• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Permintaan Mobil Di Kota Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Permintaan Mobil Di Kota Medan Chapter III V"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan

(metdhos = tata cara) (M. Iqbal Hasan, 2002).

3.1.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis permintaan mobil di Kota Medan.Dimana permintaan mobil di Medan dipengaruhi oleh pendapatan,

harga mobil, pajak mobil, harga BBMdan selera.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui

survey lapangan dengan menggunakan semua metode pengumpulan data orisinal.

Data primer bersumber dari responden yaitu orang yang sudah memiliki mobil

pribadi dan yang akan membeli mobil pribadi di Medan.Adapun jenis data yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah pendapatan, harga mobil, pajak mobil,

harga BBM dan selera.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini meliputijumlah mobil pribadi di

Medan.Dikarenakan jumlah populasi yang besar dengan berbagai merek maka

digunakan teknik sampling, hal ini dilakukan agar tidak memakan biaya yang

besar dan waktu yang terlalu lama. Penelitian dengan metode sampling ini

diharapkan hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan sifat populasi

bersangkutan.Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi

(2)

Teknik sampling yang digunakan adalah proporsif dengan menentukan

200 sampel yang diperoleh dari jumlah populasi penduduk di Kota Medan yang

memiliki mobil pribadi dan dikelompokkan dalam 4 jenis merk mobil pribadi

yaitu:

1. Mobil Toyota

2. Mobil Honda

3. Mobil Nissan

4. Mobil Daihatsu

3.4.Pengolahan Data

Untuk mengolah data penelitian ini digunakan program komputer SPSS.

Koefisien yang dihasilkan dapat dilihat pada output regresi berdasarkan data yang

dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan serta dilihat signifikansi tiap-tiap

variabel yang diteliti.

3.5.Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah model

persamaan Ordinary Least Square.Dalam menganalisis data yang diperoleh untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh Variabel-variabel bebas terhadap variabel

tidak bebas digunakan model ekonometrika dengan meregresikan

variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary

Least Square).

Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan

analisis statistik yaitu persamaan regresi linear berganda.

Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(3)

Selanjutnya fungsi tersebut ditransformasikan dalam model logaritma

natural sebagai berikut:

Y = 0 + 1 X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4+ 5D + ε………...(2)

Dimana:

Y =Permintaan mobil

0 = Intercept

1 = Koefisien regresi pendapatan

X1 = Pendapatan

2 = Koefisien regresi harga mobil pribadi

X2 = Harga mobil pribadi

3 = Koefisien regresi pajak mobil pribadi

X3 = Pajak mobil pribadi

4= Koefisien regresi harga BBM

X4 = Harga BBM

5 = Koefisien regresi Selera

D = Dummy Selera

D = 1 (Mobil secara umum)

D = 0 (Non mobil / transportasi darat lain diluar mobil)

3.6 Teknik Analisis Data 3. 6.1. Test Goodness of Fit

3.6.1.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan

(4)

dependen.Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0<R2<1) (Gunawan Sumodiningrat,

1994).

3.6.1.2. Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk

mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak

terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan.

3.6.1.3. Uji F- statistik

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau

bersama-sama terhadap variabel dependen.

3.6.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Gujarati (2003) mengemukakan beberapa asumsi klasik yang harus

dipenuhi untuk suatu hasil estimasi regresi linear agar hasil tersebut dapat

dikatakan baik dan efisien. Adapun asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain:

1. Model regresi adalah linear, yaitu linear di dalam parameter.

2. Residual variabel pengganggu (�) mempunyai nilai rata-rata nol (zero mean

value of disturbance �).

3. Homokedastisitas atau varian dari � adalah konstan.

4. Tidak ada autokorelasi antara variabel pengganggu �.

5. Kovarian antara � dan varibel independen (X1) adalah nol.

6. Jumlah data (obeservasi) harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

parameter yang akan diestimasi.

7. Tidak ada moltikolinearitas.

(5)

Berdasarkan kondisi tersebut di dalam ilmu ekonometrika, agar suatu

model dikatakan baik maka perlu dilakukan beberapa pengujian seperti dibawah

ini (Wahyu Ario Pratomo, Paidi Hidayat, 2007).

3.6.2.1.Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel

yang digunakan dalam penelitian.Data yang baik dan layak digunakan dalam

penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal.Untuk melihat Normalitas

digunakan data statistik. Test sederhana yang dapat dilakukan adalah nilai

skewnes atau kurtosis. Nilai Z statistik dapat dihitung dengan rumus:

Zskewness = � �� � √6

Sedangkan nilai Z kurtosis dapat dihitung dengan rumus:

Zkurtosis = √24

Dimana N adalah jumlah sample.Jika nilai Zhitung > Ztabel maka distribusi tidak

normal. Pada tingkat signifikan 5% nilai Ztabel = 1,96. Jadi jika nilai Zhitung

yaitu Zskewness dan Zkurtosis < nilai Ztabel, maka data terdistribusi normal dan

model tersebut memenuhi asumsi normalitas (Gozali, 2005:77).

3.6.2.2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearity adalah alat untuk menunjukkan adanya hubungan linear

diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi linear.Untuk mendeteksi ada

tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari R-square, F-hitung, t-hitung dan

standard error (Gunawan Sumodiningrat, 1994).Adanya multikolinearity ditandai

(6)

 Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada = %, = %, = %  Terjadinya perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori

 R2 sangat tinggi

3.6.2.3.Uji Autokorelasi (Serial Correlation)

Serial Correlation adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara

anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian

waktu (seperti pada data runtun waktu atau time series data) atau yang tersusun

dalam rangkaian ruang (seperti pada data silang waktu cross section data)

(Gunawan Sumodiningrat, 2001).

Terdapat beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi, yaitu:

1. Dengan menggunakan atau memplot grafik

2. Dengan D-W test (Uji Durbin Watson)

Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut :

D-hitung = ∑ (e1 – et-1)2 ∑e2t

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H0 : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi

H0 : p ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu

diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distibusi Durbin-Watson untuk

(7)

Gambar 3.1.Uji Durbin-Watson Dimana :

H0 : Tidak ada autokorelasi

DW < dl : Tolak H0 (ada korelasi positif)

DW > 4-dl : Tolak Ho (ada korelasi negative)

Du<DW<4-du : Terima Ho (Tidak ada autokorelasi)

dl≤DW<4-du : Pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive)

4-du≤DW≤4-dl : Pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive)

3.6.2.4.Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketiksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak

terjadi heterokedastisitas.Uji heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada Autokorelasi (+)

Inconclusive

Autokorelasi (-)

0 dl du � = 4-du 4-dl 4

� =-1 − � =

(8)

tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Dasar

analisisnya dapat dilihat:

1. Jika titik-titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar

kemudian menyempit) maka mengidentifikasikan telah terjadi

heterokedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka nol pada sumbu –y maka tidak terjadi heterokedastisitas.

3.7. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang

digunakan dalam penelitian ini perlu diberikan batasan operasional sebagai

berikut:

1. Permintaan mobil adalah kepemilikan mobil pribadi oleh rumah tangga.

2. Pendapatan adalah seluruh penghasilan yang diperoleh rumahtangga baik

penghasilan tetap ataupun tambahan dalam satu bulan yang dihitung dalam

satuan rupiah.

3. Harga mobil adalah harga perolehan mobil/harga mobil baru/bekas.

4. Pajak mobil adalah pajak yang dibayar setiap tahunnya untuk mobil

tersebut.

5. Harga BBM adalah bahan bakar minyak premium atau solar yang

digunakan untuk mobil tersebut.

6. Selera adalah kepuasan yang diperoleh atas penggunaan transportasi darat

yaitu mobil secara umum atau non mobil/tansportasi darat lain diluar

(9)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis

Kota Medan terletak antara 30,27’– 30,47’ LU dan 980,35’ – 980,44’ BT.

