• Tidak ada hasil yang ditemukan

Angka Kejadian Peningkatan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Angka Kejadian Peningkatan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2013"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peningkatan tekanan darah

2.1.1. Definisi Peningkatan tekanan darah

Peningkatan tekanan darah adalah peningkatan tekanan darah arterial, sistol ≥ 140 mmHg dan diastol ≥ 90 mmHg.2 Tekanan darah bergantung kepada :

1. Curah jantung

2. Tahanan perifer pada pembuluh darah

3. Volume atau isi darah yang bersirkulasi

Faktor utama dalam mengontrol tekanan arterial ialah output jantung dan

tahanan perifer total. Bila output jantung (curah jantung) meningkat, tekanan

darah arterial akan meningkat, kecuali jika pada waktu yang bersamaan tahanan

perifer menurun. Tekanan darah akan meninggi bila salah satu faktor yang

menentukan tekanan darah mengalami kenaikan.6

Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII :

2.1.2. Etiologi Peningkatan tekanan darah

Berdasarkan etiologinya peningkatan tekanan darah dibagi menjadi dua

golongan, yaitu:

1. Peningkatan tekanan darah esensial atau peningkatan tekanan darah

primer yang tidak diketahui peyebabnya,disebut juga peningkatan tekanan

darah idiopatik. Terdapat 95% kasus.9 Banyak faktor yang

mempengaruhinya, seperti genetik, lingkungan, sistem renin angiotensin,

sistem saraf otonom, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti

merokok, alkohol, obesitas, dan lain-lain.2

Kategori Tekanan darah sistol Tekanan darah diastol

Normal <120 < 80

Prehypertension 120 – 139 80 – 89

Hypertension stage 1 140 – 159 90 – 99

(2)

2. Peningkatan tekanan darah sekunder, terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab

spesifiknya diketahui, misalnya 1) Penyakit ginjal : glomerulonefritis akut,

nefritis kronis, penyakit poliarteritis, diabetes nefropati, 2) Penyakit

endokrin : hipotiroid, hiperkalsemia, akromegali, 3) koarktasio aorta, 4)

peningkatan tekanan darah pada kehamilan, 5) kelainan neurologi, 6)

obat-obat dan zat-zat lain .2

2.1.3. PatofisiologiPeningkatan tekanan darah

Mengenai patofisiologi peningkatan tekanan darah masih banyak terdapat

ketidakpastian. Sebagian kecil pasien (2% - 5%) menderita penyakit ginjal atau

adrenal sebagai penyebab meningkatnya tekanan darah.10 Pada sisanya tidak

dijumpai penyebabnya dan keadaan ini disebut peningkatan tekanan darah

esensial.Beberapa mekanisme fisiologis terlibat dalam mempertahankan tekanan

darah yang normal, dan gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan

terjadinya peningkatan tekanan darah esensial. Faktor yang telah banyak diteliti

ialah : asupan garam, obesitas, resistensi terhadap insulin, sistem

renin-angiotensin dan sistem saraf simpatis .2

Terjadinya peningkatan tekanan darah dapat disebabkan oleh beberapa faktor

sebagai berikut :

1. Curah jantung dan tahanan perifer

Mempertahankan tekanan darah yang normal bergantung kepada

keseimbangan antara curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Sebagian

terbesar pasien dengan peningkatan tekanan darah esensial mempunyai

curah jantung yang normal, namun tahanan perifernya meningkat.

Tahanan perifer ditentukan bukan oleh arteri yang besar atau kapiler,

melainkan oleh arteriola kecil, yang dindingnya mengandung sel otot

polos. Kontraksi sel otot polos diduga berkaitan dengan peningkatan

konsentrasi kalsium intraseluler .Kontriksi otot polos berlangsung lama

diduga menginduksi perubahan sruktural dengan penebalan dinding

pembuluh darah arteriola, mungkin dimediasi oleh angiotensin, dan dapat

(3)

peningkatan tekanan darah yang sangat dini, tahanan perifer tidak

meningkat dan peningkatan tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya

curah jantung, yang berkaitan dengan overaktivitas simpatis. Peningkatan

tahanan peifer yang terjadi kemungkinan merupakan kompensasi untuk

mencegah agar peningkatan tekanan tidak disebarluaskan ke sadjaringan

pembuluh darah kapiler, yang akan dapat mengganggu homeostasis sel

secara substansial .2

2. Sistem renin-angiotensin

Sistem renin-angiotensin mungkin merupakan sistem endokrin

yang paling penting dalam mengontrol tekanan darah.Renin disekresi dari

aparat juxtaglomerular ginjal sebagai jawaban terhadap kurang perfusi

glomerular atau kurang asupan garam.Ia juga dilepas sebagai jawaban

terhadap stimulasi dan sistem saraf simpatis.Renin bertanggung jawab

mengkonversi substrat renin (angiotensinogen) menjadi angotensin II di

paru-paru oleh angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensin II

merupakan vasokontriktor yang kuat dan mengakibatkan peningkatan

tekanan darah.2

3. Sistem saraf otonom

Stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi

arteriola dan dilatasi arteriola.Jadi sistem saraf otonom mempunyai

peranan yang penting dalam mempertahankan tekanan darah yang

normal.Ia juga mempunyai peranan penting dalam memediasi perubahan

yang berlangsung singkat pada tekanan darah sebagai jawaban terhadap

stres dan kerja fisik.2

4. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretic peptide/ANP)

ANP merupakan hormon yang diproduksi oleh atrium jantung

sebagai jawaban terhadap peningkatan volum darah.Efeknya ialah

meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal, jadi sebagai semacam

diuretik alamiah. Gangguan pada sistem ini dapat mengakibatkan retensi

(4)

2.1.4. Faktorrisikopeningkatan tekanan darah

Hampir setengah abad yang lalu, Irvin H. Page yang terkenal dengan teori

mosaic of hypertension menguraikan bahwa, peningkatan tekanan darah

merupakan ”penyakit pengaturan tekanan yang diakibatakan oleh multifaktorial”.6

Dengan kemajuan dalam penelitian mengenai peningkatan tekanan darah ternyata

masih banyak lagi faktor yang berperan dalam mekanisme pengaturan tekanan

darah yang belum termasuk dalam teori mosaic. Multifaktorial yang dihubungkan

dengan patogenesis peningkatan tekanan darah primer yang terutama terdiri dari

3 elemen penting yaitu :

1. Faktor genetik

2. Rangsangan lingkungan : terutama asupan garam, stress dan obesitas

3. Adaptasi struktural yang membuat pembuluh darah dan jantung

membutuhkan tekanan yang lebih tingi dari fungsi normalnya.

Ketiga elemen ini saling terkait dimana pengaruh lingkungan yang berlebihan

dibutuhkan untuk mencetuskan predisposisi genetik sedangkan perubahan

struktural kadang-kadang dipercepat oleh faktor genetik. Pada fase awal, interaksi

antara predisposisi genetik dan pengaruh lingkungan menyebabkan terjadi

peningkatan cardiac output (CO) melebihi resistensi perifer.11

1. Faktor genetik

a. Peran faktor genetik dibuktikan dengan berbagai kenyataan yang

dijumpai maupun dari penelitian, misalnya:

i. Kejadian peningkatan tekanan darah lebih banyak dijumpai

pada penderita kembar monozigot dari pada heterozigot,

apabila salah satu diantaranya menderita peningkatan

tekanan darah .11

ii. Kejadian peningkatan tekanan darah primer dijumpai lebih

tinggi 3,8 kali pada usia sebelum 50 tahun, pada seseorang

yang mempunyai hubungan keluarga derajat pertama yang

(5)

iii. Percobaan pada tikus golongan Japanese spontaneosly

hypertensive rate (SHR) Dahl salt sensitive (DS) dan sal

resistance (R) dan Milan hypertensive rat strain (MHS)

menunjukkan bahwa dua turunan tikus tersebut mempunyai

faktor genetik yang secara genetik diturunkan sebagai

faktor penting timbulnya peningkatan tekanan darah ,

sedangkan turunan yang lain menunjukkan faktor kepekaan

terhadap garam yang juga diturunkan secara genetik

sebagai faktor utama timbulnya peningkatan tekanan darah

.11

b. Faktor yang mungkin diturunkan secara genetik antara lain : defek

transport Na pada membran sel, defek ekskresi natrium dan

peningkatan aktivitas saraf simpatis yang merupakan respon

terhadap stress.11

2. Faktor lingkungan

a. Keseimbangan garam

Garam merupakan hal yang amat penting dalam patofisiologi

peningkatan tekanan darah primer. Peningkatan tekanan darah hampir

tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam

yang minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3 gram perhari,

prevalensi peningkatan tekanan darah beberapa persen saja, sedangkan

apabila asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi peningkatan

tekanan darah menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap

timbulnya peningkatan tekanan darah terjadi melalui peningkatan volume

plasma, curah jantung GFR (glomerula filtrat rate) meningkat. Keadaan ini

akan diikuti oleh peningkatan kelebihan ekskresi garam (pressure

natriuresis) sehingga kembali kepada keadaan hemodinamik yang normal.

