyas Sartika (Guru Sejarah SMA N 2 Purwokerto) dengan judul “Penanaman Rasa Nasionalisme Melalui Pembelajaran Sejarah pada Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri Jatilawang”. Hasil penelitian. tersebut. menunjukkan. 55. Ibid., hlm. 15.. 56. Ibid., hlm. 15.. 57. Skripsi tidak dipublikasikan. bahwa. pembelajaran. tersebut. dapat.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme seperti kedisiplinan kejujuran, keragaman, kesatuan, kesamaan.58 Mengacu pada kedua penelitian di atas, maka dapat dilakukan penelitian yang sejenis dengan aspek kajian yang berbeda. Penelitian di atas salah satunya mengkaji mengenai penggunaan media audio visual untuk peningkatan prestasi dan motivasi belajar sejarah, sedangkan yang lainnya mengenai penanaman rasa nasionalisme pada siswa melalui pembelajaran sejarah. Oleh karena itu penelitian ini mengkaji mengenai implementasi media audio visual sejarah lokal bermuatan pendidikan karakter untuk penguatan karakter siswa.. C. Kerangka Berpikir Pembelajaran sejarah merupakan sarana untuk membangkitkan kesadaran sejarah bagi peserta didik. Agar pembelajaran sejarah tidak hanya sekedar menghafal fakta, guru sejarah memerlukan sebuah media agar peserta didik dapat mengembangkan imajinasinya mengenai sejarah bangsanya. Selain itu, beberapa hal dalam sejarah tidak dapat dibawa secara langsung ke dalam kelas, misalnya peristiwa-peristiwa sejarah dan benda peninggalan sejarah. Hanya kisah dan dokumentasinya saja yang dapat di bawa ke dalam kelas dan untuk mengunjungi situs-situs sejarah tersebut akan memakan waktu dan biaya yang lebih sehingga tidak dapat dilakukan dalam setiap pembelajaran. Oleh karena itu media pembelajaran diperlukan untuk mewakili kehadiran jejak-jejak sejarah tersebut.. 58. jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/khazanah/article/view/1067/988, diakses pada 2 April 2018,. pukul 21.00 wib..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. Salah satu media pembelajaran yang dapat mewakili kehadiran jejak-jejak sejarah adalah media audio visual. Media audio visual memiliki unsur yang terdapat dalam panca indra dan dapat mewakili perolehan pengalaman bagi peserta didik yang menyaksikannya. Di dalam media audio visual terdapat unsur suara sehingga dapat didengarkan oleh telinga, visual/gambar yang dapat disaksikan oleh mata. Unsur-unsur tersebut dapat mengembangkan imajinasi siswa yang nantinya memunculkan persepsi positif mengenai sejarah yang tersaji dalam media audio visual tersebut dan akan menimbulkan pengalaman secara tidak langsung bagi siswa. Salah satu bahan ajar sejarah yang dapat dikonversikan ke dalam bentuk media audio visual adalah mengenai sejarah lokal. Melalui pembelajaran sejarah yang menggunakan media audio visual sejarah lokal diyakini peserta didik akan memperoleh hasil belajar yang baik dalam hal kognitif berupa prestasi belajar ataupun dalam hal afektif berupa karakter yang menguat. Pembelajaran Sejarah Media Pembelajaran Sejarah Lokal. Media Audio Visual. Siswa Kognitif Hasil Belajar Penguatan Karakter Gambar II. Kerangka Berpikir. Nasionalisme Patriotisme Kejujuran.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA N 6 Yogyakarta yang beralamat di Jl. C Simanjuntak No.2, Terban, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55223. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2018 dengan jadwal penelitian sebagai berikut: Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian No. Kegiatan. Februari √. Bulan Maret April √. 1. Penyusunan proposal. 2. Perizinan. √. 3. Pengumpulan data. √. 4. Analisis data. √. 5. Penulisan laporan. Mei. Juni. √ √. √. B. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan. 31.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. masalah manusia. 42 Definisi tersebut didukung dengan pandangan. Kirk dan. Miller dalam Lexy J. Moleong yang mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. 43 Sejalan dengan hal tersebut, Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 44 Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Menurut Imam Gunawan penelitian studi kasus memusatkan diri secara intensif pada satu objek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Penelitian studi kasus dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif, tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given).45 Menurut Creswell, studi kasus (case study) adalah suatu model yang menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang terbatas” (bounded system) pada suatu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber. 42. Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Konsep Dasar dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 287. 43 Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remadja Karya: 1989, hlm. 3 44 Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, hlm. 2. 45 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, hlm. 112..

