• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KASUS HAK PENGELOLAAN MENGENAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KASUS HAK PENGELOLAAN MENGENAI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KASUS HAK PENGELOLAAN MENGENAI SENGKETA

ANTARA PERHIMPUNAN PENGHUNI APARTEMEN MANGGA

DUA COURT (MDC)

DENGAN PIHAK PENGEMBANG

PT. DUTA PERTIWI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi yang berbatas, karenanya hak atas tanah bukan saja memberikan wewenang untuk mempergunakan sebagian tertentu permukaan bumi yang disebut tanah. Tetapi juga sebagian tubuh bumi yang dibawahnya dan air serta ruang yang ada diatasnya dengan pembatasan. Tetapi tubuh bumi dibawah tanah dan ruang angkasa yang ada di atsanya sendiri bukan merupakan obyek hak atas tanah. Bukan termasuk obyek yang dipunyai pemegang hak atas tanah. Hak atas tanah yang berlaku di Indonesia saat ini merupakan salah satu hal yang diatur dalam Hukum Agraria dan didasarkan pada keberadaan hukum adat.

Mengenai hak pengelolaan, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (“UUPA”) tidak mengatur tentang hak pengelolaan secara eksplisit. Namun, UUPA menjelaskan hak pengelolaan berasal dari hak menguasai Negara atas tanah. Negara sebagai pihak yang menguasai tanah (sebagai organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat/bangsa) dapat memberikan tanah kepada seseorang atau badan hukum dengan sesuatu hak menurut peruntukan dan keperluannya, misalnya hak milik, hak-guna-usaha, hak guna bangunan atau hak pakai atau memberikannya dalam pengelolaan kepada sesuatu Badan Penguasa (Departemen, Jawatan atau Daerah Swatantra) untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing

Setiap instansi atau lembaga pemerintahan, dalam menjalankan tugas yang diembannya sudah tentu memerlukan bidang tanah, baik untuk pembangunan gedung kantor atau kegiatan operasionalnya. Bidang tanah tersebut ada yang diperoleh dari pemberian langsung oleh pemerintah atau dari hasil pembelian milik penduduk. Status bidang tanah itu tetap sebagai aset Pemerintah disebabkan oleh kareana sumber dananya berasal dari Pemerintah. Adapun masalah tertib administrasi yang perlu menjadi perhatian adalah tentang bagaimana tata cara penguasaan oleh instansi itu menjadi tertib dan teratur serta tertib pengawasannya.

(3)

sembarangan bagi siapapun dalam penguasaan tanah, pemiliknya sekalipun wajib memelihara dan memanfaatkannya hanya sesuai kebutuhan tanpa merugikan pihak lain dan tidak secara berlebihan menggunakannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan hak pengelolaan?

2. Bagaimana penyelesaian sengketa antara perhimpunan penghuni apartemen Mangga Dua Court (MDC) dengan pihak pengembang PT. Duta Pertiwi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui secara teoritis mengenai hak pengelolaan.

2. Mengetahui penyelesian sengketa antara perhimpunan penghuni apartemen Mangga Dua Court (MDC) dengan pihak pengembang PT. Duta Pertiwi.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hak Pengelolaan

Pasal 2 UUPA memuat hak menguasai dari negara atas tanah dan bersumber dari hak bangsa Indonesia, kewenangannya diatur dalam ayat (2), yaitu :

a) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.

b) Menentukan dan mengatur hubungan2 hukum antara orang denganbumi, air dan ruang angkasa.

c) menentukan dan mengatur hubungan2 hukum antara orang2 dan perbuatan2 hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Ayat (4) hak menguasai dalam pelaksanaannya dapat di kuasakan kepada Daerah Swatantra dan masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan2 peraturan pemerintah.

Pasal 4 UUPA (dasar hukum untuk HAT yang bersumber dari hak menguasai negara) Ayat (1) dengan dasar hak menguasai negara tersebut, maka dapat ditentukan adanya macam2 hak atas tanah yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang/badan hukum

(4)

a) HAT bersifat tetap : HM, HGB, HGU, Hak Pakai, Hak Sewa Untuk Bangunan, Hak Membuka Tanah, hak Memungut Hasil Hutan

b) HAT yang akan ditetapkan oleh UU : sampai saat ini belum ada

c) HAT bersifat sementara : Hak Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang, Hak Sewa Tanah Pertanian.

