• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek-Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Kereta Api Dari Medan Ke Bandara Internasional Kuala Namu (Studi Pada PT.Railink Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aspek-Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Kereta Api Dari Medan Ke Bandara Internasional Kuala Namu (Studi Pada PT.Railink Medan)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI

KERETA API

A.

Sejarah perkeretaapian

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kereta api adalah kendaraan yang

beroda yang ditarik dengan lokomotif, berjalan diatas rel. pasal 1 ayat (2) UUKA

menyebutkan, kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik

berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya,

yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan

kereta api.

1.

Sejarah Kereta Api di Indonesia

Sejalan dengan dilakukannya sistem tanam paksa, Indonesia mempunyai

banyak kekayaan alam yang dapat di manfaatkan antara lain perkebunan dan

rempah-rempah, maka diperlukan alat yang dapat mengangkut hasil produksi

perkebunan yang melimpah tersebut. Penggunaan transportasi dengan tenaga

hewan yakni sapi ataupun kerbau sudah tidak memadahi lagi dikarenakan

besarnya jumlah barang atau hasil produksi yang akan diangkut.

Pada tahun 1800 alat angkut yang dipergunakan antara lain adalah tenaga

manusia, hewan dan sumber tenaga dari alam seperti angin atau air.

Barang-barang yang diangkut pada masa tersebut pun rata-rata dalam jumlah kecil dan

waktu yang ditempuh juga relatif lama.Maka dari itu timbullah pemikiran untuk

(2)

Sejarah perkeretaapiaan sama seperti sejarah alat transportasi pada

umumnya yang diawali dengan penemuan roda. Mulanya dikenal kereta kuda

yang hanya terdiri dari satu kereta, kemudian dibuatlah kereta kuda yang lebih

dari satu rel yang berjalan di jalur tertentu yang terbuat dari besi, dan digunakan

khususnya di daerah pertambangan untuk menarik hasil tambang dengan tenaga

kuda. Seiring berkembangnya zaman maka mulai dimanfaatkanlah tenaga

mekanik seperti kapal uap dan kereta api yang banyak digunakan sebagai alat

transportasi.

Sejarah perkeretaapiaan sama seperti sejarah alat transportasi pada

umumnya yang diawali dengan penemuan roda. Mulanya dikenal kereta kuda

yang hanya terdiri dari satu kereta, kemudian dibuatlah kereta kuda yang lebih

dari satu rel yang berjalan di jalur tertentu yang terbuat dari besi, dan digunakan

khususnya di daerah pertambangan untuk menarik hasil tambang dengan tenaga

kuda.

8

Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama

pembangunan jalan KA di desa kemijen, pada tanggal 17 juni 1864 oleh gubernur

jenderal Hindia Belanda, Mr.L.A.J Baron Sloet van den Beele yang diprakarsai

oleh

Naamlooze Venootschap Nederlands Indische Spoorweg Maatshappij

(NV,NISM). Setelah keberhasilan NV, NISM membangun jalur di desa kemijen,

kemudian pada tahun 1870 menghubungkan kota Semarang-Surakarta.

Selain di jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh pada tahun

1874 yakni jalur Ulele-Kutaraja.Selanjutnya lintasan Palu Aer

Padang

(3)

(Sumatera Barat) pada tahun 1891, lintasan Teluk betung-Prabumulih di sumatera

selatan pada tahun 1912.Di sumatera utara juga dibangun lintasan Labuan-Medan

pada tahun 1886.

Setelah kemerdekaan Indonesia di proklamirkan pada 17 agustus 1945,

tepatnya pada tanggal 28 september 194 karyawan yang tergabung dalam

Angkatan Moeda Kereta api (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian

dari pihak jepang dan pihak jepang tidak diperbolehkan lagi untuk campur tangan

dalam urusan perkeretaapian Indonesia. Inilah sebabnya tanggal 28 september

1945 ditetapkan sebagai Hari Kereta Api Republik Indonesia (DKARI). Lima

tahun kemudian, berdasarkan pengumuman Menteri Perhubungan Tenaga dan

Pekerjaan Umum No.2 tanggal 6 Januari 1950, ditetapkan bahwa mulai 1 Januari

1950 DKARI dan “staat

-spoor wegen en verenigde Spoorweg Bedrijf (SS/VS)

digabungkan menjadi satu perusahaan kereta api bernama “Djawatan Kereta Api”

(DKA). Dalam rangka pembenahan badan usaha, pemerintah mengeluarkan

Undang-undang No.22 Tahun 1963 dibentuklah perusahaan Negara Kereta Api,

sehingga Djawatan Kereta Api tergabung didalamnya. Berdasarkan

Undang-undang No. 61 Tahun 1971 perusahaan tersebut mengalami perubahan menjadi

perusahaan Djawatan Kereta Api (PJKA).

