• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Beberapa Jenis Penahan Air Untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Jabon Putih (Anthocephalus Cadamba)Pada Lahan Kritis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Beberapa Jenis Penahan Air Untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Jabon Putih (Anthocephalus Cadamba)Pada Lahan Kritis"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Tanaman Jabon Putih (Anthocephalus cadamba)

Jabon termasuk pohon berukuran besar dengan batang lurus dan silindris serta

memiliki tajuk tinggi seperti paying dengan sistem percabangan yang khas mendatar.

Tinggi pohon dapat mencapai 45 m dengan diameter batang 100-160 cm dan

kadang-kadang berbanir hingga ketinggian 2 m. Kulit pohon muda berwarna abu-abu dan

mulus sedangkan kulit pohon tua kasar dan sedikit beralur. Daun menempel pada

batang utama, berwarna hijau mengkilap, berpasangan dan berbentuk oval-lonjong

(berukuran 15-50 cm x 8-25 cm). Daun pada pohon muda yang diberi pupuk

umumnya lebih lebar, dengan posisi lebih rendah di bagian pangkal dan meruncing di

bagian puncak.

Jabon termasuk jenis kayu daun lebar yang lunak (ringan). Kayu teras

berwarna putih kekuningan sampai kuning terang, tidak dapat dibedakan dengan jelas

warnanya dari kayu gubal (Hartanto, 2011). Tekstur kayu agak halus sampai agak

kasar, berserat lurus, kurang mengilat dan tidak berbau. Kerapatan kayunya berkisar

290-560 kg/m3 pada kadar air 15%. Kayu Jabon mudah dikerjakan baik dengan tangan maupun mesin, mudah dipotong dan diketam, serta menghasilkan permukaan

kayu yang halus. Kayunya juga mudah dipaku, dibor dan dilem. Namun demikian,

kayu Jabon dinilai tidak tahan lama. Hasil uji kayu di Indonesia menunjukkan bahwa

rata-rata kayu Jabon dapat tahan kurang dari 1,5 tahun apabila dibiarkan di atas tanah.

Kayu Jabon termasuk mudah dikeringkan dengan sedikit atau tanpa cacat. Untuk

(2)

pemanenan, atau harus diberi perlakuan dalam waktu 48 jam atau direndam dalam air

(Mulyana dkk., 2010)

Taksonomi Jabon Putih (A.cadamba) sebagai berikut :

Kindom : Plantae

Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Sub Kelas : Asterida

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Anthocephalus

Spesies : Anthocephalus cadamba Miq.

(Krisnawati dkk., 2011).

Cahaya merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan Jabon. Pada

habitat alaminya, suhu maksimum untuk pertumbuhan Jabon berkisar32-42 oC dan

suhu minimum berkisar 3-15,5 oC. Jabon tidak toleran terhadap cuaca dingin, rata-rata curah hujan tahunan habitat alaminya berkisar 1500-5000 mm. jabon dapat pila

tumbuh pada daerah kering dengan curah hujan tahunansedikitnya 200 mm (misalnya

di bagian tengah Sulawesi Selatan). Jabon tumbuh baik pada ketinggian 300-800

mdpl. Di daerah khatulistiwa, Jabon tumbuh pada ketinggian 0-1000 mdpl

(3)

Syarat tumbuh

Dalam hal untuk tempat tumbuh, jabon memiliki toleransi yang sangat luas

yaitu pada ketinggian dengan kisaran 0-1.000 m dpl. Jenis ini kadang memerlukan

iklim basah hingga kemarau kering didalam hutan gugur dengan tipe curah hujan

A-D. Akan tetapi pada ketinggian optimal yang menunjang produktivitasnya adalah

kurang dari 500 m dpl. Kondisi lingkungan tumbuh yang dibutuhkan oleh jabon

adalah tanah lempung, podsolik cokelat, dan alluvial lembab yang biasanya terpenuhi

di daerah pinggir sungai, daerah peralihan antara tanah rawa dan tanah kering yang

kadang-kadang tergenangi air. Umumnya, jabon ditemukan di hutan sekunder dataran

rendah dan dijumpai di dasar lembah, sepanjang sungai dan punggung-punggung

bukit. Di Kalimantan dan Sumatera, jabon ditemukan pada daeah-daerah yang baru

dibuka. Tujuannya adalah untuk permudaan alam, khususnya pada areal bekas

tebangan, bekas perladangan, dan di tempat-tempat lainnya (Krisnawati dkk., 2011).

