1
4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan tata kelola kepemerintahan yang baik
adalah merupakan tuntutan akuntabilitas pengelolaan setiap entitas pemerintahan. Hal ini
berarti setiap aspek pengelolaan pemerintahan harus dilaksanakan berdasarkan prinsip
transparansi dan akuntabilitas. Untuk mewujudkan kondisi ini, sejalan dengan dinamika
regulasi pengelolaan setiap pemerintahan harus terus melakukan berbagai upaya pembaruan
khususnya dalam pengelolaan keuangan, antara lain pemutakhiran produk
perundang-undangan, penataan kelembagaan, pembenahan sistem dan prosedur, dan peningkatan
profesionalisme sumber daya manusia di bidang pengelolaan keuangan.
Pada bidang Pengelolaan Keuangan Daerah, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah
berupaya untuk mematuhi semua aspek transparansi dan akuntabilitas pengelolaan. Laporan
Keuangan sebagai bentuk akuntabilitas pengelolaan, disusun dengan memaksimalkan upaya
pemenuhan prinsi-prinsip penyajian laporan dan kesesuaian dengan standar akuntansi
pemerintahan.
Sebagai sarana informasi keuangan, penyusunan laporan keuangan merupakan suatu
usaha untuk menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan
kinerja keuangan suatu entitas pelaporan. Secara spesifik informasi tersebut tidak hanya
bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi
sumber daya, tapi juga berguna dalam pengambilan keputusan strategis lainnya serta
menunjukkan tingkat akuntabilitas suatu entitas.
1.1
Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama
satu periode pelaporan. Laporan Keuangan digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya
ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan,
menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan,
serta membantu menentukan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran 2013
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja
keuangan pelaporan yang bermanfaat bagi para pemakai (user) dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan baik, keputusan ekonomi, sosial maupun politik
dengan cara:
a.
Menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan cukup untuk
membiayai seluruh pengeluaran;
b.
Menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya ekonomi dan
alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan
perundang-undangan;
2
c.
Menyediakan informasi mengenai sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan Pemerintah Daerah serta hasil-hasil yang dicapai;
d.
Menyediakan informasi mengenai bagaimana Pemerintah Daerah mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
e.
Menyediakan informasi posisi keuangan dan kondisi Pemerintah Daerah berkaitan
dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang,
termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;
f.
Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah Daerah
apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan
selama periode pelaporan.
Hal-hal dimaksud dapat dilihat dari posisi pendapatan, belanja, transfer, dana
cadangan, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana dan arus kas Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi.
1.2
Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
Dasar hukum penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
adalah sebagai berikut:
a.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
b.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
c.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
d.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara;
e.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;
f.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
g.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah;
h.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
i.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah;
j.
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat;
k.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
l.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006;
m.
Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Banyuwangi Nomor 3 Tahun 2012;
n.
Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 56 Tahun 2012 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran 2013;
o.
Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 05 Tahun 2013 tentang Perubahan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun Anggaran
2013;
3
p.
Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 25 Tahun 2010 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Bupati Banyuwangi Nomor 46 Tahun 2012.
1.3
Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan
Sistematika penulisan Catatan atas Laporan Keuangan disusun dalam 7 Bab yaitu:
BAB I Pendahuluan
1.1.
Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
1.2.
Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
1.3.
Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan
BAB II Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD
2.1.
Ekonomi Makro
2.2.
Kebijakan Keuangan
2.3.
Pencapaian Target Kinerja APBD
BAB III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan
3.1.
Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan
3.2.
Hambatan dan Kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan
BAB IV Kebijakan Akuntansi
4.1.
Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan
4.2.
Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
4.3.
Basis Pengukuran yang mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
BAB V Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan
5.1.
Neraca
5.2.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
5.3.
Laporan Arus Kas (LAK)
BAB VI Penjelasan Tambahan Atas Laporan Non Keuangan
6.1
Domisili dan Operasional Entitas
6.2
Kontijensi atas Permasalahan Hukum
6.3
Penjelasan Terhadap Pos Aktiva Tetap dan Aset Lainnya terkait
Validasi Aset Tetap
6.4
Investasi Pada PT. Pelayaran Banyuwangi Sejati
6.5
Perusahaan Daerah Aneka Usaha Blambangan dan Perusahaan Daerah
Perhotelan
6.6
Kontrak Pengadaan Kain dan Badge Tahun Anggaran 2006
6.7
Penyelesaian Kerugian Daerah
6.8
Pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2013 yang Melampaui Akhir
Tahun Anggaran
6.9
Penerimaan Dana APBN dan Tugas Pembantuan Tahun 2013
6.10
Penerimaan Kas Pada Entitas Teknis Di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi dan Penerimaan Pembiayaan yang Termasuk
Dalam Cakupan IPSAP Nomor 02 dan IPSAP Nomor 03, Serta
Penerimaan Daerah Dalam Bentuk Barang.
EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN
PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
2.1
Ekonomi Makro
Perkembangan perekonomian dan pembangunan suatu daerah dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya
umum dapat digambarkan sebagai berikut:
2.1.1
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Besaran nilai PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan
ukuran untuk menilai keberhasilan pelaksanaan pemban
dalam kata lain pertumbuhan ekonomi suatu daerah tercermin melalui
pertumbuhan nilai PDRB.
berdasarkan atas dasar harga yang berlaku (ADHB) menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2
sebesar Rp20.723.988,81 juta, Tahun 2010 sebesar Rp23.558.420,84 jutaTahun
2011 sebesar Rp27.059.769,40 juta, Tahun 2012 sebesar Rp30.698.143,47 juta.
PDRB Kabupaten Banyuwangi Menurut Lapangan Usaha
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2013
Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan Tahun 2000 padaTahun 2008
sebesar Rp9.778.833,48 juta, Tahun 2009 sebesar Rp10.370.286,20 juta,
2010 sebesar
juta dan Tahun 2012 sebesar Rp12.638.531,69 juta
dari tahun-tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi yang diukur dari PDRB atas
dasar harga k
pertumbuhan yang meningkat jika diukur dengan menggunakan harga konstan
2000 yaitu: Tahun 2008 tumbuh sebesar 5,80 %, Tahun 2009 tumbuh sebesar
2008 18,37
PDRB (Triliun)
BAB II
EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN
PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
Perkembangan perekonomian dan pembangunan suatu daerah dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah PDRB, Pendapatan Per-Kapita dan Inflasi, secara
umum dapat digambarkan sebagai berikut:
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Besaran nilai PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan
ukuran untuk menilai keberhasilan pelaksanaan pembangunan suatu daerah, atau
dalam kata lain pertumbuhan ekonomi suatu daerah tercermin melalui
pertumbuhan nilai PDRB. PDRB Kabupaten Banyuwangi yang dihitung
berdasarkan atas dasar harga yang berlaku (ADHB) menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008 sebesar Rp18.372.970,65 juta, Tahun 2009
sebesar Rp20.723.988,81 juta, Tahun 2010 sebesar Rp23.558.420,84 jutaTahun
2011 sebesar Rp27.059.769,40 juta, Tahun 2012 sebesar Rp30.698.143,47 juta.
Gambar 2.1
PDRB Kabupaten Banyuwangi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012 Atas Dasar Harga Berlaku (ADBH)
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2013
Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan Tahun 2000 padaTahun 2008
sebesar Rp9.778.833,48 juta, Tahun 2009 sebesar Rp10.370.286,20 juta,
2010 sebesar Rp11.015.195,17 juta Tahun 2011 sebesar Rp11.788.649,35
juta dan Tahun 2012 sebesar Rp12.638.531,69 juta yang merupakan nilai tertinggi
tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi yang diukur dari PDRB atas
dasar harga konstan selama periode 2008 sampai dengan 2012 mengalami
pertumbuhan yang meningkat jika diukur dengan menggunakan harga konstan
2000 yaitu: Tahun 2008 tumbuh sebesar 5,80 %, Tahun 2009 tumbuh sebesar
2009 2010 2011 2012 18,37 20,72 23,56 27,06 30,69
4
EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN
Perkembangan perekonomian dan pembangunan suatu daerah dipengaruhi oleh
Kapita dan Inflasi, secara
Besaran nilai PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan
gunan suatu daerah, atau
dalam kata lain pertumbuhan ekonomi suatu daerah tercermin melalui
PDRB Kabupaten Banyuwangi yang dihitung
berdasarkan atas dasar harga yang berlaku (ADHB) menurut Lapangan Usaha
008 sebesar Rp18.372.970,65 juta, Tahun 2009
sebesar Rp20.723.988,81 juta, Tahun 2010 sebesar Rp23.558.420,84 jutaTahun
2011 sebesar Rp27.059.769,40 juta, Tahun 2012 sebesar Rp30.698.143,47 juta.