2.

Sejarah Perkeretaapian di Sumatera Utara

Perkeretaapian di Sumatera Utara di awali pada tahun 1886 yang bernama

Deli Spoorweg Maatchscapay (DSM). Hingga tahun 1931, panjang lintas

mencapai 17 Km yang menghubungkan labuhan dengan kota Medan. Pembukaan

landasan ini dilakukan guna mengangkut hasil perkebunan dari pedalaman ke

(4)

Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) semua perkeretapiaan di

bawah penguasaan jepang.Untuk wilayah Sumatera Utara penguasaannya di

bawah pemerintahan Angkatan Laut Jepang bernama Tetsudo-Tai yang berpusat

di bukit tinggi, Sumatera Barat.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada 17 agustus 1945,

penguasaan perkeretaapian dikembalikan lagi kepada DSM, hal ini dikarenakan

adanya peruasahaan milik belanda yang masih berdiri di Indonesia sampai

dilakukannya alih wewenang pada perusahaan tersebut.

Selanjutnya pada tanggal 29 April 1963, berdasarkan pada undang-undang

No.8 tahun 1963 jo PP 41 Tahun 1959 maka seluruh kereta api ex DSM menjadi

bagian Djawatan Kereta Api (DKA) yang berada di Bandung.

B.

Penyelenggaraan Angkutan Kereta Api

1.

Pelaksanaan Pengangkutan Kereta Api

Pengangkutan merupakan rangkaian kegiatan pemindahan penumpang

atau barang dari suatu tempat pemuatan (embarkasi) ke tempat tujuan (debarkasi)

sebagai tempat penurunan penumpang atau pembongkaran barang muatan.

Rangkaian peristiwa pemindahan itu meliputi kegiatan :

a.

Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut;

b.

Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan; dan

c.

Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan.

Pengangkutan yang meliputi 3 (tiga) kegiatan ini merupakan satu kesatuan

proses yang disebut pengangkutan dalam arti luas. Pengangkutan juga dapat

(5)

membawa penumpang dan/atau barang dari stasiun/terminal/pelabuhan/bandara

tempat pemberangkatan ke stasiun/terminal/pelabuhan/bandara tujuan.

9

Abdulkadir Muhammad menyebutkan bahwa pengangkutan meliputi 3

(tiga) dimensi pokok, yaitu :

1.

Pengangkutan sebagai usaha (

bisiness

)

2.

Pengangkutan sebagai perjanjian (

agreement

)

3.

Pengangkutan sebagai proses (

process)

Berdasarkan defenisi pengangkutan yang telah disebutkan di atas, maka

dapat diketahui bahwa terdapat berbagai aspek pengangkutan antara lain, sebagai

berikut :

10

1.

Pelaku, yaitu orang yang melakukan pengangkutan. Pelaku ini dapat berupa

badan usaha, seperti badan usaha yang bergerak di bidang pengangkutan dan

berupa manusia pribadi seperti buruh pengangkutan di pelabuhan.

2.

Alat pengangkutan, yaitu alat yang digunakan untuk menyelenggarakan

pengangkutan.

3.

Penumpang/barang, yaitu muatan yang diangkut, barang yang diangkut adalah

barang perdagangan yang sah menurut undang-undang.

4.

Perbuatan, yaitu kegiatan mengangkut barang atau penumpang sejak pemuatan

sampai dengan penurunan di tujuan.

5.

Fungsi pengangkutan, yaitu meningkatkan kegunaan dan nilai barang atau

penumpang.

6.

Tujuan pengangkutan, yaitu sampai atau tiba ditempat tujuan yang ditentukan

dengan selamat.

Perjanjian pengangkutan yang dibuat secara sah mengikat terhadap kedua

belah pihak, yaitu pengangkut dan penumpang atau pengirim. Antara kedua belah

9Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, PT.Cipta Aditya Bakti, Bandung,

2013, hlm.42.

(6)

pihak ini tercipta hubungan hak dan kewajiban yang direalisasikan melalui proses

penyelenggaraan pengangkutan.

Proses penyelenggaraan pengangkutan adalah rangkaian perbuatan

pemuatan penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut, pemuatan atau

pemindahan penumpang atau barang dari tempat pemberangkatan sampai ke

tempat tujuan yang telah disepakati oleh para pihak.

11

Apabila diperinci, proses penyelenggaraan pengangkutan kereta api

meliputi beberapa tahap, yaitu :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini penumpang atau pengirim mengurus penyelesaian biaya

pengangkutan dan dokumen pengangkutan serta dokumen lainnya yang

diperlukan.

2. Tahap pemuatan

Pada tahap ini penumpang yang sudah memiliki karcis atau tiket

penumpang dapat naik ke alat pengangkut yang telah disediakan pengangkut di

stasiun.