Media Tanam

Pembibitan atau persemaian merupakan suatu tempat yang digunakan untuk

menyemaikan benih suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan sistem

periode waktu yang ditetapkan. Tanah yang digunakan sebagai media pembibitan

harus memiliki kesuburan yang baik, tidak berkerikil, memiliki aerasi yang baik,

tidak terlalu mengandung liat, sumber air cukup tersedia dan berkualitas baik. Hal

yang diperhatikan dalam memproduksi media bibit adalah sifat medianya. Media

yang memiliki sifat fisik baik memiliki struktur remah, daya serap, dan daya simpan

(4)

Media tanam yang baik mengandung unsur hara yang cukup, bertekstur

ringan dan dapat menahan air sehingga menciptakan kondisi yang dapat menunjang

pertumbuhan tanaman. Media untuk pembibitan memiliki daya menahan air yang

baik, cukup hara, bebas dari gulma dan patogen, serta kemasaman tanah optimal bagi

pertumbuhan tanaman. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan

jenis tanaman yang ingin ditanam. Untuk mendapatkan media tanam yang baikdan

sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam, maka harus memiliki pemahaman

mengenai karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya

(Khaeruddin, 1999).

Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh akar tanaman yang ditanam

dan untuk menyerap larutan nutrisi saat disiram atau diteteskan kemudian larutan

nutrisi tersebut diserap oleh perakaran. Tanaman membutuhkan unsur hara yang tepat

untuk mencukupi kebutuhan tanaman. Selain itu tanaman juga membutuhkan air dan

sinar matahari untuk dapat melangsungkan daur hidupnya (Hartus, 2002).

Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal

dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang,

bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh

lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik, hal itu dikarenakan bahn organik

sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Bahan organik akan

mengalami proses pelapukan atau cekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme.

(5)

A. Kompos

Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti

daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain sejenisnya yang proses

pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Kandungan utama dengan kadar

tertinggi dari kompos adalah bahan organik yang mujarab dan terkenal untuk

memperbaiki kondisi tanah. Unsur lain dalam kompos yang variasinya cukup banyak

walaupun kadarnya rendah adalah nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium

(Lingga dan Marsono, 2007).

Pupuk organik seperti kompos dan humus adalah pupuk alami yang dapat

menambah unsur hara di dalam tanah. Kompos mempunyai kandungan unsur-unsur

mikro dan makro yang dibutuhkan oleh tanaman (Sastraatmadja dkk., 2001).

Menurut penelitian Syakhrul (2007), bahwa pemberian bahan organik

memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun pada

tanaman jarak pagar. Hal ini disebabkan dengan pemberian bahan organik tersebut

secara langsung, bahan organik tersebut akan menjadi sumber energi unsur hara yang

dapat diserap oleh tanaman meskipun dalam jumlah yang sedikit

(Engelsrad 1997 dalam Syakhrul, 2007).

Alasan utama pemberian pupuk organik atau kompos sebenarnya lebih

bertujuan memperbaiki kondisi fisik tanah daripada menyediakan unsur hara.

Meskipun kandungan unsur hara dalam kompos tergolong lengkap, tetapi jumlahnya

sedikit. Berarti untuk memenuhi kebutuhan tanaman dibutuhkan kompos dalam

(6)

hara dalam tanah mudah dimanfaatkan atau diserap tanaman. Selain itu, kompos

dapat menjaga sifat fisik tanah dan juga menjamin kehidupan mikroba tanah

(Simamora dkk., 2006).

B. Pupuk Kandang

Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu

alternative yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk.

Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk sudah dilakukan petani secara optimal di

daerah-daerah sentra produk sayuran. Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan

disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti

natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk

dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang juga memiliki kandungan

mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna

oleh tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman

(Bawolye, 2006).

Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara,

juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat

dipengaruhi pupuk kandang antara lain kemantapan agregat, bobot volume total ruang

pori, plastisitas dan daya pegang air.

Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara bagi tanaman yang murah dan

mudah diperoleh. Macam-macam pupuk kandang yang sering digunakan adalah

kotoran kuda, sapi, kerbau, kambing, ayam dan lain-lain. Selain mengandung unsur

(7)

musim kemarau. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang sangat bergantung pada

jenis ternak, jenis pakan, sifat kotoran, cara penyimpanan, pengolahan dan

pemakaiannya.

C. Agar-agar

Agar-agar, agar atau agarosa adalah zat yang biasanya berupa gel yang diolah

dari rumput laut atau alga. Di Jepang dikenal dengan nama kanten dan oleh orang

Sunda disebut lengkong. Jenis rumput laut yang biasa diolah untuk keperluan ini

adalah Eucheuma spinosum (Rhodophycophyta). Beberapa jenis rumput laut dari

golongan Phaeophycophyta (Gracilaria dan Gelidium) juga dapat dipakai sebagai

sumber agar-agar. Agar-agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan berat molekul

tinggi yang mengisi dinding sel rumput laut. Ia tergolong kelompok pektin dan

merupakan suatu polimer yang tersusun dari monomer galaktosa. Agar-agar dapat

dibentuk sebagai bubuk dan diperjualbelikan (Wikipedia, 2008).

Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air

bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling

merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air,

sehingga terbentuk sistem koloid padat-cair. Kisi-kisi ini dimanfaatkan dalam

elektroforesis gel agarosa untuk menghambat pergerakan molekul objek akibat

perbedaan tegangan antara dua kutub. Kepadatan gel agar-agar juga cukup kuat untuk

menyangga tumbuhan kecil sehingga sangat sering dipakai sebagai media dalam

kultur jaringan. Agar-agar dapat juga digunakan secara luas di laboratorium sebagai

pemadat kemikalia dalam percobaan, media tumbuh untuk kultur jaringan tumbuhan

(8)

laboratorium, agar-agar (biasanya dikemas dalam bentuk bubuk) dikenal sebagai agar

atau agarosasaja (Wikipedia, 2008).

D. Nutrijell

Rumput laut sebagai komposisi utama yang ada terkandung di dalam nutrijell

mengandung klorofil yang berfungsi sebagai antioksidan. Zat tersebut bermanfaat

sebagai zat yang dapat membersihkan tubuh dari radikal bebas, yang berbahaya bagi

tubuh. Nutrijell memiliki kandungan serat/fiber yang tinggi, dan juga mengandung

sam amino alami, yang merupakan zat yang baik untuk kulit. Sama halnya seperti

agar-agar dapat merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung

molekul-molekul air, sehingga terbentuk sisten koloid padat-cair. Kisi-kisi ini

dimanfaatkan dalam elektroforesis gel agarosa untuk menghambat pergerakan

molekul objek akibat perbedaan tegangan antara dua kutub. Kepadatan gel agar-agar

juga cukup kuat untuk menyangga tumbuhan kecil.

E. Tepung Kanji

Tepung yang diperoleh dari umbi akar ketela pohon ini biasanya identik

digunakan sebagai bahan perekat. Karena sifatnya yang mudah melekat, sehingga

diasumsikan tepung kanji mampu mengikat air dengan baik.

Peranan mikroorganisme pada Kompos

Kompos merupakan hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran

bahan-bahan

maca

(9)

bahan organik sebagai sumber

mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba ma

Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat.

Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan

teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi-teknologi sederhana, sedang,

maupun

didasarkan pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses

penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan

dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat

penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik, seperti untuk

mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organi

pertanian dan perkebunan.

Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan

murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit.

Dekomposisi bahan dilakukan ole

dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan

mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.

Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk

kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki

sifat

Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk

menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian,

(10)

mengurangi penggunaa

meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan

tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang

bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas

mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas

mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan

Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang

Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas

mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti

N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan

kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh tanaman.

Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan

organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai,

maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi

pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama

(11)

Fungsi Air Bagi Tanaman

Air merupakan faktor penting untuk pertumbuhan tanaman. Air berfungsi

sebagai penyusun tubuh tanaman, pelarut dan medium reaksi biokimia, medium

transport senyawa, memberikan turgor bagi sel, bahan baku fotosintesis dan menjaga

suhu tanaman supaya konstan, evaporasi air untuk mendinginkan permukaan

(Salisbury dan Ross, 1995).

Air adalah komponen utama tanaman hijau. Kandungan air bervariasi antara

70-90%, tergantung pada umur, spesies jaringan tertentu dan lingkungan. Air

dibutuhkan untuk bermacam-macam fungsi tanaman seperti:

1. Sebagai komponen sel terbesar

2. Pelarut unsur hara dan media transportasi

3. Media yang baik untuk reaksi biokimia

4. Rektan pada beberapa reaksi metabolisme, misalnya fotosintesis

5. Pembentuk struktur sel melalui pengaturan tekanan turgor, misalnya daun

6. Media pergerakan gamet dalam peristiwa pembuahan

7. Media pada penyebaran anakan atau propagul, misalnya kelapa

(Salisbury dan Ross, 1995).

(12)

Kebutuhan air tanaman dapat didefenisikan sebagai jumlah air yang

diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi tanaman yang

sehat, tumbuh pada sebidang tanah yang luas dengan kondisi tanah yang tidak

mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai

potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu (Bawolye, 2006).

Tumbuhan memerlukan sumber air yang tetap untuk tumbuh dan berkembang,

karena adanya kebutuhan air yang tinggi dan pentingnya air. Setiap kali air menjadi

terbatas, pertumbuhan berkurang dan biasanya berkurang pula hasil panen tanaman

budidaya. Jumlah hasil panen ini dipengaruhi oleh genotif yang kekurangan air dan

tingkat perkembangan (Hakim dkk., 1986).

Kekurangan air tanaman terjadi karena ketersediaan air dalam media tidak

cukup dan transpirasi yang berlebihan atau kombinasi kedua faktor tesebut. Di

lapangan walaupun di dalam tanah air cukup tersedia, tanaman dapat mengalami

cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi jika kecepatan absorpsi tidak dapat dihitung

kehilangan air melalui proses transpirasi (Haryati, 2000).

Respon tanaman terhadap kekeringan dapat diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu tanaman yang menghindari kekeringan (drought avoiders) dan tanaman yang

mentoleransi kekeringan (drought tolerators). Tanaman yang menghindari

kekeringan membatasi aktivitasnya pada periode air tersedia maksimum antara lain

dengan meningkatkan jumlah akar dan modifikasi struktur dan posisi daun. Tanaman

yang mentoleransi kekeringan mencakup penundaan dehidrasi atau mentoleransi

(13)

perbedaan jalur fotosintesis, sedangkan toleransi dehidrasi mencakup penyesuaian

osmotik (Rauf, 2009).

Hubungan Tanaman dan Air Tanah

Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, dimana air menyusun

60-90% dari berat daun. Air yang tersedia dalam tanah adalah selisih antara air yang

terdapat pada kapasitas lapang dan titik layu permanen. Cekaman kekeringan pada

tanaman disebabkan oleh kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permintaan

air yang berlebihan oleh daun dalam kondisi laju evapotranspirasi melebihi laju

absorbsi air oleh akar tanaman. Serapan air oleh akar tanaman dipengaruhi oleh laju

transpirasi, sistem perakaran dan ketersediaan air tanah (Lakitan, 1996).

