• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREFERENSI SUHU DAN MAKANAN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PREFERENSI SUHU DAN MAKANAN (1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI HEWAN

“Preferensi Terhadap Kondisi Suhu Lingkungan Dan Makanan”

Asisten Koordinator : Rusnia J. Robo

Disusun Oleh :

Nama : Vinta Ayun Papuja

NIM : 201310070311098

Kelas : Biologi 4C

LABORATORIUM BIOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

A.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Setiap jenis hewan mempunyai kisaran toleransi tertentu terhadap

kondisi-kondisi intensitas atau besaran dari sesuatu lingkungan abiotiknya. Dalam

kisaran kondisi yang di tolerirnya itu, hewan akan menunjukkan preferensi

terhadap suatu kondisi atau kisaran kondisi yang paling cocok baginya, yang

dikenal sebagai preferendumnya.

Keberhasilan suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi

mencerminkan keseluruhan toleransinya terhadap seluruh kumpulan variabel

lingkungan yang dihadapi organisme tersebut. Artinya bahwa setiap organisme

harus mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungannya. Adaptasi

tersebut berupa respon morfologi, fisiologis dantingkah laku. Pada lingkungan

perairan, faktor fisik, kimiawi dan biologis berperan dalam pengaturan

homeostatis yang diperlukan. bagi pertumbuhan dan reproduksi biota perairan

(Campbell, 2004).

Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan. Kenaikan suhu air

dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. (Otto,

1926).

Hewan merupakan mahkluk hidup heterotrof yang sumber makanannya sangat

tergantung dengan organisme lain sebagai sumber pakannya. Pakan hewan dapat

berupa tumbuhan atau disebut hewan herbivora, atau dapat berupa hewan atau

yang disebut karnivora, serta dapat pula memakan tumbuhan juga hewan atau

yang dikenal dengan omivora (pemakan segala) (Bangun, 2014).

Sumber pakan bagi hewan tidaklah selalu tersedia dalam jumlah yang

melimpah, terkadang karena beberapa faktor seperti cuaca, dapat menyebabkan

sumber pakan jenis hewan tertentu berkurang ketersediaanya atau keberadaannya

di alam. Jika hal ini terjadi, hewan tersebut cenderung untuk mencari pakan baru

untuk mengganti pakan aslinya. Biasanya, peralihan preferensi pakan ini

digantikan oleh jenis pakan yang hampir sama, baik rasa maupun aromanya

walau berasal dari spesies yang berbeda.

2. Tujuan

a. Mahasiswa dapat mengetahui efek pembatasan faktor suhu terhadap

sebaran individu-individu dari sejenis hewan aquatik yang mobil serta

menentukan kisaran suhu preferendumnya.

(3)

c. Mahasiswa dapat mengetahui ada tidaknya pengaruh aklimasi terhadap

pola sebaran individu dan preferensi.

3. Dasar Teori

Adaptasi diartikan merupakan kemampuan individu untuk mengatasi keadaan

lingkungan dan menggunakan sumber-sumber alam lebih banyak untuk

mempertahankan hidupnya dalam relung yang diduduki. Ini bahwa setiap

organisme mempunyai sifat adaptasi untuk hidup pada berbagai macam keadaan

lingkungan . Djamal menambahkan bahwa bahwa ada beberapa jenis adaptasi

yakni; adaptasi morfologis, adaptasi fisiologis dan adaptasi tingkah laku (Starr,

2009).

Pisces (Ikan) merupakan superkelas dari subfilum Vertebrata yang memiliki

keanekaragaman sangat besar. Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik

(berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan

kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih

dari 27,000 di seluruh dunia. Secara keseluruhan ikan lebih toleran terhadap

perubahan suhu air suhu air, seperti vertebrata poikiloterm lain suhu tubuhnya

bersifat ektotermik, artinya suhu tubuh sangat tergantung atas suhu lingkungan

(Priyono, 2013).

Kesukaan atau yang dikenal dengan preferensi hewan spesifik dari suatu jenis,

namun dapat berubah oleh pengalaman. Preferensi berarti bahwa jeniss makanan

itu lebih diperlukan dibandingkan jenis makanan lain yang terdapat

dilingkungan. Preferensi hewan terhadap suatu jenis makanan atau mangsa

tertentu sifatnya tetap dan pasti, tidak dipengaruhi poleh ketersediaannya

dilingkungan (Campbell, 2004).

