Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan SKRIPSI
PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN KOSAKATA DENGAN PERMAINAN TEKA-TEKI BERGAMBAR SISWA KELAS I
SDN 01 ULAK KARANG SELATAN PADANG
OLEH:
RANGGA SUDARMA NPM. 0710013411020
Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan PENGESAHAN PEMBIMBING
Nama : RANGGA SUDARMA
NPM : 0710013411020
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul : Peningkatan Proses Pembelajaran Kosakata dengan Permainan Teka-teki Bergambar Siswa Kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang
Padang, Agustus 2011
Disetujui untuk Diuji
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Syofiani, M.Pd Dra. Niniwati, M.Pd
Mengetahui
Dekan Ketua Program Studi
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI
Nama : RANGGA SUDARMA
NPM : 0710013411020
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul : Peningkatan Proses Pembelajaran Kosakata dengan Permainan Teka-teki Bergambar Siswa Kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang
Padang, Agustus 2011
Disetujui untuk Diuji
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Syofiani, M.Pd. Dra. Niniwati, M.Pd.
Mengetahui
Dekan Ketua Program Studi
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan ABSTRAK
Rangga Sudarma. Skripsi. 2011, “Peningkatan Proses Pembelajaran Kosakata dengan Permainan Teka-Teki Bergambar Siswa Kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang”. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta.
Kurangnya kesempatan siswa untuk mengalami proses pembelajaran bahasa sesuai dengan perkembangan daya pikirnya membuat situasi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah kaku. Kondisi seperti itu melatarbelakangi penelitian ini, di samping keluhan yang disampaikan guru kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang bahwa sebagian siswa di kelasnya kurang mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia dengan baik. Indikatornya terlihat dari beberapa siswa melakukan aktivitas lain pada saat guru menjelaskan materi pelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Nilai siswa pada semester I tahun pelajaran 2010-2011 dengan rata-rata 6,8, dan masih terdapat 34% siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sekolah 6,5.
Penelitian ini bertujuan untuk menawarkan alternatif strategi pembelajaran yang dapat menciptakan kreativitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya bidang kosakata, dengan memanfaatkan permainan teka-teki bergambar. Berdasarkan kajian teori perkembangan dan membelajaran bahasa siswa yang dikemukakan beberapa pakar disajikan sebuah pembelajaran bahasa Indonesia yang memprioritaskan pengembangan kosakata melalui penerapan permainan teka-teki bergambar. Konsep teka-teki yang dipaparkan oleh Danandjaja adalah sebuah permainan kata untuk menebak jawaban kata, dipaparkan dalam bentuk aturan tertentu (kalimat lisan, tulisan dan gambar) yang mendeskripsikan tentang ciri, bentuk dan kegunaan sebuah kata. Berpadukan materi ajar dengan pola kompetisi permainan edukasi yang dilakukan secara bersama-sama dapat meningkatkan kegairahan belajar siswa karena proses belajar sambil bermain cocok diterapkan pada siswa kelas rendah, dan diharapkan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan proses pemerolehan bahasa yang dialaminya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif dan partisipan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas dua kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan, Padang yang berjumlah 38 orang. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas siswa, lembar pengamatan guru dan tes hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 70,62 dengan persentase ketuntasan belajar 60% dan rata-rata nilai siswa siklus II adalah 83,91 dengan persentase ketuntasan belajar 86%. Dari hasil analisis lembar observasi aktivitas siswa diperoleh rata-rata persentase dari
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan ke hadirat Allah SWT berkat rahmat dan
karuniaNya dan atas usaha penulis skripsi dengan judul “Peningkatan Proses
Pembelajaran Kosakata dengan Permainan Teka-Teki Bergambar Siswa Kelas I
SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang” dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu prasyarat untuk mendapati gelar Sarjana
Pendidikan, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Bung Hatta Padang.
Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan, dorongan dan petunjuk dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Syofiani, M.Pd. sebagai pembimbing I.
2. Ibu Dra. Niniwati, M.Pd. sebagai Pembimbing II sekaligus Penasehat
Akademik.
3. Ibu Dra. Zulfa Amrina, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Bung Hatta.
4. Bapak Dr. Marsis, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Bung Hatta.
5. Ibu Dra. Henny Del Roza selaku Kepala Sekolah SDN 01 Ulak Karang
Selatan Padang.
6. Ibu Listina, A. Md, Guru Kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
7. Rekan-rekan seperjuangan serta adik-adik angkatan, atas segala bentuk
dukungan, doa, dan dorongan yang membuat semangat tak pernah
padam.
8. Semua pihak yang telah membantu, baik moril maupun materil yang
tak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Semoga apa yang telah mereka berikan mendapat balasan dari Allah SWT.
Amin. Skripsi ini adalah usaha maksimal penulis. Namun, jika masih ditemukan
kekurangan penulis berharap kritik dan saran yang kontruktif dari pembaca demi
kesempurnaan isi skripsi ini.
Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Padang, Agustus 2011
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan DAFTAR ISI
Pengesahan Pembimbing………...
Pengesahan Ujian………..
Abstrak………...
Kata Pengantar………...
Daftar Isi………
Daftar Tabel………...
Daftar Lampiran………
BAB 1 PENDAHULUAN………
A. Latar Belakang Masalah………
B. Batasan Masalah………
C. Perumusan Masalah………...………
D. Tujuan Penelitian………...
E. Manfaat Penelitian……….
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN………
A. Kajian Teori………...
1. Perkembangan dan Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa...
2. Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Anak di SD...
3. Teka-Teki……….
4. Gambar……….………...…
5. Permainan Teka-Teki Bergambar………...
6. Tinjauan Aktivitas Guru………..
7. Tinjauan Aktivitas Siswa………. ….………..
B. Kerangka Konseptual………
Nomor
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
C. Hipotesis Tindakan………
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….
A. Jenis Penelitian………..
B. Lokasi dan Subjek Penelitian………
C. Prosedur Penelitian………
D. Indikator Keberhasilan………..
E. Instrumen Penelitian………..
F. Teknik Analisis Data……….
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….
A. Deskripsi Data………..
1. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I………
2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ………...………….
B. Pembahasan………...
1. Aktivitas Belajar Siswa………...
2. Hasil Belajar Siswa………..
3. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Menggunakan Permainan
Teka-teki Bergambar………
BAB V PENUTUP………
A. Kesimpulan………
B. Saran………..
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Tahap perkembangan Bahasa Anak ………
Tabel 2 : Aktivitas Siswa Yang Akan Diamati ………....………
Tabel 3 : Persentase Aktivitas Guru pada Siklus I………
Tabel 4 : Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I………
Tabel 5 : Hasil Belajar Siswa pada Siklus I………
Tabel 6 : Persentase Aktivitas Guru pada Siklus II………
Tabel 7 : Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II………
Tabel 8 : Hasil Belajar Siswa pada Siklus II………
Nomor
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……...
Lampiran 2 : Lembar Teka-teki Bergambar…...………...
Lampiran 3 : Petunjuk Lisan Teka-teki Bergambar...
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II…...
Lampiran 5 : Lembar Teka-teki Bergambar...
Lampiran 6 : Petunjuk Lisan Teka-teki Bergambar...
Lampiran 7 : Hasil Ujian bahasa Indonesia siswa Semester I Tahun 2010-2011..
