• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Air terhadap Tingkat Kunjungan di Kawasan Wisata Sungai Sampuren Putih Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara Chapter III IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kualitas Air terhadap Tingkat Kunjungan di Kawasan Wisata Sungai Sampuren Putih Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara Chapter III IV"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2016 di sungai

Sempuran PutihKecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Kuisoner

dilakukan kepada setiap pengunjung di Kawasan wisata Sungai Sampuran Putih

Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Pengukuran sampel parameter

Kualitas Air dilakukan di Laboratorium Kementrian Kesehatan RI Direktorat

Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Balai Teknik

Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan.

Rencana kegiatan penelitian dapat dilihat Lampiran 1.

(2)

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, botol zat,

alat tulis, GPS (Global Positioning System), meteran, Kamera Digital, kertas label, termometer, pH Meter dan ember. Bahan yang digunakan adalah Aquadest,

Alkohol 70 %, Amilum, MnSO4,KOH-KI, H2SO4, NA2S2O3.Rincian biaya

penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.

Prosedur Penelitian

Pengumpulan Data

Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh di lapangan

maupun hasil dari laboratorium untuk data analisis air.Data yang nilainya

langsung didapat dari lapangan meliputi nilai temperatur, pH, arus, kecerahan,

kedalaman, oksigen terlarut, serta hasil kuisioner terhadap pengunjung dan

penduduk sekitar. Data lain seperti BOD5 diperoleh melalui analisis laboratorium.

Pengunjung

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode

purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu cara pengambilan sampel dengan

cara disengaja dengan tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang

ada dalam populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang

berkunjung ke kawasan Sungai Sampuren Putih dalam waktu satu bulan.

Pemilihan sampel harus representatif atau mewakili populasi dengan kriteria

cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan mampu berkomuniaksi

dengan baik. Menurut Sumanto (1990) dalam Melyana (2011) jika subjek

(3)

sebagai sampel dan jika jumlah sampel lebih dari 100 maka sampel dapat diambil

antara 10%- 15% sebagai ukuran sampel dengan rumus Slovin dalam Nugraha

(2007)

� =

Keterangan:

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = tingkat kesalahan yang ditoleransi yaitu 10%

Persepsi Pengunjung dan Respons Masyarakat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui persepsi pengunjung tentang

keindahan dan kenyaman serta respon masyarakat terhadap objek wisata di Sungai

Sampuren Putih yang disusun berdasarkan kajian kondisi objek wisata. Kuisioner

pengelola dan pengunjung dapat dilihat pada Lampiran.

Parameter Fisika Kimia Perairan

Pengukuran faktor fisika kimia perairan Sungai Sempuran Putih

dilakukan di setiap stasiun penelitian.

Arus

Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan bola duga. Disediakan

beberapa buah bola duga, stopwatch, kemudian dilempar ke badan sungai dan

(4)

Kedalaman

Pengukuran kedalaman yang dilakukan adalah dengan menggunakan kayu

yang sudah diberi ukuran. Dilakukan pengukuran kedalaman di beberapa tempat

kemudian dicatat.

Suhu (oC)

Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan alat termometer secara

langsung pada perairan kemudian masukkan sampel air ke dalam botol sampel,

lalu dibaca skala dari termometer tersebut dan kemudian dicatat.

Kecerahan

kecerahan dilakukan dengan menggunakan sechi disk yang diikat dengan

benang, dimasukkan ke badan sungai dan dilihat berapa kedalaman keping sechi

yang tidak nampak, ukur panjang yang tidak nampak kemudian diangkat perlahan

sampai keeping sechi nampak, ukur yang nampak lalu dijumlahkan dan dibagi

dua lalu dicatat.

TSS (Total Suspended Solid)

Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak mengendap langsung. Cara

pengukurannya adalah disediakan alat yang akan digunakan yakni botol air

mineral, kemudian isi botol dengan sampel air secukupnya lalu bawa sampel air

(5)

pH (Potential Hydrogen)

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Sebelumnya

dikalibrasikan dulu pH meter dengan aquades hingga netral (pH 7), dimasukkan

pH meter ke badan sungai, lalu dibaca nilainya dan kemudian dicatat.

BOD (Biochemical Oxygen Demand (mg/L)

Pengukuran BOD5 dilakukan dengan menggunakan metode Winkler.

