• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI EKONOMI PENAWARAN DAN APLIKASI DAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI EKONOMI PENAWARAN DAN APLIKASI DAL"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI EKONOMI PENAWARAN DAN APLIKASI DALAM ANALISIS EKONOMI PERTANIAN

Tugas Terstruktur Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Pertanian

Dosen Pengampu : Dr.Ir. Hendro Prasetyo, SP., M.Si.

Disusun Oleh: Kelompok 4

1. Rizko Kurniawan 155040201111134 2. Dyah Arum Purwaning 155040201111168

3. Azizah 155040201111188

4. Muhammad Yussaq N 155040201111224 5. Wardatul Qhoiria 155040201111236

6. Muhamad Yuda P 155040201111240

Kelas : B

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti dari masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas sebagai alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Kebutuhan ekonomi sama halnya dengan permintaan, serta tidak terlepas dari konsep penawaran. Penawaran adalah salah satu kekuatan yang menentukan keseimbangan pasar.

Sistem perekonomian pasar bebas adalah sistem kekuatan permintaan dan penawarannya bergerak secara bebas dan leluasa. Harga yang terbentuk adalah cerminan keinginan masyarakat sedangkan penawaran adalah cerminan kemampuan produsen atau penjual. Produsen menawarkan barang atau jasa setiap hari dengan cara yang menarik, iklan yang mencolok atau menjual dari rumah ke rumah. Besarnya penawaran tergantung biaya produksi dimana produsen tidak akan menjual dibawah biaya produksi. Kecuali dalam kondisi darurat maka produsen akan menjual dibawah biaya produksi. Elastisitas penawaran digunakan untuk menerangkan perubahan penawaran yang penting dalam pembuatan keputusan produksi, karena tingkat elastisaitas ini menggunakan sensitivitas dari penawaran barang terhadap perubahan harga. Informasi elastisitas penawaran mengukur responsif penawaran sebagai akibat perubahan harga.

(3)

on farm (usahatani) mengenal interval waktu yang signifikan. Hal ini menyebabkan adanya time lag (selisi waktu) antara pengambilan keputusan produksi dengan realisasi output akhirnya. Adanya time lag ini menyulitkan petani merespon perubahan harga yang terjadi di pasar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana faktor lingkungan dan kebijakan ekonomi pemerintah mempengaruhi penawaran produk pertnaian di Indonesia?

2. Bagaimana solusi mengatasi masalah ketidakstabilan antara penawaran dan permintaan produk pertanian akibat faktor lingkungan dan kebijakan ekonomi pemerintah di Indonesia?

1.3 Tujuan

(4)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Penawaran

Kegiatan ekonomi yaitu produsen memproduksi barang atau jasa namun tidak digunakan untuk keperluan sendiri melainkan untuk dijual kepada konsumen dengan tujuan memperoleh laba atau atau keuntungan. Inilah yang dinamakan dengan penawaran. Penawaran menunjukkan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan produsen kepada konsumen pada berbagai tingkat harga dan waktu tertentu.Penawaran adalah sejumlah barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual (produsen) pada berbagai tingkat harga dan dalam waktu tertentu (per hari, per minggu, per tahun). Seperti dalam permintaan menurut ekonomi mikro dijelaskan bahwa penawaran juga dapat digolongkan menjadi penawaran perorangan dan penawaran pasar.

1. Penawaran perorangan

Penawaran perorangan ialah penawaran yang dilakukan oleh seorang penjual dalam menawarkan berbagai jumlah barang pada berbagai tingkat harga.

2. Penawaran pasar

Penawaran pasar ialah keseluruhan penawaran yang didapat dari penjumlahan penawaran perorangan suatu barang atau jasa pada berbagai tingkat harga.

Teori penawaran menerangkan sifat para penjual dalam menawarkan komoditas yang akan dijualnya. Pernyataan yang menjelaskan sifat hubungan antara harga suatu komoditas dan jumlah komoditas tersebut yang ditawarkan oleh produsen dikenal dengan hukum penawaran. Pada umumnya semakin tinggi harga suatu komoditas, semakin banyak jumlah komoditas tersebut yang akan ditawarkan oleh penjual. Sebaliknya makin rendah harga suatu komoditas makin sedikit jumlah yang ditawarkan oleh penjual (Sugiarto 2007).

1.2 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Penawaran

(5)

1. Harga barang itu sendiri

Apabila harga barang yang ditawarkan mengalami kenaikan, maka jumlah barang yang ditawarkan juga akan meningkat. Sebaliknya jika barang yang ditawarkan turun jumlah barang yang ditawarkan penjual juga akan turun. Misalnya jika harga sabun mandi meningkat dari Rp1.500,00 menjadi Rp2.000,00, maka jumlah sabun mandi yang penjual tawarkan akan meningkat pula.

2. Harga barang pengganti

Apabila harga barang pengganti meningkat maka penjual akan meningkatkan jumlah barang yang ditawarkan. Penjual berharap, konsumen akan beralih dari barang pengganti ke barang lain yang ditawarkan, karena harganya lebih rendah. Contohnya harga kopi meningkat menyebabkan harga barang penggantinya yaitu teh lebih rendah, sehingga penjual lebih banyak menjual teh.

3. Biaya produksi

Biaya produksi berkaitan dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi, seperti biaya untuk membeli bahan baku, biaya untuk gaji pegawai, biaya untuk bahan-bahan penolong, dan sebagainya. Apabila biaya-biaya produksi meningkat, maka harga barang-barang diproduksi akan tinggi. Akibatnya produsen akan menawarkan barang produksinya dalam jumlah yang sedikit. Hal ini disebabkan karena produsen tidak mau rugi. Sebaliknya jika biaya produksi turun, maka produsen akan meningkatkan produksinya. Dengan demikian penawaran juga akan meningkat.

4. Kemajuan teknologi

(6)

Rp7.500,00/kg. Dengan demikian perusahaan Manis dapat memproduksi gula pasir lebih banyak.

5. Pajak

Pajak yang merupakan ketetapan pemerintah terhadap suatu produk sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga. Jika suatu barang tersebut menjadi tinggi, akibatnya permintaan akan berkurang, sehingga penawaran juga akan berkurang.

6. Perkiraan harga di masa depan

Perkiraan harga di masa datang sangat memengaruhi besar kecilnya jumlah penawaran. Jika perusahaan memperkirakan harga barang dan jasa naik, sedangkan penghasilan masyarakat tetap, maka perusahaan akan menurunkan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Misalnya pada saat krisis ekonomi, harga-harga barang dan jasa naik, sementara penghasilan relatif tetap. Akibatnya perusahaan akan mengurangi jumlah produksi barang dan jasa, karena takut tidak laku.

2.2 Elastisitas Penawaran

Elastisitas penawaran merupakan tingkat perubahan penawaran atas barang dan jasa yang diakibatkan karena adanya perubahan harga barang dan jasa tersebut. Dengan demikian, elastisitas penawaran merupakan ukuran yang menggambarkan sampai dimana kuantitas yang ditawarkan akan mengalami perubahan sebagai akibat perubahan harga (Daniel, 2002).

Macam-macam Elastisitas Penawaran menurut (Arifin, 2007) terdapat lima macam elastisitas penawaran menurut yaitu:

1. Penawaran elastis

(7)

2. Penawaran inelastis

Penawaran inelastis terjadi jika presentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan lebih kecil daripada presentase perubahan harganya (nilai koefisien < 1).

3. Penawaran elastis uniter

Penawaran elastis uniter terjadi jika prsentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan sama dengan presentase perbuahan harganya (nilai koefisien = 1).