Lampiran 8 : Pembagian Kelompok Siswa dalam Permainan Teka-teki Bergam-
bar...
Lampiran 9 : Cerita keluarga Tiara...
Lampiran 10 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I pertemuan 1...
Lampiran 11 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I pertemuan 2...
Lampiran 12 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II pertemuan 1...
Lampiran 13 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II pertemuan 2...
Lampiran 14 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I pertemuan 1...
Lampiran 15 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I pertemuan 2...
Lampiran 16 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II pertemuan 1...
Lampiran 17 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II pertemuan 2...
Lampiran 18 : Kisi-kisi Instrumen Hasil belajar I………
Lampiran 19 : Insrumen Hasil belajar I………...……….
Lampiran 20 : Pedoman Jawaban Tes I………
Lampiran 21 : Kisi-kisi Instrumen Hasil belajar II…...………
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Lampiran 23 : Pedoman Jawaban Tes II………..………
Lampiran 24 : Hasil Ujian Siswa………
Lampiran 25 : Surat Izin Penelitian………..
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi kehidupan manusia.
Dalam berbagai macam situasi, bahasa dimanfaatkan untuk menyampaikan
sebuah gagasan berbagai hal baik yang dirasakan, difikirkan, dialami, maupun
diangankan oleh seseorang yang dituangkan secara lisan ataupun tulis.
Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial membuat kedudukan bahasa menjadi
hal yang sangat penting dalam interaksi antarsesama manusia. Dengan bahasa,
akan mempermudah kelangsungan hidupnya.
Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai suku yang menetap di beberapa
pulau sehingga menimbulkan keragaman dalam berkomunikasi, khususnya bahasa
lisan. Setidaknya terdapat tiga jenis bahasa yang sama-sama digunakan oleh
masyarakat meskipun situasi pemakaiaan dan jumlah penuturnya berbeda-beda.
Ketiga jenis bahasa itu adalah bahasa ibu biasanya bahasa daerah, bahasa nasional
yaitu bahasa Indonesia dan bahasa asing. Penggunaan bahasa daerah biasanya
digunakan hanya sebagai sarana komunikasi antar warga dalam lingkup daerah
tertentu saja, sehingga timbullah kendala dalam berkomunikasi apabila di suatu
daerah terdapat kumpulan warga yang menguasai bahasa daerah yang berbeda.
Untuk itulah dibutuhkan bahasa yang dapat menjembatani kesulitan
berkomunikasi antar daerah dan sekaligus mempersatukan masyarakat yaitu
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Pernyataan tekad kebahasaan dalam kesatuan nasional diikrarkan pada
tanggal 28 Oktober 1928 pada salah satu butir Sumpah Pemuda yang berbunyi,
“kami putra dan purti Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia” (Mustakim, 1994:9). Dengan adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, hambatan komunikasi yang disebabkan berbeda latar belakang sosial,
budaya, dan bahasa daerah dapat teratasi dengan bahasa pemersatu yaitu bahasa
Indonesia.
Pada pasal 36 dalam UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara adalah bahasa Indonesia” (Sekretariat Jenderal MPR RI, 2008:10). Kalimat itu, juga mene-gaskan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki kedudukan
yang sangat kuat yang digunakan dalam urusan kenegaraan dan urusan tata
pemerintahan. Sebagai bahasa nasional maupun bahasa negara, usaha pelestarian,
pembinaan, dan mengembangan bahasa Indonesia menjadi tanggung jawab setiap
warga negara Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan bahasa Indonesia yang
baik dan benar seyogianya mendapat perhatian dan penanganan
sungguh-sungguh.
Dalam Ketetapan MPR 1978 dan 1983 dinyatakan bahwa pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia dilaksanakan dengan penggunaan bahasa
Indonesia secara baik dan benar. Disamping itu, pengajaran bahasa Indonesia
perlu ditingkatkan dan diperluas sehingga mencakupi semua lembaga pendidikan
dan menjangkau masyarakat luas (Mustakim, 1994:13). Dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) tahun 1988 juga ditegaskan bahwa sekolah sebagai
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
mempunyai peranan penting untuk melaksanakan tugas tersebut (Mustakim,
1994:13).
Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah pada hakikatnya merupakan salah
satu sarana dalam rangka mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia yang terarah dan terprogram. Oleh karena itu, melalui proses
pengajaran bahasa Indonesia, diharapkan peserta didik/siswa memiliki
kemampuan yang memadai untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia secara
baik dan benar sesuai dengan tujuan atau keperluan berkomunikasi dan konteks
pemakaiannya sehingga pada gilirannya siswa benar-benar dapat menguasai dan
mampu berbahasa secara aktif (berbicara dan menulis) maupun reseptif
(menyimak dan membaca).
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kualitas keterampilan berbahasa
siswa baik secara aktif maupun reseptif sangat tergantung dengan kualitas dan
kuantitas kosakata bahasa Indonesia yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata
yang dimiliki, maka semakin terampillah siswa dalam berbahasanya (Tarigan,
1986:3).
Penguasaan kosakata pada usia sekolah sangatlah penting dan
merupakan dasar untuk penguasaan kosakata pada usia selanjutnya. Hastuti
dalam Chasanah (2008:14) menyatakan bahwa pentingnya penguasaan
kosakata adalah “Agar siswa mampu memahami kata atau istilah dan mampu
menggunakannya dalam tindak berbahasa baik itu menyimak, berbicara,
membaca maupun menulis”.
Untuk itulah, pengembangan kosakata siswa perlu diperhatikan dalam
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
dapat mengembangan kosakata bahasa Indonesia siswa dalam pembelajaran.
Kurangnya perhatian guru akan hal itu akan berdampak buruk terhadap
kemampuan berbahasa siswa.
Pada saat penulis melakukan Praktek Lapangan Kependidikan (PLK) di
SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang pada tanggal 19 Juli 2010, penulis langsung
mengidentifikasi problematika pengembangan kosakata bahasa Indonesia di
sekolah tersebut. Hal yang menjadi pertimbangan penulis untuk langsung
melakukan observasi saat PLK, karena SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang
merupakan salah satu sekolah unggul yang berada di kota Padang. Posisi sekolah
yang berlokasi di tepi jalan utama kota Padang membuat sekolah ini menjadi
akses yang terjangkau bagi masyarakat, sehingga sekolah ini menjadi pilihan
utama untuk bersekolah. Karena sekolah ini hanya menerima satu kelas untuk
setiap angkatannya maka untuk bersekolah di SDN 01 Ulak Karang Padang
diadakan seleksi yang ketat.
Sekolah yang dipandang unggul tidak menjadi jaminan terjadinya proses
pembelajaran bahasa Indonesia yang opitimal. Hal itu ditemukan penulis saat
melakukan PLK. Dari hasil wawancara dan keluhan yang disampaikan guru kelas
I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang bahwa sebagian siswa di kelasnya kurang
mengikuti pembelajaran dengan baik pada jam pelajaran bahasa Indonesia. Hal itu
terlihat dari beberapa siswa yang melakukan aktivitas lain saat guru menjelaskan
materi pelajaran, seperti berbicara dengan teman sebangku dan mengganggu
konsentrasi temannya yang ingin belajar sehingga kelas cenderung gaduh dan
tidak kondusif. Hasil belajar siswa pun kurang baik. Rendahnya hasil belajar
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Karang Selatan Padang tahun pelajaran 2010-2011 yang memperoleh nilai
rata-rata 6,8 dan masih terdapat 34% siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM
sekolah 6,5.