Permukaan tanahnya cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 –

37,5 m di atas permukaan laut.

Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja

pembangunan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor

sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang

secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota

termasuk pilihan-pilihan penanaman modal (investasi).

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi

Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada tahun 1951,

Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951,

yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan

dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul

keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21

September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

Melalui peraturan menteri Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi

26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan

(10)

Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan

pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH

Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996

tanggal 30 September 1996 tentang pendefenitifan 7 Kelurahan di Kotamadya

Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa kecamatan di Kotamadya

Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali,

dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan

perkembangan administratif Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis,

demografis dan sosial ekonomis.

Secara Administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan

berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan

dan Timur. Sepanjang Utaranya berbatasan langsung dengan selat Malaka, yang

diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli

Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam

(SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara

geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam

seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli

Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan

Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan

kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan

(11)

Disamping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat

Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu

masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik

maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah

mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu

daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

4.1.2. Iklim

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut

Stasiun Polonia pada tahun 2013 yaitu 23,990C dan suhu maksimum yaitu

32,110C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya yaitu 21,80C dan suhu

maksimum yaitu 320C.

Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 79 – 80%, dan

kecepatan angin rata-rata sebesar 1,99 m/sec. sedangkan rata-rata total laju

penguapan tiap bulannya 115,5 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2013

per bulan 17 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per

bulannya 186,5 mm.

4.1.3. Kependudukan

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan

kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan

persebaran penduduk tercapai optimal.

Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada

adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya

(12)

dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, dimana

penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya.

Pada tahun 2013, penduduk Kota Medan mencapai 2.135.516 jiwa.

Dibanding hasil proyeksi penduduk 2013, terjadi pertambahan penduduk sebesar

12.712 jiwa (0,6%). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km2, kepadatan

penduduk mencapai 8,055 jiwa/km2.

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur

agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini

memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka.

Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa

transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu

keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana

tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang

mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola pikir

masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor

perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini

mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat

kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan

oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat

penduduk yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek

sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi

masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini

(13)

Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian

sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung

untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.

Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai dinamika

sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya

tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus

perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus isi ulang

alik (commuters) mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

4.2.Karakteristik Responden

Jumlah Responden yang menjadi objek penelitian ini adalah 200 orang

yang di kelompok dalam 4 merek mobil pribadi yaitu mobil merek Toyota 50

orang, Honda 50 orang, Nissan 50 orang dan Daihatsu 50 orang.

4.2.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut dibawah ini karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin

yang dibagi dalam 2 kategori yaitu jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin

perempuan, sebagai berikut:

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Merek Mobil

Toyota Honda Nissan Daihatsu

Laki-Laki 40 33 37 42

Perempuan 10 17 13 8

(14)

4.2.2. Responden Berdasarkan Usia

Usia responden terbagi dalam 10 kategori yaitu 21 tahun sampai 25 tahun,

26 tahun sampai 30 tahun, 31 tahun sampai 35 tahun, 36 tahun sampai 40 tahun,

41 tahun sampai 45 tahun, 46 tahun sampai 50 tahun, 51 tahun sampai 55 tahun,

56 tahun sampai 60 tahun, 61 sampai 65 tahun.

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia

Merek Mobil

Toyota Honda Nissan Daihatsu

21 – 25 6 6 2 2

26 – 30 4 8 7 7

31 – 35 8 7 11 7

36 – 40 6 8 8 4

41 – 45 4 7 6 6

46 – 50 3 4 4 12

51 – 55 11 7 10 6

56 – 60 5 0 1 3

61 – 65 3 3 1 3

Total 50 50 50 50

(15)

4.2.3.Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berikut dibawah ini karakteristik responden berdasarkan Pendidikan yaitu

sebagai berikut:

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan

Merek Mobil

Toyota Honda Nissan Daihatsu

SMA 12 6 11 8

Sumber : Data Primer Diolah 2015

4.2.4. Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berikut dibawah ini karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan

yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.4. Karekteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Merek Mobil

Toyota Honda Nissan Daihatsu

Dokter 1 2 1 1

(16)

4.3.Hasil Analisis Data dan Pembahasan 4.3.1.Deskripsi Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang

diperoleh dari hasil penyeberan kuesioner terhadap penduduk di Kota Medan yang

mempunyai mobil pribadi dengan merek Toyota, Honda, Nissan dan Daihatsu.

Deskripsi data yang diperoleh dari kuesioner digunakan pada variabel yang akan

diuji yaitu: pendapatan, harga, pajak mobil, BBM dan selera.

Deskripsi data hasil observasi masing-masing variabel dilakukan dengan

cara pengelompokan data menggunakan Rumus Strugress. Berdasarkan Anto

Dajan (2000; hal 84-85), pada tahun 1926 H.A Sturges mengemukakan sebuah

rumus guna menentukan jumlah kelas yang sebaiknya dipergunakan dalam

penggolongan data. Adapun rumus Strugress adalah sebagai berikut:

k = 1 + 3,322 log n

k = jumlah kelas

n = jumlah data

Rumus struges mengandung beberapa kelemahan bila digunakan sebagai

pedoman mutlak dalam menentukan jumlah kelas.Penggunaan rumus tersebut

bagi jumlah n yang terlampau besar atau terlampau kecil dapat memberikan hasil

yang menyesatkan.Selain daripada itu, penggunaan Rumus Struges tidak

selamanya menghasilkan jumlah kelas yang dapat digunakan secara praktis dalam

penyusunan distribusi frekuensi. Bila berpedoman pada rumus Sturges guna

menghitung jumlah kelas yang seharusnya digunakan dalam penyusunan

distribusi data observasi, maka hasilnya menjadi:

(17)

k = 1 +3,322 (1,6989)

k = 1 + 5,6437

k = 6,6437 pembulatan 7

Penyusunan distribusi diatas menghendaki penggolongan data ke dalam 7

kelas. Besarnya interval kelas dapat diperkirakan sebagai berikut:

i = � �

+ , log

Jarak = selisih nilai tertinggi data dengan nilai terendah data

i = interval kelas

n = jumlah data

4.3.1.1. Permintaan Mobil Pribadi

Permintaan mobil adalah jumlah mobil yang dimiliki atau yang dibeli oleh

responden di Kota Medan.Mobil yang dimiliki oleh responden di Kota Medan

dalam satu rumah tangga dijumlahkan sehingga menghasilkan suatu data

penelitian dan dihitung dengan satuan unit.Berikut data hasil tabulasi dari

permintaan mobil pribadi.

Toyota Honda Nissan Daihatsu

(18)

4.3.1.2. Pendapatan Responden

Pendapatan adalah seluruh penghasilan yang diperoleh rumahtangga baik

penghasilan tetap ataupun tambahan dalam satu bulan yang dihitung dalam satuan

rupiah. Berikut ini adalah hasil tabulasi pendapatan :

Tabel 4.6. Pendapatan Responden

Pendapatan (Juta Rp/bln)

Merek Mobil

Toyota Honda Nissan Daihatsu

7 jt – 13 jt 30 34 35 42

14 jt – 20 jt 17 13 14 8

21 jt – 27 jt 0 2 1 0

28 jt – 34 jt 0 0 0 0

35 jt – 41 jt 2 1 0 0

42 jt – 48 jt 0 0 0 0

≥ 50 jt 1 0 0 0

Total 50 50 50 50

(19)

4.3.1.3. Harga Mobil Pribadi

Harga mobil adalah total harga perolehan awal mobil/harga mobil

baru/bekas yang dibeli oleh responden. Berikut adalah hasil tabulasi harga mobil :

Tabel 4.7. Harga Mobil Pribadi Harga Mobil

(Juta Rp)

Merek Mobil

Toyota Honda Nissan Daihatsu

60 jt – 160 jt 10 2 4 24

161 jt – 360 jt 27 38 42 25

361 jt – 460 jt 7 7 1 1

461 jt – 560 jt 2 3 2 0

561 jt – 660 jt 0 0 1 0

661 jt – 760 jt 2 0 0 0

761 jt – 860 jt 2 0 0 0

Total 50 50 50 50

(20)

4.3.1.4. Pajak Mobil

Pajak mobil adalah total pajak yang dibayar setiap tahunnya oleh

responden untuk mobil pribadi tersebut. Berikut adalah hasil tabulasi dari pajak

mobil pribadi:

Tabel 4.8. Pajak Mobil Pribadi Responden

Pajak Mobil (Juta Rp/tahun)

Merek Mobil

Toyota Honda Nissan Daihatsu

1,3 jt – 4,6 jt 38 49 45 43

4,7 jt – 8,0 jt 8 1 4 7

8,1 jt – 11,4 jt 0 0 0 0

11,5 jt – 14,8 jt 1 0 0 0

14,9 jt – 18,2 jt 1 0 1 0

18,3 jt – 21,6 jt 1 0 0 0

21,7 jt – 25,0 jt 1 0 0 0

Total 50 50 50 50

Sumber : Data Primer Diolah 2015

Untuk pajak mobil pribadi dalam penelitian ini adalah total dari

pembayaran pajak mobil yang dibayar oleh responden dalam satu tahun. Jumlah

Pajak mobil disusun dalam 7 kelompok harga. Untuk kelompok pertama adalah

total pajak mobil yang dibayar dari Rp 1,3 jt – 4,6 jt dimana merek mobil Toyota

ada 38 responden yang membayar total pajak per tahun, merek mobil Honda ada

49 responden yang membayar total pajak per tahun, merek mobil Nissan ada 45

(21)

responden yang membayar total pajak per tahun. Demikian juga untuk kelompok

pembayaran pajak berikutnya sampai pada pembayaran pajak Rp 21,7 – Rp- 25 jt.

4.3.1.5. Harga BBM

Harga BBM adalah jumlah bahan bakar minyak pertamax, premium atau

solar yang digunakan untuk mobil dalam satuan liter. Berikut tabulasi penggunaan

BBM:

Tabel 4.9. Harga BBM Responden

BBM (Ribuan Rp)

Merek Mobil

Toyota Honda Nissan Daihatsu

Rp 6.900 0 0 0 0

Rp 7.300 32 37 37 40

Rp 9.300 11 10 10 7

Rp 14.600 5 0 1 3

Rp 16.600 1 3 2 0

Rp 18.600 1 0 0 0

Total 50 50 50 50

Sumber : Data Primer Diolah 2015

Harga bahan bakar minyak Solar Rp 6.900, harga Premium

Rp 7.300, harga Pertamax 9.300, jika responden memiliki 2 mobil pribadi dengan

penggunaan masing-masing bahan bakar adalah premium maka harga bahan bakar

premium untuk 2 mobil tersebut dijumlahkan dengan total harga Rp 14.600, jika

responden memiliki 2 mobil pribadi dengan penggunaan masing-masing bahan

bakar adalah pertamax dan premium maka harga bahan bakar 2 mobil pribadi

(22)

mobil pribadi dengan penggunaan masing-masing bahan bakar adalah pertamax

maka harga bahan bakar 2 mobil pribadi tersebut dijumlahkan dengan total harga

Rp 19.600.

4.3.1.6. Selera

Selera adalah kepuasan yang diperoleh atas penggunaan transportasi darat

yaitu mobil secara umum atau tansportasi darat lain seperti sepeda motor. Berikut

tabulasi selera :

Tabel 4.10. Selera

Selera Toyota Honda Nissan Daihatsu

Mobil 38 40 46 39

Sepeda Motor 12 10 4 11

Total 50 50 50 50

(23)

4.3.2.Untuk Mobil Merek Toyota 4.3.2.1. Hasil Estimasi Model

Estimasi untuk mengetahui pengaruh Variabel bebas (independent Variabel)

terhadap Variabel terikat (dependent Variabel) dilakukan dengan model lin log

terhadap model regresi linear berganda. Hasil perhitungan estimasi untuk

permintaan mobil di Kota Medan adalah sebagai berikut:

Y1t = -8,019 + 0,004X1Tt – 0,345X2Tt + 0,315X3Tt + 1,221X4Tt – 0,041DTt

T* = (0,038) (-3,821) (3,436) (9,158) (-0,960)

(0,970) (0,000)*** (0,001)*** (0,000)*** (0,342)

R2 = 0,884 F-Statistik = 66,813 DW = 2,041

Keterangan :

Y1t = Permintaan Mobil Merek Toyota di Kota Medan (Unit)

X1Tt = Pendapatan RespondenMobil Merek Toyota (Rp/bulan)

X2Tt = Harga Mobil Pribadi RespondenMerek Toyota (Rp/unit)

X3Tt = Pajak Mobil Pribadi RespondenMerek Toyota (Rp/tahun)

X4Tt = Harga bbm Mobil Pribadi RespondenMerek Toyota (Rp/liter)

DTt = Selera Responden Mobil Merek Toyota (Jenis Transportasi Darat)

D = 1 (Mobil secara umum)

D = 0 (Non mobil/transportasi darat lain diluar mobil)

*** = berpengaruh signifikan pada α : 0,05

4.3.2.2. Pembahasan Hasil

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil R2 = 0,884 yang bermakna

(24)

menjelaskan variasi permintaan mobil di Kota Medan sebesar 88,4 % dan sisanya

sebesar 11,6 % dijelaskan oleh Variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model

estimasi.

Uji serempak digunakan untuk menguji signifikansi dari model penelitian,

dilakukan dengan cara membandingkan nilai F-tabel dengan F-hitung untuk

Degree of Freedom pada pengujian F adalah v1 = ((k – 1) = 5-1 = 4) dan v2 =

(n-k) = (50 – 5) = 45), dijumpai F-tabel; pada α = 0,05 sebesar 2,61 Kriteria Uji :

F-hitung > F α (k-1, n-k), maka tolak H0

F-hitung < F α (k-1, n-k), maka terima H0

Jika H0 ditolak berari minimal ada satu Variabel bebas yang berpengaruh nyata

terhadap Variabel tidak bebas, dan sebaliknya jika H0 diterima berarti tidak ada

satupun Variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap Variabel tidak

bebas.Semakin besar nilai F-hitung maka semakin kuat bukti bahwa terdapat

minimal salah satu Variabel bebas yang berpangaruh nyata terhadap keragaman

dari Variabel tidak bebas.

Dari hasil estimasi diperoleh nilai F-statistik diperoleh 66,813 lebih besar

dari F0,05(2,61), ini berarti secara bersama-sama (pendapatan, harga mobil, pajak

mobil, bbm dan selera) dapat mempengaruhi permintaan mobil kususnya merek

Toyota secara signifikan di Kota Medan dengan tingkat keyakinan minimal 95%.

Sebagaimana yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya pengujian

secara parsial digunakan untuk menguji signifikansi dari masing-masing Variabel

terikat, dilakukan dengan cara membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel,

pada jumlah sampel (n) = 50, Variabel bebas (k) = 5. Kuotsoyiannis, (1981)

(25)

demikian k = 5, maka degree of freedom (df) = 50 – 5 = 45, pada df = 45

dijumpai t-tabel pada pengujian α = 0,05 sebesar 1, 679. Kriteria Uji :

t- hitung> tα/2(n-k), maka tolak H0

t-hitung< tα/2(n-k), maka terima H0

Jika H0 ditolak dalam kriteria uji-t berarti Variabel bebas berpengaruh

nyata terhadap Variabel tidak bebas dan sebaliknya jika H0 diterima berarti

Variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap Variabel tidak bebas. Semikin

besar nilai t-hitung maka akan semakin kuat bukti bahwa Variabel tersebut

signifikan secara statistik.