Sistem UUPA bersifat terbuka dalam menentukan HAT, ditunjukan dalam Pasal 16 (1) (h) yaitu hak2 lain yang akan ditetapkan oleh UU. Sifat Limitatif : lahirnya HAT tersebut harus diatur dalam UU (bukan HAT tetap maupun sementara). Hal ini untuk mengantisipasi lahirnya HAT baru sesuai dengan perkembangan masyrakat dan pembangunan. Hak Pengelolaan (HPL), dalam UUPA secara tersurat tidak disebut, istilah pengelolaan muncul dalam Penjelasan Umum Angka II Nomor 2 UUPA, yang intinya adalah negar dapat memberikan dalam pengelolaan kepada suatu badan penguasa untuk digunakan bagi pelaksanaan tugas masing2.

Sejarah HPL

a) Peraturan Pemerintah 8/1953 tentang Penguasaan tanah-tanah Negara disebut dengan Hak Penguasaan.

b) Peraturan Menteri Agraria 9/1965 tentang pelaksanaan Konversi Hak penguasaan Atas Tanah Negara dan Kebijaksanaan maka Hak Penguasaan di konversi menjadi Hak Pengelolaan (Pasal 2)

c) UU 16/1985 tentang Rumah Susun disebutkan mengenai Hak Pengelolaan (Pasal 7 (1)

Pengertian HPL

1. Dalam PP 40/1996 yaitu; hak menguasai negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.

(5)

dari negara atas tanah yang kewenangan pelaksannannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya untuk merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah, menggunakan untuk keperluan pelaksanaan tugasnya, menyerahkan bagian-bagian tanah tersebut kepada Pihak Ketiga (P III) dan/atau bekerja sama dengan P III.

Subjek HPL

a) Suatu badan penguasa (departemen, jawatan dan daerah swantatra). Dasar : Penjelasan Umum Angka II Nomor 2 UUPA

b) Departemen, direktorat dan daerah swantatra selain untuk digunakan instansi sendiri, juga dimaksudkan untuk diberikan suatu hak pada P III. Dasar: Permen Agraria 9/1965 Pasal 5

c) Departemen, Direktorat dan Daerah Swntatra. Dasar : Permen Agraria 1/1966 Pasal 1 huruf b

d) Departemen dan Jawatan Pemerintah, Badan Hukum yang di tunjuk Pemerintah. Dasar : PerMen Dalam Negeri 5/1973 Pasal 29

e) Perusahaan pembangunan perumahan yang seluruh modalnya berasal dari Pemerintah dan/atau Pemda, Industri estate yang seluruh modalnya berasal dari Pemerintah yang berbentuk Perum, Persero dan dari Pemda yang berbentuk Perusahaan daerah. Dasar : Per Men Dalam Negeri 5/1974 Pasal 5 dan 6

f) Pemerintah Daerah, lembaga, instansi dan/atau badan/badan hukum (milik) Pemerintah. Dasar : Per Men Dalam Negeri 1/1977 Pasal 2

(6)

h) - Instansi Pemerintah termasuk Pemda - BUMN

- BUMD - PT Persero - Badan Otorita

- Badan2 Hukum Pemerintah lainnya yang ditunjuk oleh Pemerintah

Dasar : Per Men Agraria/Kepala BPN 9/1999 Pasal 67

Terjadinya HPL a) Konversi

Dengan ketentuan Per Men Agraria No. 9/1965, Hak Pengelolaan adalah konversi dari Hak Penguasaan (Hak beheer), yaitu yang tanahnya digunakan untuk kepentingan instansi yang bersangkutan. HPL yang berasal dari konversi tersebut berlangsung selama tanahnya digunakan untuk keperluan itu.

b) Pemberian Hak Dasar : Permendagri 5/1973 yang diubah dengan Peraturan menteri Agraria/Kepala BPN (Badan Pertanahan Nasional) Nomor 9/1999

Langkah Permohonan HPL :

a) Permohonan kepada Kepala BPN melalui Kakan setempat dilanjutkan dengan pemeriksaan data fisik dan yuridis oleh Kakan

b) Jika permohonan memenuhi syarat maka Kakan akan menyampaikan pada KaKanwil untuk diminta pertimbangan dan pendapat

c) Kakanwil menyampaikan pada Kep BPN untuk dilakukan pemeriksaan data fisik dan data yuridis berikut memperhatikan pertimbangan dan pendapat Kakanwil untuk dipertimbangkan diterima atau tidaknya permohonan tersebut.

d) Penyampaian keputusan diterima atau tidak permohonan hak tersebut kepada pemohon. e) Jika diterima maka pemohon wajib mendaftarak keputusan tersebut untuk diterbitkan

sertifikat dengan terlebih dahulu membayar BPHTB. f. Sertifikat HPL diserahkan kepada pemohon.