Rendahnya hasil belajar siswa kelas I SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang
dimungkinkan karena kurangnya perhatian guru terhadap pengembangan kosakata
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penguasaan kosakata yang tidak memadai,
membuat situasi siswa kurang terampil dalam berbahasa reseptif (menyimak dan
membaca) sehingga berdampak terhadap hasil belajar siswa. Disamping itu,
keterbatasan kosakata juga membuat siswa kurang terampil dalam berbahasa aktif
(berbicara dan menulis) sehingga membuat aktivitas belajar siswa menjadi tidak
optimal.
Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dalam pembelajaran bahasa
saat ini diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat sebagai upaya kongkrit
dalam aplikasi pembelajaran di kelas.
Anak di kelas permulaan (usia 6 - 8 tahun) berada pada fase bermain,
dengan bermain anak akan senang belajar, semakin anak senang maka semakin
banyak yang diperolehnya. Permainan belajar dapat menciptakan atmosfir
menggembirakan dan membebaskan kecerdasan penuh dan tak terhalang
dalam memberikan banyak sumbangan. Permainan memiliki peranan penting
dalam perkembangan kognitif dan sosial anak, karena bermain dapat mendorong
imajinasi anak, menambah daya ingat, dan kesempatan menalar. Permainan
dapat diterapkan dalam semua bidang studi, seperti matematika, ilmu sosial,
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian tindakan kelas di SDN 01 Ulak Karang Selatan Padang. Penulis
mencoba mengembangkan suatu alternatif agar terciptanya proses pembelajaran
bahasa Indonesia yang sesuai dengan proses perkembangan kebahasaan anak.
Dengan memprioritaskan pembelajaran kosakata bahasa Indonesia, penulis
mencoba mengembangkan pembelajaran melalui penerapan permainan teka-teki
bergambar.
Teka-teki adalah sebuah permainan kata untuk menebak sebuah kosakata
yang dipaparkan dalam bentuk aturan kalimat lisan atau tulisan tertentu, seperti
deskripsi tentang ciri, bentuk dan kegunaan sebuah kata. Selain itu dengan
memadukan dengan media gambar dapat menimbulkan kreativitas siswa yang
beragam dalam menjawab dan mendeskripsikan sebuah kata. Bermain teka-teki
kata menggunakan media bantu gambar secara bersama-sama dapat meningkatkan
kegairahan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.
Penulis memilih judul “Peningkatan Proses Pembelajaran Kosakata Bahasa
Indonesia dengan Menggunakan Teka-Teki Bergambar Pada Siswa Kelas I SDN
01 Ulak Karang Padang”, karena di dalam proses belajar-mengajar di kelas
tersebut masih belum menggunakan permainan ini dalam pembelajarannya.
B. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup yang akan diteliti dan keterbatasan waktu,
tenaga serta kemampuan penulis, serta agar penelitian ini lebih terarah dan
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
1. Aktivitas siswa dilihat dari aspek oral activities, writing activities, visual activities dan emosional activities.
2. Aktivitas guru dilihat dari aspek keterampilan membuka dan menutup
pembelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya (dasar,
lanjut dan penguatan), dan keterampilan mengelola kelas.
3. Hasil belajar yang dilihat dari aspek kognitif.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1. Apakah permainan teka-teki bergambar dapat meningkatkan proses
pembe-lajaran kosakata bahasa Indonesia siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 01
Ulak Karang Selatan Padang?
2. Apakah permainan teka-teki bergambar dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa dalam proses pembelajaran kosakata bahasa Indonesia siswa
kelas I Sekolah Dasar Negeri 01 Ulak Karang Selatan Padang?
3. Apakah permainan teka-teki bergambar dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam proses pembelajaran kosakata bahasa Indonesia siswa kelas I
Sekolah Dasar Negeri 01 Ulak Karang Selatan Padang?
D. Tujuan Penulisan
Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
1. Meningkatkan proses pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas I Sekolah
Dasar Negeri 01 Ulak Karang Selatan Padang.
2. Meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas I Sekolah Dasar
Negeri 01 Ulak Karang Selatan Padang.
3. Meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 01 Ulak
Karang Selatan Padang.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Guru
a. Sebagai masukan dalam melaksanakan pembelajaran secara variatif
guna memaksimalkan kemampuan peserta didik.
b. Meningkatkan suasana aktif, kreatif dan menyenangkan dalam proses
pembelajaran di kelas.
2. Siswa
a. Dapat meningkatkan penguasaan kosakatanya.
b. Dapat meningkatkan keaktifan dalam belajar, sehingga lebih kreatif
dan lebih menguasai kosakata bahasa Indonesia dalam pembelajaran.
3. Penulis
a. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai acuan untuk
melaksanakan pembelajaran di masa yang akan datang.
b. Sebagai upaya dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama
pendidikan.
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
a. Memberikan masukan kepada sekolah tentang perlunya meningkatkan
kemampuan guru dalam menggunakan permaianan teka-teki
bergambar dalam pembelajaran di kelas rendah.
b. Untuk menjawab permasalahan yang dihadapi di sekolah khususnya
peningkatan proses pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat
dikembangkan dengan permaianan teka-teki bergambar sebagai upaya
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Teori
1. Perkembangan dan Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa
Ken Goodman dalam Gusnetti (2009:1) menyatakan bahwa suatu teka-teki
yang sulit dijawab berkenaan dengan belajar anak. Suatu ketika, anak-anak
tampak sudah belajar bahasa, tetapi juga kadang-kadang kelihatan sukar.
Dalam kesehariannya, ketika siswa berada di luar sekolah, siswa mampu dan
dapat belajar bahasa dengan baik seperti memahami ujaran yang disampaikan
orang lain ataupun melontarkan ujaran bermakna kepada orang lain dalam waktu
relatif singkat tanpa ada tekanan dan paksaan. Berbeda dengan belajar bahasa di
sekolah, siswa selalu menemukan kesulitan yang kadang-kadang dapat
menghasilkan keadaan yang membosankan dalam belajar bahasa siswa.
a. Perkembangan Bahasa Anak
Bila kita mengamati perkembangan kemampuan berbahasa anak, kita akan
terkesan dengan pemerolehan bahasa anak yang berjenjang dan teratur. Grasia
dalam Krisanjaya (1998) dalam Hartati (2006:47) menyatakan bahwa
pemerolehan bahasa anak dapat dikatakan mempunyai ciri-ciri kesinambungan,
memiliki suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana
menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis). Kalau kita beranggapan
bahwa fungsi tangisan sebagai awal dari kompetensi komunikasi, maka ucapan
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
atau “maem” untuk makan, hal itu menandai tahap pertama perkembangan bahasa
formal.
Perkembangan bahasa anak dimulai sejak bayi, perkembangan ini disebut
fase bunyi dan makna yang kisaran usianya antara 9-16 bulan. Bayi yang berumur
satu tahun sudah mulai menggunakan bahasa, walaupun satu kata. Kata-katanya
sederhana yang mudah dimengerti secara kongkrit. Anak sudah biasa
mengucapkan kata benda seperti mama, papa, meong, maam, dan lain-lain.
