TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Tanaman Jabon Putih (Anthocephalus cadamba)
Jabon termasuk pohon berukuran besar dengan batang lurus dan silindris serta
memiliki tajuk tinggi seperti paying dengan sistem percabangan yang khas mendatar.
Tinggi pohon dapat mencapai 45 m dengan diameter batang 100-160 cm dan
kadang-kadang berbanir hingga ketinggian 2 m. Kulit pohon muda berwarna abu-abu dan
mulus sedangkan kulit pohon tua kasar dan sedikit beralur. Daun menempel pada
batang utama, berwarna hijau mengkilap, berpasangan dan berbentuk oval-lonjong
(berukuran 15-50 cm x 8-25 cm). Daun pada pohon muda yang diberi pupuk
umumnya lebih lebar, dengan posisi lebih rendah di bagian pangkal dan meruncing di
bagian puncak.
Jabon termasuk jenis kayu daun lebar yang lunak (ringan). Kayu teras
berwarna putih kekuningan sampai kuning terang, tidak dapat dibedakan dengan jelas
warnanya dari kayu gubal (Hartanto, 2011). Tekstur kayu agak halus sampai agak
kasar, berserat lurus, kurang mengilat dan tidak berbau. Kerapatan kayunya berkisar
290-560 kg/m3 pada kadar air 15%. Kayu Jabon mudah dikerjakan baik dengan tangan maupun mesin, mudah dipotong dan diketam, serta menghasilkan permukaan
kayu yang halus. Kayunya juga mudah dipaku, dibor dan dilem. Namun demikian,
kayu Jabon dinilai tidak tahan lama. Hasil uji kayu di Indonesia menunjukkan bahwa
rata-rata kayu Jabon dapat tahan kurang dari 1,5 tahun apabila dibiarkan di atas tanah.
Kayu Jabon termasuk mudah dikeringkan dengan sedikit atau tanpa cacat. Untuk
pemanenan, atau harus diberi perlakuan dalam waktu 48 jam atau direndam dalam air
(Mulyana dkk., 2010)
Taksonomi Jabon Putih (A.cadamba) sebagai berikut :
Kindom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Asterida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Anthocephalus
Spesies : Anthocephalus cadamba Miq.
(Krisnawati dkk., 2011).
Cahaya merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan Jabon. Pada
habitat alaminya, suhu maksimum untuk pertumbuhan Jabon berkisar32-42 oC dan
suhu minimum berkisar 3-15,5 oC. Jabon tidak toleran terhadap cuaca dingin, rata-rata curah hujan tahunan habitat alaminya berkisar 1500-5000 mm. jabon dapat pila
tumbuh pada daerah kering dengan curah hujan tahunansedikitnya 200 mm (misalnya
di bagian tengah Sulawesi Selatan). Jabon tumbuh baik pada ketinggian 300-800
mdpl. Di daerah khatulistiwa, Jabon tumbuh pada ketinggian 0-1000 mdpl
Syarat tumbuh
Dalam hal untuk tempat tumbuh, jabon memiliki toleransi yang sangat luas
yaitu pada ketinggian dengan kisaran 0-1.000 m dpl. Jenis ini kadang memerlukan
iklim basah hingga kemarau kering didalam hutan gugur dengan tipe curah hujan
A-D. Akan tetapi pada ketinggian optimal yang menunjang produktivitasnya adalah
kurang dari 500 m dpl. Kondisi lingkungan tumbuh yang dibutuhkan oleh jabon
adalah tanah lempung, podsolik cokelat, dan alluvial lembab yang biasanya terpenuhi
di daerah pinggir sungai, daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang
kadang-kadang tergenangi air. Umumnya, jabon ditemukan di hutan sekunder dataran
rendah dan dijumpai di dasar lembah, sepanjang sungai dan punggung-punggung
bukit. Di Kalimantan dan Sumatera, jabon ditemukan pada daeah-daerah yang baru
dibuka. Tujuannya adalah untuk permudaan alam, khususnya pada areal bekas
tebangan, bekas perladangan, dan di tempat-tempat lainnya (Krisnawati dkk., 2011).
