• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komposisi Komunitas Collembola Permukaan Tanah pada Hutan Sekunder dan Agroforestri Kopi di Desa Kutagugung Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komposisi Komunitas Collembola Permukaan Tanah pada Hutan Sekunder dan Agroforestri Kopi di Desa Kutagugung Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adianto.1993. Biologi Pertanian (Pupuk Kandang, Pupuk Organik Nabati, DanInsektisida). Edisi ke-2.Alumni anggota IKAP. Bandung.

Amir, A. M. 2008. Peranan Serangga Ekor Pegas (Collembola) dalam Rangka Meningkatkan Kesuburan Tanah.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.Warta, Volume 14, Nomor 1 April 2008:16-17ISSN-0853-8204.

Arief, A. 2001.Hutan dan Kehutanan.Kanisius.Yogyakarta.

BPS Karo. 2012. Karo Dalam Angka 2012.

http://karokab.bps.go.id/publikasi/kda/2012/1 katalog_2012.pdf. Diakses pada 03 Januari 2013.

Christiansen, K & Bellinger, P. F. 1980-1981. The Collembola of North America. Grinell College, Grinell, lowa 50112.

Daniel, T. W., J. A. Helms, F. S. Baker. 1992. Prinsip-prinsip Silvinatural. Yogyakarta: Penerbit Universitas Gadjah Mada.

Deharveng, L. 2004. Recent Advances in Collembola systematic. Pedobiologia 48:415-433.

Dewi, W. S. 2007. Dampak Alih Guna Lahan Hutan menjadi Lahan Pertanian: Perubahan Diversitas Cacing Tanah dan Fungsinya dalam Mempertahankan Porimakro Tanah. Disertasi. Pascasarjana Universitas Brawijaya. Malang.

Ewuise, J. Y. 1990. Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB.

Foresta, A. H, Djatmoko, W. Michon, G. Kusworo. 2000. Ketika Kebun Berupa Hutan Agroforest Khas Indonesia. Grafika Desa Putera. Jakarta.

Ginting, M. 2008. Bagi Hasil Tanah Pertanian pada Masyarakat Karo.Pustaka bangsa press. Medan. hlm 66.

Gisin, H.1960. Collembolan Fauna Eropas. Museum d’Histoire Naturelle. Geneve: 318pp.

Greenslade. P. J. 1996. Collembola Di dalam: Naumann ID, ed The Insect of Autralia: A Textbook for Students and Research Workers vol 1 2nd ed. CSIRO. Melbourne: Melbourne Univ Pr.

Greenslade, P., L. Deharveng, A. Bedos, & Y.R. Suhardjono, 2000. Handbook to Collembola of Indonesia.Advisor Willem N. Ellis.Museum Zoologicurn Bogoriense. Bogor.

(2)

Hadley, D. 2007. Order Collembola. http://www.insect.about.com/od/springtails. Diakses 20 September 2013.

Hanafiah KA, Napoleon A dan Nuni G. 2005. Biologi tanah ekologi dan makrobiologi tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hairiah, K., S. R. Utami, D. Suprayogo, Widianto, S. M. Sitompul, Sunaryo, B. Lusiana, R. Mulia, M. Van Noordwijk and G. Cadish. 2000. Agroforestry on Acid Soils in Humid Tropics Managing Tree-Soil-Crop Interadictions. ICRAF. Bogor.

Hairiah, K. dan S.M. Sitompul. 2000. Assesment And Simulation Of Aboveground And Belowground Carbon Dynamics. APN/IC-SEA, Bogor.

Handayanto & Hairiah. 2009. Biologi Tanah, Landasan Pengelolaan Tanah Sehat. Pustaka Adipura. Yogyakarta.

Hakim, N., M. Yusuf N., AM. Lubis, dan Sutopo G.N. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hopkin S. P. 1997. Biology of The Springtails (Insecta: Collembola). Oxford University Press. Oxford.

Indriyati & L. Wibowo. 2008. Keragaman dan Kelimpahan Collembola serta Arthropoda Tanah di Lahan Sawah Organik dan Konvensional pada Masa Bera. J.HPTTropika. 8(2):110-116.

Indriyanto. 2008. Pengantar Budi Daya Hutan. Bumi aksara. Jakarta.

Irwanto. 2006. Dinamika dan Pertumbuhan Hutan Sekunder. UGM.Yogyakarta.hlm 2.

Kanal, A. 2004.Effects of fertilisation and edaphic properties on soil-assosiated Collembola in crop rotation.Agronomy Research 2(2):153-168.