Tarigan (1986:12) juga menambahkan bahwa:
Pada umumnya, mitra komunikasi anak menafsirkan maksud tuturannya dengan sesuatu yang menyertai aktivitas anak itu dan unsur-unsur non-linguistik lainya seperti gerak isyarat, ekspresi, dan benda yang ditunjuk anak.
Setelah fase bunyi dan makna, kisaran umur 16-24 bulan, anak sudah
memasuki fase tata bahasa dan dialog. Anak sudah mampu menggunakan bunyi
makna untuk menyampaikan maksud dan tujuannya, seperti: “itu binatang”; “itu
bonekaku”. Kalau kita perhatikan tuturan anak di fase ini, hanya kata-kata penting
yang sering muncul. Tidak ada dalam tuturan kata tugas (kata depan, kata
sambung, kata penghubung), dan imbuhan. Sementara itu, untuk mengacu kepada
diri dan orang lain biasanya anak menggunakan nama diri dan gelar seperti:
Bapak, Ibu, Aku, dan sebagainya (Tarigan, 1986:13).
Selanjutnya fase usia 24 bulan dan seterusnya yaitu teks, yaitu ketika anak
sudah mampu memilih-milih kata untuk dijadikan sebuah naskah utuh serta sudah
bisa membedakan informasi baru dengan informasi yang sudah usang. Seperti:
“Itu matahari-itu api”; “Masih main boneka, saya segera datang, Bu” (Tarigan,
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Hal yang sama disampaikan Piaget (dalam Gusnetti, 2009:6) menyatakan
bahwa perkembangan bahasa anak terdiri atas beberapa tahapan pokok, yaitu: (1)
sensorimotori, (2) Praoperasional, (3) operasional. Untuk lebih jelas, dapat dilihat
pada tabel di bawah.
Tabel 1: Tahap perkembangan Bahasa Anak
Dengan demikian, tahap perkembangan bahasa anak dapat dibagi atas tiga
tahapan berbahasa yaitu: (1) tahap satu kata yang berupa bunyi dan makna suatu
bahasa, (2) tahap dua kata yang agak kompleks berupa dialog singkat bersifat
telegrafik, ujaran yang dituturkan anak hanyalah kata-kata yang penting saja, dan
(3) tahap banyak kata ketika anak sudah biasa membuat tuturan panjang yang tata
bahasanya lebih teratur.
Pada tahap-tahap perkembangan bahasa, berkembang pula penguasaan
sistem bahasa yang dipelajarinya berupa: (1) Fonologi, yaitu pengetahuan tentang
pelafalan dan penggabungan bunyi-bunyi tersebut sebagai sesuatu yang
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
bermakna. (2) Gramatikal, yaitu pengetahuan tentang aturan pembentukan unsur
tuturan. (3) Semantik leksikal, yaitu pengetahuan tentang kata untuk mengacu
pada suatu hal. (4) Pragmatik, yaitu pengetahuan tentang penggunaan bahasa
dalam berbagai cara untuk berbagai keperluan.
b. Pembelajaran Bahasa Indonesia Bahasa Anak SD
Gusnetti (2009:1) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa anak melibatkan
dua keterampilan, yaitu keterampilan untuk menghasilkan tuturan secara spontan
dan kemampuan memahami tuturan orang lain. Artinya, dalam konteks ini, yang
dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan
berbahasa anak.
Setiap anak yang lahir normal secara fitrah sudah dilengkapi oleh perangkat
pemerolehan bahasa; oleh Chomsky dalam Resmini (2006:48) alat itu dinamakan
Language Acquisition Device (LAD). LAD berpotensi untuk mengolah data secara alamiah (bekal kodrati) sehingga anak berpotensi untuk menguasai bahasa.
Dengan kata lain, pemerolehan bahasa seseorang tidak tergantung menurut
intelegensinya. Betapa pun rendahnya intelegensi manusia (kecuali bila ada cacat
tertentu), dia tetap saja akan dapat berbahasa (Soejono, 2000:14).
Krashen dan Terrell dalam Tola (1990) dalam Resmini (2006:47)
menyatakan bahwa pemerolehan bahasa yang dialami oleh anak terjadi melalui
dua cara yaitu melalui pemerolehan dan melalui pembelajaran.
Melalui pemerolehan bahasa, ditandai oleh beberapa hal yaitu:
1) Berlangsung dalam situasi informal, tanpa beban dan di luar sekolah.
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
3) Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang
bermakna.
Artinya, yang terpenting dalam proses ini adalah kesediaan lingkungan
bahasa. Dengan cara ini, pemerolehan bahasa terjadi secara tidak disadari atau di
bawah sadar, yakni seseorang telah terlibat di dalam situasi proses pemerolehan
bahasa, yang biasanya disebut sebagai pemerolehan bahasa pertama (Gusnetti,
2009:2).
Sedangkan melalui pembelajaran, biasa disebut sebagai pemerolehan
bahasa kedua (B2) dan bahasa asing yaitu pemerolehan bahasa yang dilakukan
seseorang secara sadar dan direncanakan untuk suatu tujuan.
Resmini dalam bukunya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Tinggi menyatakan bahwa di sekolah, kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat aspek kemampuan
berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan
menyimak dan berbicara merupakan kemampuan berbahasa yang tercakup dalam
kemampuan orasi (oracy). Sedangkan dua kemampuan lainnya merupakan kemampuan yang tercakup dalam kemampuan literasi (literacy). Kemampuan orasi merupakan kemampuan yang berkaitan dengan bahasa lisan, sedangkan
kemampuan literasi berkaitan dengan bahasa tulis.
Kemampuan menyimak (orasi) dan kemampuan membaca (literasi)
merupakan dua kemampuan berbahasa yang termasuk ke dalam kemampuan
reseptif, yaitu kemampuan anak untuk memahami setiap maksud yang
disampaikan oleh menutur baik dalam bentuk lisan dan tulisan. Sedangkan
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
kemampuan yang termasuk ke dalam kemampuan berbahasa ekspresif yang secara
produktif dapat menghasilkan tuturan bermakna dalam bentuk lisan dan tulisan.
Keempat kemampuan di atas harus merupakan kompetensi berbahasa yang harus
dikuasai siswa. Dengan demikian, perlu diupayakan pembelajarannya secara tepat
dengan strategi pembelajaran yang tepat pula.
Bagi kebanyakan anak di Indonesia, bahasa Indonesia merupakan bahasa
kedua setelah bahasa ibu. Menurut beberapa ahli, pemerolehan bahasa anak di
sekolah tidak berbeda secara signifikan dengan yang diperoleh anak secara alami,
jika penerapan poses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah disajikan dengan
suasana non-formal. Sekolah sedapat mungkin menyediakan lingkungan bahasa
yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Perlunya pengupayaan
pengalaman berbahasa dalam proses pemerolehan harus benar-benar sesuai
dengan konteks berbahasa yang sesungguhnya yang dekat dengan kehidupan
anak.
Robin dalam Stern (1983) dalam Hartati (2006:51) menyebutkan ciri-ciri
pelajar yang baik ketika melakukan proses belajar bahasa yaitu:
1) Ia mau dan menjadi seorang penerka yang baik (dapat menerka bentuk yang gramatikal dan tidak gramatikal).
2) Suka berkomunikasi.
3) Kadang-kadang tidak malu terhadap kesalahan dan siap memperbaikinya; belajar setelah berbuat kesalahan
4) Suka mengikuti perkembangan bahasa. 5) Praktis, tidak terlalu teorotis.