Sampel air yang diambil dari permukaan Sungai Sibiru-biru dimasukkan ke dalam

botol Winkler. Diinkubasi selama 5 hari dalam suhu 20oC. Kemudian pengukuran

nilainya seperti yang ditunjukkan pada bagan kerja pengukuran DO. Bagan kerja

BOD5 dapat dilihat pada Lampiran 4.

DO (Dissolved Oxygen) (mg/L)

Dissolved Oxygen (DO) diukur menggunakan metode Winkler.Pengukuran

DO dilakukan setiap pengambilan sampel di lapangan.Sampel air diambil dari

permukaan perairan dan dimasukkan ke dalam botol Winkler, kemudian

dilakukan pengukuran Dissolved Oxygen (DO).Bagan kerja pengukuran DO (Dissolved Oxygen). Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) dapat dilihat pada Lampiran 3.

Indeks Pencemaran

Analisis pencemaran bahan organik berpedoman pada Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Penentuan Status Mutu Air

(6)

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 adalah sebagai

berikut :

PIj =

Keterangan :

Pij = Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j)

Ci = Konsentrasi parameter kualitas air hasil pengukuran

Lij = Konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku mutu peruntukan air (j)

(Cij/Lij)M = Nilai Cij/Lij maksimum (Cij/Lij)R =Nilai Cij/Lij rata-rata

Hubungan Indeks Pencemaran dengan mutu perairan disajikan sebagai berikut :

0 ≤ Pij ≤ 1,0 = memenuhi baku mutu (kondisi baik)

1,0 ≤ Pij ≤ 5,0 = tercemar ringan

5,0 ≤ Pij ≤ 10 = tercemar sedang

Pij > 10 = tercemar berat

Pengelolaan sumberdaya air mengacu pada Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air.

Sedangkan Pengelolaan Kulaitas Air berpacu pada PP. No. 82 Tahun 2001.

Berikut tabel faktor fisika kimia pada PP. No. 82 Tahun 2001 dengan ketetapan

angka yang telah ditetapkan :

Tabel 2. Faktor Fisika Kimia PP. No. 82 Tahun 2001

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter Fisika Kimia Perairan Sampuren Putih

Hasil dari pengukuran Faktor Fisika Kimia Sungai Sampuren Putih adalah

sebagai berikut.

Arus

Arus yang diperoleh pada stasiun I lebih tinggi daripada stasiun II dan

Stasiun III. Hasil dari pengukuran arus pada setiap stasiun dapat dilihat dari grafik

berikut.

Gambar 3. Grafik Pengukuran Arus

Kedalaman

Stasiun II lebih dangkal daripada Stasiun I dan Stasiun III. Hasil dari

pengukuran kedalaman pada setiap stasiun dapat dilihat dari grafik berikut.

(8)

Suhu

Dari hasil pengukuran, suhu Stasiun I lebih rendah daripada Stasiun II dan

Stasiun III. Hasil dari pengukuran suhu pada setiap stasiun dapat dilihat dari

grafik berikut.

Gamb

ar 5. Grafik Pengukuran Suhu

Kecerahan

Kecerahan pada Stasiun II lebih tinggi daripada Stasiun I dan Stasiun III.

Hasil dari pengukuran kecerahan pada setiap stasiun dapat dilihat dari grafik

berikut.

Gambar 6. Grafik Pengukuran Kecerahan

(9)

Total Dissolved Solid (TDS)

TDS Stasiun I 168,77 mg/l, Stasiun II 122,11 mg/l, dan Stasiun III 105,88

mg/l. Hasil dari pengukuran Total Dissolved Solid (TDS) pada setiap stasiun

dapat dilihat dari grafik berikut.

Gambar 7. Grafik Pengukuran TDS

Potential Hydrogen

Hasil dari pengukuran Potential Hydrogen (PH) pada setiap stasiun dapat

dilihat dari Tabel 3.

Tabel 3. Tabel pengukuran pH

Stasiun Potetial Hydrogen

1 7.3-7.5

2 7.2-7.4

(10)

Biochemical Oxygen Demand

BOD Stasiun I 3,9 mg/l, Stasiun II 3,6 mg/l dan Stasiun III 3,5 mg/l. Hasil

dari pengukuran Biochemical Oxygen Demand (BOD) pada setiap stasiun dapat

dilihat dari grafik berikut.