(7)

P III yang ingin mempunyai HGB atau Hak Pakai, terlebih dahulu membuat perjanjian penggunaan tanah dengan pemegang HPL. Pemberian hak diatas HPL, tidak memutus hubungan hukum antara pemegang HPL dengan Hak Pengelolaannya, setiap HGB atau Hak Pakai berakhir, maka perpanjangan atau pembaharuannya harus dengan ijin tertulis pemegang HPL.

Pemegang HPL dapat menyerahkan bagian tanah HPL dalam bentuk HM kepada P III melalui pelepasan atau penyerahan HPL, dengan demikian hubungan hukum pemegang HPL dengan hak pengelolaannya berakhir.

2.2 Sengketa antara perhimpunan penghuni Apartemen Mangga Dua Court (MDC) dengan pihak pengembang PT. Duta Pertiwi

Kronologi Kasus

Fifi Tanang mungkin sudah tak asing lagi di mata manajemen PT Duta Pertiwi Tbk, perusahaan properti milik taipan Eka Tjipta Wijaya yang sebagian besar menguasai tanah di daerah Mangga Dua, Jakarta Utara. Mungkin, Fifi yang menjabat Ketua Perhimpunan Penghuni Rumah Susun Apartemen Mangga Dua Court (MDC), saat ini menjadi orang yang paling disegani oleh manajemen Duta Pertiwi, setelah ia membongkar kasus status hak atas tanah Apartemen Mangga Dua Court (MDC), yang berlokasi di Jakarta Utara. Akibat ulahnya, Fifi kini harus berurusan dengan polisi. Ia dilaporkan ke Mabes Polri lantaran mencemarkan nama baik Duta Pertiwi di sebuah media nasional. Selain itu, Fifi bersama dengan 16 pemilik kios ITC Mangga Dua harus berjibaku menghadapi gugatan perdata di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara (lihat box). Sekedar informasi, hampir semua properti yang berada di kawasan Mangga Dua dikuasai oleh Duta Pertiwi, termasuk ITC Mangga Dua dan Apartemen MDC.

(8)

Fakultas Hukum Universitas Trisakti itu menyatakan Badan Pertanahan Nasional (BPN) mesti bertanggung jawab atas terbitnya sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) murni Apartemen MDC. Apalagi, lanjutnya, mustahil jika BPN tidak mengetahui status tanah itu dari awal saat dilakukan jual beli unit apartemen.

Hal yang paling mudah untuk membuktikan status tanah suatu apartemen, kata Boedi, adalah mencocokkan sertifikatnya dengan buku tanah yang disimpan di BPN. "Jadi, nggak mungkin orang BPN tidak mengetahui tentang status tanah suatu bangunan," tegas pria yang juga pengajar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini di hadapan majelis hakim, Selasa (4/3) pekan lalu. Sebagai lembaga yang mengawasi ranah pertanahan di tanah air, sudah sepatutnya BPN juga bertindak mengawasi sengketa pertanahan yang kerap terjadi. Boedi mengatakan, dalam kasus ini pihak Duta Pertiwi patut dipersalahkan, karena sejak awal tidak menginformasikan status tanah Apartemen MDC kepada calon pembeli waktu itu. "Masyarakat tidak mengerti, makanya BPN, PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) dan Duta Pertiwi seharusnya memberi tahu ke masyarakat," ujarnya.

Kasus ini berawal saat 147 pemegang unit setifikat hak milik atas satuan rumah susun (SHMSRS) yang tergabung dalam Perhimpunan Penghuni (Perhimni) MDC ingin memperpanjang HGB tanah bersama, bulan Maret 2006. Ketika itu BPN belum mengetahui bahwa tanah Apartemen MDC adalah HGB di atas Hak Pengelolaan (HPL). Hal ini ditegaskan BPN dengan menerbitkan Surat Keterangan Status Tanah (SKST) tertanggal 24

Mei 2006.