6) Mengikuti ujarannya dan membandingkannya dengan ujaran yang baku, ini baik untuk hafalan.
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Untuk mengoptimalkan keberhasilan pembelajaran pemerolehan bahasa
anak, Tarigan dalam Hartati (2006:28) menyebutkan bahwa setidaknya ada lima
kemampuan yang hendaknya siswa miliki:
1) Kemampuan memusatkan perhatian agar dapat memahami bahan simakan secara utuh.
2) Kemampuan menangkap bunyi (kemampuan mendengar). 3) Kemampuan mengingat hal-hal yang dianggap penting dari
bahan simakan.
4) Kemampuan linguistik atau bahasa untuk menafsirkan dan memahami makna yang terkandung dalam bunyi bahasa.
5) Kemampuan non linguistik seperti pengetahuan atau penga-laman mengenai materi yang disampaikan.
2. Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Anak di SD
Kosakata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, kekayaan
kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis, kata yang dipakai dalam
suatu bidang ilmu pengetahuan. Daftar kata yang disusun seperti kamus disertai
penjelasan secara singkat dan praktis (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,
1995:527).
Soedjito (1988:1) juga mendefinisikan arti kosakata yaitu:
a. Semua kata yang terdapat dalam satu bahasa.
b. Kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis;
c. Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan; dan d. Daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan
secara singkat dan praktis.
Sesuai dengan definisi di atas, jelaslah bahwa pengusaaan kosakata
merupakan hal yang utama dalam proses pemerolehan suatu bahasa, khususnya
bahasa Indonesia. Kebutuhan akan penguasaan kosakata yang cukup merupakan
hal yang utama bagi siswa dalam meningkatkan keterampilannya dalam
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Catatan Edgar Dale bersama rekan-rekannya dalam Tarigan (1986:5)
terhadap kosakata anak-anak kota ternyata bahwa tiga perempat dari mereka telah
memiliki sekitar seribu lima ratus kata pada bulan Januari dan Februari tahun
pertama mereka masuk sekolah. Mereka mencatat bahwa kebanyakan dari
kata-kata tersebut:
a. Dapat dirasa.
b. Merupakan kosakata setiap hari kebanyakan orang. c. Perlu pembicaraan hampir setiap kalimat.
d. Telah dialami dan dihayati tidakkan pernah dilupakan.
Dalam perkembangannya, kosakata yang berkembang sangat pesat adalah
kosakata dasar, yang sangat dekat di sekitar anak dan merupakan kata-kata yang
kongkrit (Soenjono, 2000:36).
Kosakata dasar atau basic vocabulary adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali memungkinkannya dipungut dari bahasa lain. Yang
termasuk ke dalam kosakata dasar ini telah termasuk:
a. Istilah kekerabatan; misalnya: ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek,
paman, bibi, menantu, mertua.
b. Nama-nama bagian tubuh; misalnya: kepala, mata, rambut, telinga, hidung,
mulut, bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dagu, bahu, tangan, jari, dada, perut,
pinggang, paha, kaki, betis, telapak, punggung, darah nafas.
c. Kata ganti; misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, itu, sini, situ,
sana.
d. Kata bilangan pokok; misalnnya: satu, dua, tiga, empat, lima.
e. Kata kerja pokok; misalnya: makan, minum, tidur, bangun, berbicara,
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
f. Kata keadaan pokok; misalnya: suka, duka, senang, susah, lapar, kenyang,
haus, sakit, sehat, bersih, kotor, jauh, dekat, cepat, lambat, besar, kecil,
banyak, sedikit,terang, gelap, siang, malam, rajin, malas, kaya, mikin, tua,
muda, hidup, mati.
g. Benda-benda universal; misalnya: tanah, air, api, udara, langit, bumi,
bintang, bulan, matahari, binatang, tumbuh-tumbuhan.
Dan selanjutnya menurut Gentner dalam Soenjono (2000:36) menyatakan
bahwa kosakata dasar yang paling utama dikuasai anak adalah nomina. Pada anak,
nomina secara tipikal merujuk pada benda kongkrit dalam kehidupannya.
Dalam pembelajaran di sekolah, telaah kosakata yang efektif haruslah
beranjak dengan arah yang sama yaitu membimbing siswa dari yang telah
diketahui menuju ke arah yang belum atau tidak diketahui siswa (Tarigan,
1986:2-3).
Di dalam praktiknya, pengembangan kosakata mengandung pengertian lebih
daripada penambahan kata-kata baru ke dalam perbendaharaan siswa.
Pengembangan kosakata siswa berarti menempatkan konsep-konsep baru dalam
tatanan yang lebih baik atau ke dalam urutan yang sebenarnya (Tarigan, 1986:22).
Guru menolong para siswa untuk melihat persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Sebagai
contoh, mereka dengan mudah dapat melihat dan mempelajari bahwa penatar dan
petatar berhubungan erat, keduanya nomina; tetapi berbeda dalam makna, karena
dalam pemakaianya, penatar berarti “orang yang menatar”, sedangkan petatar
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
petinju dengan meninju, namun jenis katanya berbeda; petinju adalah nomina,
sedangkan meninju adalah verba (Tarigan, 1986:22).
Sesuai hakikatnya pembelajaran bahasa, pembelajaran kosakata tidak diajar
kata-kata lepas atau kalimat-kalimat lepas, tetapi terlibat dalam konteks wacana,
berkaitan dengan mata pelajaran dan berkaitan pula dengan bidang-bidang
tertentu. Sebagai contoh wacana dengan tema laut, maka siswa akan menemukan
beberapa kosakata terkait yaitu: air laut, ikan, nelayan, pohon kelapa dan
sebagainya.
Pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas I SD berdasar kurikulum 2004
sekarang ini, kosakata yang harus dikuasai menyangkut wacana tentang
kebersihan, budi pekerti, kegemaran, lingkungan, permainan, dan kesehatan.
Sudah jelas bahwa uraian di atas mencerminkan hakikat pembelajaran
bahasa, yaitu siswa mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis.
Untuk mencapai hal itu siswa perlu di bekali kemampuan penguasaan kosakata
yang memadai. Sebab kalau tidak demikian maka siswa tidak dapat
berkomunikasi secara optimal.
Dengan kata lain, penguasaan kosakata yang memadai akan dapat
meningkatkan kualitas orang seorang dalam menyikapi bahasa. Hal itu selaras
dengan pandangan Dale dalam Tarigan (1986:3) yang memberikan pandangan
tentang pentingnya memahami kosakata sebagai berikut:
a. Kuantitas dan kualitas penguasaan kosakata seseorang merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya,
b. Perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual, c. Semua pendidikan pada prinsipnya merupakan pengembangan
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
d. Program yang sistematis bagi pengembangan kosakata akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kemampuan, dan status sosial,
e. Faktor geografis mempengaruhi perkembangan kosakata, dan f. Penelaahan kosakata yang efektif hendaknya beranjak dari
kata-kata yang sudah diketahui menuju kata-kata yang belum atau tidak diketahui.
3. Teka-Teki
Pertanyaan tradisional, di Indonesia lebih dikenal dengan teka-teki, adalah
pertanyaan yang bersifat tradisional dan mempunyai jawaban yang tradisional
pula. Pertanyaan dibuat sedemikian rupa, sehingga jawabannya sukar, bahkan
seringkali juga baru dapat dijawab setelah mengetahui lebih dahulu jawabannya
(Danandjaja, 1984:33).