3. Tahap pengangkutan

Pada tahap ini diselenggarakannya pengangkutan tersebut, yaitu kegiatan

memindahkan penumpang dari tempat pemberangkatan ke tempat tujuan.

4. Tahap penurunan

Pada tahap ini pengangkut menurunkan penumpang dari alat pengangkut

karena pengangkutan sudah berakhir di temapt tujuan.

(7)

5. Tahap penyelesaian

Pada tahap ini para pihak menyelesaikan persoalan yang terjadi selama atau

sebagai akibat pengangkutan apabila selama pengangkutan terjadi kecelekaan

yang timbul akibat penyelenggaraan pengangkutan, pengangkut menyelesaikan

semua klaim ganti kerugian yang menjadi tanggungjawabnya.

12

Pengangkutan kereta api diselenggarakan dengan tujuan untuk

memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal, tepat, tertib dan

teratur, serta menunjang pertumbuhan, stabilitas, pendorong dan penggerak

pembangunan nasional.

13

Penyelenggaraan kereta api untuk beberapa daerah tertentu di Indonesia

memang kurang populer bahkan ada daerah-daerah yang tidak mempunyai jenis

transportasi kereta api, tetapi bagi kita yang berada di pulau jawa/ibukota dan

sumatera utara moda transportasi kereta api menjadi transportasi yang paling

banyak diminati masyarakat mengingat armada kereta api memiliki keistimewaan

jika dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya seperti bus atau

angkutan umum. Hal ini dikarenakan armada kereta api dapat mengangkut

penumpang dan barang sekaligus dalam jumlah yang banyak dengan sekali

perjalanan serta mempunyai tarif perjalanan yang relatif murah meskipun moda

transportasi ini masih memiliki kekurangan yakni kurangnya atau terbatasnya

prasarana (infrastruktur) kereta api diantaranya keterbatasan dalam jalur rel kereta

api, stasiun dan fasilitas operasi kereta api.

Penyelenggaraan kereta api sama dengan penyelenggaraan transportasi

pada umumnya, yang diawali dengan adanya suatu perjanjian pengangkutan

12Ibid, hlm 174-175.

(8)

antara penumpang dengan atau pengirim barang dengan pihak PT.Railink. Para

pihak dalam perjanjian ini masing-masing memiliki hak dan kewajiban serta

tanggungjawab.

Perjanjian pengangkutan yang dibuat oleh penumpang dan/atau pengirim

barang dengan pihak PT.Railink tidak boleh bertentangan dengan ketertiban

umum dan peraturan perundang-undangan.

Sesuai dengan pasal 2 UUKA perkeretaapian sebagai bagian yang tidak

dapat terpisahkan dari sistem transportasi nasioanal diselenggarakan berdasarkan:

a.

Asas manfaat

Bahwa kereta api harus dapat memberikan manfaat yang sebsar-besarnya

bagi kemanusiaan, peningkatan kemakmuran rakyat, kesejahteraan rakyat dan

pengembangan kehidupan yang berkesinambungan.

b.

Asas keadilan

Bahwa perkeretaapian harus dapat memberikan pelayanan kepada segenap

lapisan masyarakat tanpa membedakan tingkat sosial seseorang dengan biaya

yang terjangkau serta memberi perlindungan yang sama kepada semua pihak.

c.

Asas keseimbangan

Bahwa perkeretaapian harus diselenggarakan dengan memperhatikan dari

dua pihak yaitu pengguna dan penyelenggera, keduanya harus berimbang baik

dalam hal kepentingan sarana dan prasaraana, kebutuhan dan ketersediaan,

(9)

d.

Asas kepentingan umum

Bahwa perkeretaapian harus lebih mengutamakan kepentingan masyarakat

luas daripada kepentingan perseorangan atau kelompok dengan memperhatikan

keselamatan, kemanan, kenyamanan, dan ketertiban.

e.

Asas keterpaduan

Bahwa perkeretaapian harus merupakan suatu kesatuan system dan

perencanaan yang utuh, terpadu, dan terintegrasi.

f.

Asas kemandirian

Bahwa penyelenggaraan perkeretaapian harus berlandaskan kepercayaan

diri, kemampuan dan potensi produksi dalam negeri, serta sumber daya manusia

dengan daya inovasi dan kreatifitas yang bersendi pada martabat serta kepribadian

bangsa.

g.

Asas transparansi

Bahwa penyelenggaraan perkeretaapian harus memberi ruang kepada

masyarakat luas untuk memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur

sehingga masyarakat mempunyai kesempatan berpartisipasi bagi kemajuan

perkertaapian.

h.

Asas akuntabilitas

Bahwa penyelenggaraan perkeretaapian harus didasarkan pada kinerja

yang terukur dan dapat dievaluasi.

i.

Asas berkelanjutan

Bahwa

penyelnggaraan

perkeretaapian

harus

dilakukan

secara

(10)

tekonologi dan menjaga kelestarian lingkungan untuk menjamin terpenuhinya

kebutuhan masyarakat.

Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian dilakukan oleh badan usaha

sebagai penyelenggara meliputi pembangunan prasarana, pengoperasian

prasarana, perawatan prasarana, dan pengusahaan prasarana.Pengoperasian

penyelenggaraan prasarana perkeretaapian harus memenuhi standard kelaikan

operasi prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam pasal 20

UUKA.Standard

kelaikan

tersebut

meliputi

kelaikan

teknis

maupun

operasional.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, terhadap setiap sarana

perkeretaapian dilakukan pemeriksaan dan pengujian. Keandalan dan memenuhi

persyaratan keselamatan adalah kondisi kereta api yang dioperasikan itu adalah

siap pakai dan secara teknis layak untuk dioperasikan. Prasarana perkeretaapian

meliputi jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api.

Syarat-syarat mengenai penyelenggaraan kereta api memiliki ketentuan pidana ketika

penyelenggaraannya atau badan usaha penyelenggara tidak memenuhi syarat

ketentuan yang diatur dalam undang-undang No.23 tahun 2007.

Ketentuan pidana tersebut antara lain, sebagai berikut :

14

1.

Penyelenggara prasarana perkeretaapian umum apabila standard kelaikan tidak

di penuhi sehingga mengakibatkan kecelakaan kereta api dan kerugian bagi harta

benda atau barang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6

(enam) bulan dan pidana denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah), jika mengakibatkan luka berat bagi orang dipidana dengan pidana penjara

paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00

(11)

(satu milyar rupiah), sedangkan kecelakaan yang mengakibatkan matinya orang

dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda

paling banyak Rp.2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).

2.

Bagi badan usaha yang menyelenggarakan sarana perkeretaapian umum namun

tidak memiliki izin usaha dan izin operasi dipidana dengan pidana penjara paling

lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000 ( dua

milyar rupiah).

3.

Penyelenggara

sarana

perkeretaapian

yang

mengoperasikan

sarana

perkeretaapian umum yang tidak memenuhi standard kelaikan yang menyebabkan

kecelakaan kereta api dan kerugian bagi harta benda dan barang dipidana dengan

pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan pidana denda paling

banyak Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah)

4.

Demikian juga dengan penyelenggara perkeretapian khusus yang tidak

memiliki izin pengadaan atau pembangunan dan izin operasi maka dipidana

dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan pidana denda paling

banyak Rp.250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

Sarana perkeretaapaian yang diselenggarakan penyelenggara sarana

perkeretaapian meliputi :

1.Lokomotif

2.

Kereta

3.

Gerbong

4.

Perlatan khusus

Terhadap sarana perkeretaapian tersebut diatas harus dilakukan pengujian

(12)

tidak melakukan pengujian sesuai dengan tata cara pengujiannya maka dikenai

sanksi administrative berupa teguran tertulis, pembekuan izin operasi dan

pencabutan izin operasi.

Berdasarkan ketentuan pasal 40 Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2009,

penyelenggara sarana perkeretaapian harus mempersiapkan perjalanan kereta api.

Persiapan perjalanan tersebut antara lain, sebagai berikut :

a.

Menyiapkan sarana dengan atau tanpa rangkaiannya.

b.

Menyiapkan awak sarama perkeretaapian.

c.

Memeriksa sarana perkeretaapian.

d.

Menyediakan waktu kereta api sesuai dengan jalur yang terjadwal di stasiun

awal.

e.

Memasang tanda.

f.

Menyiapkan dokumen perjalanan kereta api.

Terhadap fasilitas stasiun kereta sebagai tempat naik turunnya penumpang,

paling rendah harus menyediakan fasilitas sebagai berikut :

15

a.

Keselamatan.

b.

Keamanan.

c.

Kenyamanan.

d.

Naik turun penumpang.

e.

Penyandang cacat.

f.

Kesehatan.

g.

Fasilitas umum.

(13)

Pengoperasian sarana perkeretaapian wajib dilakukan oleh awak yang

memenuhi persyaratan dan kualifikasi kecakapan yang dibuktikan dengan

sertifikat kecakapan. Sertifikat kecakapan tersebut diperoleh setelah lulus

mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah.

16

PT. Railink sebagai salah satu perusahaan penyelenggara sarana

perkeretaapian menerbitkan dokumen angkutan berupa karcis penumpang.Karcis

penumpang berfungsi sebagai tanda bukti terjadinya perjanjian pengangkutan.

Ketentuan ini diatur dalam pasal 132 UUKA, yaitu:

1.Penyelenggara sarana perkeretaapian wajib mengangkut orang yang telah

memiliki karcis.

2.

Orang yang memiliki karcis berhak memperoleh pelayanan sesuai dengan

tingkat pelayanan yang dipilih.

