• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Campuran Jenis Bambu Terhadap Kualitas Oriented Strand Board

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Campuran Jenis Bambu Terhadap Kualitas Oriented Strand Board"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bambu

Bambu adalah tanaman yang hidup merumpun, kadang-kadang ditemui

berbaris membentuk suatu garis pembatas dari suatu wilayah desa yang identik

dengan batas desa di Jawa. Pada umumnya yang sering digunakan oleh

masyarakat di Indonesia adalah bambu tali, bambu petung, bambu andong dan

bambu hitam. Bambu dalam bentuk bulat dipakai untuk berbagai macam

konstruksi seperti rumah, gudang, jembatan, tangga, pipa saluran air, tempat air,

serta alat-alat rumah tangga. Dalam bentuk belahan dapat dibuat bilik, dinding

atau lantai, reng, pagar, kerajinan dan sebagainya. Beberapa jenis bambu

akhir-akhir ini mulai banyak digunakan sebagai bahan penghara industri sumpit, alat

ibadah, serta barang kerajinan, peralatan dapur, topi, tas, kap lampu, alat musik,

tirai dan lain-lain (Krisdianto et al.2007).

Bambu memiliki 3 arah sumbu dengan sifat yang berbeda yaitu longitudinal,

radial, dan tangensial atau istilah lainnya ortotrofik. Bambu juga merupakan bahan yang

bersifat biologis yang memiliki sifat yang berbeda. Perbedaan sifat tersebut disebabkan

beberapa factor seperti jenis bambu, umur bambu, keadaan tanah, keadaan lingkungan,

dan bagian batang bambu (Mustafa, 2011).

2.1.1. Bambu Tali (Gigantochloa apus) Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

(2)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)

Genus : Gigantochloa

Spesies : Gigantochloa apus Kurz

(Plantamor, 2014).

Bambu tali diduga berasal dari Burma, dan sekarang tersebar diseluruh kepulauan

Indonesia. Bambu tali umumnya tumbuh didataran rendah hingga ketinggian 1000 mdpl.

Bambu tali berbatang kuat, liat dan lurus sehingga cocok dijadikan bahan baku kerajinan

(Berlian dan Rahayu, 1995).

2.1.2. Bambu betung(Dendrocalamus asper)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Commelinidae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)

Genus : Dendrocalamus

Spesies : Dendrocalamus asper Backer

(3)

Bambu betung memiliki rumpun yang agak sedikit rapat. Warna batang hijau

kekuning-kuningan. Ukurannya lebih besar dan lebih tinggi daripada bambu lain. Tinggi

batang dapat mencapai 20 meter dan diameter 20 cm dengan ketebalan dindingnya sekitar

1-1,5 cm. Pelepah batang panjangnya 20-55 cm dengan pelepah buluh sempit dan

kebawah. Jenis bambu ini dapat ditemui didataran rendah sampai ketinggian 2000 mdpl.

Sifat bambu betung keras dan baik untuk bahan bangunan seratnya besar dan ruasnya

panjang. Bambu juga dapat digunakan untuk saluran air, penampung aren, dinding rumah,

dan bahan kerajinan (Berlian dan Rahayu, 1995).

Menurut Prawirohatmojo (1979) dalam Ibrahim (2013) bambu betung adalah

bahan bangunan yang murah dan kuat, tetapi dalam penggunaannya bambu sangat

popular dengan jenis bubuk. Isi bubuk ini berkaitan erat dengan kandungan zat pati di

bambu betung. Untuk mengurangi kadar pati yang ada harus ada perlakuan yang efektif

sebelum bambu digunakan sebagai bahan bangunan.

2.2. Oriented Strand Board

Oriented Strand Board (OSB) adalah panel struktur yang cocok untuk penggunaan yang luas dalam bidang konstruksi dan industri. Panel berbentuk lembaran

ini dibuat dari strand yang dipotong tipis dari pohon berdiameter kecil dan cepat tumbuh

dan disatukan dengan perekat dan dikempa panas

(Structural Boards Association, 2005).

Untuk membuat strand pertama kali bambu dipotong setiap ruasnya kemudian

dipotong menurut ukuran yang diinginkan serta dikupas kulitnya agar menghasilkan

strand dengan daya rekat yang baik. Untuk pembuatan strand ukuran geometrinya memiliki lebar 2,5 cm dengan panjang 7 cm. Strand kemudian dikeringkan dengan

(4)

digunakan. Proses pembuatan OSB pada dasarnya hampir sama dengan tahap pada

pembuatan papan partikel, namun pada bagian sisi tengahnya dibuat bersilangan dengan

bagian permukaan dan jumlah lapisanmengikuti bilangan ganjil. Hal ini bertujuan untuk

memperoleh kekuatan dan kekuan panel yang dihasilkan (APA,2000). Pengovenan selain

berguna untuk mengurangi kadar air juga dapat memperbaiki kualitas strand dan papan

OSB yang dihasilkan. Pengeringan strand direkomendasikan hingga 10 %. Strand yang

sudah dipersiapkan kemudian disusun membentuk lembaran dengan arah yang berlainan

setiap lapisan dengan rasio face, core dan back 1:2:1. Diketahui bahwa penyusunan

dengan cara ini menghasilkan papan yang memiliki stabilitas yang tinggi dan cocok untuk

digunakan sebagai bahan konstruksi (Ginting, 2009).

2.3. OSB Bambu

Saat ini bambu telah banyak dijadikan sebagai bahan baku komposit, salah

satunya dijadikan sebagai OSB. Dari hasil penelitian Ginting (2009) menyimpulkan

bahwa pembuatan OSB dari tiga jenis bambu yang berbeda dan perekat yang sama

tidak berpengaruh nyata terhadap sifat fisis dan mekanis OSB, dimana perekat yang

digunakan adalah Urea Formaldehid (UF). Namun untuk OSB yang dihasilkan

memenuhi standar JIS 5908-2003 untuk standar kerapatan. Pada penelitian Adrin et al.