Sedangan menurut Robert A. Georges dan Alan Dundes dalam Danandjaja
(1984:33) menyatakan bahwa teka-teki adalah “Ungkapan lisan tradisional yang
mengandung satu atau lebih unsur pelukisan (descriptive), sepasang dari padanya dapat saling bertentangan dan jawabannya (refent) harus diterka”.
Selanjutnya menurut mereka teka-teki dapat digolongkan ke dalam dua
kategori umum, yakni: (1) teka-teki yang tidak bertentangan (non-opposition riddle), dan (2) teka-teki yang bertentangan (opposition ridle). Pembagian itu didasarkan ada atau tidaknya pertentangan di antara unsur-unsur pelukisan.
Teka-teki yang tidak pertentangan unsur pelukisnya bersifat harfiah, yakni seperti apa
yang tertulis (literal), atau kiasan (metephorical).
Pada teka-teki yang tidak pertentangan yang bersifat harfiah, jawaban dan
pertanyaannya adalah identik. Sebagai contoh adalah: “Apa yang hidup di
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
jawabanya adalah “ikan”. Dalam jenis teka-teki ini, baik topik maupun refennya
secara harfiah adalah sama, yaitu ikan.
Keadaan akan menjadi lain pada teka-teki yang tidak bertentangan yang
bersifat kiasan; karena refen dan topik unsur pelukisnya berbeda. Contoh: “ Apa
itu dua baris kuda putih berbaris di atas bukit merah?”adalah topik teka-teki
semacam ini, dengan “sederet gigi di atas gusi” sebagai refennya. Dalam teka-teki
macam ini, topik (kuda) dan refen (gigi) secara harfiah adalah beda. Jika mau juga
dianggap sama, hanya boleh dalam arti metafora saja, karena kedua-duanya
berwarna putih, dan berada di atas benda yang berwarna merah (bukit merah dan
gusi).
Selain itu, masih ada teka-teki golongan lain yang dapat ditambah walaupun
sifatnya agak berlainan, sehingga sebenarnya tidak tidak dapat dimasukkan ke
dalam golongan folklor lisan. Teka-teki ini oleh Brunvand dalam Danandjaja
(1984:42) disebut non-oral riddle atau teka-teki bukan lisan. Jenis teka-teki semacam ini berbentuk bukan dari kata-kata, melainkan dari gerak isyarat atau
lukisan, yang sedikitnya ada dua macam, yaitu yang disebut rebus dan droodle. Rebus adalah teka-teki bukan lisan, melainkan berupa sederetan gambar-gambar. Contohnya dari A.S adalah: “My 4 U”. Jawabannya: My heart pants for you (hatiku berdetak-detak karena kamu).
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Jawabannya “Penjual krupuk dari Jawa.” Jawabanya demikian karena
tukang krupuk dari Jawa menempatkan krupuk-krupuknya di dalam dua buah
drum besar, terbuat dari seng, yang digotong dengan pikulan yang terbuat dari
bambu (Danandjaja, 1984:42-43).
4. Gambar
Di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum
dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati
dimana-mana. Oleh karena itu, pepatah Cina yang mengatakan bahwa sebuah
gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata (Sadiman, 2006:29).
Beberapa kelebihan media gambar/foto yang lain dijelaskan di bawah ini:
a. Sifatnya konkrit; gambar/foto lebih realistis menunjukan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.
b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut. Air terjun Niagara atau Danau Toba dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, kemarin, atau bahkan semenit yang lalu kadang-kadang tak dapat ita lihat seperti apa adanya. Gambar atau foto amat bermanfaat dalam ini.
c. Media/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto.
d. Foto dapat menjelaskan suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahfahaman.
e. Foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar dan foto mempunyai beberapa
kelemahan yaitu:
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
b. Gambar/foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran;
c. Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar.
Ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar/foto yang baik sehingga
dapat dijadikan sebagai media pendidikan, yaitu:
a. Autentik yaitu secara jujur melukisakan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.
b. Sederhana yaitu komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar.
c. Ukuran relatif yaitu dapat memperbesar atau memperkecil objek/benda sebenarnya. Apabila gambar/foto tersebut tentang benda/objek yang belum dikenal atau pernah dilihat anak maka sulitlah membayangkan berapa besar benda atau objek tersebut. Untuk menghindari itu, hendaknya dalam foto tersebut terdapat sesuatu yang telah dikenal anak-anak sehingga dapat membantunya membayangkan gambar. Apabila anak belum pernah melihat ikan paus tentulah sulit membayangkan berapa besarkah ikan paus tersebut. Dengan pertolongan gambar manusia disamping gambar ikan tadi, maka siswa dapat membedakan ukuran ikan dengan manusia.
d. Gambar/foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan Aktivitas tertentu.
e. Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Walaupun dari segi mutu kurang, gambar karya siswa sendiri seringkali lebih baik.
f. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
5. Permainan Teka-Teki Bergambar
Dunia anak adalah dunia bermain, melalui bermain anak memperoleh
pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi dan
perkembangan fisik. Melalui kegiatan bermain dengan berbagai permainan anak
dirangsang untuk berkembang secara umum baik perkembangan berpikir, emosi
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
unsur pendidikan yang dibutuhkannya, sehingga dapat mengembangkan totalitas
potensi yang dimilikinya (Ismail, 2006:1).
Permainan edukatif diartikan oleh Ismail (2006:1) yaitu:
Suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik dan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, berpikir serta bergaul dengan lingkungan atau untuk menguatkan dan menterampilkan anggota badan si anak, mengembangkan kepribadian, mendekatkan hubungan antara pengasuh dengan pendidik (anak didik), kemudian menyalurkan kegiatan anak didik dan sebagainya.
Permainan edukatif juga dapat berarti sebuah bentuk kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan dari cara atau alat
pendidikan yang digunakan dalam kegiatan bermain, yang disadari atau tidak
memiliki muatan pendidikan yang dapat bermanfaat dalam mengembangkan diri
secara seutuhnya. Artinya, permainan edukatif merupakan sebuah bentuk kegiatan
mendidik yang dilakukan dengan menggunakan cara atau alat permainan yang
bersifat mendidik (Ismail, 2006:1-2)
Pada dasarnya bermain pada anak-anak ditujukan untuk mengembangkan
tiga kemampuan pokok, yaitu:
a. Kemampuan fisik-motorik (psikomotor)
Dengan bergerak, seperti berlari, atau melompat, seorang anak akan terlatih
motorik kasarnya, sehingga memiliki sisitem perototan yang terbentuk
secara baik dan sehat. Kemampuan motorik halusnya akan terlatih dengan
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Anak melakukan aktivitas bermain karena ia merasa senang untuk
melakukannya. Pada tahap-tahap awal perkembangannya, orang tua
merupakan kawan utama dalam bermain. Pergeseran akan terjadi seiring
dengan bertambahnya umur anak, terutama setelah memasuki usia sekolah.
Di sekolah, anak akan mengalami proses sosialisasi, bergaul dengan kawan
sebaya dan dengan gurunya.
c. Kemampuan kecerdasan (kognisi)
Dalam proses bermain, anak juga bisa diperkenalkan dengan
perbenda-haraan huruf, angka, kata, bahasa, komunikasi timbal-balik, maupun
mengenal objek-objek tertentu, misalnya bentuk (besar atau kecil) dan rasa
(manis, asin, pahit, atau asam).