PDRB Kabupaten Banyuwangi Menurut Lapangan Usaha 2012 Atas Dasar Harga Berlaku (ADBH)
Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan Tahun 2000 padaTahun 2008
sebesar Rp9.778.833,48 juta, Tahun 2009 sebesar Rp10.370.286,20 juta, Tahun
Rp11.015.195,17 juta Tahun 2011 sebesar Rp11.788.649,35
yang merupakan nilai tertinggi
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi yang diukur dari PDRB atas
onstan selama periode 2008 sampai dengan 2012 mengalami
pertumbuhan yang meningkat jika diukur dengan menggunakan harga konstan
2000 yaitu: Tahun 2008 tumbuh sebesar 5,80 %, Tahun 2009 tumbuh sebesar
6,05%, Tahun 2010 tumbuh sebesar 6,22% 2011 tumbuh se
2012 tumbuh
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 201
2.1.2
Pendapatan Per
Pendapatan Per
perekonomian untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi
pendapatan Per
masyarakat.
Pendapatan Per
domestik regional bruto (dengan memperhitungkan penyusutan). Gambaran
pendapatan
per
Rp11.482.829,27, Tahun 2009 sebesar Rp12.928.057,07,
Rp14.659.053,72 dan Tahun 2011 sebesa
sebesar Rp19.566.691,70
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2013 5,80 2008
Pertumbuhan
(%)
2008 11,89Pendapatan Perkapita
(Juta Rp.)
6,05%, Tahun 2010 tumbuh sebesar 6,22% 2011 tumbuh se
2012 tumbuh sebesar 7,21 %.
Gambar 2.2
Persentase Pertumbuhan PDRB ADHK 2000 Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008-2012
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2013
Pendapatan Per-Kapita
Pendapatan Per-Kapita juga merupakan salah satu indikator penting dalam
perekonomian untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi
pendapatan Per-Kapita dapat diartikan semakin tinggi tingkat kesejahteraan
Pendapatan Per-Kapita dihitung sebagai rasio antara jumlah prod
domestik regional bruto (dengan memperhitungkan penyusutan). Gambaran
pendapatan
per-kapita
Kabupaten
Banyuwangi
Tahun
2008
sebesar
Rp11.482.829,27, Tahun 2009 sebesar Rp12.928.057,07, Tahun 2010 sebesar
Rp14.659.053,72 dan Tahun 2011 sebesar Rp17.292.432,74 dan
sebesar Rp19.566.691,70
Gambar 2.3 Pendapatan Per Kapita
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2008-2012
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2013 5,80 6,05 6,22 7,02 2008 2009 2010 2011
Pertumbuhan
2008 2009 2010 2011 11,89 13,36 15,13 17,29Pendapatan Perkapita
(Juta Rp.)
5
6,05%, Tahun 2010 tumbuh sebesar 6,22% 2011 tumbuh sebesar 7,02%, dan
satu indikator penting dalam
perekonomian untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi
Kapita dapat diartikan semakin tinggi tingkat kesejahteraan
Kapita dihitung sebagai rasio antara jumlah produk
domestik regional bruto (dengan memperhitungkan penyusutan). Gambaran
kapita
Kabupaten
Banyuwangi
Tahun
2008
sebesar
Tahun 2010 sebesar
r Rp17.292.432,74 dan Tahun 2012
7,21 2012 2012 19,566
2.1.3
Inflasi
Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak
negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Berdasarkan tingkat keparahannya,
inflasi dapat dikategorikan dalam 4 macam, antara lain :
a.
Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun)
b. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% per tahun)
c. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% per tahun)
d. Hiperinflasi (lebih dari 100% per tahun)
Semakin ringan tingkat inflasi per tahun, semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi suatu kabupaten. Inflasi ringan memberikan pengaruh yang positif dalam
arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan
nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan
investasi. Prosentase laju inflasi Kabupaten Tahun 2008 sebesar 9,99%, Tahun
2009 sebesar 6,95%, Tahun 2010 sebesar 7,47% dan Tahun 2011 sebesar 7,84%,
dan Tahun 2012 sebesar 6,24%. Laju inflasi Kabupaten Banyuwangi pada Tahun
2008 – 2012 menunjukkan tren positif, hal ini dapat dilihat fluktuasi dengan
kecenderungan menurun dan masih masuk dalam kategori inflasi ringan.
Pada tahun 2008 jenis lapangan usaha jasa-jasa menjadi penyumbang
kontribusi terbesar terhadap laju inflasi Kabupaten Banyuwangi yaitu sebesar
12,09% pada tahun 2009 jenis lapangan usaha pertambangan dan penggalian
menjadi penyumbang kontribusi terbesar terhadap laju inflasi Kabupaten
Banyuwangi yaitu sebesar 16,49%. Kemudian pada tahun 2010 jenis lapangan
usaha industri pengolahan menjadi penyumbang kontribusi terbesar terhadap laju
inflasi Kabupaten Banyuwangi yaitu sebesar 8,01%, selanjutnya pada tahun 2011
yang menjadi penyumbang kontribusi terbesar terhadap laju inflasi Kabupaten
Banyuwangi adalah perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 8,00%, dan
pada Tahun 2012 sektor yang menjadi penyumbang kontribusi terbesar terhadap
laju inflasi Kabupaten Banyuwangi adalah pertanian yaitu sebesar 9,87%.
Tabel 2.1 Laju Inflasi Kabupaten Banyuwangi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012 (%) NO LAPANGAN USAHA TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 1. PERTANIAN 11,35 7,82 5,37 5,16 9,87 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 8,96 16,49 6,75 5,92 6,02 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,51 6,87 8,01 5,80 8,41
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 1,62 1,40 0,77 0,44 4,30
5. BANGUNAN 6,97 7,56 3,10 6,72 6,98
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN
RESTORAN 9,99 4,51 6,44 8,00 9,54
7. PENGANGKUTAN DAN
KOMUNIKASI 3,94 4,85 4,59 3,04 6,04
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN
JASA PERUSAHAAN 4,89 4,82 6,85 5,74 5,43
9. JASA-JASA 12,09 6,73 6,20 6,15 6,33
9,99
2008
Inflasi
(%)
Sumber : Banyuwangi Dalam Angka Tahun 201
2.2
Kebijakan Keuangan
Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi tahun
tahun sebelumnya menjadi dasar penyusunan Kebijakan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi. Perbandingan APBD Tahun Anggaran 2012
2013 sebagai berikut:
Tabel 2.2 Perbandingan APBD Tahun Anggaran 2012 dan Tahun Anggaran 2013
Uraian
Pendapatan Belanja
Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran
Secara umum tampak bahwa pendapatan daerah Tahun 2013 mengalami
peningkatan dibandingkan Tahun 2012,
pendapatan daerah semakin tinggi. Belanja daerah juga mengalami peningkatan seiring
dengan meningkatnya tuntutan
Pembiayaan daerah yang merupakan komponen untuk menutup defisit dan memanfaatkan
surplus.
Kebijakan keuangan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
dilaksanakan sesuai dengan Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2013, yang
tertuang dalam nota kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dengan
DPRD Kabupaten Banyuwangi dengan pe
Nomor: 188/03/429.011/201
kebijakan sebagai berikut:
9,99 6,95 7,47 7,84 2008 2009 2010 2011
Gambar 2.4
Prosentase Laju Inflasi Kabupaten Banyuwangi
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008 – 2012
Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2013
Kebijakan Keuangan
Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi tahun
tahun sebelumnya menjadi dasar penyusunan Kebijakan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi. Perbandingan APBD Tahun Anggaran 2012 sampai dengan Tahun Anggaran
2013 sebagai berikut:
Tabel 2.2 Perbandingan APBD Tahun Anggaran 2012 dan Tahun Anggaran 2013
2012 (Rp) 2013 (Rp) Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran 1.690.113.711.134,37 1.682.675.962.006,15 228.536.239.404,25 34.201.356.063,00 1.917.058.035.076,86 1.886.309.069.852,67 201.931.722.469,47 5.000.000.000,00
Secara umum tampak bahwa pendapatan daerah Tahun 2013 mengalami
peningkatan dibandingkan Tahun 2012, hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pendapatan daerah semakin tinggi. Belanja daerah juga mengalami peningkatan seiring
dengan meningkatnya tuntutan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Pembiayaan daerah yang merupakan komponen untuk menutup defisit dan memanfaatkan
Kebijakan keuangan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013
dilaksanakan sesuai dengan Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2013, yang
tertuang dalam nota kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dengan
DPRD Kabupaten Banyuwangi dengan perubahan terakhir pada tanggal
/429.011/2013 dan 188/05/429.050/2013, yang pada intinya berisi
kebijakan sebagai berikut:
7
6,242012
Prosentase Laju Inflasi Kabupaten Banyuwangi
2012
Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banyuwangi
tahun-tahun sebelumnya menjadi dasar penyusunan Kebijakan Keuangan Pemerintah Kabupaten
sampai dengan Tahun Anggaran
Tabel 2.2 Perbandingan APBD Tahun Anggaran 2012 dan Tahun Anggaran 2013
2013 (Rp)
1.917.058.035.076,86 1.886.309.069.852,67 201.931.722.469,47 5.000.000.000,00