Pada penderita peningkatan tekanan darah , mekanisme ini terganggu

dimana pressure natriuresis mengalami “reset” dan dibutuhkan tekanan

yang lebih tinggi untuk mengeksresikan natrium, disamping adanya faktor

(6)

b. Obesitas

Banyak penyelidikan menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang

positif diantara obesitas (terutama upper body obesity) dan peningkatan

tekanan darah . Bagaimana mekanisme obesitas menyebabkan peningkatan

tekanan darah masih belum jelas. Akhir-akhir ini ada pendapat yang

menyatakan hubungan yang erat diantara obesitas, diabetes mellitus tipe 2,

hiperlipidemia dengan peningkatan tekanan darah melalui

hiperinsulinemia. Obesitas dan kelebihan berat badan dapat diartikan

sebagai kelainan atau akumulasi lemak berlebih yang memberikan risiko

pada kesehatan. Salah satu cara untuk menghitung apakah termasuk

obesitas atau tidak dapat dilakukan dengan perhitungan IMT (indeks

massa tubuh) yang mana berat tubuh nya (dalam kilogram) dibagi kuadrat

dari tinggi orang tersebut (dalam meter). Seseorang yang IMT nya 30 atau

lebih dapat dikatakan sebagai obesitas. Sedangkan seseorang dengan IMT

sama dengan atau lebih dari 25 dapat dikatakan berat badan berlebih.11

Obesitas dan kelebihan berat badan adalah salah satu dari faktor risiko

yang dapat mengakibatkan penyakit penyakit kronik dan salah satu dari

penyakit kronik tersebut adalah peningkatan tekanan darah .13

c. Stress

Hubungan antara stress dan peningkatan tekanan darah primer diduga

oleh aktivitas saraf simpatis (melalui cathecholamin maupun renin yang

disebabkan oleh pengaruh cathecolamin) yang dapat meningkatkan

tekanan darah yang intermittent. Apabila stress menjadi berkepanjangan

dapat berakibat tekanan darah menetap tinggi. Hal ini secara pasti belum

terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan dibuktikan, pemaparan

terhadap stress membuat binatang tersebut peningkatan tekanan darah .11

d. Lain-lain

Faktor-faktor lain yang diduga berperan dalam peningkatan tekanan darah

primer rasio asupan garam, kalium, inaktivitas fisik, umur, jenis kelamin

dan ras.11

(7)

Perubahan adaptasi struktur kardiovaskular, timbul akibat tekanan darah

yang meningkat secara kronis dan juga tergantung dari pengaruh trophic

growth (angiotensin II dan growth hormon).11

2.1.5. PenatalaksanaanPeningkatan tekanan darah 2.1.5.1 Terapi Farmakologi

Pada tahun 2013, Joint National Committee 8 telah mengeluarkan

guideline terbaru mengenai tatalaksana peningkatan tekanan darah atau tekanan

darah tinggi. Mengingat bahwa peningkatan tekanan darah merupakan suatu

penyakit kronis yang memerlukan terapi jangka panjang dengan banyak

komplikasi yang mengancam nyawa seperti infark miokard, stroke, gagal ginjal,

hingga kematian jika tidak dideteksi dini dan diterapi dengan tepat, dirasakan

perlu untuk terus menggali strategi tatalaksana yang efektif dan efisien. Dengan

begitu, terapi yang dijalankan diharapkan dapat memberikan dampak maksimal.7

2.1.5.1.1 Grade

Secara umum, JNC 8 ini memberikan 9 rekomendasi terbaru terkait

dengan target tekanan darah dan golongan obat peningkatan tekanan darah yang

direkomendasikan.7

Kekuatan rekomendasi sesuai dengan tabel berikut:

Grade A/Rekomendasi A – Strong recommendation. Terdapat tingkat

keyakinan yang tinggi berbasis bukti bahwa hal yang direkomendasikan tersebut

memberikan manfaat atau keuntungan yang substansial.7

Grade B/Rekomendasi B – Moderate recommendation. Terdapat

keyakinan tingkat mengenah berbasis bukti bahwa rekomendasi yang diberikan

dapat memberikan manfaat secara moderate.7

Grade C/Rekomendasi C – Weak recommendation. Terdapat setidaknya

keyakinan tingkat moderate berbasis bukti bahwa hal yang direkomendasikan

memberikan manfaat meskipun hanya sedikit.7

Grade D/Rekomendasi D – Recommendation against. Terdapat setidaknya

keyakinan tingkat moderate bahwa tidak ada manfaat atau bahkan terdapat risiko

(8)