Ismail (2006:3) menyatakan bahwa APE ternyata tidak hanya dapat
ditujukan untuk memperoleh kemampuan di atas saja, tetapi berkembang lebih
luas lagi, yaitu:
a. Untuk melatih moral dan rasa keagamaan (ethics-religious) b. Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa (language) c. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir (cognition) d. Untuk melatih kemampuan mengelola emosi (emotional) e. Untuk mengembangkan kemampuan fisik (motorics) f. Untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi
(intrapersonal)
g. Untuk mengembangkan self concept dan kemandirian (interpersonal)
h. Untuk mengembangkan kreativitas (creativity)
i. Untuk mengembangkan kemampuan alamiah (natural) j. Untuk mengembangkan kemampuan berkesenian (art)
Permainan edukasi jika ditinjau sebagai sebuah aktivitas, dapat dibagi atas
dua pengertian, yaitu permainan sebagai sebuah aktivitas bermain yang murni
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
sebagai aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan
kepuasan, namun ditandai pencarian menang-kalah dalam kata lainnya kompetisi
(Ismail, 2006:26).
Banyak pengajar memakai sistem permainan kompetisi dalam pengajaran
dan penilaian peserta didik. Dalam model pembelajaran kompetisi, siswa belajar
dalam suasana persaingan. Tidak jarang pula, guru memakai imbalan dan ganjaran
sebagai sarana untuk memotivasi siswa dalam memenangkan kompetisi dengan
sesama pembelajar (Lie, 2004:23). Teknik imbalan dan ganjaran yang didasari
oleh teori behaviorisme atau stimulus dan respon ini banyak mewarnai sistem
penilaian hasil belajar. Tujuan utama evaluasi dalam model pembelajaran
kompetisi adalah menempatkan anak didik dalam urutan mulai dari yang paling
baik sampai dengan yang paling jelek. Pola penilaian biasanya menempatkan
sebagian besar anak didik dalam kategori rata-rata atau biasa-biasa saja. Mereka
tidak pernah merasakan kebanggan sebagai anak berprestasi.
Lie (2004:24) juga menambahkan bahwa secara positif, model kompetisi
dalam permainan dapat menimbulkan rasa cemas yang bisa memicu siswa untuk
meningkatkan kegiatan belajar mereka. Namun demikian, rasa cemas yang
berlebihan justru bias merusak motivasi. Selain itu, model kompetisi juga
mempunyai dampak negatif yang perlu diwaspadai. Model pembelajaran
kompetisi menciptakan suasana permusuhan di kelas. Untuk bias berhasil dalam
sistem ini, seorang anak harus mengalahkan teman-teman sekelasnya
Permainan teka-teki bergambar yang dirancang penulis yaitu
mengembangkan pola permainan kompetisi yang dilakukan dalam evaluasi pada
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Menurut Slavin (2009:166) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5
komponen utama, yaitu: presentasi di kelas, tim (kelompok), game (permainan), turnamen (pertandingan), dan rekognisi tim (perhargaan kelompok). Prosedur
pelaksanaan TGT dimulai dari aktivitas guru dalam menyampaikan pelajaran,
kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua
anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen, di mana
siswa memainkan Game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.
Namun, dalam rancangan permainan teka-teki bergambar, ada beberapa poin
dari komponen TGT yang tidak digunakan. Lebih lanjut, dijelaskan mengenai
langkah-langkah permainan teka-teki bergambar modifikasi TGT dari Slavin,
sebagai berikut:
a. Presentasi kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,
biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, dan
diskusi yang dipimpin guru. Disamping itu, guru juga menyampaikan
tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan
motivasi. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan
membantu siswa pada saat permainan berlangsung karena skor permainan
akan menentukan skor kelompok.
b. Persiapan permainan
Guru mempersiapkan peraturan permainan dan lembar teka-teki bergambar
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
untuk permainan, yaitu: kartu permainan yang berupa kartu bernomor yang
setiap kartu mempunyai tiga petunjuk lisan sebagai pertanyaan dari teka-teki
bergambar, skor, dan jawaban. Siswa bermain secara kelompok dengan
pembagian anggota kolompok diperoleh berdasarkan hasil ujian semester I
yang lalu.
c. Permainan teka-teki bergambar
Permainan terdiri dari teka-teki bergambar yang tidak bertentangan,
dirancang untuk menguji pengetahuan siswa terhadap kosakata dalam satu
tema tertentu. Setiap siswa dalam tiap kelompok mendapat kesempatan yang
sama untuk mengemukakan pendapat dari jawaban teka-teki. Apabila tiap
anggota dalam satu kelompok tidak bisa menjawab pertanyaannya, maka
teka-teki tersebut dilempar kepada kelompok lain searah jarum jam.
Kelompok yang menjawab benar teka-teki tersebut akan mendapat skor
yang telah tertera dibalik kartu bernomor. Skor ini nantinya dikumpulkan
kelompok untuk menentukan skor akhir kelompoknya. Pemilihan kartu
bernomor akan digilir pada tiap-tiap kelompok secara bergantian searah
jarum jam, sampai habis jatah nomornya.
d. Penghargaan tim
Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor
tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahan nilai
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan 6. Tinjauan Aktivitas Guru
Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Usman (2007:4) menyatakan bahwa:
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Proses dalam pengertiannya di sini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam interaksi edukatif.
Sadiman (2011:13) juga menambahkan bahwa proses edukatif paling tidak
memiliki beberapa unsur yaitu:
a. Tujuan yang ingin dicapai;
b. Ada bahan/pesan yang menjadi isi interaksi; c. Ada pelajar yang aktif mengalami;
d. Ada guru yang melaksanakan; e. Ada metode untuk mencapai tujuan;
f. Ada situasi yang memungkinkan proses belajar-mengajar berjalan dengan baik;
g. Ada penilaian terhadap hasil interaksi.
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa dalam situasi edukatif, tugas dan
tanggung jawab guru sangat luas. Semua unsur di atas harus difikirkan,
direncanakan, dilaksanakan dan dievalusi oleh guru. Tetapi dari sekian banyak
tugas yang diembannya, tugas mengajar di depan kelaslah yang merupakan tugas
yang sangat penting. Demikian pentingnya sehingga berhasil/tidaknya seorang
guru sering diukur hanya dari aspek ini saja. Guru akan dikatakan pandai kalau
dapat mengajar di muka kelas dengan baik (Sadiman, 2011:13)
Dalam melaksanakan tugasnya di depan kelas, menurut Usman (2007:74)
setidaknya ada beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus guru miliki
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
menggunakan variasi, memberi penguatan, membuka dan menutup pelajaran,
mengajar kelompok kecil dan perseorangan, mengelola kelas, membimbing
diskusi kelompok kecil.
Penjabaran dari keterampilan tersebut sebagai berikut:
a. Keterampilan Membuka Pelajaran
Deskriptor:
1) Menarik perhatian siswa untuk menertibkan suasana kelas.
2) Menimbulkan motivasi belajar untuk menarik minat siswa untuk
belajar.
3) Memeriksa kebersihan kelas.
4) Memberikan acuan pembelajaran.