Selain itu, BPN juga telah melakukan risalah pemeriksaan tanah (konstatering rapport) yang hasilnya tidak menyatakan tanah HPL. Sehingga, Perhimni MDC diwajibkan membayar uang pemasukan kepada negara total Rp289 juta. Anehnya, pada bulan Juli 2006, BPN menarik kembali pernyataan tersebut. Setelah diselidiki ulang, ternyata BPN baru mengetahui bahwa status tanah Apartemen MDC adalah HGB di atas HPL atas nama Pemda DKI Jakarta (sekarang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta).

(9)

tahun 1984.. Mereka merasa ditipu oleh manajemen Duta Pertiwi. Pasalnya, pada saat membeli unit Apartemen MDC, Duta Pertiwi tidak pernah menginformasikan dan memberitahukan kepada calon pembeli bahwa tanah bersama Apartemen MDC adalah milik Pemprov DKI Jakarta. "Yang para pembeli tahu saat itu, status tanah adalah HGB murni. Kami ini ditipu," ujar Fifi kepada salah satu media online (hukumonline).Ia lantas menyodorkan beberapa dokumen yang kesemuanya memang tidak bertuliskan "HGB di atas HPL atas nama Pemda DKI Jakarta". Bukti itu antara lain: perjanjian pengikatan jual beli,

akte jual beli dan shm.

Tuduhan Fifi langsung dibantah kuasa hukum Duta Pertiwi, Zulfahmi. Menurut dia, tidak ada kekeliruan yang dilakukan kliennya ketika melakukan jual beli properti Apartemen MDC. "Duta Pertiwi sudah melakukan langkah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku," jelasnya.

Analisis Kasus

Kasus diatas sangat menarik untuk dibahas. Kasus di atas mengenai pesengketaan Hak Guna Bangunan (HGB) diatas Hak Milik atas nama pihak Duta Pritiwi vs HGB di atas HPL (Hak Pengelolaan atas nama Pemda DKI Jakarta (sekarang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta). Saya melihal ada beberapa hal permasalahan Hak atas Tanah disini yang akan saya analisis.

1. Hak Guna Bangunan (HGB) diatas Hak Milik atas nama pihak PT. Duta Pritiwi. Tata Cara Pemberian HGB di atas HM (Hak Milik), melihat dari tata cara pembebanan Hak Guna Bangunan diatas Hak Milik (pasal 24 Peraturan Pemerintah No.40/1996) terjadi dengan pemberian oleh pemegang Hak Milik dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang sudah dilegalkan oleh pemerintah. - Pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik pada dasarnya merupakan pembebanan yang dilakukan oleh pemegang Hak Milik atas tanah miliknya. Karena itu pemberian itu dilakukan dengan suatu perjanjian antara pemegang Hak Milik dan calon pemegang Hak Guna Bangunan yang dicantumkan dalam akta yang dibuat oleh Pejabat

Pembuat Akta Tanah.

(10)

apartemen MDC antara PT. Duta Pertiwi Tbk. (sbg pemberi) dengan Penghuni Apartemen MDC.

Pemberian Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib didaftarkan terlebih dahulu kepada Kantor Pertanahan wilayah terkait . - Sebagai pembebanan atas suatu hak yang terdaftar, Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik perlu didaftar dengan pembuatan buku tanahnya dan pencatatannya pada buku tanah dan sertipikat Hak Milik yang bersangkutan.

-Dalam kasus apartemen ini, HGB atas tanah HM tersebut juga telah didaftarkan pada kantor pertanahaan dengan adanya pembukuan dan pencatatannya pada buku tanah dan sertifikat hak milik

Hak Guna Bangunan (HGB) atas tanah Hak Milik (HM) mengikat pihak ketiga sejak didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) UUPA 1960. - Walaupun Hak Guna Bangunan itu sudah terjadi pada waktu dibuatnya akta Pejabat Pembuat Akta Tanah yang dimaksud dalam ayat (1), namun baru mengikat pihak ketiga

sesudah didaftarkan.

Jadi dilihat dari Tata Cara Pembebanan HGB- diatas HM (ps. 24 PP 40/1996), maka dapat dikatakan proses pemberian HGB diatas HM atas Apartemen MDC tersebut antara PT. Duta Pratiwi dengan Penghuni telah dapat dikatakan sah secara hukum. Karena semua proses dan persyaratan pemberian hak tersebut telah sesuai. Dari data dan penjelasan pada kasus diatas dijelaskan bahwa PT. Duta Pritiwi memiliki hak milik atas tanah Apartemen tersebut yg telah bersertifikat dan menjual HGB dari HM atas Apartemen tsb.

Jangka Waktu Hak Guna Bangunan (HGB) Diatas Hak Milik (HM) (Pasal 29) - Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 tahun.

(11)

baru dengan perjanjian lagi atau dengan kata lain melakukan pembahruan perjanjian. Pada bulan maret 2006 masa berlaku HGB atas tanah bangunan Apartemen ini berakhir, 147 pemegang unit setifikat hak milik atas satuan rumah susun (SHMSRS) yang tergabung dalam Perhimpunan Penghuni (Perhimni) MDC memperpanjang HGB tanah bersama. Jadi, sampai sekarang Hak Guna Bangunan tersebut masih berlaku dan tidak perlu diperpanjang.

Akan tetapi, timbul permasalahan ialah Ketika itu BPN belum mengetahui bahwa tanah Apartemen MDC adalah HGB di atas Hak Pengelolaan (HPL). Hal ini ditegaskan BPN dengan menerbitkan Surat Keterangan Status Tanah (SKST) tertanggal 24 Mei 2006. Dan BPN melakukan risalah pemeriksaan tanah (konstatering rapport) yang hasilnya tidak menyatakan tanah HPL. Sehingga, Perhimni MDC diwajibkan membayar uang pemasukan kepada negara total Rp289 juta. Tetapi, yang menjadi aneh, pada bulan Juli 2006, BPN menarik kembali pernyataan tersebut. Setelah diselidiki ulang, ternyata BPN baru mengetahui bahwa status tanah Apartemen MDC adalah HGB di atas HPL atas nama Pemda DKI Jakarta (sekarang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta). Akibatnya, sertifikat Apartemen MDC yang telah diberikan kepada Perhimni MDC dicoret dan dibatalkan. Hal itu dilakukan BPN lantaran ditemukan dokumen surat perjanjian kerja sama antara R. Soeprapto (Gubernur DKI Jakarta waktu itu) dengan Rachmat Sumengkar (Direktur Utama Duta Pertiwi waktu itu) yang mendapat persetujuan dari Komisaris Utama Duta Pertiwi, Eka Tjipta Widjaja. Terdapat ketidakpastian akan hak atas tanah dari rumah susun yang dimiliki Penghuni tersebut. Apakah HGB atas HM ataukah HGB atas HPL. Jika melihat temuan yang ditemukan BPN, maka jelas bahwa hak atas tanah tersebut ialah HGB atas HPL dan berarti telah terjadi penipuan oleh PT. Duta Pratiwi terhadap para penghuni Apartemen MDC.

Dasar Hukum

a.Pasal 20-27, Pasal 50 ayat (1) dan pasal 56 UUPA

b. UU No. 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun

c. PP No 24 tahun 1997 pengganti PP No. 10 tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah

d. PP No 40 tahun 1996 tentang HGU, HGB, dan Hak Pakai atas Tanah Negara

(12)

dengan Rachmat Sumengkar (Direktur Utama Duta Pertiwi waktu itu) yang mendapat persetujuan dari Komisaris Utama Duta Pertiwi, Eka Tjipta Widjaja. Perjanjian itu diteken pada tahun 1984. Jadi, dasar dari HGB itu besumber dari HPL atas nama Pemda DKI Jakarta. Apa itu hak pengelolaan? Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya (Pasal 1 angka 2

PP 40/1996).

Maka dalam hal ini, hak pengelolaan atas Tanah Apartemen tersebut itu berasal dari Pemda DKI Jakarta yang dilimpahkan kepada PT. Duta Pertiwi melalui Perjanjian kerjasama yang kemudian digunakan oleh PT. Duta Pertiwi dengan mengeluarkan Hak Guna Bangunan untuk diberikan kepada para calon penghuni Apartemen Mangga Dua Court (MDC)

Isi wewenang tersebut menurut (PMDN Nomor 1 Tahun 1977) yaitu: - Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan; - Menggunakan tanah tersebut untuk keprluan pelaksanaan usahanya; - Menyerahkan bagian-bagian daripada tanah itu kepada pihak ketiga menurut persyaratan yang ditentukan oleh pemegang HPL yang meliputi segi-segi peruntukan, penggunaan, jangka waktu dan keuangannya dengan ketentuan bahwa pemberian hak atas yanah kepada pihak ketiga yang bersangkutan dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berwenang, sesuai dengan peraturan perundang – undangan (perpu) yang berlaku dan terkait dengan hal itu. Dan mengenai Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan (Pasal 4 ayat 4 PMNA atau KABPN Nomor 9 Tahun 1999 ) Dalam hal tanah yang dimohon merupakan tanah Hak Pengelolaan pemohon harus terlebih dahulu memperoleh penunjukan berupa perjanjian penggunaan tanah dari pemegang Hak Pengelolaan