Grade E/Rekomendasi E – Expert opinion. Bukti-bukti belum dianggap

cukup atau masih belum jelas atau terdapat konflik (misal karena berbagai

perbedaan hasil), tetapi direkomendasikan oleh komite karena dirasakan penting

untuk dimasukan dalam guideline.7

Grade N/Rekomendasi N – no recommendation for or against.Tidak ada

manfaat yang jelas terbukti. Keseimbangan antara manfaat dan bahaya tidak dapat

ditentukan karena tidak ada bukti-bukti yang jelas tersebut.7

2.1.5.1.2 Rekomendasi

Rekomendasi 1. Rekomendasi pertama yang dipublikasikan melalui JNC 8

ini terkait dengan target tekanan darah pada populasi umum usia 60 tahun atau

lebih. Berbeda dengan sebelumnya, target tekanan darah pada populasi tersebut

lebih tinggi yaitu tekanan darah sistol kurang dari 150 mmHg serta tekanan darah

diastol kurang dari 90 mmHg. Rekomendasi A menjadi label dari rekomendasi

nomor 1 ini.7

Apabila ternyata pasien sudah mencapai tekanan darah yang lebih rendah,

seperti misalnya tekanan darah sistol<140 mmHg (mengikuti JNC 7), selama

tidak ada efek samping pada kesehatan pasien atau kualitas hidup , terapi tidak

perlu diubah.7

Rekomendasi ini didasarkan bahwa pada beberapa RCT didapatkan bahwa

dengan melakukan terapi dengan tekanan darah sistol<150/90 mmHg sudah

terjadi penurunan kejadian stroke, gagal jantung, dan penyakit jantung koroner.

Ditambah dengan penemuan bahwa dengan menerapkan target tekanan darah

<140 mmHg pada usia tersebut tidak didapatkan manfaat tambahan dibandingkan

dengan kelompok dengan target tekanan darah sistol yang lebih tinggi. Namun,

terdapat beberapa anggota komite JNC yang tepat menyarankan untuk

menggunakan target JNC 7 (<140 mmHg) berdasarkan expert opinion terutama

pada pasien dengan faktor risiko multipel, pasien dengan penyakit kardiovaskular

termasuk stroke serta orang kulit hitam.7

Rekomendasi 2. Rekomendasi kedua dari JNC 8 adalah pada populasi

umum yang lebih muda dari 60 tahun, terapi farmakologi dimulai untuk

(9)

Secara umum, target tekanan darah diastol pada populasi ini tidak berbeda

dengan populasi yang lebih tua. Untuk golongan usia 30-59 tahun, terdapat

rekomendasi A, sementara untuk usia 18-29 tahun, terdapat expert opinion.7

Terdapat bukti-bukti yang dianggap berkualitas dan kuat dari 5 percobaan

tentang tekanan darah diastol yang dilakukan oleh HDFP, Hypertension-Stroke

Cooperative, MRC, ANBP, dan VA Cooperative. Dengan tekanan darah <90

mmHg, didapatkan penurunan kejadian serebrovaskular, gagal jantung, serta

angka kematian secara umum. Juga, didapatkan bukti bahwa menatalaksana

dengan target 80 mmHg atau lebih rendah tidak memberikan manfaat yang lebih

dibandingkan target 90 mmHg.7

Pada populasi lebih muda dari 30 tahun, belum ada RCT yang memadai.

Namun, disimpulkan bahwa target untuk populasi tersebut mestinya sama dengan

usia 30-59 tahun.7

Rekomendasi 3.Rekomendasi ketiga dari JNC adalah pada populasi umum

yang lebih muda dari 60 tahun, terapi farmakologi dimulai untuk menurunkan

tekanan darah sistol<140 mmHg.Rekomendasi ini berdasarkan pada expert

opinion. RCT terbaru mengenai populasi ini serta target tekanan darahnya

dianggap masih kurang memadai. Oleh karena itu, panelist tetap

merekomendasikan standar yang sudah dipakai sebelumnya pada JNC 7. Selain

itu, tidak ada alasan yang dirasakan membuat standar tersebut perlu diganti.7

Alasan berikutnya terkait dengan penelitian tentang tekanan darah diastol

yang digunakan pada rekomendasi 2 yang mana didapatkan bahwa pasien yang

mendapatkan tekanan darah kurang dari 90 mmHg juga mengalami penurunan

tekanan darah sistol kurang dari 140 mmHg. Sulit untuk menentukan bahwa

benefit yang terjadi pada penelitian tersebut disebabkan oleh penurunan tekanan

darah sistol, diastol atau keduanya. Tentunya dengan mengkombinasikan

rekomendasi 2 dan 3, manfaat yang didapatkan seperti pada penelitian tersebut

juga diharapkan mampu digapai.7

Rekomendasi 4.Rekomendasi 4 dikhususkan untuk populasi penderita

tekanan darah tinggi dengan chronic kidney disease (CKD). Populasi usia 18

(10)

untuk mendapatkan target tekanan darah sistol kurang dari 140 mmHg serta

diastol kurang dari 90 mmHg. Rekomendasi ini merupakan expert opinion.7

RCT yang digunakan untuk mendukung rekomendasi ini melibatkan

populasi usia kurang dari 70 tahun dengan eGFR atau measured GFR kurang dari

60 mL/min/1.73 m2 dan pada orang dengan albuminuria (lebih dari 30 mg

albumin/g kreatinin) pada berbagai level GFR maupun usia.7

Perlu diperhatikan bahwa setelah kita mengetahui data usia pasien, pada

pasien lebih dari 60 tahun kita perlu menentukan status fungsi ginjal. Jika tidak

ada CKD, target tekanan darah sistolik yang digunakan adalah 150/90 mmHg

sementara jika ada CKD, targetnya lebih rendah, yaitu 140/90 mmHg.7

Rekomendasi 5. Pada pasien usia 18 tahun atau lebih dengan diabetes,

inisiasi terapi dimulai untuk menurunkan tekanan darah sistol kurang dari 140

mmHg dan diastol kurang dari 90 mmHg. Rekomendasi ini merupakan expert

opinion. Target tekanan darah ini lebih tinggi dari guideline sebelumnya, yaitu

tekanan darah sistol <130 mmHg serta diastol<85 mmHg.7

Rekomendasi 6. Pada populasi umum non kulit hitam (negro), termasuk

pasien dengan diabetes, terapi antipeningkatan tekanan darah inisial sebaiknya

menyertakan diuretic thiazid, Calcium channel blocker (CCB),

Angiotensin-converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB).

Rekomendasi ini merupakan rekomendasi B.7

Masing-masing kelas obat tersebut direkomendasikan karena memberikan

efek yang dapat dibandingkan terkait angka kematian secara umum, fungsi

kardiovaskular, serebrovaskular dan outcome ginjal, kecuali gagal

jantung. Terapi inisiasi dengan diuretic thiazid lebih efektif dibandingkan CCB

atau ACEI, dan ACEI lebih efektif dibandingkan CCB dalam meningkatkan

outcome pada gagal jantung. Jadi pada kasus selain gagal jantung kita dapat

memilih salah satu dari golongan obat tersebut, tetapi pada gagal jantung

sebaiknya thiazid yang dipilih.7

Beta blocker tidak direkomendasikan untuk terapi inisial peningkatan

(11)

tinggi pada kematian akibat penyakit kardiovaskular, infark miokard, atau stroke

dibandingkan dengan ARB.7

Sementara itu, alpha blocker tidak direkomendasikan karena justru

golongan obat tersebut memberikan kejadian cerebrovaskular, gagal jantung dan

outcome kardiovaskular yang lebih jelek dibandingkan dengan penggunaan

diuretic sebagai terapi inisiasi.7

Rekomendasi 7. Pada populasi kulit hitam, termasuk mereka dengan

diabetes, terapi inisial peningkatan tekanan darah sebaiknya menggunakan

diuretic tipe thiazide atau CCB. Pada populasi ini, ARB dan ACEI tidak

direkomendasikan. Rekomendasi untuk populasi kulit hitam adalah rekomendasi

B sedangkan populasi kulit hitam dengan diabetes adalah rekomendasi C.7

Pada studi yang digunakan, didapatkan bahwa penggunaan diuretic

thiazide memberikan perbaikan yang lebih tinggi pada kejadian cerebrovaskular,

gagal jantung dan outcome kardiovaskular yang dikombinasi dibandingkan ACEI.