Gambar 8. Grafik Pengukuran BOD

Dissoved Oxygen

DO Stasiun I 6,9 mg/l, Stasiun II 6,7 mg/l dan Stasiun III 6,6 mg/l. Hasil

dari pengukuran Dissolved Oxygen (DO) pada setiap stasiun dapat dilihat dari

grafik berikut.

(11)

Faktor Fisika Kimia Sungai Sampuren Putih

Parameter yang diukur pada saat pengamatan meliputi Arus,

kedalaman, suhu, kecerahan, TDS, pH, BOD5, DO. Pengukuran parameter

kualitas air dapat dilihat pada Lampiran . Berdasarkan hasil penelitian dan

pengamatan kondisi perairan Sungai Sampuren Putih diperoleh nilai faktor

fisika-kimia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Parameter Fisika-Kimia Perairan

Parameter Stasiun

Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001

Persepsi Pengunjung Terhadap Sungai Sampuren Putih

Data tingkat Potensi wisata dari pengunjung, yakni sebesar 9,64%

menyatakan cukup dengan keadaan obyek wisata sungai Sampuren Putih saat

(12)

Gambar 10. Persepsi Potensi Wisata

Hasil data yang diperoleh, 39,76% menyatakan bahwa daya tarik dari

sungai Sampuren Putih ini terletak di Pemandangan, 65,06% menyatakan daya

tarik sungai karena sungai yang berbatu dan 7,23% menyatakan sungai Sampuren

Putih ini menjadi lokasi pemancingan. Daya tarik sumberdaya sungai Sampuren

Putih dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Daya Tarik Sumber Sumberdaya Wisata Sungai Sampuren Putih

Hasil data yang diperoleh selama penelitian, diketahui nilai tingkat

kenyamanan pengunjung mempunyai persentase sebesar 90% menyatakan obyek

wisata sungai Sampuren Putih nyaman, 10% menyatakan cukup nyaman. Persepsi

(13)

Gambar 12. Tingkat Kenyamana Pengunjung

Hasil data yang diperoleh, diketahui nilai kesadaran masyarakat

mempunyai persentase sebesar 80% menyatakan kesadaran masyarakat sekitar

baik, 20% menyatakan cukup. Kesadaran masyarakat sekitar dapat dilihat pada

Gambar 13.

Gambar 13. Kesadaran Masyarakat Sekitar

Pembahasan

Parameter Fisika Kimia Perairan Sampuren Putih Arus

Sungai Sampuren Putih memiliki kecepatan arus berkisar antara 1,06-3,4

m/s atau 106-304 cm/detik yaitu kategori sangat cepat. Menurut Supartiwi (2000)

mengklasifikasikan sungai berdasarkan kecepatan arusnya yaitu berarus sangat

cepat (>100 cm/detik), berarus cepat (50-100 cm/detik), berarus sedang

(25-50cm/ detik), berarus lambat (10-25 cm/detik) dan berarus sangat lambat

(<10cm/detik).

Arus sangat berpengaruh terhadap tingkat kunjungan kawasan Sungai

(14)

aktegori sedang yaitu 106-304 cm/detik. Artinya pergerakan airnya tidak lambat

dan deras, sehingga pada stasiun I-III Sungai ini memiliki tingkat kunjungan

masyarakat dan tujuan yang berbeda-beda. Stasiun I, masyarakat dominasi

melakukan kunjungan dengan tujuan rekreasi mandi dan memancing. Stasiun II

masyarakat rata-rata melakukan aktivitas memancing dan stasiun III tempat

rekreasi mandi dan menjala ikan.

Kedalaman

Nilai kedalaman masing-masing stasiun penelitian di perairan Sungai

Sampuren Putih berkisar 50-60 cm atau 0,5-0,6 m. Sungai Sampuren Putih

perairannya tidak terlalu dalam, hal ini menyebabkan kunjungan pada Sungai

Sampuren Putih selalu ramai. Namun karena akses menuju lokasi wisata

Sampuren Putih masih sangat sulit dijangkau, kunjungan wisatawan yang paling

ramai ada di hari Sabtu dan Minggu. Kedalaman sangat berpengaruh terhadap

kunjungan wisatawan, karena semakin dalam perairan semakin berkuranglah

kunjungan wisatawan yang ingin rekreasi seperti mandi, dan memancing.

Kebanyakan pada saat memancing mereka mendapatkan Ikan Jurung, Ikan

Sibaroo dan Ikan Cencen. Stasiun II dan III adalah stasiun yang tidak dalam

karena daerah ini substratnya berbatuan. Menurut Dyahwanti (2007), perubahan

lingkungan akibat kegiatan pengerukan dan pertambangan dapat bersifat

permanen, atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula. Perubahan

topografi tanah, termasuk karena mengubah aliran sungai sulit dikembalikan.