5) Membuat kaitan antara materi-materi yang akan dipelajari dengan
pengalaman dan pengetahuan yang telah diketahuai siswa.
b. Kemampuan bertanya
Deskriptor:
1) Menggunakan pertanyaan secara jelas, singkat dan suara yang jelas.
2) Memberikan acuan
3) Pemindahan giliran.
4) Penyebaran.
5) Memberikan waktu berfikir.
6) Pemberian tuntunan.
c. Keterampilan Memberi Penguatan
Deskriptor:
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
2) Penguatan nonverbal berupa: gerak inyarat, pendekatan, sentuhan dan
simbol/benda.
d. Keterampilan Mengadakan Variasi
Deskriptor:
1) Variasi dalam cara mengajar berupa: variasi suara, pemusatan
perhatian, gerak badan mimik, pergantian posisi di dalam kelas.
2) Variasi dalam menggunakan media dan alat peraga.
3) Pola interaksi dan kegiatan siswa.
e. Keterampilan Menjelaskan
Deskriptor:
1) Kejelasan.
2) Penggunaan contoh, ilustrasi dan media.
3) Pemberian tekanan.
4) Penggunaan balikan.
f. Keterampilan Mengelola Kelas
Deskriptor:
1) Menciptaakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dengan
cara: memberikan sikap tanggap, memberikan perhatian, memusatkan
perhatian kelompok, memberikan petunjuk yang jelas, menegur dan
memberi penguatan.
2) Mengembalikan kondisi belajar uang optimal seperti memodifikasi
tingkah laku dan menemukan serta memecahkan tingkah laku yang
menimbulkan masalah.
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Deskriptor:
1) Mengadakan pendekatan secara pribadi.
2) Keterampilan mengorganisasi.
h. Menutup pelajaran
Deskriptor:
1) Guru membuat rangkuman materi pembelajaran.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya setelah materi
disampaikan.
3) Memberi penugasan agar siswa memberi kesimpulan materi yang telah
disampaikan.
4) Memberikan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi.
5) Memberikan penugasan kepada siswa berupa pekerjaan rumah.
7. Tinjauan Aktivitas Siswa
Hakekat belajar bahasa adalah siswa dituntut aktif dalam belajar
berkomunikasi. Oleh karena itu, peningkatan pengetahuan siswa dalam
berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik secara lisan maupun
tulisan dapat meningkat jika aktivitas siswa dapat ditingkatkan.
Sadiman (2011:100) menjelaskan maksud aktivitas itu berupa kegiatan fisik
dan mental. Dalam kegiatan belajar bahasa Indonesia, kedua kegiatan itu harus
selalu berkait. Sebagai contoh seorang ibu sedang belajar dengan membaca.
Secara fisik kelihatan bahwa orang tadi membaca menghadapi suatu buku, tetapi
mungkin pikiran dan sikap mentalnya tidak menuju ke buku yang dibaca. Itu
menunjukkan tidak ada keserasian antara aktivitas fisik dengan aktivitas mental.
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
sebaliknya kalau yang aktif itu hanya mentalnya juga kurang bemanfaat. Misalnya
ada seseorang yang berfikir tentang sesuatu, tentang ini, tentang itu atau renungan
ide-ide yang perlu diketahui oleh masyarakat, tetapi kalau tidak disertai dengan
perbuatan/aktivitas fisik misalnya dituangkan dalam bentuk retorika kata ataupun
dituangkan dalam bentuk tulisan yang dilihatkan kepada orang lain maka juga
tidak ada gunanya.
Banyak macam aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa baik yang
terprogram maupun tidak. Maksudnya aktivitas yang disusun dengan perencanaan
yang baik ataupun yang sudah dilakukan oleh siswa itu sendiri, contohnya
aktivitas berjalan-jalan di kelas, membaca buku dan lainnya.
Diedirch dalam Sadiman (2011:100) membuat suatu daftar mengenai
aktivitas yang berisi 177 macam kegiatan yang dapat di golongkan dalam
kelompok-kelompok sebagai berikut:
a. Visual Activities (aktivitas melihat) yang termasuk didalamnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan. b. Oral Activities (aktivitas membaca) seperti menyatakan,
merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi. c. Listening Activities (aktivitas mendengar), seperti
mendengarkan uraian, percakapan diskusi musik dan pidato. d. Writing Activities (aktivitas menulis), seperti menulis cerita,
karangan, laporan, angket, menyalin.
e. Drawing Activities (aktivitas menggambar), seperti menggambar membuat grafik, peta dan diagram.
f. Motorik Activities (aktivitas yang melibatkan mental), yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat kontruksi model, mereparasi, bermain, berkebun dan berternak.
g. Mental Activities (aktivitas mental), yaitu menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, membuat hubungan, mengambil keputusan.
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa aktivitas yang dapat dilakukan siswa di
sekolah cukup banyak dan kompleks serta bervariasi. Jika semua aktivitas tersebut
dapat diciptakan di kelas tentu suasana akan terasa lebih menyenangkan dan tidak
membosankan. Tetapi karena waktu yang tersedia pada peneliti ini sangat
terbatas, maka aktivitas yang akan diamati hanya bebepara aktivitas yang ada di
atas, antara lain oral, writing, emosional dan visual yang terdapat pada tabel di bawah ini. Dengan komponen aktivitas ini, akan memudahkan observer untuk mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Tabel 2: Aktivitas Siswa Yang Akan Diamati Jenis aktivitas Aktivitas yang diamati
Aktivitas visual 1) Siswa memperhatikan penjelasan dan gambar dari guru.
Aktivitas oral 2) Menyatakan dan mengeluarkan pendapat dari apa yang didengar dan dilihat
Aktivitas Listening 3) Adanya komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa.
Ativitas writing 4) Menyalin dan menulis materi pelajaran.
Ativitas emosional 5) Bersemangat, gembira dan bergairah dalam melaksanakan aktivitas.
B. Kerangka Konseptual
Berdasarkan deskripsi teoritis yang dikemukakan di atas, lebih lanjut akan
diajukan kerangka berpikir dan model hubungan antara masing-masing variabel
yang dilibatkan dalam penelitian ini. Dalam proses belajar-mengajar kosakata
bahasa Indonesia diperlukan usaha atau metode untuk mendapatkan hasil belajar
Pedoman Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan permainan teka-teki
bergambar kepada siswa sehingga dapat menimbulkan keaktifan bagi peserta
didik dalam belajar. Materi ajar dengan pola kompetisi permainan edukasi yang
dilakukan secara bersama-sama dapat meningkatkan kegairahan belajar karena
proses belajar sambil bermain cocok diterapkan pada siswa.
Aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih baik apabila
didukung oleh suatu pendekatan yang sangat baik. Hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa apabila kreativitas belajar siswa tinggi dan sesuai dengan
perkembangan kebahasaanya, maka belajar bukan suatu kegiatan yang
membosankan bagi mereka. Dengan bekal rasa senang dalam belajar, diharapkan
dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian pustaka, dan kerangka berfikir di
atas, maka dapat dibuat hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Melalui permainan teka-teki bergambar dapat meningkatkan aktivitas belajar
kosakata bahasa Indonesia siswa kelas I SDN 01 Ulak Selatan Karang
Padang.
2. Melalui permainan teka-teki bergambar dapat meningkatkan hasil belajar
kosakata bahasa Indonesia siswa kelas I SDN 01 Ulak Selatan Karang