Jika kadar air tanah di daerah perakaran rendah, akar tumbuhan akan

mengabsorbsi air secepatnya pada tanah lapisan atas. Begitu tanah mulai mengering

dan tegangan air di permukaan meningkat, pengambilan air bergeser ke lapisan

bawah. Dengan cara yang demikian secara progresif akar menyerap air tersedia

(Hakim dkk., 1986).

Pada dasarnya, semua tanaman, pada tingkatan tertentu mempunyai resistensi

terhadap cekaman air. Yang dimaksud dengan resistensi terhadap cekaman air adalah

berbagai cara yang dilakukan oleh tanaman agar tetap dapat tumbuh dengan baik

pada kondisi kekurangan air. Tanaman resisten terhadap cekaman air karena

protoplasmanya mempunyai toleransi dehidrasi sehingga terjadinya dehidrasi tidak

menyebabkan kerusakan yang tetap (permanent) dan dapat juga disebabkan oleh

(14)

menunda tingkatan pengeringan (desication) yang mengakibatkan kematian tanaman

(Islami dan Utomo, 1995).

Pengaruh Stres Air Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Organ Tanaman

Menurut Haryati (2000) stres air dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan organ tanaman antara lain:

a. Pembelahan dan pembesaran sel

Pengaruh yang paling penting dari kekeringan yaitu pengurangan luas daun

permukaan fotosintesis (source) karena 2 faktor, yaitu adanya penurunan proses

perluasan daun dan karena terlalu awalnya terjadi proses penuaan (senence) pada

daun. Stres air yang sedikit saja, menyebabkan lambat atau berhentinya pembelahan

dan pembesaran sel (contohnya seperti perluasan daun).

b. Perangkat fotosintesis

Pengaruh stres air terhadap proses fotosintesis bisa juga melalui pengaruh

pada kandungan dan organisasi klorofil dalam kloroplas di dalam jaringan atau sel

yang aktif berfotosintesis. Stres air dapat menurunkan kandungan klorofil daun.

c. Sistem reproduksi

Sistem reproduksi tanaman menentukan kapasitas sink tanaman tersebut.

Pengaruh lingkungan terhadap sistem reproduksi (pembungaan, pembuahan,

pengisian biji atau buah) juga memiliki pengaruh terhadap sink. Stres air (tanpa

irigasi) memperlambat munculnya bunga yang akibatnya memperpendek periode

(15)

d. Layu dan menggulungnya daun

Respon terhadap adanya stres air ini dapat diamati secara visual. Adanya

respon layu dan menggulungnya daun berarti terhambatnya fotosintesis baik karena

menutupnya stomata dan karena berkurangnya luas permukaan fotosintetis.

Stres air (kekeringan) pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal yaitu

kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh

daun, dimana laju evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar tanaman,

walaupun keadaan air tanah cukup (jenuh). Stres air pada tanaman dapat terjadi pada

keadaan air tanah tidak kekurangan (Haryati, 2000).

Rendahnya ketersediaan hara pada keadaan kekeringan menunjukkan bahwa

kekeringan mengurangi ketersediaan hara bagi tanaman. Hal ini ditunjukkan oleh

menurunnya total serapan hara tanaman. Jika konsentrasi hara dalam tanaman yang

sedang tumbuh dengan berbagai suplai air adalah konstan, padahal kekeringan

menghambat pertumbuhan, berarti total serapan hara menjadi berkurang.

Jika konsentrasi menurun, maka ketersediaan hara tanah lebih dihambat

daripada pertumbuhan. Hal ini dapat terjadi bila sebagian besar hara berada pada

permukaan tanah (lapisan tanah) yang menjadi kering, sedangkan akar tanaman

memperoleh air (untuk pertumbuhan) dari lapisan yang lebih dalam (Haryati, 2000).

(16)

Bahan organik adalah bagian dari tubuh tanah yang merupakan suatu sistem

yang kompleks dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan yang mengalami

perubahan bentuk secara terus menerus. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu faktor fisik, kimia serta biologi.