(15)

Hasil pengamatan kualitas air yang diperoleh secara umum masih

mendukung tingkat kunjungan wisatawan di perairan Sungai Sampuren Putih dan

dapat diketahui dari beberapa parameter dari kualitas air dari setiap stasiun.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh suhu dari masing-masing stasiun di

perairan Sungai Sampuren Putih berkisar 20,6-26,5oC. Suhu terendah pada stasiun

I yaitu 20,6oC dan suhu tertinggi pada stasiun III Sebesar 26,5oC karena letak

daerah yang rendah. Menurut Nurudin (2013) organisme perairan seperti ikan

mampu hidup baik pada kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C

atau di atas 30°C menyebabkan ikan mengalami stress yang biasanya diikuti oleh

menurunnya daya cerna.

Menurut Ginting (2006), suhu perairan dapat dipengaruhi oleh letak lintang

perairan tersebut, musim, ketinggian diatas permukaan laut, penutupan awan,

penutupan vegetasi, luas permukaan perairan yang langsung terkena sinar

matahari serta kedalaman badan air.

Kecerahan

Hasil penelitian yang dilakukan kecerahan tiap stasiun berbeda-beda yaitu

berkisar 0,3-0,5 m atau 30-50 cm, pada stasiun II kecerahan paling tinggi yaitu

sampai kedalaman 50 cm hal ini disebabkan karena stasiun II merupakan daerah

tengah yaitu daerah yang tidak banyak dilakukan kunjungan, hanya aktivitas

memancing. Stasiun I dan III kecerahannya lebih rendah karena stasiun I

kunjungan masyarakat antara lain rekreasi mandi dan memancing, sedangkan

stasiun III mandi dan menjala ikan.Oleh karena itu kecerahan pada stasiun II lebih

tinggi dari Stasiun I dan III, sehingga cahaya matahari mampu menembus lebih

(16)

rendah terdapat pada stasiun III yaitu 30 cm hal ini disebabkan karena aktivitas

masyarakat pengerukan pasir dan semua aktivitas yang dilakukan dari hulu dan

tengah mengalir pada stasiun ini sehingga menyebabkan air keruh. Menurut

Veroonica., dkk (2012) pengaruh ekologis dari kecerahan menyebabkan

terjadinya penurunan penetrasi cahaya ke dalam perairan yang selanjutnya akan

menurunkan fotoosintesa dan berpengaruh terhadap biota perairan.

TDS (Total Dissolved Solid)

Nilai TDS yang tertinggi terletak pada stasiun I karena pada stasiun I

banyak dilakukan aktivitas atau kunjungan masyarakat untuk rekreasi yaitu mandi

dan memancing disamping itu pada Stasiun I juga terdapat air terjun. Akibat

adanya air terjun ini partikel-partikel substrat yang ada di Sungai Sampuren Putih

teraduk. Supartiwi (2000) menyatakan padatan total tersuspensi dapat

mengakibatkan kekeruhan sehingga padatan tersuspensi juga dapat mengganggu

penetrasi cahaya ke dalam air akibatnya proses fotosintesis akan terhambat.

Ph (Potential Hydrogen)

Nilai pH dari masing-masing stasiun di Perairan Sungai Sampuren Putih

berkisar 7,2-7,5. RendahpH pada stasiun II disebabkan karena daerah ini terdapat

sedikit aktivitas yang menghasilkan senyawa organik. Rendahnya pH pada stasiun

I dan III disebabkan banyaknya aktivitas masyarakat yang dilakukan pada daerah

ini yaitu rekreasi, mancing dan pengerukan pasir. Kisaran pH di perairan ini

masih mendukung kehidupan ikan yang hidup di dalamnya. Sesuai dengan

pernyataan Barus (2001) setiap spesies memiliki toleransi yang berbeda terhadap

(17)

Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan

membahayakan kelangsungan hidup organisme terutama ikan-ikan air tawar

karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.

Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai

senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan

mengancam kelangsungan hidup organisme akuatik. Sementara pH yang tinggi

akan menyebabkan keseimbangan antara ammonium dan amoniak dalam air akan

terganggu, kenaikan pH di atas normal akan meningkatkan konsentrasi amoniak

yang juga bersifat sangat toksik bagi organisme.

BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Nilai BOD5 dari masing-masing stasiun di perairan Sungai Sampuren

Putih berkisar antara 3,5-3,9 mg/L. Nilai BOD5 terendah terdapat pada stasiun III

sebesar 3,5 mg/L dan BOD5 tertinggi pada stasiun I mencapai 3,9 mg/L.

Rendahnya BOD5 pada stasiun II ini disebabkan daerah ini merupakan daerah

yang terdapat sedikit aktivitas masyarakat sehingga jumlah oksigen yang

dibutuhkan untuk menguraikan senyawa organik itu rendah. Tingginya nilai

BOD5 pada stasiun I dan III karena daerah ini merupakan daerah banyak

kunjungan wisatawan yang di dalamnya banyak kandungan bahan organik

terlarut. Menurut Barus (2004) Pengukuran BOD juga didasarkan kepada

kemampuan mikroorganisme untuk menggunkan senyawa organik, artinya hanya

terhadap senyawa yang sudah dimakan secara biologis seperti senyawa yang

umunya terdapat dalam limbah rumah tangga. Contoh produk-produk kimiawi

seperti senyawa minyak buangan kimia lainnya akan sangat sulit atau bahkan

(18)

DO (Dissolved Oxygen)

Hasil data yang diperoleh oksigen terlarut dari setiap stasiun penelitian

berkisar 6,6-6,9 mg/L. Nilai oksigen terlarut terendah terdapat pada stasiun III

yaitu sebesar 6,6 mg/L. Pengambilan sampel Oksigen Terlarut ini yaitu pada siang

hari. Rendahnya oksigen terlarut pada stasiun III ini karena aktivitas masyarakat

yang tinggi yang aliran semua limbah mengalir ke stasiun ini, sehingga

dibutuhkan oksigen untuk menguraikan senyawa pada stasiun tersebut. Afianto

dan Evi (1993) menjelaskan bahwa DO yang cocok untuk kawasan wisata adalah

berkisar 5-6 mg/ L dan beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan

dengan konsentrasi oksigen terlarut 3 mg./L. Namun demikian, konsentrasi

minimum yang dapat diterima oleh beberapa jenis ikan untuk dapat hidup dengan

baik adalah 5 mg/L.

Indeks Pencemaran

Hasil perhitungan beban pencemaran di Sampuren Putih yang berasal dari

kunjungan masyarakat masyarakat rekreasi mandi, memancing, dan pengerukan

pasir memberikan masukan beban pencemaran bahan organik.

Stasiun I diperoleh Indeks Pencemaran sebesar 1,92, pada stasiun II

diperoleh Indeks Pencemaran sebesar 0,83 dan Stasiun III 0,72 dapat dinyatakan

bahwa pada stasiun II dan stasiun III memenuhi baku mutu dengan kondisi baik.

Stasiun I diperoleh Indeks Pencemaran 1,92 sudah tergolong tercemar ringan.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang

(19)

Lampiran 9 dan Lampiran 10. Nilai Indeks Pencemaran dapat dilihat pada

Lampiran 1.

Persepsi dan Prilaku Pengunjung Terhadap Tempat Wisata

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Berdasarkan data yang diperoleh

selama penelitian, diketahui nilai tingkat kenyamanan pengunjung di ObjekWisata

Sungai SampurenPutihyaitusebesar 9,64% menyatakan cukup dengan keadaan

obyek wisata sungai Sampuren Putih saat ini,sedangkan 74,70% menyatakan baik,

dan 15,67% menyatakan sangat baik. Hasil data yang diperoleh untuk nilai tingkat

kenyamanan pengunjung mempunyai persentase sebesar 90% menyatakan obyek

wisata sungai Sampuren Putih nyaman, 10% menyatakan cukup nyaman. Hasil

data yang diperoleh, 39,76% menyatakan bahwa daya tarik dari sungai Sampuren

Putih ini terletak di Pemandangan, 65,06% menyatakan daya tarik sungai karena

sungai yang berbatu dan 7,23% menyatakan sungai Sampuren Putih ini menjadi

lokasi pemancingan.