Media Tanam
Pembibitan atau persemaian merupakan suatu tempat yang digunakan untuk
menyemaikan benih suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan sistem
periode waktu yang ditetapkan. Tanah yang digunakan sebagai media pembibitan
harus memiliki kesuburan yang baik, tidak berkerikil, memiliki aerasi yang baik,
tidak terlalu mengandung liat, sumber air cukup tersedia dan berkualitas baik. Hal
yang diperhatikan dalam memproduksi media bibit adalah sifat medianya. Media
yang memiliki sifat fisik baik memiliki struktur remah, daya serap, dan daya simpan
Media tanam yang baik mengandung unsur hara yang cukup, bertekstur
ringan dan dapat menahan air sehingga menciptakan kondisi yang dapat menunjang
pertumbuhan tanaman. Media untuk pembibitan memiliki daya menahan air yang
baik, cukup hara, bebas dari gulma dan patogen, serta kemasaman tanah optimal bagi
pertumbuhan tanaman. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan
jenis tanaman yang ingin ditanam. Untuk mendapatkan media tanam yang baikdan
sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam, maka harus memiliki pemahaman
mengenai karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya
(Khaeruddin, 1999).
Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh akar tanaman yang ditanam
dan untuk menyerap larutan nutrisi saat disiram atau diteteskan kemudian larutan
nutrisi tersebut diserap oleh perakaran. Tanaman membutuhkan unsur hara yang tepat
untuk mencukupi kebutuhan tanaman. Selain itu tanaman juga membutuhkan air dan
sinar matahari untuk dapat melangsungkan daur hidupnya (Hartus, 2002).
Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal
dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang,
bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh
lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik, hal itu dikarenakan bahn organik
sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Bahan organik akan
mengalami proses pelapukan atau cekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme.
A. Kompos
Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti
daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain sejenisnya yang proses
pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Kandungan utama dengan kadar
tertinggi dari kompos adalah bahan organik yang mujarab dan terkenal untuk
memperbaiki kondisi tanah. Unsur lain dalam kompos yang variasinya cukup banyak
walaupun kadarnya rendah adalah nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium
(Lingga dan Marsono, 2007).
Pupuk organik seperti kompos dan humus adalah pupuk alami yang dapat
menambah unsur hara di dalam tanah. Kompos mempunyai kandungan unsur-unsur
mikro dan makro yang dibutuhkan oleh tanaman (Sastraatmadja dkk., 2001).
Menurut penelitian Syakhrul (2007), bahwa pemberian bahan organik
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada
tanaman jarak pagar. Hal ini disebabkan dengan pemberian bahan organik tersebut
secara langsung, bahan organik tersebut akan menjadi sumber energi unsur hara yang
dapat diserap oleh tanaman meskipun dalam jumlah yang sedikit
(Engelsrad 1997 dalam Syakhrul, 2007).
Alasan utama pemberian pupuk organik atau kompos sebenarnya lebih
bertujuan memperbaiki kondisi fisik tanah daripada menyediakan unsur hara.
Meskipun kandungan unsur hara dalam kompos tergolong lengkap, tetapi jumlahnya
sedikit. Berarti untuk memenuhi kebutuhan tanaman dibutuhkan kompos dalam
hara dalam tanah mudah dimanfaatkan atau diserap tanaman. Selain itu, kompos
dapat menjaga sifat fisik tanah dan juga menjamin kehidupan mikroba tanah
(Simamora dkk., 2006).
B. Pupuk Kandang
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu
alternative yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk.
Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk sudah dilakukan petani secara optimal di
daerah-daerah sentra produk sayuran. Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan
disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti
natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk
dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang juga memiliki kandungan
mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna
oleh tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman
(Bawolye, 2006).
Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara,
juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat
dipengaruhi pupuk kandang antara lain kemantapan agregat, bobot volume total ruang
pori, plastisitas dan daya pegang air.
Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara bagi tanaman yang murah dan
mudah diperoleh. Macam-macam pupuk kandang yang sering digunakan adalah
kotoran kuda, sapi, kerbau, kambing, ayam dan lain-lain. Selain mengandung unsur
musim kemarau. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang sangat bergantung pada
jenis ternak, jenis pakan, sifat kotoran, cara penyimpanan, pengolahan dan
pemakaiannya.
C. Agar-agar
Agar-agar, agar atau agarosa adalah zat yang biasanya berupa gel yang diolah
dari rumput laut atau alga. Di Jepang dikenal dengan nama kanten dan oleh orang
Sunda disebut lengkong. Jenis rumput laut yang biasa diolah untuk keperluan ini
adalah Eucheuma spinosum (Rhodophycophyta). Beberapa jenis rumput laut dari
golongan Phaeophycophyta (Gracilaria dan Gelidium) juga dapat dipakai sebagai
sumber agar-agar. Agar-agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan berat molekul
tinggi yang mengisi dinding sel rumput laut. Ia tergolong kelompok pektin dan
merupakan suatu polimer yang tersusun dari monomer galaktosa. Agar-agar dapat
dibentuk sebagai bubuk dan diperjualbelikan (Wikipedia, 2008).
Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air
bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling
merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air,
sehingga terbentuk sistem koloid padat-cair. Kisi-kisi ini dimanfaatkan dalam
elektroforesis gel agarosa untuk menghambat pergerakan molekul objek akibat
perbedaan tegangan antara dua kutub. Kepadatan gel agar-agar juga cukup kuat untuk
menyangga tumbuhan kecil sehingga sangat sering dipakai sebagai media dalam
kultur jaringan. Agar-agar dapat juga digunakan secara luas di laboratorium sebagai
pemadat kemikalia dalam percobaan, media tumbuh untuk kultur jaringan tumbuhan
laboratorium, agar-agar (biasanya dikemas dalam bentuk bubuk) dikenal sebagai agar
atau agarosasaja (Wikipedia, 2008).
D. Nutrijell
Rumput laut sebagai komposisi utama yang ada terkandung di dalam nutrijell
mengandung klorofil yang berfungsi sebagai antioksidan. Zat tersebut bermanfaat
sebagai zat yang dapat membersihkan tubuh dari radikal bebas, yang berbahaya bagi
tubuh. Nutrijell memiliki kandungan serat/fiber yang tinggi, dan juga mengandung
sam amino alami, yang merupakan zat yang baik untuk kulit. Sama halnya seperti
agar-agar dapat merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung
molekul-molekul air, sehingga terbentuk sisten koloid padat-cair. Kisi-kisi ini
dimanfaatkan dalam elektroforesis gel agarosa untuk menghambat pergerakan
molekul objek akibat perbedaan tegangan antara dua kutub. Kepadatan gel agar-agar
juga cukup kuat untuk menyangga tumbuhan kecil.
E. Tepung Kanji
Tepung yang diperoleh dari umbi akar ketela pohon ini biasanya identik
digunakan sebagai bahan perekat. Karena sifatnya yang mudah melekat, sehingga
diasumsikan tepung kanji mampu mengikat air dengan baik.
Peranan mikroorganisme pada Kompos
Kompos merupakan hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan
maca
bahan organik sebagai sumber
mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba ma
Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat.
Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan
teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi-teknologi sederhana, sedang,
maupun
didasarkan pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses
penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan
dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat
penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik, seperti untuk
mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organi
pertanian dan perkebunan.
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan
murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit.
Dekomposisi bahan dilakukan ole
dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan
mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk
kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki
sifat
Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk
menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian,
mengurangi penggunaa
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan
tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang
bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas
mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas
mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang
Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas
mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti
N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan
kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh tanaman.
Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan
organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai,
maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi
pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama
Fungsi Air Bagi Tanaman
Air merupakan faktor penting untuk pertumbuhan tanaman. Air berfungsi
sebagai penyusun tubuh tanaman, pelarut dan medium reaksi biokimia, medium
transport senyawa, memberikan turgor bagi sel, bahan baku fotosintesis dan menjaga
suhu tanaman supaya konstan, evaporasi air untuk mendinginkan permukaan
(Salisbury dan Ross, 1995).
Air adalah komponen utama tanaman hijau. Kandungan air bervariasi antara
70-90%, tergantung pada umur, spesies jaringan tertentu dan lingkungan. Air
dibutuhkan untuk bermacam-macam fungsi tanaman seperti:
1. Sebagai komponen sel terbesar
2. Pelarut unsur hara dan media transportasi
3. Media yang baik untuk reaksi biokimia
4. Rektan pada beberapa reaksi metabolisme, misalnya fotosintesis
5. Pembentuk struktur sel melalui pengaturan tekanan turgor, misalnya daun
6. Media pergerakan gamet dalam peristiwa pembuahan
7. Media pada penyebaran anakan atau propagul, misalnya kelapa
(Salisbury dan Ross, 1995).
Kebutuhan air tanaman dapat didefenisikan sebagai jumlah air yang
diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi tanaman yang
sehat, tumbuh pada sebidang tanah yang luas dengan kondisi tanah yang tidak
mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai
potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu (Bawolye, 2006).