3.

Karcis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tanda bukti terjadinya

perjanjian angkutan orang.

Dalam penyelenggaraan pengangkutan pihak penyelenggara sarana

perkeretaapian wajib memperhatikan keselamatan dan kenyamanan penumpang

ketika perjalanan kereta sedang berlangsung serta mengutamakan pelayanan

kepentingan umum. Selain daripada itu, penyelenggara sarana perkeretaapian juga

wajib mengumumkan kepada penumpang apabila terjadi penundaan ataupun

pembatalan keberangkatan kereta api. Apabila pembatalan keberangkatan kereta

api terjadi, maka penyelenggara sarana perkeretaapian wajib membayar ganti rugi

karcis yang telah di bayarkan oleh penumpang tersebut. Demikian juga

(14)

sebaliknyajika penumpang membatalkan keberangkatannya maka penyelenggara

sarana perkeretaapian tidak mengganti karcis penumpang tersebut.

Berdasarkan ketentuan pasal 136 UUKA 2007 penyelenggara sarana

perkeretaapian berhak untuk memeriksa karcis, menindak penumpang yang tidak

mempunyai karcis guna untuk memperlancar proses jalannya kereta api.

Selama proses pengangkutan berlangsung, pihak pengangkut wajib

melakukan penjagaan, pengawasan, dan pemeliharaan terhadap penumpang atau

barang yang diangkut sampai tiba di tempat tujuan dengan selamat. Bentuk

penjagaan dan pengawasan itu, antara lain :

17

1.

Menempatkan polisi khusus kereta api (polsuska) di kereta api yang sedang

dioperasikan.

2.

Menutup pintu kereta api setelah penumpang naik ke atau turun dari kereta api

selama proses pengangkutan berlangsung.

Tindakan ini dimaksudkan untuk mengamankan dan melindungi

penumpang atau barang dari perbuatan penodongan ataupun pencurian di atas

kereta api yang sedang melangsungkan pengangkutan.

2. Hambatan Pengangkutan Kereta Api

Dalam proses penyelenggaraan pengangkutan tidak sepenuhnya dapat

berjalan lancar. Angkutan kereta api yang memberikan beberapa keistimewaan

juga memiliki hambatan-hambatan dalam penyelenggaraannya. Hambatan

tersebut berupa kesulitan-kesulitan yang dialami oleh pihak penyelenggara

angkutan dalam melaksanakan pengangkutan. Kesulitan atau hambatan tersebut

(15)

mengakibatkan pengangkutan berjalan lambat, lama, atau bahkan terhenti sama

sekali untuk sementara waktu. Tentu hal ini bertentangan dengan asas

pengangkutan yang tertib, lancar, nyaman, dan tepat waktu.

Hambatan atau kesulitan yang dialami dalam proses pengangkutan dapat

berasal dari dalam maupun luar. Hambatan dari dalam antara lain sebagai

berikut:

18

1.

Kepadatan arus lalu lintas kereta api sehingga perlu menunggu berlintasan

dengan kereta api lain.

2.

Keruskan rel kereta api di tempat tertentu.

3.

Tabrakan dengan kendaraan umum pada lintasan rel dan jalan raya yang tidak

ada palangnya.

Tidak hanya itu, kerusakan alat pengangkut sebagai akibat tidak dirawat

secara rutin juga dapat menjadi hambatan pengangkutan yang menyebabkan

perjalanan menjadi tertunda atau bahkan berhenti di tengah perjalanan.

Sedangkan hambatan yang berasal dari luar berupa bencana alam seperti

gempa bumi, tanah longsor dan sebagainya.Selain daripada itu, pelemparan oleh

masyarakat saat kereta api sedang berjalan juga merupakan hambatan proses

penyelenggaraan kereta api. Tidak jarang pelemparan yang dilakukan masyarakat

tanpa sebab ini mengakibatkan cidera pada penumpang serta meninggalkan

kerusakan pada kereta api.

19

18Ibid, hlm.178.

19Hasil Wawancara dengan Ibu Enda sebagai HRD pada PT.Railink Medan tanggal 20

(16)

C.

Jenis Pengangkutan Kereta Api

Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik

berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang

akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta

api ( pasal 1 angka 2 UUKA).

Pengangkutan perkeretaapian dibagi menjadi 2, yaitu:

1.

Angkutan orang

Adalah pengangkutan orang yang dilakukan oleh pihak pengangkut

dengan menggunakan gerbong atas persetujuan pemerintah yang wajib memenuhi

persyaratan dan memperhatikan keselamatan serta fasilitas minimumnya. Bagi

penyandang cacat, wanita hamil, anak dibawah lima tahun, orang sakit, dan lansia

pihak penyelenggara pengangkutan wajib memberikan fasilitas khusus tanpa

dipungut biaya tambahan.