Pengelolaan sungai merupakan upaya pengelolaan sumberdaya yang

menyangkut berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda,

sehingga keberhasilannya sangat ditentukan oleh banyak pihak, tidak semata-mata

oleh pelaksana langsung di lapangan tetapi oleh pihak-pihak yang berperan dari

tahapan perencanaan, monitoring sampai dengan evaluasinya. Masyarakat

(20)

otoritas kebijakan, fasilitator dan pengawas yang direpresentasikan oleh

instansi-intansi sektoral Pusat dan Daerah yang terkait dengan Pengelolaan sungai.

Keindahan alam yang dapat dinikmati oleh pengunjung obyek wisata

sungai Sampuren Putih yaitu aliran sungai yang masih sangat terjaga

kebersihannya. Untuk menjaga kelestarian wisata Sungai Sampuren Putih agar

tetap lestari dan bersih perlu adanya peran pemerintah dan masyarakat setempat.

Dengan keindahan yang dimiliki Sungai Sampuren Putih hal yang perlu

diperhatikan oleh pemerintah yaitu mendukung kebersihan sungai tersebut dengan

menyediakan tempat sampah, toilet di masing-mmasing area yang berdekatan

dengan wisata, dan perlu adanya perhatian lebih untuk jalan sebagai akses

transportasi menuju wisata Sungai Sampuren Putih.

Selain peran pemerintah, masyarakat juga harus berperan aktif untuk

mengelola dan menjaga kelestarian Sungai Sampuren Putih. Terutama

pemanfaatan disekitar kawasan wisata Sungai Sampuren Putih agar tetap terjaga

kelestarian Sungai Sampuren Putih. Kegiatan di sekitar Sungai Sampuren Putih

seperti MCK dan pertanian diharapkan kesadaran dari masyarakat setempat untuk

mengurangi limbah dari kegiatan tersebut yang memiliki dampak langsung

(21)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Kualitas air Sungai Sampuren Putih sesuai dengan Peraturan Pemerintah

nomor 82 tahun 2001 melalui pengukuran parameter fisik kimia perairan

menyatakan bahwa Sungai Sampuren Putih pada stasiun I tergolong tercemar

ringan sedangkan stasiun II dan Stasiun III tergolong baik.

2. Sungai Sampuren Putih memiliki potensi wisata yang baik, hal ini dapat

dilihat dari hasil wawancara dengan masyarakat yang berkunjung ke Sungai

Sampuren Putih. Banyak masyarakat berkunjung ke Sungai Sampuren Putih,

dan juga dapat dilihat dari kualitas air Sungai Sampuren Putih yang tergolong

baik.

Saran

Penelitian pengaruh kualitas air terhadap tingkat kunjungan di Sungai

Sampuren Putih masih perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap domestikan

ikan-ikan yang ada di Sungai Sampuren Putih guna menambah informasi yang

Gambar

Gambar 2. Peta okasi Penelitian
Gambar 3. Grafik Pengukuran Arus
grafik berikut.
Gambar 7. Grafik Pengukuran TDS
+5

Referensi

Dokumen terkait

masih memiliki kondisi yang lebih alami daripada stasiun yang lain, ini dapat dilihat dari nilai faktor fisika-kimia yang terdapat pada stasiun ini (Table 4.4) yang

Sebelum mengkaji dimensi Bendung Sungai Ular, langkah pertamakali dimulai dengan menghitung Curah Hujan Rerata Daerah dari tiga Stasiun Curah Hujan, yaitu Stasiun Curah

Berdasarkan parameter fisika dan kimia air, stasiun I memiliki skor 0 yang menunjukkan kualitas air memenuhi baku mutu (kelas I), sedangkan pada stasiun II dan III memiliki skor

Arus sungai secara langsung mempengaruhi makrozoobentos karena arus tersebut akan membawa limbah yang berasal dari setiap stasiun dimana sifat makrozoobentos yang cenderung

Menurut anda, mau atau tidak pengunjung yang datang ketempat ini untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakan A.. Bagaiman cara pengelolaan sampah yang dihasilkan

Hasil Evaluasi menunjukan bahwa antara dimensi bendung yang dihitung dari Stasiun Curah Hujan Silinda, Adolina II, Adolina III dengan perhitungan yang didapat dari

Pada grafik Gambar 6, dari data kecerahan matahari bulanan yang didapatkan dari stasiun BMKG Banjarbaru yang memiliki nilai kecerahan matahari dengan kisaran nilai di atas

Tidak adanya dominansi pada setiap stasiun pengamatan di Sungai Belawan disebabkan faktor fisika kimia perairan masih sesuai untuk kehidupan perifiton di perairan