Pengaruh pemberian bahan organik terhadap sifat fisik tanah mencakup : (1)

memperbaiki dan membantu pembentukan struktur tanah yang baik, (2)

meningkatkan porositas tanah, (3) memperbaiki drainase tanah, (4) meningkatkan

kapasitas menahan air, (5) menjaga kelembaban tanah, (6) meningkatkan kemampuan

infiltrasi tanah, dan (7) menurunkan erobilitas tanah (Hartanto, 2011).

Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan tanah dan

permukaan air ke udara disebut evaporasi. Peristiwa penguapan air dari tanaman

disebut transpirasi, dan jika keduanya terjadi bersama sama disebut evapotranspirasi.

Kehilangan air pada tanah dapat dikurangi dengan menambahkan bahan organik.

Bahan organik mampu meningkatkan kemampuan meretensi air tanah sehingga air

dapat tinggal lebih lama di dalam tanah.

Pertumbuhan tanaman saat dimulai dari kecambah hingga dewasa dipengaruhi

oleh bahan organik. Sisa tanaman yang dikembalikan ke dalam tanah mampu

merangsang pertumbuhan kecambah tanaman. Bahan organik yang terdekomposisi

mampu melepas unsur hara dan asam-asam yang membantu pertumbuhan.

Asam-asam tersebut mampu menstimulasi pertumbuhan tanaman. Humus yang bersal dari

bahan organik terdekomposisi sempurna bila terlarut dalam air akan mengeluarkan

enzim yang mampu merangsang pertumbuhan tanaman (Bagus, 2007).

(17)

Pengertian lahan kritis menurut Dephut (2009) yaitu suatu lahan baik yang

berada di dalam maupun di luar kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan,

sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan.

Menurunnya fungsi tersebut akibat dari penggunaan lahan yang kurang atau tidak

memperhatikan teknik konservasi tanah sehingga menimbulkan erosi, tanah longsor

dan berpengaruh terhadap kesuburan tanah, tata air dan lingkungan.

Karakteristik Lahan Kritis

Salah satu karakteristik lahan kritis ialah lahan yang kondisinya mengalami

cengkraman kekeringan akibat laju erosi yang tinggi maupun intensitas curah hujan

tahunan yang sangat rendah. Hal ini menyebabkan tanah yang berfungsi sebagai

media penyimpan air yang terkandung di dalamnya tidak dapat berfungsi maksimal

sehingga berimplikasi terhadap pertumbuhan tanaman yang juga menjadi tidak

maksimal.

Kondisi Umum Wilayah Pengambilan Sampel

Padang Lawas Utara adalah salah satu kabupaten di provinsi Sumatera utara

yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan. Ibukota kabupaten ini

adalah Gunung Tua yang luasnya 3.918,05 km2 dan memiliki 9 kecamatan dimana

salah satu kecamatannya adalah kecamatan Sihapas Julu tepatnya desa Pamuntaran

yang merupakan lokasi penelitian dilaksanakan. Padang Lawas Utara yang sebagian

besar masih berupa lahan kritis yang tersebar pada berbagai kecamatan, sehingga

perlu dilakuan suatu tindakan yang dapat menjadikan lahan tersebut dapat berfungsi

dengan baik (Pramono, 2002). Secara astronomis lokasi penelitian berada pada 010

(18)

bergelombang dan berbahan induk batuan sedimen halus hingga kasar dan jenis

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengetahui interaksi kombinasi dosis tanah bermikoriza dan jenis mikoriza serta pemberian perlakuan jenis mikoriza, begitu juga pemberian perlakuan dosis

Penelitian ini bertujuan mengukur dan menganalisis pengaruh jenis media tanam dan dosis pupuk NPK yang berbeda terhadap pertambahan tinggi, pertambahan diameter,

Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan.. untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya

Sumber Keragaman Derajat bebas Kuadrat Jumlah Kuadrat Tengah F.. Analisis

Penelitian ini bertujuan mengukur dan menganalisis pengaruh jenis media tanam dan dosis pupuk NPK yang berbeda terhadap pertambahan tinggi, pertambahan diameter,

unsur hara ke tanah atau tanaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah - tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya ntuk memperbaiki

Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah- tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifa