• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai-Nilai Religius Yang Terkandung Dalam Kitab Al-Barzanji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Nilai-Nilai Religius Yang Terkandung Dalam Kitab Al-Barzanji"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran,

perasaan, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa (Sumardjo dan Saini, 1991:3). Pernyataan diatas mengandung makna bahwa manusia menggunakan karya sastra sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan, pengalaman, pemikiran, dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karya sastra sangat bermanfaat bagi manusia dan pembacanya.

Kata sastra berasal dari bahasa latin yaitu “literature” yang mengandung makna puisi. Namun kenyataannya, pengertian yang dikenalsaatini kata “literature” mengacu pada makna segala sesuatu yang tertulis. Dalam bahasa Inggris misalnya dikenal istilah “literature”, sedangkan dalam bahasa Perancis “literature”, dalam bahasa Jerman adalah “literature”, dan dalam bahasa Belanda “letterkunde” (Fananie, 2004:4).

Istilah bahasa Arab sastra disebut dengan

بدﻷا

/al-`adabu/ (Al-Bisri, 1999:

312). Menurut Muzakki (2006 : 32):

ﺲﻔﻧ ﰱ ثﺪﳛ يﺬﻟاﺪﻴﳉا مﻼﻜﻟا ﻮﻫو صﺎﳋا ﲎﻌﳌﺎﺑ بدﻷاﺎﳘﺪﺣا

:

نا ﲔﻔﻠﺘﳐ ﲔﻴﻨﻌﻣ ﺔﻤﻠﻜﻟ نا

جﺎﺘﻧﻻاﻮﻫو مﺎﻌﻟا ﲎﻌﳌﺎﺑ بدﻷا ﱐﺎﺜﻟاو

.

اﺮﺜﻧ مأ اﺮﻌﺷ مﻼﻜﻟا اﺬﻫ ناآأ ءاﻮﺳ

,

ﺔﻴﻨﻓ ةﺬﻟ ﻪﻌﻣﺎﺳو ﻪﺋرﺎﻗ

ةﺮﺛﺆﳌا ﺔﺒﻄﳋا و ﺔﻋرﺎﺒﻟا ﺔﻟﺎﻘﳌاو ﺔﻌﺋاﺮﻟا ةﺪﻴﺼﻘﻟﺎﻓ

.

ﺐﺘﻜﻟا ﰱ ﺐﺘﻜﻳو

,

مﻼﻜﻟا ﰱ رﻮﺼﻳ يﺬﻟا ﻲﻠﻘﻌﻟا

ﱵﻟا ةﺬﻠﻟاآ ﺔﻴﻨﻓ ةﺬﻟ ﻪﻴﻓ ﺪﺠﺘﻓ ﻪﻌﻤﺴﺗو ﻩؤﺮﻘﺗ ﻚﻧﻷ

,

صﺎﳋا ﲎﻌﳌﺎﺑ بدأ اﺬﻫ لآ ةزﺎﺘﻤﳌا ﺔﺼﻘﻟاو

نذا ﻮﻬﻓ

,

ﻊﻳﺪﺒﻟا ﻞﺛﺎﻤﺘﻟاو ﺔﻠﻴﻤﳉا ةرﻮﺼﻟا ىﺮﺗ ﲔﺣو

,

ﻰﻘﻴﺳﻮﳌا ﻊﻴﻗﻮﺗو ﲎﻐﳌا ءﺎﻨﻏ ﻊﻤﺴﺗ ﲔﺣ ﺎﻫﺪﲡ

▸ Baca selengkapnya: nilai yang terkandung dalam buku pengayaan bukti kalimat dan penjelasan

(2)

/Inna likalimatin ma‘nayaini mukhtalifaini: ahadahumā al-adabu bilma‘nā alkhāssi wa huwa al-kalāmu al-jayyidu al-lazi yuhdasu fī nafsi qāri`ihi wasāmi‘ihi lazzatun fanniyyatun, sawā’un `akāna hazā al-kalāmu syi‘ran am nasran. Wa alsānī al-`adabu bilma‘nā al-‘āmmi wa huwa al-`intāju al-’aqlī al-lazī yusawwiru fī al-kalāmi, wa yaktubu fī al-kutubi. Falqasīdatu al-rā`i‘atu wa al-maqālatu albāri‘ atu wa al- khutbatu al-mu`assaratu wa al-qissatu al-mumtāzatu kullu hazā adabun bilma‘nā al-khāssi, li`annaka taqra’uhu wa tasma‘uhu fatajidu fīhi lazzatun fanniyyatun kā al-lazzati al-latī tajiduhā hīna tasma‘u ginā`u al-mugnī wa tawqī‘u al-mūsīqī, wa hīna tarā al-sūratu al-jamī’latu wa al-tamāsilu albadī‘u, fahua azinun yattasilu bizauqika wa hissika wa syu‘ūrika wa yamissu malikatun taqdīrun al-jamāli fī nafsika/. ‘‘Kata adab terbagi dalam dua arti yang berbeda, yang pertama adalah adab dengan arti khusus, yaitu kata-kata indah yang dapat menimbulkan kelezatan estetika jiwa pembaca dan pendengar, baik kata-kata itu berupa puisi maupun berupa prosa. Yang kedua adalah adab dengan arti umum yaitu karya yang ditimbulkan oleh pikiran, tergambar dalam kata-kata dan tertulis dalam buku. Qasidah yang dapat menggetarkan jiwa, artikel yang dapat menimbulkan keindahan, pidato yang mengesankan, dan cerita yang istimewa, semua termasuk kategori adab dengan arti khusus. Hal ini terjadi ketika membaca dan mendengar, kemudian menemukan kelezatan estetis seperti halnya mendengar nyanyian dan sentuhan musik dan seperti melihat gambar yang indah dan patung yang anggun. Semua itu berhubungan dengan perasaan menyentuh penilaian keindahan’’.

Menurut Abdul Azis dalam (Muzakki, 2006: 32) secara lebih spesifik menyebutkan sastra adalah:

ﺪﻌﺒﻳو ﺔﻠﻴﻀﻔﻟا ﻦﻋ ﺪﻌﺒﻳو ﺔﻠﻴﻀﻔﻟا ﱃا ﻮﻋﺪﻳ و ﻖﻠﳋا بﺬﻬﻳو ﺲﻔﻨﻟا ﰲ ﺮﺛﺆﻳ ﺮﺜﻧ وا ﺮﻌﺷ ﻞﻛ بدﻷا

ﻞﻴﲨ بﻮﻠﺳﺎﺑ ﺔﻠﻳذﺮﻟا ﻦﻋ

/al-adabu kullu syi’rin au naśrin yu’asiru fi al-nafsi wa yuhażżibu al-khuluqi wa yad’ū ilā al-fadilati wa yubai’du ‘an al-rażīlati bi uslūbin jamīlin/ “sastra adalah setiap puisi atau prosa yang memberi pengaruh kepada kejiwaan, mendidik budi pekerti dan mengajak kepada akhlak yang mulia serta menjauhkan perbuatan tercela dengan menggunakan gaya bahasa yang indah”.

(3)

(berisi) ramalan, hitungan, dan sebagainya, dan (5) tulisan, huruf (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:786).

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan dan mengajarkan nilai-nilai moral bagi masyarakat, salah satunya ialah melalui karya sastra. Karya sastra diharapkan mampu menjadi suatu media pengajaran bagi masyarakat di

samping memberi kenikmatan dalam “menyaksikan” berbagai cerita yang dibangun oleh pengarang. Cerita yang “diangkat” pengarang bisa berdasarkan pengamatan terhadap keadaan sosial di sekitar pengarang, bisa juga pengalaman pengarang itu sendiri. Refleksi tindakan sosial di sekitar pengarang kemudian “diangkat” menjadi satu cerita yang memuat ajaran moral di dalamnya. (Watt dalam Endraswara, 2011:23) menyatakan bahwa seni dan sastra adalah refleksi tindakan sosial manusia. Itulah sebabnya, membaca karya sastra sama halnya sedang memetik ajaran penting dari kehidupan. Keterkaitan sastra dan masyarakat sudah tidak dapat ditawar lagi. Sastra menjadi potret keadaan sosial yang memuat ajaran dan hiburan karya sastra dalam hidup bermasyarakat. Oleh karena itu, mungkin sekali karya sastra akan mempererat persaudaraan, kerukunan, dan peran serta manusia sebagai anggota masyarakat.