Sementara itu, meski CCB lebih kurang dibandingkan diuretic dalam mencegah

gagal jantung, tetapi outcome lain tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan

diuretik thiazide.7

CCB juga lebih direkomendasikan dibandingkan ACEI karena ternyata

didapatkan hasil bahwa pada pasien kulit hitam memiliki 51% kejadian lebih

tinggi mengalami stroke pada penggunaan ACEI sebagai terapi inisial

dibandingkan dengan penggunaan CCB. Selain itu, pada populasi kulit hitam,

ACEI juga memberikan efek penurunan tekanan darah yang kurang efektif

dibandingkan CCB.7

Rekomendasi 8. Pada populasi berusia 18 tahun atau lebih dengan CKD

dan peningkatan tekanan darah , ACEI atau ARB sebaiknya digunakan dalam

terapi inisial atau terapi tambahan untuk meningkatkan outcome pada ginjal. Hal

ini berlaku pada semua pasien CKD dalam semua ras maupun status diabetes.7

Pasien CKD, dengan atau tanpa proteinuria mendapatkan outcome ginjal

yang lebih baik dengan penggunaan ACEI atau ARB. Sementara itu, pada pasien

kulit hitam dengan CKD, terutama yang mengalami proteinuria, ACEI atau ARB

(12)

ESRD (end stage renal disease). Sementara jika tidak ada proteinuria, pilihan

terapi inisial masih belum jelas antara thiazide, ARB, ACEI atau CCB.Jadi, bisa

dipilih salah satunya. Jika ACEI atau ARB tidak digunakan dalam terapi inisial,

obat tersebut juga bisa digunakan sebagai terapi tambahan atau terapi kombinasi.7

Penggunaan ACEI dan ARB secara umum dapat meningkatkan kadar

kreatinin serum dan mungkin menghasilkan efek metabolic seperti hiperkalemia,

terutama pada mereka dengan fungsi ginjal yang sudah menurun. Peningkatan

kadar kreatinin dan potassium tidak selalu membutuhkan penyesuaian terapi.

Namun, kita perlu memantau kadar elektrolit dan kreatinin yang mana pada

beberapa kasus perlu mendapatkan penurunan dosis atau penghentian obat.7

Rekomendasi 9.Rekomendasi 9 ini termasuk dalam rekomendasi E atau

expert opinion. Rekomendasi 9 dari JNC 8 mengarahkan kita untuk melakukan

penyesuaian apabila terapi inisial yang diberikan belum memberikan target

tekanan darah yang diharapkan. Jangka waktu yang menjadi patokan awal adalah

satu bulan, Jika dalam satu bulan target tekanan darah belum tercapai, kita dapat

memilih antara meningkatkan dosis obat pertama atau menambahkan obat lain

sebagai terapi kombinasi. Obat yang digunakan sesuai dengan rekomendasi yaitu

thiazide, ACEI, ARB atau CCB.Namun, ARB dan ACEI sebaiknya tidak

dikombinasikan.Jika dengan dua obat belum berhasil, kita dapat memberikan obat

ketiga secara titrasi.Pada masing-masing tahap kita perlu terus memantai

perkembangan tekanan darahnya serta bagaimana terapi dijalankan, termasuk

kepatuhan pasien. Jika perlu lebih dari tiga obat atau obat yang direkomendasikan

tersebut tidak dapat diberikan, kita bisa menggunakan antipeningkatan tekanan

darah golongan lain.7

BAB 3

Gambar

Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII :

Referensi

Dokumen terkait

KESATU : Menunjuk Pejabat Pengelola Keuangan Satuan Kerja (Satker) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan Program Pengembangan Sistem

oqEof,u€ ffilzol4 27 Febru*i 2014. Xhrffihffited&amp;n knbukthn Dolcmen

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan

Akhir kata penulis berharap semoga proposal penelitian tentang pengaruh pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi

Selanjutnya, Tashakkori dan Teddlie (1998) menyatakan bahwa penelitian yang mengkombinasikan metode kuantitatif dan kualitatif dapat menggabungkan kekuatan

Dalam proses menangani anak berhadapan hukum, metode pekerja?. sosial yang bagaimana diterapakan dalam menangani

Aspek dari kompetensi professional yang mendapatkan penilaian “ rendah” yaitu kemampuan menilai pencapaian hasil pembelajaran, (ii) Kompenen-komponen kompetensi professional

Di awal semester, mahasiswa mengisi KRS dan di akhir semester, mahasiswa mengisi kuesioner kinerja dosen untuk tiap-tiap dosen per mata kuliah, LPPM mengirimkan rekap