Semut (Formicidae: Hymenoptera) merupakan salah satu kelompok serangga

yang keberadaannya sangat umum dan hampir menyebar luas, paling suskes dari

kelompok serangga, terdapat dimanamana di habitat teresterial dan jumlahnya

melebihi hewanhewan darat lainnya. Keberadaannya dimulai dari kutub sampai

tropis dan daerah peisisir sampai pegunungan (Borror, Triplehorn and Johnson,

1992 dalam Irham Falahudin, 2012).

Semut merupakan salah satu kelompok hewan yang dikatakan sebagai

indikator hayati, sebagai alat monitoring perubahan kualitas lingkungan dan

penentuan kawasan konservasi. Hal ini didukung oleh beberapa sifat yang

dimiliki semut, yaitu hidup diberbagai habitat, mempunyai toleransi yang sempit

(4)

dalam ekosistem, mudah di koleksi serta secara taksonomi relatif maju (Riyanto,

2007).

Kesukaan hewan terhadap pakannya sangat tergantung kepada jenis dan

jumlah pakan yang tersedia. Bila jumlah pakan yang tersedia tidak sebanding

dengan jumlah pakan yang dibutuhkan, perpindahan kesukaan terhadap jenis

pakan dapat terjadi (Qurniawan, 2013).

B.

METODE PRAKTIKUM

Alat dan bahan

Alat :

1. Box Preferendum Suhu 2. Box Preferendum Makanan 3. Termometer Batang

Bahan:

1. Cyprinus carpio

2. Semut Hitam 3. Es Batu 4. Air

5. Makanan Semut (Sari Roti, Permen, Kue Sus, Roti Kukus)

Cara kerja

1. Preferensi Suhu

2. Menyiapkan

Cyprinus carpio

1. Mengisi air pada box preferendum suhu

4. Mengukur suhu pada box hingga konstan

(5)

2. Preferensi Makanan

Foto copy lembar kerja praktikum

Terlampir

C.

PEMBAHASAN

Pada pengamatan praktikum preferensi suhu pada hewan Cyprinus carpio

didapatkan hasil suhu pada perlakuan I yaitu 180C dan suhu pada perlakuan II

yaitu 30OC. Sedangkan pada setiap zona terdapat suhu yang berbeda, yaitu zona I

22OC, zona II 26OC, dan zona III 28OC. Pada saat pengamatan didapatkan hasil

bahwa pada 3 menit pertama jumlah ikan pada zona I sebanyak 4 ekor, zona II 2

ekor, dan zona III 9 ekor. Pada 3 menit kedua jumlah ikan pada zona I 4 ekor, 6. Menghitung ikan

pada zona tertentu setiap 3 menit

5. Mengukur suhu pada zona dan di catat

2. Menyiapkan alat box preferendum makanan

1. Memasukkan makanan pada tiap sudut

4. Memasukkan semut hitam pada box

(6)

zona II 5 ekor, dan zona III 6 ekor. Pada 3 menit terakhir jumlah ikan pada zona I

6 ekor, zona II 2 ekor, dan zona III 7 ekor. Pada hasil pengamatan dapat

disimpulkan bahwa jumlah ikan terbanyak yaitu pada zona ke III, hal ini

disebabkan pada zona III mendekati suhu hangat atau suhu optimal pada ikan

pada umumnya. Menurut (Boyd, 1990 dalam Tresna, 2012) suhu air yang baik

untuk kehidupan ikan di daerah tropis berkisar antara 25-32oC, sehingga pada

pengamatan praktikum yang dilaksanakan tentang preferensi suhu ikan mas

cenderung berada pada zona yang mendekati suhu hangat di bandingan dengan

suhu dingin.

Pada pengamatan preferensi makanan pada semut hitam didapatkan hasil

jumlah hewan pada 5 menit pertama pada roti kukus sebanyak 5 ekor, kue sus 8

ekor, sari roti coklat 3 ekor, dan permen 3 ekor. Pada 5 menit kedua jumlah

semut pada roti kukus 2 ekor, kue sus 7 ekor, sari roti coklat 4 ekor, dan permen

2 ekor. Pada 5 menit terakhir jumlah smeut pada roti kukus 3 ekor, kue sus 6

ekor, sari roti coklat 4 ekor, dan permen 2 ekor. Pada hasil pengamatan dapat

disimpulkan bahwa jumlah semut paling banyak terdapat pada kue sus, hal ini

menunjukkan kisaran kondisi kue sus paling cocok bagi semut hitam. Kesukaan

hewan terhadap pakannya sangat tergantung kepada jenis dan jumlah pakan yang

tersedia. Bila jumlah pakan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah pakan

yang dibutuhkan, perpindahan kesukaan terhadap jenis pakan dapat terjadi

(Campbell, 2004).