Karya sastra yang mengekspresikan seorang pengarang lahir dari pengaruh lingkungan masyarakat di sekitar tempat pengarang menciptakan karyanya. Sastra menjadi wadah untuk mengekspresikan dan mencurahkan buah pikiran pengarang yang didasarkan pada pengalaman, baik itu pengalaman si pengarang sendiri maupun pengalaman orang lain yang diterima oleh pengarang. Hal iniseperti yang dinyatakan oleh (Suwondo2001:58) “Di dalam karya sastra, fungsi sarana sastra adalah memadukan fakta sastra dengan tema sehingga makna karya sastra itu dapat dipahami dengan jelas.”

Banyak defenisi sastra yang telah dikemukakan oleh para ahli sastra. Pada dasarnya pengertian tersebut saling berkaitan meskipun dengan bahasa yang

berbeda akan tetapi jika ditelaah lebih lanjut maka akan terlihat tujuan dan maksud yang sama.

(4)

diri bersama karya sastra tersebut, dan mendapat kepuasan oleh karenanya. Sehingga suatu karya sastra bisa dijadikan media dakwah. Sebagai media dakwah, karya sastra merupakan elemen penting untuk membangun watak insan. Karya sastra dengan bahasa yang dapat mendorong pembacanya untuk menjiwai nilai-nilai kerohanian, kemanusiaan, kemasyarakatan, dan kebudayaan.

Karya sastra yang dijadikan media dakwah ini jenisnya banyak, misalnya dalam bentuk puisi, drama, novel, prosa dan lain-lain, itu semua merupakan genre sastra. Genre sastra menurut (Sumardjo dan Saini, 1991:17) dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu: sastra imajinatif dan sastra non imajinatif. Sastra imajinatif terdiri dari puisi, prosa dan drama, sedangkan sastra non imajinatif terdiri dari essai, kritik, biografi, catatan dan surat-surat.

Salah satu karya sastra klasik yang berbentuk prosa atau nasr’dan populer sampai saat ini ialah al-Barzanji. Keindahan Al-Barzanjisudah diakui di seluruh kalangan umat Islam bahkan dunia.

Menurut Hamid (16: 1994), prosa didefinisikan sebagai berikut:

و ،ﺔﻴﺻﻮﻟا و ،ﺔﻟﺎﺳﺮﻟا و ،ﺔﺒﻄﳋا ﻪﻨﻣ و ،ﺔﻴﻓﺎﻗ و نزو ﻪﻟ ﺲﻴﻟ يﺬﻟا ﻞﻴﻤﳉا مﻼﻜﻟا ﻮﻫ و

:

ﺮﺜﻧ

و ،ﺔﻤﻜﳊا

.

ﺔﺼﻘﻟا و ،ﻞﺜﳌا

/narun: wa huwa al-kalāmu al-jamīlu allażī laysa lahu waznun wa qāfiyatun, wa minhu al-khubatu wa al-risālatu wa al-waiyyatu wa al-ikmatu wa al-milu wa al-qiatu/ “prosa adalah: sebuah perkataan indah yang tidak memiliki wazan dan qafiyah, termasuk didalamnya khutbah, risalah, wasiat, hikmah, misal dan kisah.”

Al-Barzanji merupakan prosa yang menceritakan sejarah perjalanan nabi dari kecil dan silsilah keluarganya hingga proses kenabiannya, maka al-Barzanji dapat digolongkan kedalam kisah, yaitu karya sastra yang menceritakan tentang kisah seseorang atau tokoh kedalam bentuk sastra dan kalimat kalimat yang indah.

Pesan moral memiliki dua unsur atau jenis yang terdapat didalamnya yaitu pesan religius dan kritik sosial. Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam

(5)

konotasi pada makna agama. Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan, bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya menyaran pada makna yang berbeda.

