TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Jabon Putih
Jabon Putih merupakan jenis pohon cepat tumbuh yang masuk dalam
famili Rubiaceae dan genus Anthocepalus, A. cadamba Roxb. Miq. ini bersinonim
dengan A. chinensis (Lamk) A. Rich, A. macrophyllus Roxb. Havil, A. indicus Rich., A. morindaefolius Korth, Nauclea cadamba (Roxb.),
Neolamarkcia cadamba (Roxb) Bosser, Sarcocephalus cadamba (Roxb) Kurz.
Jabon Putih memiliki nama daerah galupai, johan, kalampain, kelempi
(Sumatera); jabon, jabun, hanja, kalampeyan, kelampaian (Jawa); jabon, jabun,
haja, kelampeyan (Kalimantan); pontua, suge manai, pekaung, toa (Sulawesi);
gumpayan, kelapan, mugawe (Nusa Tenggara); dan di Irian Jaya dinamakan
paribe, masarambi (Mansur, 2010).
Ciri umum Jabon yaitu kayu teras berwarna putih sampai putih
kekuningan. Batas antara kayu teras dengan kayu gubal tidak tegas. Kayu jabon
memiliki corak polos dengan tekstur agak halus dan rata. Arah seratnya lurus
kadang agak berpadu. Kayu ini memiliki permukaan agak mengkilap sampai
mengkilap, memiliki kesan raba yang licin sampai licin dan tingkat kekerasannya
agak lunak sampai agak keras (Martawidjaya, dkk., 1989).
Berdasarkan ciri-cirinya, taksonomi Jabon Putih digolongkan sebagai
berikut (Mansur dan Tuheteru, 2011):
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (berbunga)
Ordo : Rubiales
Familia : Rubiaceae (suku kopi-kopian)
Genus : Anthocephalus
Spesies : Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.
Kegunaan
Jabon merupakan jenis tumbuhan lokal yang dapat direkomendasikan
untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman karena pemanfaatan
kayunya sudah dikenal luas oleh masyarakat. Jabon merupakan jenis kayu yang
mempunyai berat jenis rata-rata 0,42 (0,29-0,56), kelas kuat III-IV dan kelas awet
V. Kayu jabon banyak digunakan untuk korek api, kayu lapis, peti pembungkus,
cetakan beton, mainan anak-anak, pulp dan kertas, kelompen dan kontruksi
darurat yang ringan. Kayunya mudah dibuat venir tanpa perlakuan pendahuluan
dengan sudut kupas 92º untuk tebal 1,5 mm. Perekatan venir kayu Jabon dengan
urea-formaldehida menghasilkan kayu lapis yang memenuhi persyaratan standard Indonesia, Jepang, dan Jerman (Martawidjaya dkk., 1989).
Menurut Mulyana dkk., (2010) beberapa keunggulan tanaman Jabon
Putih dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Diameter batang dapat tumbuh hingga 10 cm/tahun.
2. Pemanenan kayu jabon relatif singkat (5 - 6 tahun).
3. Batang berbentuk silinder dengan tingkat kelurusan yang bagus.
4. Tidak memerlukan pemangkasan karena cabang akan rontok sendiri saat
tumbuh (self pruning).
5. Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan sengon.
kritis, seperti tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, dan tanah berbatu.
7. Tanaman jabon relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit bila
dibandingkan dengan sengon.
Silvikultur
Jabon Putih merupakan jenis tumbuhan penghasil kayu yang memiliki biji
sangat kecil sehingga untuk mengekstraksi atau memisahkan biji jabon dari
buahnya membutuhkan teknik khusus. Hartanto (2011) mengemukakan bahwa biji
jabon dapat diekstraksi dengan dua cara yaitu melalui ekastraksi kering dan
ekstraksi basah. Dikemukan juga bahwa pemisahan biji dari daging buah jabon
dengan cara ekstraksi kering memiliki kemurnian yang lebih kecil dibandingkan
dengan ekstraksi basah yaitu kurang dari 50%, hal ini disebabkan karena biji
tercampur dengan serbuk daging buah. Ekstraksi kering sering kali sulit dibedakan
antara biji dan daging buah yang berukuran hampir sama, sedangkan dalam
ekstraksi basah kemurnian biji jabon dapat mencapai 100% dan biji dapat dilihat
dengan jelas.
Menurut Martawidjaya dkk., (1989) perbanyakan Jabon Putih dapat
dilakukan dengan stump maupun stek pucuk dan relatif mudah dilakukan. Bibit
jabon yang siap ditanam di lapangan adalah bibit yang berumur 3 bulan. Waktu
penanaman bibit jabon di lapangan yang baik dilakukan pada permulaan musim
hujan dan curah hujan sudah cukup banyak sehingga tanah telah cukup lembab
agar pertumbuhan bibit dapat lebih tahan pada permulaannya. Jabon tidak
menuntut persyaratan tumbuh yang tinggi, akan tetapi untuk investasi sebaiknya
dilakukan pada tanah yang subur dan drainase baik. Jarak tanam 3 x 2 m atau 5 x
30 x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm tergantung kondisi tanah
(Direktorat Jenderal Kehutanan, 1980).
Peranan Pupuk Bagi Tanaman
Unsur yang diserap untuk pertumbuhan dna metabolisme tanaman
dinamakan hara tanaman. tanaman memerlukan unsur hara ensensial yang
diperoleh dari tanah (Hakim dkk., 1986). Fungsi hara tanaman tidak dapat
digantikan oleh unsur hara lain dan apabila unsur hara tidak tersedia maka
kegiatan metabolisme akan terganggu. Menurut Khaeruddin (1999) bahwa ada 16
unsur hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhannya, unsur hara tersebut
dapat dibedakan menjadi unsur hara gas, unsur hara mikro dan unsur hara makro.