Tumbuhan memerlukan sumber air yang tetap untuk tumbuh dan berkembang,
karena adanya kebutuhan air yang tinggi dan pentingnya air. Setiap kali air menjadi
terbatas, pertumbuhan berkurang dan biasanya berkurang pula hasil panen tanaman
budidaya. Jumlah hasil panen ini dipengaruhi oleh genotif yang kekurangan air dan
tingkat perkembangan (Hakim dkk., 1986).
Kekurangan air tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak
cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tesebut. Di
lapangan walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami
cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan absorpsi tidak dapat dihitung
kehilangan air melalui proses transpirasi (Haryati, 2000).
Respon tanaman terhadap kekeringan dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu tanaman yang menghindari kekeringan (drought avoiders) dan tanaman yang
mentoleransi kekeringan (drought tolerators). Tanaman yang menghindari
kekeringan membatasi aktivitasnya pada periode air tersedia maksimum antara lain
dengan meningkatkan jumlah akar dan modifikasi struktur dan posisi daun. Tanaman
yang mentoleransi kekeringan mencakup penundaan dehidrasi atau mentoleransi
perbedaan jalur fotosintesis, sedangkan toleransi dehidrasi mencakup penyesuaian
osmotik (Rauf, 2009).
Hubungan Tanaman dan Air Tanah
Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, dimana air menyusun
60-90% dari berat daun. Air yang tersedia dalam tanah adalah selisih antara air yang
terdapat pada kapasitas lapang dan titik layu permanen. Cekaman kekeringan pada
tanaman disebabkan oleh kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permintaan
air yang berlebihan oleh daun dalam kondisi laju evapotranspirasi melebihi laju
absorbsi air oleh akar tanaman. Serapan air oleh akar tanaman dipengaruhi oleh laju
transpirasi, sistem perakaran dan ketersediaan air tanah (Lakitan, 1996).
Jika kadar air tanah di daerah perakaran rendah, akar tumbuhan akan
mengabsorbsi air secepatnya pada tanah lapisan atas. Begitu tanah mulai mengering
dan tegangan air di permukaan meningkat, pengambilan air bergeser ke lapisan
bawah. Dengan cara yang demikian secara progresif akar menyerap air tersedia
(Hakim dkk., 1986).
Pada dasarnya, semua tanaman, pada tingkatan tertentu mempunyai resistensi
terhadap cekaman air. Yang dimaksud dengan resistensi terhadap cekaman air adalah
berbagai cara yang dilakukan oleh tanaman agar tetap dapat tumbuh dengan baik
pada kondisi kekurangan air. Tanaman resisten terhadap cekaman air karena
protoplasmanya mempunyai toleransi dehidrasi sehingga terjadinya dehidrasi tidak
menyebabkan kerusakan yang tetap (permanent) dan dapat juga disebabkan oleh
menunda tingkatan pengeringan (desication) yang mengakibatkan kematian tanaman
(Islami dan Utomo, 1995).
Pengaruh Stres Air Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Organ Tanaman
Menurut Haryati (2000) stres air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan organ tanaman antara lain:
a. Pembelahan dan pembesaran sel
Pengaruh yang paling penting dari kekeringan yaitu pengurangan luas daun
permukaan fotosintesis (source) karena 2 faktor, yaitu adanya penurunan proses
perluasan daun dan karena terlalu awalnya terjadi proses penuaan (senence) pada
daun. Stres air yang sedikit saja, menyebabkan lambat atau berhentinya pembelahan
dan pembesaran sel (contohnya seperti perluasan daun).
b. Perangkat fotosintesis
Pengaruh stres air terhadap proses fotosintesis bisa juga melalui pengaruh
pada kandungan dan organisasi klorofil dalam kloroplas di dalam jaringan atau sel
yang aktif berfotosintesis. Stres air dapat menurunkan kandungan klorofil daun.
c. Sistem reproduksi
Sistem reproduksi tanaman menentukan kapasitas sink tanaman tersebut.
Pengaruh lingkungan terhadap sistem reproduksi (pembungaan, pembuahan,
pengisian biji atau buah) juga memiliki pengaruh terhadap sink. Stres air (tanpa
irigasi) memperlambat munculnya bunga yang akibatnya memperpendek periode
d. Layu dan menggulungnya daun
Respon terhadap adanya stres air ini dapat diamati secara visual. Adanya
respon layu dan menggulungnya daun berarti terhambatnya fotosintesis baik karena
menutupnya stomata dan karena berkurangnya luas permukaan fotosintetis.
Stres air (kekeringan) pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal yaitu
kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh
daun, dimana laju evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar tanaman,
walaupun keadaan air tanah cukup (jenuh). Stres air pada tanaman dapat terjadi pada
keadaan air tanah tidak kekurangan (Haryati, 2000).