Mengenai pengertian penumpang dalam pengangkutan dengan kereta api

dapat terdiri dari :

20

1)

Untuk penumoang yang berpergian dengan kereta api satu orang dikenakan

biaya angkutan sebesar tariff yang berlaku, baik dewasa maupun anak-anak.

Untuk dewasa dikenakan tariff penuh sedangkan untuk penumpang anak-anak

dikenakan baiaya setengah harga.

2)

Lebih dari satu orang

Kepada penumpang lebih dari satu orang oleh penyelenggara pengangkutan

dapat dibebankan tariff khusus, dimana permohonan untuk mendapatkan tariff

20

(17)

khusus tersebut harus diajukan suatu permintaan kepada kepala stasiun paling

lambat 3 (tiga) hari sebelum pemberangkatan, dengan keterangan mengenai

jumlah penumpang, tujuan dan lain-lain secara lengkap agar dapat diatur

sebaik-baiknya oleh pihak pengangkut.

2.

Angkutan barang

Angkutan barang adalah pengangkutan barang dengan kereta api dengan

menggunakan gerbong. Angkutan barang terdiri atas sebagai berikut :

1)

Barang umum

2)

Barang khusus

3)

Limbah bahan berbahaya dan beracun

Menurut jenisnya, kereta api terdiri dari :

21

1.

Kereta api kecepatan normal;

2.

Kereta api kecepatan tinggi;

3.

Kereta api monorel;

4.

Kereta api motor induksi linear;

5.

Kereta api gerak udara;

6.

Kereta api levitasi magnetic;

7.

Trem; dan

8.

Kereta gantung.

Selain daripada jenis kereta api tersebut diatas, jenis pengangkutan kereta api

juga dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu :

(18)

1.

Perkeretaapian umum

Perkeretaapian umum merupakan satu kesatuan sistem perkeretaapian

yang disebut perkeretaapian nasional.

22

Perkeretapian umum digunakan untuk

melayani angkutan orang ataupun barang dan dipungut biaya. Perkeretaapian

umum dibagi menjadi 2, yaitu :

1)

Perkeretaapian perkotaan

2)

Perkeretaapian antarkota

Sedangkan jika ditinjau secara tatanan perkeretaapian umum dibagi menjadi 3,

yaitu :

1)

Perkeretaapian nasional

2)

Perkeretaapian provinsi

3)

Perkeretaapian kabupaten/kota

2.

Perkeretaapian khusus

Perkeretaapian khusus merupakan perkeretaapian yang hanya digunakan

untuk menunjang kegiatan pokok badan usaha tertentu dan tidak digunakan untuk

melayani masyarakat umum. Misalnya PT. pertamina yang mempunyai

perkeretaapian khusus guna menunjang kegiatan pemasarannya di setiap kota

maupun provinsi. Perkeretaapian khusus diselenggarakan oleh badan usaha

tertentu yang pengusahaan sarana dan prasarana perkeretaapiannya dilakukan

berdasarkan norma, standard, dan kriteria perkeretaapian.

(19)

D.

Pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan Kereta Api

Pengertian perjanjian secara umum diatur pada buku III bab kedua bagian

kesatu pasal 1313 KUH Perdata, yaitu suatu perjanjian adalah suatu perbuatan

dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain

atau lebih.

Perjanjian yang dibuat oleh para pihak berdasarkan pasal 1338 ayat (1)

KUH Perdata yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya.

Sebelum penyelenggaraan pengangkutan terlebih dahulu harus ada

perjanjian pengangkutan antara pengangkut dengan penumpang atau pengirim.

Menurut H.M.N. Purwosutjipto, perjanjian pengangkutan adalah

persetujuan dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan

pengangkutan penumpang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat tujuan

tertentu dengan selamat dan penumpang atau pemilik barang mengikatkan diri

untuk membayar biaya pengangkutan.

Berdasarkan defenisi pengangkutan tersebut terdapat unsur-unsur yang

harus diketahui yaitu bahwa :

1.

Sifat perjanjiannya adalah timbal balik, baik antara pengangkut dengan

penumpang atau pengirim barang (pengguna jasa), masing-masing mempunyai

hak dan kewajibannya sendiri. Pengangkut dengan penumpang/atau pengirim

barang mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang, maka sifat hubungan

hukum yang terjalin antar masing-masing pihak adalah bersifat campuran.

2.

Penyelenggara pengangkutan didasarkan pada perjanjian, hal ini berarti antara

pengangkut dengan penumpang dan/atau pengirim barang harus memenuhi syarat

sahnya perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum

(20)

3.

Istilah menyelenggarakan pengangkutan berarti pengangkutan tersebut dapat

dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh orang lain atas

perintahnya.

4.