Untuk pendapatan, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar 0,038 sedangkan tabel 1,679.Karena

t-hitung < t-tabel maka Ho diterima, artinya Variabel pendapatan tidak berpengaruh

secara siginifikan terhadap Variabel permintaan mobil khususnya merek Toyota di

Kota Medan.

Untuk harga mobil, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar -3,821, sedangkan tabel 1,679.Karena

t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, artinya Variabel harga mobil berpengaruh secara

signifikan terhadap Variabel permintaan mobil di Kota Medan pada tingkat

keyakinan 95%. Koefisien regresi harga mobil diperoleh -0,345 artinya apabila

harga mobil menurun sebesar 1 %, cateris paribus, maka akan meningkatkan

permintaan mobil khususnya merek Toyota di Kota Medan sebesar 0,345%.

Untuk pajak mobil, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar 3,436, sedangkan tabel 1,679.Karena

(26)

signifikan terhadap Variabel permintaan mobil di Kota Medan pada tingkat

keyakinan 95%. Koefisien regresi pajak mobil diperoleh 0,315 artinya apabila

pajak mobil naik 1 %, cateris paribus, maka akan meningkatkan permintaan mobil

kususnya merek Toyota di Kota Medan sebesar 0,315 %.

Untuk bbm, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar 9,158, sedangkan tabel 1,679.Karena

t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, artinya Variabelbbm berpengaruh secara

signifikan terhadap Variabel permintaan mobil di Kota Medan pada tingkat

keyakinan 95%. Koefisien regresi bbm diperoleh 1,221 artinya apabila bbm naik 1

%, cateris paribus, maka akan meningkatkan permintaan mobil khususnya merek

Toyota di Kota Medan sebesar 1,221 %.

Untuk selera, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar -0,960, sedangkan tabel 1,679.Karena

t-hitung < t-tabel maka H0 diterima, artinya Variabel selera tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap Variabel permintaan mobil khususnya merek Toyota di

Kota Medan.

Hal ini sesuai dengan penelitian (Marsito, 2007) yang menyatakan bahwa

harga mobil pribadi berpengaruh negatif signifikan terhadap permintaan mobil di

SUMUT pada tingkat kepercayaan 99 % dan Sukirno (2003) dalam tulisannya

bahwa hukum permintaan pada hakikatnya merupakan hipotesis yang menyatakan

bahwa makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap

barang tersebut.Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit

permintaan terhadap barang tersebut.Sehingga hubungan antara harga mobil

(27)

akanmempengaruhi berkurangnya tingkat permintaan mobil dan penurunan harga

mobilakan meningkatkan permintaan mobil.

4.3.2.3. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1. Normalitas

Salah satu cara untuk menentukan apakah data berdistribusi normal atau

tidak dengan menggunakan rasio skewness dan rasio kurtosis. Rasio skewness

adalah nilai skewness dibagi dengan standard error skewness.Rasio kurtosis

adalah nilai kurtosis dibagi dengan standard error kurtosis. Dengan kata lain, bila

rasio kurtosis dan skewness berada diantara -2 hingga 2 maka distribusi data

adalah normal.

Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Mobil Merek Toyota

Skewness Kurtosis

Statistik Std. Error Statistik Std. Error Unstandardized Residual -0,465 0,337 -0,243 0,662

Sumber : Hasil pengolahan data 2015, Lampiran 11

Dari hasil uji Normalitas terlihat bahwa rasio skewness = 0,465 / 0,337 =

1,34 sedangkan rasio kurtosis = -0,243 / 0,662 = -0,37, karena rasio skewness dan

rasio kurtosis berada diantara -2 hingga 2 maka dapat disimpulkan bahwa

distribusi data adalah normal.

2. Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

korelasi yang cukup besar antara sesame Variabel bebas (x). Korelasi yang terlalu

tinggi antar sesame X akan berpengaruh pada menurunnya korelasi secara

(28)

dilakukan dengan salah satu cara yaitu dengan uji Vif (Variance Inflation Factor).

Pada uji Vif yaitu dengan melihat apakah nilai Vif untuk masing-masing Variabel

lebih besar dari 10 atau tidak.Bila nilai Vif lebih besar dari 10 maka

diidentifikasikan model tersebut memiliki multikolinearity, begitu juga

sebaliknya.

Tabel 4.12. Hasil Uji Multikolinearitas Mobil Merek Toyota

Variabel Tolerance VIF

Pendapatan 0,182 5.487

Harga Mobil Pribadi 0,123 8.119

Pajak Mobil 0,104 9.578

Harga bbm 0,269 3.721

Selera 0,953 1.049

Sumber :Hasil pengolahan data 2015, Lampiran 11

Dapat dilihat bahwa seluruh Variabel independen memiliki nilai Vif lebih

kecil dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memiliki

masalah multicolinearity.

3. Autokorelasi

Untuk mengetahui ada tidaknya serial korelasi (autokorelasi), dapat

dilakukan dengan metode Durbin Watson dimana bentuk hipotesisnya adalah

sebagai berikut:

H0 : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi

H0 : p ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Langkah selanjutnya adalah menetapkan nilai dl dan du, caranya adalah

dengan menggunakan derajat kepercayaan atau α 5%, sampel (n) = 50 dengan

Variabel independen sebanyak 5 maka diperoleh nilai dl yaitu 1,26 dan 1,69. Dari

(29)

Gambar 4.1. Klasifikasi Keputusan Tabel Durbin Watson Mobil Merek Toyota

Dapat disimpulkan bahwa Ho diterima artinya tidak ada serial korelasi

atau model tidak memiliki gejala serial serial korelasi.

4. Heterokedastisitas

Heterokedastisitas adalah suatu penyimpangan asumsi dalam bentuk

varians estimasi yang dihasilkan oleh estimasi OLS tidak bernilai konstan. Salah

satu cara uji heterokedastisitas yang dapat dilakukan adalah uji Glejser. Apabila

Variabel bebas/independen secara statistic signifikan mempengaruhi residual

maka model memiliki masalah heterokedastisitas, demikian juga sebaliknya

apabila Variabel bebas/independen secara statistic tidak signifikan mempengaruhi

residual maka model tidak memiliki masalah heterokedastisitas. Perhitungan uji

Glejser dapat kita lihat sebagai berikut:

Tabel 4.13. Hasil Uji Heterokedastisitas Mobil Merek Toyota

Konstanta T-Statistik Sig

Sumber : Hasil pengolahan data 2015, Lampiran 11

(30)

Dari hasil uji heterokedastisitasdapat dilihat bahwa t-statistik tidak

signifikan dimana untuk seluruh Variabel bebas nila sig > α 0,05 mempengaruhi

residual maka model bebas dari heterokedastisitas.