(2013), menyimpulkan bahwa Sifat fisis (DSA dan PT) dan sifat mekanis (MOR dan

MOE) baik sejajar maupun tegak lurus serat serta IB OSB yang dibuat dari strand bambu

betung yang diberi perlakuan steam sangat dipengaruhi oleh perekat yang digunakan,

dimana perekat yang digunakan adalah perekat Isosianat dengan konsentrasi 5% dan

perekat UF dengan konsentrasi 7% OSB yang direkat dengan perekat ISO dan kombinasi

ISO:PF:ISO menghasilkan OSB dengan nilai DSA, PT MOR dan MOE baik sejajar

maupun tegak lurus serat serta IB lebih baik dibandingkan dengan OSB yang direkat

(5)

yang diuji memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam standar CSA 0437.0 (Grade 0-2),

kecuali nilai MOE tegak lurus serat OSB yang direkat dengan perekat PF.Menurut Saad

(2008) bahwa rasio face-core 50:50 dengan tingkat perekat isosianat 6% dari bambu

Betung merupakan OSB bambu dengan kualitas terbaik standar JIS A 5908-2003. Rasio

face-core yang lebih besar akan meningkatkan kekuatan (MOE dan MOR) panjang pengujian paralel OSB akan mengurangi daya jika pengujian paralel OSB lebar.

Menurut Japanese industrial Standards (2003) spesifikasi sifat fisis mekanis

papan OSB adalah sebagai berikut :

No Parameter sifat fisis dan mekanis Standar

1.

Kerapatan (g/cm³)

0,4 – 0,9

2.

Kadar air (%)

5 – 13

3.

Daya serap air (%)

-

4.

Pengembangan tebal (%)

Maks 25

5.

Modulus of Rupture (MOR) (kg/cm²)

Min 244

6.

Modulus of Elasticity (MOE) (kg/cm²)

Min 40790

7.

Internal Bond (kg/cm²)

Min 3.05

2.4. Perekat Isosianat

Dalam pembuatan papan partikel, perekat berperan penting dalam mengikat

partikel-partikel bahan penyusunnya agar terbentuk ikatan yang kuat dan rapat. Pada

dasarnya, perekat bermanfaat sebagai penyambung atau penyatu antara bahan-bahan yang

digunakan agar memadai bila diberi beban tertentu. Perekat merupakan hal penting dalam

pembuatan OSB karena perekat berperan sebagai pengikat elemen-elemen kayu

pembentuknya. Perekat isosianat adalah perekat yang mampu merekatkan berbagai jenis

(6)

lebih rendah, waktu pengempaan singkat, toleran dengan partikel berkadar air tinggi,

stabilitas dimensi tinggi dan tidak mengandung formaldehida (Marra, 1992).

MDI telah menjadi resin yang umum digunakan dalam produksi OSB, meskipun

biaya secara signifikan lebih dari PF. Seperti PF, menghasilkan ikatan tahan air cocok

untuk digunakan dalam panel klasifikasi 1. Bahkan, sifat adhesi terhadap kayu membuat

kinerjanya lebih baik daripada PF bila terkena air. Tidak seperti PF, MDI tidak hanya

mampu membentuk ikatan mekanik dengan substrat kayu juga mampu membentuk

ikatan kimia kovalen dengan kayu. Ikatan kimia lebih kuat dan lebih stabil dari hubungan

mekanis, sehingga produsen dapat berpotensi menggunakan lebih sedikit resin untuk

mencapai hasil yang sama, atau lebih besar dibanding kinerja dengan beban perekat

rendah dari PF. Resin yang lebih rendah dapat menghemat biaya, yang dapat membantu

untuk mengimbangi peningkatan biaya per unit perekat (Wood Based Panels

International, 2009).

Hasil penelitian Nuryawan et al. (2008) yang menggunakan perekat ISO yang

dengan konsentrasi perekat 7% menunjukkan bahwa tiga besar OSB dari strand kayu

dengan kualitas sifat fisis dan mekanis terbaik adalah OSB yang direkat dengan

menggunakan perekat ISO. Hal ini menunjukkan bahwa perekat ISO adalah perekat

terbaik dibandingkan dengan perekat yang lain. Perekat ISO mempunyai reaktivitas

tinggi, kekuatan ikatan dan daya tahan tinggi. Oleh karena itu dapat menghasilkan produk

dengan sifat fisis dan mekanis yang sangat baik. Diphenylmethane diisocyanate (MDI)

Referensi

Dokumen terkait

ISPRS Annals of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume III-6, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech Republic. This

Tahun 2008 : - Predikat “angat Bagus untuk kategori Bank dengan Kegiatan Usaha Terfokus pada Segmen Usaha Tertentu (Modal Rp 100M s/d dibawah Rp 1T) dalam rating 125 rating Bank

The focus of this study is to introduce a comprehensive technology to the development and updating of ESP manuals and means of technical support as well as

- Construction of 3D video scenes is carried out using 3D GIS tools by initial DEM and DOM obtained by various means for capture and processing of cartographic data, satellite

Plot of energy digitizer values over time for a return FW signal: characterization of waveform by amplitude (PE) and partial integral of parts including two echoes. The

Dalam Undang-undang ini, di dalam pasal I misalnya dijelaskan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5, 2014 ISPRS Technical Commission V Symposium, 23 – 25 June 2014, Riva

A drawback of this sensor is the geometric quality of the delivered 3D data and the low repeatability: for example, if one compares different subsequent frames