Rendahnya ketersediaan hara pada keadaan kekeringan menunjukkan bahwa
kekeringan mengurangi ketersediaan hara bagi tanaman. Hal ini ditunjukkan oleh
menurunnya total serapan hara tanaman. Jika konsentrasi hara dalam tanaman yang
sedang tumbuh dengan berbagai suplai air adalah konstan, padahal kekeringan
menghambat pertumbuhan, berarti total serapan hara menjadi berkurang.
Jika konsentrasi menurun, maka ketersediaan hara tanah lebih dihambat
daripada pertumbuhan. Hal ini dapat terjadi bila sebagian besar hara berada pada
permukaan tanah (lapisan tanah) yang menjadi kering, sedangkan akar tanaman
memperoleh air (untuk pertumbuhan) dari lapisan yang lebih dalam (Haryati, 2000).
Bahan organik adalah bagian dari tubuh tanah yang merupakan suatu sistem
yang kompleks dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan yang mengalami
perubahan bentuk secara terus menerus. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor fisik, kimia serta biologi.
Pengaruh pemberian bahan organik terhadap sifat fisik tanah mencakup : (1)
memperbaiki dan membantu pembentukan struktur tanah yang baik, (2)
meningkatkan porositas tanah, (3) memperbaiki drainase tanah, (4) meningkatkan
kapasitas menahan air, (5) menjaga kelembaban tanah, (6) meningkatkan kemampuan
infiltrasi tanah, dan (7) menurunkan erobilitas tanah (Hartanto, 2011).
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan
permukaan air ke udara disebut evaporasi. Peristiwa penguapan air dari tanaman
disebut transpirasi, dan jika keduanya terjadi bersama sama disebut evapotranspirasi.
Kehilangan air pada tanah dapat dikurangi dengan menambahkan bahan organik.
Bahan organik mampu meningkatkan kemampuan meretensi air tanah sehingga air
dapat tinggal lebih lama di dalam tanah.
Pertumbuhan tanaman saat dimulai dari kecambah hingga dewasa dipengaruhi
oleh bahan organik. Sisa tanaman yang dikembalikan ke dalam tanah mampu
merangsang pertumbuhan kecambah tanaman. Bahan organik yang terdekomposisi
mampu melepas unsur hara dan asam-asam yang membantu pertumbuhan.
Asam-asam tersebut mampu menstimulasi pertumbuhan tanaman. Humus yang bersal dari
bahan organik terdekomposisi sempurna bila terlarut dalam air akan mengeluarkan
enzim yang mampu merangsang pertumbuhan tanaman (Bagus, 2007).
Pengertian lahan kritis menurut Dephut (2009) yaitu suatu lahan baik yang
berada di dalam maupun di luar kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan,
sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan.
Menurunnya fungsi tersebut akibat dari penggunaan lahan yang kurang atau tidak
memperhatikan teknik konservasi tanah sehingga menimbulkan erosi, tanah longsor
dan berpengaruh terhadap kesuburan tanah, tata air dan lingkungan.
Karakteristik Lahan Kritis
Salah satu karakteristik lahan kritis ialah lahan yang kondisinya mengalami
cengkraman kekeringan akibat laju erosi yang tinggi maupun intensitas curah hujan
tahunan yang sangat rendah. Hal ini menyebabkan tanah yang berfungsi sebagai
media penyimpan air yang terkandung di dalamnya tidak dapat berfungsi maksimal
sehingga berimplikasi terhadap pertumbuhan tanaman yang juga menjadi tidak
maksimal.
Kondisi Umum Wilayah Pengambilan Sampel
Padang Lawas Utara adalah salah satu kabupaten di provinsi Sumatera utara
yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan. Ibukota kabupaten ini
adalah Gunung Tua yang luasnya 3.918,05 km2 dan memiliki 9 kecamatan dimana
salah satu kecamatannya adalah kecamatan Sihapas Julu tepatnya desa Pamuntaran
yang merupakan lokasi penelitian dilaksanakan. Padang Lawas Utara yang sebagian
besar masih berupa lahan kritis yang tersebar pada berbagai kecamatan, sehingga
perlu dilakuan suatu tindakan yang dapat menjadikan lahan tersebut dapat berfungsi
dengan baik (Pramono, 2002). Secara astronomis lokasi penelitian berada pada 010
bergelombang dan berbahan induk batuan sedimen halus hingga kasar dan jenis