D.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum preferensi suhu dan makanan pada hewan

yaitu, pada preferensi suhu ikan lebih cenderung berada di zona III yang

mendekati suhu hangat. Hal ini disebabkan suhu yang baik untuk ikan tropis

yaitu sekitar 25-32oC. Sedangkan pada preferensi makanan pada semut hitam

cenderung pada kue sus, hal ini di sebabkan kisaran kondisi kue sus paling

cocok bagi semut hitam.

2. Saran

Pada praktikum ekologi hewan ini di mohon laporan tidak terlambat

mengembalikannya. Saat jalnnya praktikum jangan sampai

(7)

E.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, et al. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga

Starr, Cecie. 2009. Biologi : Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup. Jakarta :

Salemba Teknika

Sukarsono. 2012. Ekologi Hewan. Malang : UMM Press

Sumarwoto, Otto. 1926. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta :

Djambatan

Falahudin, Irham. 2012. Peranan Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina)

Dalam Pengendalian Biologis Pada Perkebunan Kelapa Sawit. Program

Studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang

Priyono, Dkk. 2013. Maskulinisasi Ikan Gapi (Poecilia Reticulata) Melalui

Perendaman Induk Bunting Dalam Larutan Madu Dengan Lama

Perendaman Berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22

(2013) ISSN : 2303-2960

Bangun, Dkk. 2014. Uji Daya Predasi Forficula Sp. (Dermaptera : Forficulidae)

Dan Dolichoderus Sp. (Hymenoptera : Formicidae) Terhadap Hama

Perusak Pucuk Kelapa Brontispa Longissima Gestro (Coleoptera :

Chrysomelidae) Di Laboratorium. Jurnal Online Agroteknologi ISSN No.

2337-6597 Vol.2, No.2 : 532, Maret 2014

Riyanto. 2007. Kepadatan, Pola Distribusi dan Peranan Semut pada Tanaman di

Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal. Jurnal Penelitian Sains: Volume 10,

Nomor 2, Mei 2007. Hal 241-253

Tresna, dkk. 2012. Kebiasaan Makanan dan Luas Relung Ikan Di Hulu Sungai

Cimanuk Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan

Vol. 3, No. 3, September 2012 : 163-173 ISSN : 2088-3137

Qurniawan. 2013. Preferensi Pakan Alami Empat Jenis Anura (Hylarana

Chalconota, Phrynoidis Aspera, Leptobrachium Haseltii Dan Odorrana

Hosii) Di Kawasan Karst Menoreh Kulon Progo, DIY. Bionatura-Jurnal

Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik Vol. 15, No. 3, November 2013: 178 - 182

Referensi

Dokumen terkait

Namun demikian, juga masih terdapat perbedaan atau kesenjangan antara keinginan masyarakat yang menjadi preferensi masyarakat dengan sikap pemerintah terkait dengan

Hasil uji Two-Way ANOVA pada variabel preferensi terhadap iklan dan niat beli terhadap produk (Tabel 7) menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada jenis

Eimeria bersifat spesies spesifik artinya jenis Eimeria yang ditemukan pada ayam tidak dapat menginfeksi jenis unggas atau hewan lain atau sebaliknya (Tabbu

Daging dapat berasal dari berbagai jenis hewan ternak atau ikan. Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk dari hasil pengolahan jaringan

Analisis konjoin adalah suatu teknik yang secara spesifik digunakan untuk memahami bagaimana keinginan atau preferensi konsumen terhadap suatu produk atau jasa

Telah dilakukan penelitian daya grazing bulu babi penghuni daerah padang lamun dan preferensi makan masing-masing jenis bulu babi terhadap beberapa jenis lamun yang

Analisis konjoin adalah suatu teknik yang secara spesifik digunakan untuk memahami bagaimana keinginan atau preferensi konsumen terhadap suatu produk atau jasa dengan mengukur

Preferensi menurut Kotler (2006:67) diartikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap suatu produk, barang, atau jasa yang dikonsumsi.Kotler berpendapat