4.3.3. Untuk Mobil Merek Honda 4.3.3.1. Hasil Estimasi Model

Estimasi untuk mengetahui pengaruh Variabel bebas (independent

Variabel) terhadap Variabel terikat (dependent Variabel) dilakukan dengan model

lin log terhadap model regresi linear berganda. Hasil perhitungan estimasi untuk

permintaan mobil di Kota Medan adalah sebagai berikut:

Y2t = -7,420 + 0,189X1Ht – 0,282X2Ht + 0,153X3Ht + 0,950X4Ht – 0,009DHt

T* = (2,023) (-2,066) (1,085) (9,194) (-0,237)

(0,049)*** (-0,045)*** (0,284) (0,000)*** (0,814)

R2 = 0,813 F-Statistik = 38,298 DW = 1,716

Keterangan :

Y2t = Permintaan Mobil Merek Honda di Kota Medan (Unit)

X1Ht = Pendapatan Responden Mobil Merek Honda (Rp/bulan)

X2Ht = Harga Mobil Pribadi Responden Merek Honda (Rp/unit)

X3Ht = Pajak Mobil Pribadi Responden Merek Honda (Rp/tahun)

X4Ht = Harga bbm Mobil Pribadi Responden Merek Honda (Rp/liter)

DHt = SeleraResponden Mobil Merek Honda (Jenis Transportasi Darat)

D = 1 (Mobil secara umum)

D = 0 (Non mobil/transportasi darat lain diluar mobil)

(31)

4.3.3.2. Hasil Pembahasan

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil R2 = 0,813 yang bermakna

bahwa variasi pendapatan, harga mobil, pajak mobil, bbm dan selera mampu

menjelaskan variasi permintaan mobil di Kota Medan sebesar 81,3 % dan sisanya

sebesar 18,7 % dijelaskan oleh Variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model

estimasi.

Uji serempak digunakan untuk menguji signifikansi dari model penelitian,

dilakukan dengan cara membandingkan nilai F-tabel dengan F-hitung untuk

Degree of Freedom pada pengujian F adalah v1 = ((k – 1) = 5-1 = 4) dan v2 =

(n-k) = (50 – 5) = 45), dijumpai F-tabel; pada α = 0,05 sebesar 2,61 Kriteria Uji :

F-hitung > F α (k-1, n-k), maka tolak H0

F-hitung < F α (k-1, n-k), maka terima H0

Jika H0 ditolak berari minimal ada satu Variabel bebas yang berpengaruh nyata

terhadap Variabel tidak bebas, dan sebaliknya jika H0 diterima berarti tidak ada

satupun Variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap Variabel tidak

bebas.Semakin besar nilai F-hitung maka semakin kuat bukti bahwa terdapat

minimal salah satu Variabel bebas yang berpangaruh nyata terhadap keragaman

dari Variabel tidak bebas.

Dari hasil estimasi diperoleh nilai F-statistik diperoleh 38,298 lebih besar

dari F0,05(2,61), ini berarti secara bersama-sama (pendapatan, harga mobil, pajak

mobil, bbm dan selera) dapat mempengaruhi permintaan mobil kususnya merek

Honda secara signifikan di Kota Medan dengan tingkat keyakinan minimal 95%.

Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji signifikansi dari

(32)

t-hitung dengan nilai t-tabel, pada jumlah sampel (n) = 50, Variabel bebas (k) = 5.

Kuotsoyiannis, (1981) menjelaskan bahwa besarnya k adalah Variabel bebas

termasuk konstanta, dengan demikian k = 5, maka degree of freedom (df) = 50 –

5 = 45, pada df = 45 dijumpai t-tabel pada pengujian α = 0,05 sebesar 1, 679.

Kriteria Uji :

t- hitung> tα/2(n-k), maka tolak H0

t-hitung< tα/2(n-k), maka terima H0

Jika H0 ditolak dalam kriteria uji-t berarti Variabel bebas berperngaruh

nyata terhadap Variabel tidak bebas dan sebaliknya jika H0 diterima berarti

Variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap Variabel tidak bebas. Semikin

besar nilai t-hitung maka akan semakin kuat bukti bahwa Variabel tersebut

signifikan secara statistic.

Untuk pendapatan, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar 2,023, sedangkan tabel 1,679.Karena

t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak, artinya Variabel pendapatan berpengaruh secara

signifikan terhadap Variabel permintaan mobil kususnya merek Honda di Kota

Medan pada tingkat keyakinan 95%. Koefisien regresi pendapaan diperoleh 0,189

artinya apabila pendapatan naik sebesar 1 %, cateris paribus, maka akan

meningkatkan perminaan mobil kususnya merek Honda di Kota Medan sebesar

0,189%.

Untuk harga mobil, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar -2,066, sedangkan tabel 1,679.Karena

t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, artinya Variabel harga mobil berpengaruh secara

(33)

Medan pada tingkat keyakinan 95%. Koefisien regresi harga mobil diperoleh

-0,282 artinya apabila harga mobil khususnya merek Honda menurun sebesar 1 %,

cateris paribus, maka akan meningkatkan permintaan mobil khsusnya merek

Honda di Kota Medan sebesar 0,282%.

Untuk pajak mobil, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar 1,085 sedangkan tabel 1,679. Karena

t-hitung < t-tabel maka H0 diterima, artinya Variabel pajak mobil tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap Variabel permintaan mobil kususnya merek Honda di

Kota Medan pada tingkat keyakinan 95%.

Untuk bbm, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar 9,194, sedangkan tabel 1,679. Karena

t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, artinya Variabelbbm berpengaruh secara

signifikan terhadap Variabel permintaan mobil Khususnya merek Honda di Kota

Medan pada tingkat keyakinan 95%. Koefisien regresi bbm diperoleh 0,950

artinya apabila bbm naik 1 %, cateris paribus, maka akan meningkatkan

permintaan mobil khususnya merek Honda di Kota Medan sebesar 0,950 %.

Untuk selera, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar -0,237, sedangkan tabel 1,679.Karena

t-hitung < t-tabel maka H0 diterima, artinya Variabel selera tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap Variabel permintaan mobil khususnya merek Honda di

Kota Medan.

Hal ini sesuai dengan penelitian (Rositta, 2001) yang menyatakan

pendapatan berpengaruh positif signifikan terhadap permintaan mobil bekas di

(34)

Dalam penelitian (Marsito, 2007) juga menyatakan bahwa pendapatan

perkapita berpengaruh positif signifikan terhadap permintaan mobil pribadi di

SUMUT dan harga mobil pribadi berpengaruh negatif signifikan terhadap

permintaan mobil di SUMUT pada tingkat kepercayaan 99 % dan Sukirno (2003)

dalam tulisannya bahwa hukum permintaan pada hakikatnya merupakan hipotesis

yang menyatakan bahwa makin rendah harga suatu barang maka makin banyak

permintaan terhadap barang tersebut.Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang

maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.Sehingga hubungan

antara harga mobil dengan permintaan mobil itu sendiri sangatlah jelas. Kenaikan

harga mobil akan mempengaruhi berkurangnya tingkat permintaan mobil dan

penurunan harga mobil akan meningkatkan permintaan mobil.

Dalam penelitian (Budiarto, 2013) juga menyatakan bahwa pendapatan

berpengaruh positif signifikan terhadap permintaan sepeda motor di Kota

Semarang.

4.3.3.3.Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1. Normalitas

Salah satu cara untuk menentukan apakah data berdistribusi normal atau

tidak dengan menggunakan rasio skewness dan rasio kurtosis. Rasio skewness

adalah nilai skewness dibagi dengan standard error skewness.Rasio kurtosis

adalah nilai kurtosis dibagi dengan standard error kurtosis. Dengan kata lain, bila

rasio kurtosis dan skewness berada diantara -2 hingga 2 maka distribusi data

(35)

Tabel 4.14. Hasil Uji Normalitas Mobil Merek Honda

Skewness Kurtosis

Statistik Std. Error Statistik Std. Error Unstandardized Residual -0,784 0,337 -0,326 0,662

Sumber : Hasil pengolahan data 2015, Lampiran 13

Dari hasil analisis terlihat bahwa rasio skewness =- 0,784 / 0,337 = - 2,33

penyimpangannya tidak terlalu besar dari – 2 (hanya selisih 0,33) sedangkan rasio

kurtosis = 0,326 / 0,662 = 0,49 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data

adalah normal.

2. Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

korelasi yang cukup besar antara sesame Variabel bebas (x). Korelasi yang terlalu

tinggi antar sesama X akan berpengaruh pada menurunnya korelasi secara

simultan terhadap Variabel Y. Untuk mendeteksi terjadinya multicolinearity dapat

dilakukan dengan salah satu cara yaitu dengan uji Vif (Variance Inflation Factor).