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. informasi yang kaya akan konteks.46 Hal yang dimaksud dengan sistem yang terbatas adalah adanya batasan dalam hal waktu dan tempat serta batasan dalam hal kasus yang diangkat (dapat berupa program, kejadian, aktivitas, atau subjek penelitian).47. C. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.48 Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. 49 Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip).50 Dalam penelitian ini peneliti memilih siswa kelas X SMA N 6 Yogyakarta dan guru mata pelajaran sejarah kelas X sebagai sumber data dalam bentuk hasil kuesioner, wawancara, serta melalui hasil observasi dan dokumentasi.. 46. Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta Selatan: Salemba Humanika, 2010, hlm. 76. 47 Ibid., hlm. 76. 48 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hlm. 172. 49 Moleong, Lexy J, op. cit., 2014, hlm. 157. 50 Hamid Darmadi, op. cit., hlm. 36..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. D. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi (Pengamatan) Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki . 51 Sejalan dengan hal tersebut, menurut Ngalim Purwanto dalam Basrowi dan Suwandi, observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Metode ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti. 52. 2. Wawancara Menurut Moleong, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.53 Sementara itu Stewart & Cash mengartikan wawancara sebagai sebuah interaksi yang di dalamnya terdapat pertukaran atau berbagi aturan, tanggungjawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi. 54 Terdapat beberapa bentuk wawancara, diantaranya adalah wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan wawancara tidak-terstruktur. Akantetapi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu bentuk wawancara 51. Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, hlm. 70. 52 Basrowi & Auwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, hlm. 93-94. 53 Moleong, Lexy J, op. cit., 2014, hlm. 186. 54 Haris Herdiansyah, op. cit., hlm. 118..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. yaitu wawancara semi-terstruktur. Beberapa ciri dari wawancara semi-terstruktur diantaranya:55 (1) Pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan; (2) Kecepatan wawancara dapat diprediksi; (3) Fleksibel, tetapi terkontrol (dalam hal pertanyaan atau jawaban); (4) Ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam alur, urutan, dan penggunaan kata; (5) Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terhadap siswi kelas X SMA N 6 Yogyakarta.. 3. Dokumen dan Dokumentasi Renier dalam Imam Gunawan menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian (1) dalam arti luas, yaitu yang meliputi semua sumber, baik sumber tertulis maupun sumber lisan; (2) dalam arti sempit, yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja; dan (3) dalam arti spesifik, yaitu hanya yang meliputi suratsurat resmi dan surat-surat Negara, seperti surat perjanjian, undang-undang, konsesi, hibah, dan sebagainya.56 Dokumen dan dokumentasi dalam penelitian ini meliputi semua sumber tertulis yang berupa bahan/materi ajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), nilai siswa dari hasil evaluasi, serta catatan lapangan.. 55. Ibid., hlm. 123-124. Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, hlm. 175-176. 56.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. 4. Kuesioner Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. 57 Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal lain yang ia ketahui. 58 Dalam penelitian ini kuesioner digunakan untuk mengukur skala sikap siswa kelas X SMA N 6 Yogyakarta dalam hal sikap nasionalisme, patriotisme, dan kejujuran.. E. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data disesuaikan dengan metode pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrume observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumen & dokumentasi. 1. Observasi Instrume observasi merupakan pedoman yang digunakan peneliti dalam melakukan observasi. Sebagai pencatat hasil observasi, peneliti menggunakan lembar observasi dengan metode behavioral checklist. Behavioral checklist merupakan suatu metode dalam observasi yang mampu memberikan keterangan mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang diobservasi dengan memberikan tanda cek (√) jika perilaku yang diobservasi muncul. 59 Dalam hal ini, tanda cek yang digunakan meliputi kegiatan guru ketika mengajar di kelas. Kegiatan yang diamati tersebut antara lain meliputi aspek pra 57. Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, op. cit., hlm. 76. Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 194. 59 Haris Herdiansyah, op. cit., hlm. 136. 58.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37. pembelajaran seperti memeriksa kesiapan ruang serta alat-alat dan bahan dan juga kesiapan siswa untuk belajar; aspek pembukaan pembelajaran seperti melakukan kegiatan apersepsi dan menyampaikan kompetensi yang akan dicapai; aspek kegiatan inti dalam pembelajaran yang meliputi penguasaan materi pembelajaran, pendekatan/strategi pembelajaran, pemanfaatan media audio visual, pembelajaran yang memicu keterlibatan siswa, penilaian hasil belajar, dan penggunaan bahasa; yang terakhir yaitu aspek kegiatan penutup yang meliputi kegiatan refleksi dan merangkum pembelajaran.. 2. Wawancara Instrumen wawancara merupakan pedoman yang digunakan peneliti dalam melakukan wawancara terhadap siswi kelas X SMA N 6 Yogyakarta. Instrumen wawancara ini berisi butir-butir batasan pertanyaan wawancara. Instrume ini digunakan sebagai alat untuk menggali informasi dari siswi dengan lebih mendalam mengenai media audio visual yang digunakan dalam pembelajaran sejarah serta kemenarikannya, kendala-kendala yang dialami siswi dalam mengikuti pembelajaran sejarah dengan menggunakan media audio visual, serta pemahaman siswa mengenai sejarah lokal (Yogyakarta) dan nilai-nilai (nasionalisme, patriotisme, dan kejujuran) yang dapat diteladani..