Ke tempat tujuan. Dalam pengangkutan barang, berarti barang dapat diterima

oleh si penerima yang mungkin si pengirim sendiri atau orang lain, sedangkan

dalan pengangkuta orang berarti sampai di tempat tujuan yang telah disepakati

dengan keadaan selamat.

5.

Istilah dengan selamat, mengandung arti apabila pengangkutan itu tidak

berjalan dengan selamat maka pengangkuta wajib bertanggung jawab untuk

mengganti kerugian kepada penumpang atau pengirim barang.

23

Perjanjian pengangkutan tidak harus diisyaratkan tertulis, cukup dengan

lisan saja sepanjang ada persesuaian kehendak (consensus) sehingga dapat

diartikan bahwa untuk adanya suatu perjanjian pengangkutan cukup dengan

adanya kesepakatan (consensus) diantara para pihak.

Terjadinya

perjanjian

pengangkutan

antara

pengangkut

dengan

penumpang adalah pada waktu penumpang menerima penawaran umum yang

dilakukan oleh pihak pengangkut, yang dilahirkan dengan keinginan untuk

diangkut ke tempat tujuan tertentu serta diikuti dengan perbuatan membeli

karcis.

24

Karcis merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan

pengangkutan penumpang atau pengirimana barang dalam perkeretaapian. Dalam

karcis juga memuat hal-hal yang diangkut antara lain, sebagai berikut :

23 Siti Nurbaiti, Hukum Pengangkutan Darat [jalan dan kereta api] , Universitas Trisakti,

Jakarta, 2009, Hlm.13-22.

24 Sution Usman Adji, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka cipta, Jakarta, 1990,

(21)

1.

Karcis yang mengangkut penumpang, yaitu sebagai tanda bukti bagi

penumpang dalam pengangkutan perkeretaapian yang akan menghantarkannya ke

tempat tujuan.

2.

Karcis yang mengangkut barang, yaitu sebagai tanda bukti atas pengiriman

barang kepada ekspeditur.

Sesorang yang menjadi pemegang karcis kereta api yang secara formal

telah memenuhi syarat, maka hanya dengan menunjukkan karcis kepada petugas

kereta api, ia sudah dianggap sebagai orang yang berhak dan berhaklah ia

mendapatkan pelayanan atau fasilitias untuk diangkut sampai ke tempat tujuan.

Dalam kereta apikadang-kadang terdapat penumpang tanpa karcis, untuk

itu dapat dibedakan sebagai berikut :

25

1.

Penumpang tanpa karcis yang dengan kemauan sendiri secepatnya

memberitahukan kepada kondektur

2.

Penumpang tanpa karcis yang lalai memberitahukan kepada kondektur

Di dalam karcis sendiri sudah terdapat perjanjian baku mengenai

pengangkutan penumpang atau barang serta sudah tertera suatu pertanggung

jawaban pengangkutan serta perjanjian asuransi didalamnya. Juga terdapat jumlah

harga yang harus di bayarkan oleh penumpang.

Dalam angkutan kereta api, karcis merupakan sebagai tanda bukti bahwa

telah terjadi suatu perjanjian pengangkutan dari pihak yang terlibat terlibat di

dalamnya yaitu pihak pengangkut dengan pihak penumpang atau pengirim barang.

Karcis tersebut tidak menentukan syarat sahnya perjanjian tersebut tetapi hanya

(22)

sebagai tanda bukti saja. Dengan karcis inilah dapat dibuktikan bahwa adanya

perjanjian pengangkutan sehingga proses pengangkutan baru dapat dilaksanakan.

Perjanjian pengangkutan bersifat pelayanan berkala sebab pelayanan itu

tidak bersifat tetap, hanya kadang kala saja bila penumpang atau pengirim barang

membutuhkan pengangkutan.

26

Undang-undang pengangkutan menentukan bahwa pengangkutan baru

akan diselenggarakan apabila biaya pengangkutan dibayar terlebih dahulu oleh

penumpang atau pengirim barang. Namun pengangkutan juga dapat terjadi karena

adanya hukum kebiasaan dari masyarakat yang membayar biaya pengangkutan

setelah proses pengangkutan diselenggarakan atau dengan kata lain dibayar

kemudian.

Terjadinya perjanjian pengangkutan tentu terdapat pihak-pihak yang

terlibat didalamnya atau yang disebut sebagai subjek hukum.Subjek hukum

merupakan pendukung hak dan kewajiban, dalam hal ini adalah hukum

pengangkutan. Pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut, yaitu :

27

1.

Pihak pengangkut, adalah pihak yang mengikatkan dirinya untuk

menyelenggarakan pengangkutan orang/barang. Dengan kata lain, pengangkuta

dalah penyelenggara pengangkutan.

2.