Pada uji Vif yaitu dengan melihat apakah nilai Vif untuk masing-masing Variabel

lebih besar dari 10 atau tidak.Bila nilai Vif lebih besar dari 10 maka

diidentifikasikan model tersebut memiliki multikolinearity, begitu juga

sebaliknya.

Tabel 4.15. Hasil Uji Multikolineritas Mobil Merek Honda

Variabel Sig VIF

Pendapatan 0,306 3,267

Harga Mobil Pribadi 0,126 7,956

Pajak Mobil 0,109 9.200

Harga bbm 0,525 1,903

Selera 0,950 1.053

(36)

Dapat dilihat bahwa seluruh Variabel independen memiliki nilai Vif lebih

kecil dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memiliki

masalah multicolinearity.

3. Autokorelasi

Untuk mengetahui ada tidaknya serial korelasi (autokorelasi), dapat

dilakukan dengan metode Durbin Watson dimana bentuk hipotesisnya adalah

sebagai berikut:

H0 : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi

H0 : p ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Langkah selanjutnya adalah menetapkan nilai dl dan du, caranya adalah

dengan menggunakan derajat kepercayaan atau α 5%, sampel (n) = 50 dengan

Variabel independen sebanyak 5 maka diperoleh nilai dl yaitu 1,26 dan 1,69. Dari

hasil uji autokorelasi diperoleh nilai DW sebesar 1,716

Gambar 4.2.Klasifikasi Keputusan Tabel Durbin Watson Mobil Merek Honda

Dapat disimpulkan bahwa Ho diterima artinya tidak ada serial korelasiatau

model tidak memiliki gejala serial serial korelasi.

Autokorelasi pPositif

Tidak ada Autokorelasi

Autokorelasi negaif

? ?

0 dl du 4-du 4-dl 4

(37)

4. Heterokedastisitas

Heterokedastisitas adalah suatu penyimpangan asumsi dalam bentuk

varians estimasi yang dihasilkan oleh estimasi OLS tidak bernilai konstan. Salah

satu cara uji heterokedastisitas yang dapat dilakukan adalah uji Glejser. Apabila

Variabel bebas/independen secara statistic signifikan mempengaruhi residual

maka model memiliki masalah heterokedastisitas, demikian juga sebaliknya

apabila Variabel bebas/independen secara statistic tidak signifikan mempengaruhi

residual maka model tidak memiliki masalah heterokedastisitas. Perhitungan uji

Glejser dapat kita lihat sebagai berikut:

Tabel 4.16. Hasil Uji Heterokedastisitas Mobil Merek Honda

Konstanta T-Statistik Sig

X1 0,000 1,000

X2 0,000 1,000

X3 0,000 1,000

X4 0,000 1,000

D 0,000 1,000

Sumber : Hasil pengolahan data 2015, Lampiran 13

Dari hasil estimasi dapat dilihat bahwa t-statistik tidak signifikan

dimana untuk seluruh Variabel bebas nilai sig > α 0,05 mempengaruhi residual

(38)

4.3.4. Untuk Mobil Merek Nissan 4.3.4.1. Hasil Estimasi Model

Estimasi untuk mengetahui pengaruh Variabel bebas (independent

Variabel) terhadap Variabel terikat (dependent Variabel) dilakukan dengan model

lin log terhadap model regresi linear berganda. Hasil perhitungan estimasi untuk

permintaan mobil di Kota Medan adalah sebagai berikut:

Y3t = -6,708 + 0,162X1Nt – 0,582X2Nt + 0,519X3Nt + 0,958X4Nt – 0,011DNt

T* = (1,096) (-4,303) (4,032) (7,844) (-0,192)

(0,279) (0,000)*** (0,000)*** (0,000)*** (0,849)

R2 = 0,840 F-Statistik = 46,209 DW = 2,130

Keterangan :

Y3t = Permintaan Mobil Merek Nissan di Kota Medan (Unit)

X1Nt = Pendapatan Responden Mobil Merek Nissan (Rp/bulan)

X2Nt = Harga Mobil Pribadi Responden Merek Nissan (Rp/unit)

X3Nt = Pajak Mobil Pribadi Responden Merek Nissan (Rp/tahun)

X4Nt = Harga bbm Mobil Pribadi Responden Merek Nissan (Rp/liter)

DNt = Selera Responden Mobil Merek Nissan (Jenis Transportasi Darat)

D = 1 (Mobil secara umum)

D = 0 (Non mobil/transportasi darat lain diluar mobil)

*** = berpengaruh signifikan pada α : 0,05

4.3.4.2. Hasil Pembahasan

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil R2 = 0,840 yang bermakna

(39)

menjelaskan variasi permintaan mobil di Kota Medan sebesar 84 % dan sisanya

sebesar 16 % dijelaskan oleh Variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model

estimasi.

Uji serempak digunakan untuk menguji signifikansi dari model penelitian,

dilakukan dengan cara membandingkan nilai F-tabel dengan F-hitung untuk

Degree of Freedom pada pengujian F adalah v1 = ((k – 1) = 5-1 = 4) dan v2 =

(n-k) = (50 – 5) = 45), dijumpai F-tabel; pada α = 0,05 sebesar 2,61 Kriteria Uji :

F-hitung > F α (k-1, n-k), maka tolak H0

F-hitung < F α (k-1, n-k), maka terima H0

Jika H0 ditolak berari minimal ada satu Variabel bebas yang berpengaruh nyata

terhadap Variabel tidak bebas, dan sebaliknya jika H0 diterima berarti tidak ada

satupun Variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap Variabel tidak

bebas.Semakin besar nilai F-hitung maka semakin kuat bukti bahwa terdapat

minimal salah satu Variabel bebas yang berpangaruh nyata terhadap keragaman

dari Variabel tidak bebas.

Dari hasil estimasi diperoleh nilai F-statistik diperoleh 46,209 lebih besar

dari F0,05(2,61), ini berarti secara bersama-sama (pendapatan, harga mobil, pajak

mobil, bbm dan selera) dapat mempengaruhi permintaan mobil kususnya merek

Nissan secara signifikan di Kota Medan dengan tingkat keyakinan minimal 95%.

Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji signifikansi dari

masing-masing Variabel terikat, dilakukan dengan cara membandingkan nilai

t-hitung dengan nilai t-tabel, pada jumlah sampel (n) = 50, Variabel bebas (k) = 5.

Kuotsoyiannis, (1981) menjelaskan bahwa besarnya k adalah Variabel bebas

(40)

5 = 45, pada df = 45 dijumpai t-tabel pada pengujian α = 0,05 sebesar 1, 679.

Kriteria Uji :

t- hitung> tα/2(n-k), maka tolak H0

t-hitung< tα/2(n-k), maka terima H0

Jika H0 ditolak dalam kriteria uji-t berarti Variabel bebas berperngaruh

nyata terhadap Variabel tidak bebas dan sebaliknya jika H0 diterima berarti

Variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap Variabel tidak bebas. Semikin

besar nilai t-hitung maka akan semakin kuat bukti bahwa Variabel tersebut

signifikan secara statistik.

Untuk pendapatan, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar 1,096, sedangkan tabel 1,679.Karena

t-hitung < t-tabel maka Ho ditolak, artinya Variabel pendapatan tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap Variabel permintaan mobil kususnya merek Nissan di

Kota Medan pada tingkat keyakinan 95%.

Untuk harga mobil, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar -4,303, sedangkan tabel 1,679.Karena

t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, artinya Variabel harga mobil berpengaruh secara

signifikan terhadap Variabel permintaan mobil kususnya merek Nissan di Kota

Medan pada tingkat keyakinan 95%. Koefisien regresi harga mobil diperoleh

-0,582 artinya apabila harga mobil khususnya merek Nissan menurun sebesar 1 %,

cateris paribus, maka akan meningkatkan permintaan mobil khsusnya merek

Nissan di Kota Medan sebesar 0,582%.

Untuk pajak mobil, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

(41)

t-hitung > t-tabel maka H0 diterima, artinya Variabel pajak mobil berpengaruh

secara signifikan terhadap Variabel permintaan mobil kususnya merek Nissan di

Kota Medan pada tingkat keyakinan 95%. Koefisien regresi pajak mobil diperoleh

0,519 artinya apabila bbm naik 1 %, cateris paribus, maka akan meningkatkan

permintaan mobil kususnya merek Nissan di Kota Medan sebesar 0,519 %.

Untuk bbm, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar 7,844 sedangkan tabel 1,679.Karena

t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, artinya Variabelbbm berpengaruh secara

signifikan terhadap Variabel permintaan mobil khususnya merek Nissan di Kota

Medan pada tingkat keyakinan 95%. Koefisien regresi bbm diperoleh 0,958

artinya apabila bbm naik 1 %, cateris paribus, maka akan meningkatkan

permintaan mobil khususnya merek Nissan di Kota Medan sebesar 0,958 %.

Untuk selera, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar -0,192 sedangkan tabel 1,679.Karena

t-hitung < t-tabel maka H0 diterima, artinya Variabel selera tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap Variabel permintaan mobil khususnya merek Nissan di

Kota Medan.

Hal ini sesuai dengan penelitian (Marsito, 2007) yang menyatakan bahwa

harga mobil pribadi berpengaruh negatif signifikan terhadap permintaan mobil di

SUMUT pada tingkat kepercayaan 99 % dan Sukirno (2003) dalam tulisannya

bahwa hukum permintaan pada hakikatnya merupakan hipotesis yang menyatakan

bahwa makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap

barang tersebut.Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit

(42)

mobildengan permintaan mobil itu sendiri sangatlah jelas. Kenaikan harga mobil

akan mempengaruhi berkurangnya tingkat permintaan mobil dan penurunan harga

mobil akan meningkatkan permintaan mobil.

4.3.4.3. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1. Normalitas

Salah satu cara untuk menentukan apakah data berdistribusi normal atau

tidak dengan menggunakan rasio skewness dan rasio kurtosis. Rasio skewness

adalah nilai skewness dibagi dengan standard error skewness.Rasio kurtosis

adalah nilai kurtosis dibagi dengan standard error kurtosis. Dengan kata lain, bila

rasio kurtosis dan skewness berada diantara -2 hingga 2 maka distribusi data

adalah normal.

Tabel 4.17. Hasil Uji Normalitas Mobil Merek Nissan

Skewness Kurtosis

Statistik Std. Error Statistik Std. Error Unstandardized Residual -0,195 0,337 -0,418 0,662

Sumber : Hasil pengolahan data 2015, Lampiran15

Dari hasil analisis terlihat bahwa rasio skewness = - 0,195 / 0,337 = - 0,58

sedangkan rasio kurtosis = 0,418 / 0,662 = 0,63karena rasio skewness dan rasio

kurtosis berada diantara -2 hingga 2 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi

data adalah normal.

2. Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

korelasi yang cukup besar antara sesame Variabel bebas (x). Korelasi yang terlalu

tinggi antar sesama X akan berpengaruh pada menurunnya korelasi secara

(43)

dilakukan dengan salah satu cara yaitu dengan uji Vif (Variance Inflation Factor).

Pada uji Vif yaitu dengan melihat apakah nilai Vif untuk masing-masing Variabel

lebih besar dari 10 atau tidak.Bila nilai Vif lebih besar dari 10 maka

diidentifikasikan model tersebut memiliki multikolinearity, begitu juga

sebaliknya.

Tabel 4.18. Hasil Uji Multikolinearitas Mobil Merek Nisan

Variabel Sig VIF

Pendapatan 0,274 3,650

Harga Mobil Pribadi 0,103 9.692

Pajak Mobil 0,101 9,913

Harga bbm 0,350 2,858

Selera 0,819 1.220

Sumber : Hasil pengolahan data 2015, Lampiran 15

Dapat dilihat bahwa seluruh Variabel independen memiliki nilai Vif lebih

kecil dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memiliki

masalah multicolinearity.

3. Autokorelasi

Untuk mengetahui ada tidaknya serial korelasi (autokorelasi), dapat

dilakukan dengan metode Durbin Watson dimana bentuk hipotesisnya adalah

sebagai berikut:

H0 : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi

H0 : p ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Langkah selanjutnya adalah menetapkan nilai dl dan du, caranya adalah

dengan menggunakan derajat kepercayaan atau α 5%, sampel (n) = 50 dengan

(44)

Gambar 4.3. Klasifikasi Keputusan Tabel Durbin Watson Mobil Merek Nissan

Dapat disimpulkan bahwa Ho diterima artinya tidak ada serial korelasi

atau model tidak memiliki gejala serial serial korelasi.

4. Heterokedastisitas

Heterokedastisitas adalah suatu penyimpangan asumsi dalam bentuk

varians estimasi yang dihasilkan oleh estimasi OLS tidak bernilai konstan. Salah

satu cara uji heterokedastisitas yang dapat dilakukan adalah uji Glejser. Apabila

Variabel bebas/independen secara statistic signifikan mempengaruhi residual

maka model memiliki masalah heterokedastisitas, demikian juga sebaliknya

apabila Variabel bebas/independen secara statistic tidak signifikan mempengaruhi

residual maka model tidak memiliki masalah heterokedastisitas.

Tabel 4.19. Hasil Uji Heterokedastisitas Mobil Merek Nissan

Konstanta T-Statistik Sig

Sumber : Hasil pengolahan data 2015, Lampiran 15

(45)

Dari hasil estimasi dapat dilihat bahwa t-statistik tidak signifikan dimana

untuk seluruh Variabel bebas nilai sig > α 0,05 mempengaruhi residual maka

model bebas dari heterokedastisitas.

4.3.5. Untuk Mobil Merek Daihatsu 4.3.5.1. Hasil Estimasi Model

Estimasi untuk mengetahui pengaruh Variabel bebas (independent

Variabel) terhadap Variabel terikat (dependent Variabel) dilakukan dengan model

lin log terhadap model regresi linear berganda. Hasil perhitungan estimasi untuk

permintaan mobil di Kota Medan adalah sebagai berikut:

Y4t = - 8,100 - 0,180X1Dt – 0,247X2Dt + 0,449X3Dt + 1,142X4Dt – 0,067DDt

T* = (-2,434) (-2,413) (2,997) (7,837) (-1,550)

(0,019)*** (0,020)*** (0,004)*** (0,000)*** (0,129)

R2 = 0,833 F-Statistik = 43,764 DW = 1,769

Keterangan :

Y4t = Permintaan Mobil Merek Daihatsu di Kota Medan (Unit)

X1Dt = Pendapatan Responden Mobil Merek Daihatsu (Rp/bulan)

X2Dt = Harga Mobil Pribadi Responden Merek Daihatsu (Rp/unit)

X3Dt = Pajak Mobil Pribadi Responden Merek Daihatsu (Rp/tahun)

X4Dt = Harga bbm Mobil Pribadi Responden Merek Daihatsu (Rp/liter)

DDt = SeleraResponden Mobil Merek Daihatsu (Jenis Transportasi Darat)

D = 1 (Mobil secara umum)

D = 0 (Non mobil/transportasi darat lain diluar mobil)

(46)

4.3.5.2. Hasil Pembahasan

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil R2 = 0,814 yang bermakna

bahwa variasi pendapatan, harga mobil, pajak mobil, bbm dan selera mampu

menjelaskan variasi permintaan mobil di Kota Medan sebesar 81,4 % dan sisanya

sebesar 18,6 % dijelaskan oleh Variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model

estimasi.

Uji serempak digunakan untuk menguji signifikansi dari model penelitian,

dilakukan dengan cara membandingkan nilai F-tabel dengan F-hitung untuk

Degree of Freedom pada pengujian F adalah v1 = ((k – 1) = 5-1 = 4) dan v2 =

(n-k) = (50 – 5) = 45), dijumpai F-tabel; pada α = 0,05 sebesar 2,61 Kriteria Uji :

F-hitung > F α (k-1, n-k), maka tolak H0

F-hitung < F α (k-1, n-k), maka terima H0

Jika H0 ditolak berari minimal ada satu Variabel bebas yang berpengaruh nyata

terhadap Variabel tidak bebas, dan sebaliknya jika H0 diterima berarti tidak ada

satupun Variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap Variabel tidak

bebas.Semakin besar nilai F-hitung maka semakin kuat bukti bahwa terdapat

minimal salah satu Variabel bebas yang berpangaruh nyata terhadap keragaman

dari Variabel tidak bebas.

Dari hasil estimasi diperoleh nilai F-statistik diperoleh 43,764 lebih besar

dari F0,05(2,61), ini berarti secara bersama-sama (pendapatan, harga mobil, pajak

mobil, bbm dan selera) dapat mempengaruhi permintaan mobil kususnya merek

Daihatsu secara signifikan di Kota Medan dengan tingkat keyakinan minimal

(47)

Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji signifikansi dari

masing-masing Variabel terikat, dilakukan dengan cara membandingkan nilai

t-hitung dengan nilai t-tabel, pada jumlah sampel (n) = 50, Variabel bebas (k) = 5.

Kuotsoyiannis, (1981) menjelaskan bahwa besarnya k adalah Variabel bebas

termasuk konstanta, dengan demikian k = 5, maka degree of freedom (df) = 50 –

5 = 45, pada df = 45 dijumpai t-tabel pada pengujian α = 0,05 sebesar 1, 679.

Kriteria Uji :

t- hitung> tα/2(n-k), maka tolak H0

t-hitung< tα/2(n-k), maka terima H0

Jika H0 ditolak dalam kriteria uji-t berarti Variabel bebas berperngaruh

nyata terhadap Variabel tidak bebas dan sebaliknya jika H0 diterima berarti

Variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap Variabel tidak bebas. Semikin

besar nilai t-hitung maka akan semakin kuat bukti bahwa Variabel tersebut

signifikan secara statistic.

Untuk pendapatan, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar -2,434, sedangkan tabel 1,679.Karena

t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak, artinya Variabel pendapatan berpengaruh secara

signifikan terhadap Variabel permintaan mobil kususnya merek Daihatsu di Kota

Medan pada tingkat keyakinan 95%.Koefisien regresi harga mobil diperoleh

-0,180 artinya apabila pendapatan menurun sebesar 1 %, cateris paribus, maka

akan meningkatkan permintaan mobil khsusnya merek Daihatsu di Kota Medan

sebesar 0,180%.

Untuk harga mobil, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

(48)

t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, artinya Variabel harga mobil berpengaruh secara

signifikan terhadap Variabel permintaan mobil kususnya merek Daihatsu di Kota

Medan pada tingkat keyakinan 95%. Koefisien regresi harga mobil diperoleh

-0,247 artinya apabila harga mobil khususnya merek Daihatsu menurun sebesar 1

%, cateris paribus, maka akan meningkatkan permintaan mobil khsusnya merek

Daihatsu di Kota Medan sebesar 0,247%.

Untuk pajak mobil, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar 2,997 sedangkan tabel 1,679.Karena

t-hitung > t-tabel maka H0 diterima, artinya Variabel pajak mobil berpengaruh

secara signifikan terhadap Variabel permintaan mobil kususnya merek Daihatsu di

Kota Medan pada tingkat keyakinan 95%. Koefisien regresi pajak mobil diperoleh

0,449 artinya apabila bbm naik 1 %, cateris paribus, maka akan meningkatkan

permintaan mobil kususnya merek Daihatsu di Kota Medan sebesar 0,449 %.

Untuk bbm, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar 7,837 sedangkan tabel 1,679.Karena

t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak, artinya Variabelbbm berpengaruh secara

signifikan terhadap Variabel permintaan mobil khususnya merek Daihatsu di Kota

Medan pada tingkat keyakinan 95%. Koefisien regresi bbm diperoleh 1,142

artinya apabila bbm naik 1 %, cateris paribus, maka akan meningkatkan

permintaan mobil khususnya merek Daihatsu di Kota Medan sebesar 1,142 %.

Untuk selera, berdasarkan hasil estimasi diperoleh hasil uji t-statistik

menunjukkan bahwa hitung sebesar -1,550 sedangkan tabel 1,679.Karena

(49)

secara signifikan terhadap Variabel permintaan mobil khususnya merek Daihatsu

di Kota Medan.

Untuk variabel pendapatan responden mobil merek Daihatsu berpengaruh

negatif signifikan terhadap permintaan mobil di Kota Medan. Hal ini tidak sesuai

dengan penelitian (Rositta, 2001) yang menyatakan bahwa pendapatan

berpengaruh positif signifikan terhadap permintaan mobil bekas di Kotamadya

Medan, juga dalam penelitian (Marsito, 2007) yang menyatakan bahwa

pendapatan berpengaruh positif signifikan terhadap permintaan mobil pribadi di

SUMUT pada tingkat kepercayaan 99%, serta dalam penelitian (Budiarto, 2013)

yang menyatakan pendapatan berpengaruh positif signifikan terhadap permintaan

sepeda motor di Kota Semarang.Menurut teori penyebab berubahnya permintaan

dalam perubahan pendapatan konsumen, ada beberapa barang jenis lainnya yang

justru permintaanakan turun, dengan adanya kenaikan pendapatan

konsumen.Barang semacam ini digolongkan ke dalam jenis barang inferior.

Sedangkan variabel harga mobil sesuai dengan penelitian (Marsito, 2007)

yang menyatakan bahwa harga mobil pribadi berpengaruh negatif signifikan

terhadap permintaan mobil di SUMUT pada tingkat kepercayaan 99 % dan

Sukirno (2003),dalam tulisannya bahwa hukum permintaan pada hakikatnya

merupakan hipotesis yang menyatakan bahwa makin rendah harga suatu barang

maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut.Sebaliknya, makin

tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang

tersebut.Sehingga hubungan antara harga mobil dengan permintaan mobil itu

Gambar

Gambar 3.1.Uji Durbin-Watson
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.4. Karekteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Standar minimal peralatan penanggulangan bencana yang tersedia apabila terjadi bencana Kegagalan Teknologi meliputi : Standar Minimal Peralatan Penanggulangan Bencana

Dan tidak terdapat pengaruh pada variabel independensi dewan komisaris, rata-rata lama jabatan dewan komisaris pada pengalaman dewan komisaris, role duality, ukuran

kebutuhan dasar minimal untuk korban bencana pada saat tanggap darurat. Kebutuhan logistik tahap tanggap darurat selanjutnya didasarkan

Republik Indonesia yang mempunyai perhatian dan kepedulian terhadap penanggulangan bencana. Cepat dan tepat; bahwa dalam operasi pencarian, pertolongan, dan

a. BPBD Provinsi/Kabupaten/Kota memberikan informasi kepada organisasi induk relawan tentang kebutuhan relawan untuk dikerahkan/penugasan dalam penanggulangan bencana sesuai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis pengaruh kapabilitas personal, kecanggihan teknologi, dukungan manajemen puncak dan pengetahuan manajer terhadap

Pendidikan sosial, adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikhis yang mulai dan bersumber pada kaidah