Lee, K. E. 1985. Earthworm, Their Ecology and Relationship with Soil and Land Use.Academic Press.Australia.

Michael, P. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.Diterjemahkan oleh Koestoer, Y. R. UI-Press. Jakarta.

Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor.

Odum, E. P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Diterjemahkan oleh Tjahjono Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Prijono, S. Wahyudi, H. A. 2009. Peran Agroforestry dalam Mempertahankan Makroporositas Tanah (Studi Pengaruh Peningkatan Serasah terhadap

(3)

Peningkatan Biomassa Cacing Penggali Tanah P. Corethrurus dan Makroporositas Tanah). PRIMORDIA. 5 (3): 203-212.

Rauf, A. 2011.Sistem Agroforestry. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Rahmadi C, Suhardjono YR, Andayani I. 2004. Collembola Lantai Hutan di Kawasan Hulu Sungai Tabalong Kalimantan Selatan.Biota IX:179-185.

Sabatini, M. A. & Innocetti, G. 2000.Functional relationship between Collembola and plant pathogenic fungi of agricultural soil.Pedobiolagia 44 (3-4): 467-475.

Simanungkalit, D. A. Suriadirkata, R. Saraswati, D. Setyorini dan W. Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Bogor.

Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta

---2002. Metoda Ekologi. Padang: Penerbit Universitas Andalas Padang.

--- 2006. Ekologi Hewan Tanah. Edisi Ke-3. Bumi Aksara. Jakarta.

Sugiyarto., Efendi, M., Mahajoeno, E., Sugito, Y., Handayanto, E dan Agustina, L. 2007. Preferensi berbagai jenis makrofauna tanah terhadap sisa bahan organik tanaman pada intensitas cahaya berbeda. Biodiversitas.7(4): 96 – 100.

Sukarsono. 2009. Ekologi Hewan. UMM Press. Malang.

Suhardjono, Y. R. 1992. Fauna Collembola Tanah di Pulau Bali dan Pulau Lombok. (Disertasi S3). Jakarta: Universitas Indonesia. Program Pasca Sarjana.

Suhardjono, Y. R. 2006. Status taksonomi fauna di Indonesia dengan tinjauan khusus pada Collembola.Zoo Indonesia 15:67-86.

Suhardjono, Y. R., Deharveng. L., Bedos. A. 2012. Biologi Ekologi Klasifikasi Collembola (Ekorpegas). Vegamedia. Bogor. Hlm 21:59-60.

SNI 13-6793-2002 (Pd M 12-1998-03). 2005. Metode Pengujian Kadar Air, Kadar Abu dan Bahan Organik Dari Tanah Gambut dan Tanah Organik Lainnya.http://www.pu.go.id/satminkal/balitbang/sni/pdf/SNI%2003-6793-2002.pdf. [09 Maret 2013].

Widianto., Kurniatun, H., Dikik, S dan Mustofa, A. S. 2003. Fungsi dan Peran Agroforestri. ICFAFC World Agroforestry Centre. Bogor.

(4)

Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaanya. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Zain, A. S. 1992. Aspek Pembinaan Wawasan Hutan dan Stratifikasi Hutan Rakyat. Rine Kartika. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Hasi penelitian menunjukkan bahwa hutan rakyat mampu menekan laju limpasan permukaan dan erosi tanah dibandingkan lahan agroforestri dan lahan pertanian

Nilai permeabilitas tanah hasil pengukuran di laboratorium pada lahan hutan sekunder dan pertanian konservasi relatif besar karena kedua lahan ini mempunyai

Jenis spesies cacing tanah yang ditemukan di agroforestri kopi (Amynthas sp., Peryonix sp., Pheretima sp. dan Pontoscolex corethrurus) lebih banyak dari jenis

Sistem pertanian ini sengaja dilakukan untuk mengelola lahan hutan agar tanah di kawasan hutan tetap subur karena tanaman musiman yang berada disekitar pohon dapat

Hasil pengukuran faktor fisik kimia tanah pada lahan pertanian organik dan anorganik di Desa Raya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo didapatkan 5 faktor yang diduga

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Kajian Jenis Cacing Tanah

Sejumlah hasil penelitian telah mengungkapkan berbagai dampak alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian terhadap kualitas tanah (Juo et al., 1995). Erosi

Dapatkah Sistem Agroforestri Mempertahankan Diversitas Cacing Tanah Setelah Alih Guna Lahan Hutan Menjadi Pertanian?.. Dominguez J, Edwards CA,