Pihak penumpang, dalam angkutan kereta api penumpang disebut sebagai

pengguna jasa yang mana artinya adalah seriap orang dan/atau badan hukum yang

menggunakan jasa kereta api, baik untuk angkutan orang maupun barang ( pasal 1

butir 12 UUKA). Berkaitan dengan penumpang ini juga terdapat penumpang di

bawah umur, kenyataan menunjukkan bahwa anak-anak dapat membuat perjanjian

(23)

pengangkutan menurut kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Adapaun yang

menjadi pertimbangan masyarakat ialah fungsi dan tujuan pengangkutan, dimana

anak-anak naik bus atau taksi untuk mencapai tujuan tertentu seperti pergi ke

sekolah atau pulang kembali ke rumah dengan selamat. Perjanjian yang dilakukan

oleh anak-anak ini tentunya ada kuasa atau restu dari orang tua, dengan demikian

orang tua tetap bertanggung jawab atas anak-anak tersebut.

3.

Pihak pengirim, adalah pihak yang menggunakan jasa penyelenggara

pengangkutan untuk menghantarkan orang dan/atau barang dari tempat semula

sampai tempat tujuan dengan selamat serta membayar biaya atau tarif

pengangkutan.

4.

Pihak penerima, adalah pihak yang menerima barang yang diangkut oleh alat

pengangkut. Dimana pihak penerima ini sudah berada di tempat tujuan yang

diperjanjikan.

Perjanjian yang terdapat dalam hukum pengangkutan sama halnya dengan

perjanjian pada umumnya. Pada dasarnya merupakan suatu perjanjian biasa yang

dengan sendirinya tunduk pada ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk suatu

perjanjian pada umumnya, yaitu tunduk pada ketentuan yang terdapat dalam buku

ke III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP) tentang perikatan, selama

tidak ada pengaturan khusus tentang perikatan dalam peraturan

perundang-undangan di bidang angkutan. Syarat sahnya suatu perjanjian pengangkutan tidak

terlepas dari syarat sahnya perjanjian yang terdapat dalam pasal 1320 Kitab

(24)

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat :

1.

Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2.

Kecakapan para pihak untuk membuat suatu perikatan;

3.

Suatu hal tertentu;

4.

Sebab yang halal.

Dalam perjanjian pengangkutan perkereteaapian terdapat sifat keperdataan

yang menjadikan suatu prinsip perjanjian pengangkutan, yaitu :

28

a.

Konsensual

Konsensual berasal dari kata consensus yakni sepakat, artinya bahwa

perjanjian pengangkutan tersebut tidak diharuskan dilakukan secara tertulis, dapat

juga hanya dengan lisan saja tetapi dengan adanya terlebih dahulu kesepakatan

para pihak yang menyatakan bahwa perjanjian tersebut sudah terjadi dan dapat

dibuktikan dengan dokumen pengangkutan.

b.

Campuran

Mengandung makna bahwa perjanjian pengangkutan merupakan campuran

dari 3 (tiga) jenis perjanjian yaitu pemberian kuasa, penyimpanan barang dan

melakukan pekerjaan dari penumpang atau pemilik barang kepada pengangkut.

c.

Koordinatif

Yang dimaksud dengan koordinatif ialah bahwa pihak-pihak dalam

pengangkutan mempunyai kedudukan setara atau sejajar, walaupun pihak

pengangkut melaksanakan pengangkutan atas perintah penumpang atau pengirim

(25)

bukan berarti pihak pengangkut sebagai bawahan dalam proses pengangkutan

tersebut.

d.

Pembuktian dengan dokumen

Setiap perjanjian yang dibuat harus dapat dibuktikan dengan adanya

dokumen pengangkutan. Apabila dokumen pengangkutan tidak ada maka

perjanjian juga tidak ada, kecuali ditentukan lain dalam hukum kebiasaan

masyarakat seperti naik angkutan umum yang tidak memiliki karcis namun biaya

Referensi

Dokumen terkait

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul

Morphometric analysis consists of 5 parameters geomorphic indices: drainage basin asymmetry (AF), hypsometric curve and integral (Hc and Hi), stream length gradient (SL)

Perancangan yang dilakukan penulis ini adalah membuat aplikasi pembelajaran interaktif bahasa pemrograman visual basic.net berbasis online , yang tujuan utama

Sistem Informasi Pengolahan Data Nilai Siswa Berbasis Web Pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah Pacitan. Universitas

OQWHPDVLRQDO 1DVLRQDO 1DVLH$DO1DVLRQDO \DQJ .RPSRQHQ\DQJGLQLODL OQWHUQDVLRQDO 7HUDNUH

LACARRA, José María, Notas para la formación de las familias de fueros de Navarra, Anuario de Historia del Derecho Español, 10 (1933), pp. - Historia política del Reino

(4) Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib menyampaikan laporan hasil penjualan mineral dan/atau batubara yang tergali kepada Menteri, gubernur,