Pengertian klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi yaitu
atas dasar pembentukannya yaitu yang terdiri dari pupuk alam dan pupuk buatan,
atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya yang terdiri dari pupuk
tunggal dan pupuk majemuk, dan atas susunan kimiawi yang mempunyai
hubungan penting dengan perubahan-perubahan di dalam tanah. Pupuk alam
diantaranya terdiri dari pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, dan guano
(Marsono dan Sigit, 2002).
Hakim dkk., (1986) pupuk adalah setiap bahan organik maupun anorganik,
alami atau buatan, mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan normal tanaman yang dapat diberikan pada tanah atau tanaman.
sedangkan pemupukan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memberikan
unsur hara ke tanah atau tanaman yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal
tanaman.
memungkinkan tanaman tumbuh dengan sebaik-baiknya. Pertumbuhan tidak saja
tergantung dari tersedianya berbagai zat makanan dalam jumlah yang cukup,
tetapi juga dari persyaratan lain seperti struktur dan kondisi derajat keasaman
tanah. Keadaan tanah yang baik berarti pula bahwa tanaman dapt dengan mudah
menyerap makanan melalui pertumbuhan akarnya yang kuat, dibandingkan
dengan jika pertumbuhannya kurang baik (Rinsema, 1993).
Menurut Marsono dan Sigit (2002), cara yang paling umum untuk
meningkatkan produkivitas adalah melalui pemupukan yang dapat meningkatkan
modal hara tempat tumbuh dengan menambahkan sumber hara yang langsung
tersedia. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor antara
lain sinar matahari, suhu, udara, air, dan unsur-unsur hara dalam tanah (N, P, K
dan lain-lain). Satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi
keterdiaan unsur hara tanah adalah pemupukan. Melalui pemupukan tanaman
dapat tumbuh optimal dan berproduksi maksimal.
Pupuk Organik
Kelebihan pupuk organik antara lain:
a. Mengubah struktur tanah menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan akar
tanaman lebih baik pula.
b. Meningkatkan daya serap dan daya pegang tanah terhadap air sehingga
tersedia bagi tanaman.
c. Memperbaiki kehidupan organisme tanah
(Marsono dan Sigit, 2002).
Menurut Novizan (2005) manfaat pupuk organik adalah dapat
yang mampu meningkatkan pH pada tanah masam penggunaan pupuk organik
tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi air. Ditambahkan Hakim dkk., (1986)
bahwa pada bahan organik nilai C/N bahan organik sangat menentukan reaksi
dalam tanah. Bila C/N bahan organik tinggi maka akan terjadi persaingan N atara
tanaman dan mikroba, dalam hal ini N diimobilisasi. Suatu dekomposisi bahan
organik yang lanjut dicirikan oleh C/N yang rendah, sedangkan C/N yang tinggi
menunjukkan dekomposisi belum lanjut atau baru mulai. Lapisan tanah bagian
atas pada umumnnya mengandung bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan
dengan lapisan tanah dibawahnya. Karena akumulasi bahan organik inilah lapisan
tanah tersebut berwarna gelap dan merupakan lapisan tanah yang subur sehingga
penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman di polibag
(Islami dan Utomo, 1995).
Humus merupakan senyawa kompleks agak resisten terhadap pelapukan,
berwarna cokelat, amorfus bersifat kolodial dan berasal dari jaringan tumbuhan
atau binatang yang telah dimodifikasikan dan disintesiskan oleh berbagai jasad
renik. Penggunaan humus sebagai media tanam pembibitan sangat baik karena
humus adalah bahan organik yang telah mengalami dekomposisi akan
berpenagruh terhadap pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap sifat
fisika, kimia dan biologi tanah. Selain itu merupakan sumber N, P, K dan S serta
karbon sekitar 55%-60% yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhannya
(Hakim, dkk., 1986).
Kardin (2010) menyatakan hal terpenting dari proses pembentukan humus
adalah bahwa proses pembentukannya memiliki kaitan yang sangat erat antara
bahan-bahan sebagai berikut:
Tabel 1. Komponen utama dan sifat kimia humus
Unsur Komposisi Sifat kimia Total
Lignin 45% Nitrogen (N) 5,6%
Protein 35% C/N 10,04%
Karbohidrat 11%
Lemak, Damar dan Lilin 3%
Tidak diketahui 6%
Sumber : Kardin (2010)
Kompos cocopeat (serbuk sabut kelapa) mengandung unsur-unsur hara
makro yang dibutuhkan tanaman. unsur-unsur makro tersebut merupakan
komponen utama kompos cocopeat. Herath (1993) melakukan penelitian terhadap
komponen utama kompos cocopeat, seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komponen utama dan sifat kimia kompos cocopeat
Unsur Total (ppm) Sifat kimia Komposisi
Total Nitrogen (N) 5238 Selulosa 34 %
Fosfor (P) 330 Hemiselulosa 9 %
Kalium (K) 9787 Lignin 44 %
Calsium (Ca) 2521 Pentosan 13 %
Magnesium (Mg) 2006 pH 4-8
C/N 110-200
Sumber : Herath (1993) dalam Adiyati (1999).
Banzon dan Velsco (1982) dalam Tyas (2000), menyatakan bahwa
kompos cocopeat banyak mengandung unsur hara, dengan K dan Cl merupakan
unsur dominan. Sifak fisik kompos cocopeat antara lain memiliki porositas 95%
dan bulk density ± 0,25 gram/ml. Herath (1993) juga menyatakan bahwa sifat fisik
lain kompos cocopeat adalah memiliki kemampuan untuk menyerap air 6 kali