Perjanjian Penggunaan Tanah dari pemegang HPL (Hak Pengelolaan) berisi : Pada aturan (PMDN Nomor 1 Tahun 1977 Pasal 2 ayat (2) yaitu

a. Identitas para pihak; b. Letak,batas,luas tanah ; c. Jens penggunaannya;

(13)

e. Jens-jenis bangunan yang akan didirikan diatasnya dan ketentuan mengenai pemilikan bangunan tersebut pada berakhirnya hak atas tanah yang diberikan:

f. Jumlah uang pemasukan dan syarat-syarat pembayaran; g. Syarat-syarat lain yang dipandang perlu.

Hak atas tanah yang dapat diberikan diatas tanah HPL yaitu Hak guna bangunan dan Hak pakai. Untuk jangka WAKTU HGB ATAU HP DIATAS HPL (PP NO.40 TH 1996)

- Setiap peralihan hgb dan hp diatas hpl harus dengan persetujuan tertulis dari pemegang HPL

- Setiap pembebanan hgb dan hp diatas hpl harus dengan persetujuan tertulis dari pemegang HPL

Maka, dengan kenyataan yang tidak dapat diterima oleh para penghuni apartemen bahwa pada dasarnya para para pembeli tahu saat itu, status tanah adalah HGB murni dengan bukti beberapa dokumen yang kesemuanya memang tidak bertuliskan "HGB di atas HPL atas nama Pemda DKI Jakarta". Bukti itu antara lain: perjanjian pengikatan jual beli, akte jual beli dan sertifikat hak milik. Dan dengan adanya fakta penipuan ini maka para penghuni memperoleh kerugian. Salah satu contoh yang nyata (dalam kasus) bahwa Perhimni MDC diwajibkan membayar uang pemasukan kepada negara total Rp289 juta. Dan dalam hal ini, saya menyatakan bahwa para penghuni dapat menuntut haknya dan mereka tidak dapat disahkan. Bahkan yang dapat disalahkan ialah BTN dan PT. Duta Pratiwi. Berdasarkan pada pakar hukum agraria Boedi Harsono yang menyatakan Badan Pertanahan Nasional (BPN) mesti bertanggung jawab atas terbitnya sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) murni Apartemen MDC. Apalagi, lanjutnya, mustahil jika BPN tidak mengetahui status tanah itu dari awal saat dilakukan jual beli unit apartemen.

(14)

PT. Duta Pertiwi seharusnya memberi tahu ke masyarakat," ujarnya.

Dasar Hukum

-Penhelasan bagian A II 2 UUPA

- PP nomor 8 tahun 1953

- PMA No. 9 tahun 1965 tentang pelaksanaan konversi Hak atas tanah dan ketentuan-ketentuan kebijakan selanjutnya

- PMDN No. 5 Tahun 1965

- Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan No. 9 tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Harta Pengelolaan.

- PMA Nomor 1 Tahun 1966

- PMDN Nomor.3/1974

BAB III KESIMPULAN

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan dasar pemikiran tersebut diatas, penulis ingin meneliti pengaruh suplementasi seng 20 mg yang diberikan dua kali setiap minggu selama 12 minggu

- Pasien mengetahui perubahan aktual pada penampilan tubuh - Pasien akan megambarkan perubahan aktual pada fungsi tubuh - Pasien dapat memelihara hubungan soaial yang dekat

• Bagi Puskesmas telah akreditasi akan dapat melihat keberlangsungan mutu pelayanan kesehatan, yang merupakan aspek dari akreditasi...

Sebuah dokumen yang telah ditandatangani dapat diverifikasi dengan valid dengan menggunakan skema Pratical Forward Secure Sequential Aggregate Signature , dan dengan adanya

Majelis taklim Khairunnida atau biasa disebut majelis taklim Khairunnida Babuttarbiyah merupakan salah satu lembaga non formal yang berada di RW.04 Kelurahan

3) Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami suatu konsep melalui

Berdasarkan teknik analisis data statistik inferensial yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peranan guru mata pelajaran aqidah akhlak dalam mengembangkan

Lingkungan bisnis ini yang tumbuh dan berkembang dengan sangat dinamis, sangat memerlukan sistem manajemen yang efektif artinya dapat dengan mudah berubah atau