Dalam kitab al-Barzanji terdapat pesan moral religius yang akan peneliti kaji dalam penelitian ini, banyak unsur-unsur pesan moral yang terkandung didalam kitab tersebut yang bisa menjadi panutan dan contoh bagi masyarakat luas dan umat ini.

Kitab Al-Barzanjiyang dikarang oleh Ja’far Al-Barzanji yang terlahir di daerah Barzinj (Kurdistan) merupakan salah satu karya sastra yang sudah ratusan tahun dipakai namun belum ada yang menggeser lewat keindahan kalimat-kalimat yang disusunnya sampai sekarang. Bagi yang paham bahasa Arab, tentu untaian kata-katanya sangat indah dan memukau. Umumnya, mereka terkesima dengan sifat-sifat Rasulullah yang memang sulit ditiru, indah, menarik dan mengharukan (Fattah,2008:302).

Al-Barzanji berisikan tentang sejarah biografi Nabi Muhammad SAW, didalamnya mengandung keunikan gaya serta memiliki irama yang khas, penuh metafora dan simbol. Dalam kajian sastra Arab, keunikan itu disebut al-Madaih al-Nabawiyah atau puisi-puisi kenabian (Wargadinata, 2010:102). Barzanji juga biasanya dipakai saat pernikahan ketika pihak perempuan menunggu kedatangan rombongan lelaki maka pembacaan al-Barzanji dan pukulan kompang diadakan sembari sampainya pengantin laki - laki tersebut (Wan Syaifuddin, 2008:16).

Menurut Ashari (2012: 279) teks Al-Barzanji ini berisikan tentang pujian dan sejarah biografi kehidupan Nabi Muhammad atau juga disebut sebagai almadaih al-nabawiyah (puisi kenabian). Teks Al-Barzanji dalam bentuk prosa terdiri atas 19 (sembilan belas) pasal dengan 359 (tiga ratus lima puluh sembilan) lirik, dan mengolah bunyi “ah” pada tiap-tiap rima akhir, sedangkan dalam bentuk puitisnya terdiri dari 16 (enam belas) pasal dengan 205 (dua ratus lima) bait.

Kitab al-Barzanji terdiri dari dua bagian besar, yaitu natsar dan nadhom. Natsar berupa prosa liris yang menceritakan kehidupan nabi maupun silsilah

(6)

ditulis dalam bentuk bait-bait. Nadhom terdiri dari 205 untaian syair. Bagian ini menyatu dalam 16 sub bagian.

Kitab Al-Barzanji ditulis oleh seorang sastrawan yang bernama Ja’far bin Hasan bin ‘Abd al-Karim bin Muhammad Al-Barzanji al-Kurdi (1184 H). Muhammad Al-Barzanji al-Kurdi ini dikenal sebagai seorang ulama dan

pengarang beberapa buku sastra lainnya. Adapun buku yang sebenarnya yang ditulis Muhammad Al-Barzanji al-Kurdi dalam konteks ini berjudul “Qiṣaṣ alMaulid al-Nabī Ṣallah Allāh ‘Alaih wa Sallam” (Kisah Kelahiran Nabi Saw.), tetapi lebih popular disebut “Al-Barzanji”. Nama kitab ini sangat berkaitan dengan tradisi tulis menulis dalam dunia Islam yang selalu menisbahkan karya kepada penulisnya atau asal daerahnya dari Barzinj sebuah daerah yang ada di Kurdistan, maka judul asli buku ini tidak banyak dikenal sebab yang dikenal adalah penulisnya.