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. 3. Dokumen dan dokumentasi. Instrume dokumen dan dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Indonesia untuk kelas X, bahan ajar, serta foto-foto dokumentasi.. 4. Kuesioner Instrume kuesioner merupakan pedoman yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data mengenai skala sikap nasionalisme, patriotisme, dan kejujuran dari siswa kelas X SMA N 6 Yogyakarta. Bentuk kuesioner yang peneliti gunakan untuk mengukur sikap siswa yaitu checklist atau tanda cek dengan empat (4) alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).. F. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik non-probability sampling. Non probability sampling merupakan metode sampling yang setiap individu atau unit dari populasi tidak memiliki kemungkinan (non-probability) yang sama untuk terpilih. 60 Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.61 Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling.. 60 61. Haris Herdiansyah, op. cit., hlm. 106. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 53..

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.62 Pertimbangan yang peneliti gunakan yaitu hasil belajar siswa dalam aspek kognitif dan afektif. Dari hasil belajar tersebut diambil siswa yang memiliki skor tertinggi, terendah dan menengah. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.63 Snowball sampling peneliti gunakan ketika sampel yang telah ditentukan ternyata belum mencukupi sebagai data, sehingga peneliti menanyai responden terakhir bila ada siswa lain yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian.. G. Validitas Data Suatu penelitian termasuk penelitian kualitatif dapat dinyatakan valid apabila sudah melalui pengujian keabsahan. Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif. 64 Untuk melakukan pengujian atau pemeriksaan kabsahan data itu sendiri terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan. Moleong mengelompokkan beberapa teknik tersebut dengan istilah teknik pemeriksaan. 65. 62. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 85. 63 Ibid., hlm. 85. 64 Moleong, Lexy J, op. cit., hlm. 65 Ibid., hlm. 327.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40. Tabel 4. Teknik Pemeriksaan Data Kualitatif Moleong KRITERIA Kredibilitas (derajat kepercayaan). Kepastian Kebergantungan Kepastian. TEKNIK PEMERIKSAAN 1) Perpanjangan keikutsertaan 2) Ketekunan pengamatan 3) Triangulasi 4) Pengecekan sejawat 5) Kecukupan referensial 6) Kajian kasus negative 7) Pengecekan anggota 8) Uraian rinci 9) Audit kebergantungan 10) Audit kepastian. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan uji keabsahan data dengan teknik ketekunan pengamatan, triangulasi, dan pengecekan sejawat. 1. Triangulasi Menurut Moleong triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.66 Dengan mengacu kepada Denzin dalam Burhan Bungin, maka pelaksaan teknis dari langkah pengujian ini akan memanfaatkan; peneliti, sumber, metode, dan teori.67 Triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, metode, dan waktu. a. Triangulasi sumber Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.68 Misalnya, membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membanding apa yang 66. Moleong, Lexy J, op. cit., 2014, hlm. 330. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2007, hlm. 256. 68 Sugiyono, op. cit., hlm. 274. 67.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41. dikatakan umum, dengan yang dikatakan secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada. 69 Sumber yang menjadi acuan peneliti dalam penelitian ini meliputi guru, siswa, dan dokumen. Dalam membandingkan, guru menggunakan hasil dari wawancara dan kuesioner serta dari dokumen. b. Triangulasi metode Triangulasi metode/teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 70 Menurut Rahardjo dalam Imam Gunawan, triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda. 71 Metode/teknik dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, kuesioner serta beberapa dokumen dan dokumentasi. c. Triangulasi waktu Waktu. juga. sering. mempengaruhi kredibilitas data.. Data. yang. dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. 72 Dalam penelitian ini, waktu yang digunakan yaitu pagi hari untuk pembelajarannya. Waktu ini digunakan karena pada pagi hari kondisi siswa masih segar dan belum terbebani dengan mata pelajaran lainnya. Sedangkan untuk wawancara, digunakan waktu ketika siswa istirahat dan dilakukan secara bergantian dalam hari yang berbeda. Waktu istirahat ini dipilih karena siswa sedang santai dan lebih nyaman untuk dilakukan wawancara.. 69. Imam Gunawan, op. cit., hlm. 219. Sugiyono, op. cit., hlm. 274. 71 Imam Gunawan, op. cit., hlm. 219. 72 Sugiyono, op. cit., hlm. 125 70.

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42. 2. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan menurut Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat diperhitungkan. 73. 3. Pengecekan Sejawat Menurut Moleong, pengecekan sejawat dilakukan untuk mengecek data, kategori analitis, penafsiran, dan kesimpulan. Para anggota yang terlibat yang mewakili rekan-rekan mereka dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti. 74 Pengecekan sejawat dalam penelitian ini dilakukan bersama teman-teman yang melakukan penelitian sejenis seperti yang peneliti lakukan.. H. Teknik Analisis Data Menurut Bogdan & Biklen dalam Moleong, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 75. 73. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, hlm. 321. 74 Moleong, Lexy J, op. cit., hlm. 334. 75 Moleong, Lexy J, op. cit., 2014, hlm. 248..

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43. 1. Analisis Data Miles dan Huberman Terdapat beberapa macam model analisis data yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif. Model yang peneliti gunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah model Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman dalam Emzir, ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu: a. Reduksi Data Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis. 76 Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. 77 Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan pada hasil dari pengumpulan data melalui observasi, kuesioner dan wawancara kepada siswa SMA N 6 Yogyakarta. b. Model Data (Data Display) Pada prinsipnya, display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dakam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas (yang sudah disusun alurnya dalam tabel akumulasi tema) ke dalam suatu matriks kategorisasi, serta akan memecah tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang disebut dengan subtema yang diakhiri dengan. 76 77. Haris Herdiansyah, op. cit., hlm. 165. Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm. 129..

(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44. memberikan kode (coding) dari subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang telah dilakukan.78 c. Penarikan/Verifikasi Kesimpulan Kesimpulan dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut model interaktif yang dikemukakan oleh Miles & Huberman secara essensial berisi tentang uraian dari seluruh subkategorisasi tema yang tercantum pada tabel kategorisasi dan pengodean yang sudah terselesaikan disertai dengan quote verbatim wawancaranya. 79 Ketiga tahap tersebut dapat digambarkan sebagaimana terlihat pada gambar berikut.80. Pengumpulan Data Data Display Reduksi Data Penarikan/Verifikasi Kesimpulan. Gambar III. Komponen Analisis Data: Model Miles & Huberman. 78. Haris Herdiansyah, op. cit., hlm. 176. Ibid., 2010, hlm. 179. 80 Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm. 134. 79.

Gambar

Gambar I. Kerucut Pengalaman Dale  14
Gambar I : Kerucut Pengalaman Dale
Tabel 2. Nilai-nilai Karakter
Gambar II. Kerangka Berpikir Pembelajaran Sejarah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan Pengetahuan, dimana tahapan ini menjelaskan bagaimana memproses suatu dokumen mulai dari usulan sampai dapat tersimpan dengan rapi di Knowledge Management

Dengan diterapkannya sistem informasi penggajian karyawan pada toko Winscom Kabupaten Pacitan dapat membantu permasalahan yang sering terjadi ditoko Winscom Kabupaten Pacitan

Aplikasi perangkat lunak berbasis dekstop ini telah diuji secara fungsional dengan 6 (enam) aspek parameter yakni: uji polaritas kapastor; uji wiring; uji mode frekuensi

Namun demikian pemberlakuan CDS oleh CCSBT, dapat merupakan suatu pelanggaran terhadap ketetapan Quantitive Restriction sebagaimana diatur dalam Pasal XI:1 GATT yang

Walaupun tidak mendapat perlindungan hukum dari Undang-undang Jaminan Fidusia, yang mana dengan tidak didaftarkannya jaminan fidusia ke kantor pendaftaran fidusia

Penentuan umur simpan produk pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode Extended Storage Studies (ESS) dan Accelerated Storage Studies (ASS). ESS atu

Pada penelitian ini, semen anjing Retriever yang disimpan dengan berbagai bahan pengencer pada suhu ruangan memberikan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) untuk

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah suatu sistem berbasis komputer dan mempunyai 3 komponen yaitu: sistem bahasa (mekanisme yang memberikan komunikasi antara user dan