Banyak penyair Arab yang menjadikan sastra pujian sebagai bagian dari karya sastranya. Para penyair berlomba-lomba dalam menciptakan puisi pujian, yang akhirnya menjadikannya sebagai tradisi. Karya puisi itu bukan hanya sembarang puisi, melainkan puisi pujaan bagi Rasulullah SAW. Dalam sejarah sastra Islam, cukup banyak karya sastra berupa puisi pujaan bagi Rasulullah yang ditulis oleh para sastrawan maupun ulama dari masa-kemasa. Puisi-puisi pujian bagi Rasulullah lahir dengan maksud untuk mengungkapkan kepribadian Rasul yang agung dan sempurna dengan cara yang jelas dan mendetail. Tradisi ini lahir dari penghormatan dan rasa cinta kaum muslimin yang begitu mendalam kepada junjungannya. Bahkan Allah memuji dengan tegas mengungkapkan kebesaran kepribadian hamba-Nya yang mulia itu dengan Firman Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab : 56 yang berkaitan dengan perintah sholawat:

(7)

bersalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam denganpenuh penghormatan kepadanya”. (Q.S Al-Ahzab:56).

Dalam catatan Annemarie Schimmel, penghormatan kepada Nabi dan perhatian kepada rincian yang paling kecil pun dari perilaku serta kehidupan pribadinya tumbuh sejalan dengan semakin jauhnya jarak waktu kehidupan kaum muslim dengan Nabi. Mereka ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai kepribadiannya, pandangan-pandangannya, dan perkataan perkataannya, untuk menyakinkan mereka bahwa mereka telah mengikutinya dengan cara yang benar (Schimmel, 1991: 52).

Pengembangan moral adalah makna lain dari tradisi pembacaan kitabAl-Barzanji yang dilaksanakan oleh masayarakat. Dengan melakukan tradisi ini, masyarakat lebih mengenal dan mencintai Nabinya. Kalau seseorang sudah mengenal dan mencintai Nabinya, maka segala hal yang terkait dengan Nabi, terutama apa saja yang dilakukan oleh Nabi, akan diikutinya.

Berikut merupakan contoh yang terdapat dalam penggalan bait-bait barzanji bab 18 pada bait ke 12:

ﻩﺎﺿﺮﻳ و ﱃﺎﻌﺗ ﷲا ﻪﺒﲢ ّﺎﻘﺣ ﻻا لﻮﻘﻳ ﻻ و حﳝو ﻞﻀﻔﻟا ﻞﻫا مﺮﻜﻳو ﺮﺮﻟا ﻞﻫا ﻟﻟﺘﻳو

/wa yata`allafu ahla al-syarafi wa yukrimu ahla al-fali wa yamzau wa lā yaqūlu illāḥaqqan yuhibbuhu allāhu ta’ālā wa yarḍāhu/ “Beliau menyukai orang yang mulia, menghormati orang yang utama, bersenda gurau dengan sahabat-sahabatnya. Dan beliau tidak pernah berbicara melainkan yang benar-benar saja, yang disukai allah ta’ala dan diridhoi-Nya.”

Pesan moral yang terkandung dalam penggalan bait diatas merupakan bentuk pesan religius adalah “Rasulullah SAW tidak pernah berbicara yang sia-sia terhadap sesamanya ataupun sahabat-sahabatnya bahkan orang yang membenci beliau sekalipun, melainkan berbicara yang bermanfaat dan disukai Allah sehingga semua perkataannya menjadi panutan dan acuan bagi ummat dalam hubungan antar sesama manusia atau hubungan manusia terhadap sang pencipta”.

(8)

manfaat bagi para pembacanya dan tujuan yang jelas dalam pembuatannya. Alasan peneliti memilih kitab al-barzanji sebagai data penelitiannya adalah banyaknya para pembaca yang hanya sekedar mengetahui lirik atau bait-bait barzanji tanpa mengetahui maksud dan pesan yang terkandung didalam al-Barzanji. Rincian alasan dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Memudarnya tradisi pembacaan Al-Barzanji khususnya pada kalangan remaja. b. Melestarikan budaya al-Barzanji yang mulai menghilang.

c. Mengingatkan tentang perjalanan dan perjuangan nabi Muhammad SAW dalam menegakkan agama Islam, dan

d. Menanamkan nilai-nilai religius serta menjadikan beliau sebagai suri tauladan. Dari itu peneliti tertarik untuk menganalisis pesan moral yang terkandung dalam kitab al-Barzanji. Maka diangkat penelitian skripsi ini dengan judul : “ANALISIS NILAI - NILAI RELIGIUS DALAM KITAB AL - BARZANJI”

1.2 Rumusan Masalah

Agar penelitian ini terstruktur dan tidak menyimpang dari pokok bahasan, maka diperlukan adanya rumusan masalah sebagai berikut :

Apa saja nilai religius yang terkandung dalam kitab al-Barzanji?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui nilai religius yang terkandung dalam kitab al-barzanji.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Memberikan pengembangan keilmuan bagi Deparemen Sastra Arab dalam

seni al-Barzanji baik dari seni tarik suara maupun pemahaman teks secara keseluruhan.

(9)

a. Untuk masyarakat: dengan adanya penelitian ini, masyarakat dapat menambah keilmuan atau wawasan tentang Barzanji. Serta dapat menjadikan acuan bagi masyarakat dalam melestarikan budaya-budaya terdahulu khususnya al-Barzanji.

b. Untuk pemerintah: pemerintah kota Medan agar dapat melestarikan atau

menggalakkan minat mempelajari barzanji khususnya dikalangan remaja. c. Untuk akademisi: penelitian ini dapat menambah literature ilmiah pada

akademisi khususnya pada program sarjana Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya.

1.5 Metode Penelitian

Fungsi penilitian adalah mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Metode penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis dalam pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan pemecahannya (Bahtiar, 1997:1).

Pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah aspek yang sangat penting dalam suatu penelitian. Pendekatan penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian akan mendukung kemudahan bagi penelitian dalam menjalankan proses penelitian (Iskandar, 2009:177).

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sebuah metodologi atau prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong 1990:3). Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk mengkritisi kelemahan dari penelitian kuantitatif, serta bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan

(10)

A.Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya dan dikumpulkan langsung dari sumber. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan dari kitab Al-Barzanji karya Ja’far Bin Hasan.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapat atau dikumpulkan dari semua sumber literatur yang relevan dengan penelitian yang sedang diteliti. Data sekunder bisa didapat dari berbagai sumber seperti, jurnal buku, laporan penelitian dan lain sebagainya. Data sekunder dalam penelitian ini adalah literatur-literatur yang relevan mengenai Tradisi Barzanji dari buku, jurnal dan laporan penelitian.

B. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini berupaya untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang nilai-nilai religius yang terkandung dalam kitab al-Barzanji. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologi deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Meskipun demikian analisis telah diberi arti tambahan, tidaksemata-mata menguraikan melainkan juga memberi pemahaman dan penjelasan secukupnya (Ratna, 2004:54).

Adapun tahap-tahap yang perlu dilakukan untuk memperoleh jawaban dari

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu kitab al-Barzanji.

(11)

3. Membaca berulang-ulang, menerjemahkan dan memahami al-Barzanji dengan cermat.

4. Menentukan nilai-nilai religius yang terkandung dalam kitab al-Barzanji dan disajikan dalam bentuk laporan penelitian.

5. Tahap akhir, mengolah data dan disajikan dalam bentuk laporan penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Selain karena letak geografis yang sangat strategis, para pedagang besar jaman dahulu memilih singgah di Indonesia dikarenakan kearifan lokal masyarakatnya yang

Without making this cell reference absolute using the dollar signs, when we apply the conditional formatting rule to other cells in the worksheet, this cell reference will be

Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah status perusahaan, kepemilikan institusional, leverage, profitabilitas dan tipe industri.. Data yang digunakan dalam

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

pertambangan. Mereka yang membiayai hal ini terdorong oleh keuntungan yang dat diperoleh dari tiap ons akstraksi logam mulia dan harga tinggi pasar emas selama ini

atas segala nikmat cahaya ilmu pengetahuan, kemudahan serta petunjuk yang telah diberikan sehingga dapat terselesaikan dengan baik penulisan tesis dengan Pengujian Keseragaman

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Laporan Tugas Akhir ini mengkaji tentang masalah potensi wisata yang terdapat di Pasar Jumat Karanganyar, strategi pengembangan Pasar Jumat Karanganyar, dan