4. Penawaran elastis sempurna

Penawaran elastis sempurna terjadi jika harga tidak berubah sedangkan jumlah yang ditawarkan berubah.

5. Penawaran inelastis sempurna

Penawaran inelastic sempurna terjadi jika perubahan harga tidak mampu mengubah jumlah yang ditawarkan.

(8)

dilayani dengan harga yang lebih tinggi. Sebaliknya jika penawaran elastis, ini berarti bahwa produksi segera dapat ditambah sehingga tambahan permintaan masyarakat tidak sangat menaikkan harga barang.

Menurut Sukirno (2010), ada dua faktor yang dianggap sebagai faktor yang penting di dalam menentukan elastisitas penawaran, yaitu: sifat dari perubahan biaya produksi dan jangka waktu dimana penawaran tersebut dianalisis.

1. Sifat perubahan biaya produksi

Bagaimana biaya produksi akan berubah sekiranya harus dilakukan pertambahan produksi, sangat besar pengaruhnya kepada elastisitas penawaran. Penawaran akan bersifat tidak elastis apabila kenaikan penawaran hanya dapat dilakukan dengan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Tetapi jika penawaran dapat ditambah dengan mengeluarkan biaya tambahan yang tidak terlalu besar, penawaran akan bersifat elastis.

Biaya produksi akan meningkat dengan cepat atau akan mengalami pertambahan yang sedikit apabila produksi ditambah, tergantung kepada banyak faktor. Salah satu faktornya yang penting adalah sampai dimana tingkat penggunaan kapasitas alat produksi yang dimiliki perusahaan. Apabila kapasitasnya telah mencapai tingkat yang tinggi, investasi baru haruslah dilakukan untuk menambah produksi. Dalam keadaan ini kurva penawaran akan menjadi tidak elastis, terutama apabila faktor produksi yang diperlukan untuk menaikkan produksi sangat sukar diperoleh.

2. Jangka waktu analisis

Di dalam menganalisis pengaruh waktu kepada elastisitas penawaran, biasanya dibedakan tiga jenis jangka waktu, yaitu: masa amat singkat, jangka pendek dan jangka panjang. Jangka waktu yang dimaksud disini adalah lamanya waktu produksi yang juga dipengaruhi oleh faktor penyediaan sumber daya (resources). a. Jangka waktu sangat singkat

(9)

b. Jangka pendek

Jangka pendek adalah kondisi kapasitas alat-alat produksi yang ada tidak dapat ditambah. Tetapi setiap perusahaan masih dapat menaikkan produksi dengan kapasitas yang tersedia itu dengan cara menggunakan faktor produksi, termasuk barang modal, secara lebih intensif. Caranya adalah memperpanjang jam kerja, memperbaiki manajemen produksi, menggunakan tenaga kerja lebih efektif dan sebagainya. Usaha ini akan dapat menambah produksi barang yang ditawarkan. Tetapi tidak cukup lama untuk memperbesar kapasitas produksi yang ada (areal pertanian, modal tetap seperti bangunan pabrik, mesin-mesin, dll). Dalam keadaan demikian penawaran dapat elastis, dapat juga inelastis, tergantung jenis barang dan proses produksinya. Apabila memperbesar produksi menyebabkan biaya naik dengan cepat, maka penawaran akan bersifat tidak elastis (inelastic). Tetapi kalau biaya produksi hampir tidak naik dengan pertambahan produksi, maka penawaran akan bersifat elastis. Umumnya, hasil pertanian suplainya inelastic, sedang hasil pabrik lebih elastis.

c. Jangka panjang

Jangka waktu yang cukup lama hingga para produsen dapat menambah kapasitas produksi dengan menambah modal tetap (pabrik baru, mesin, perluasan areal pertanian, dan sebagainya) untuk menyesuaikan produksi dengan permintaan masyarakat. Makin lama jangka waktu, makin elastis penawaran. Dalam jangka panjang, perkembangan teknik produksi di sektor industri dan produksi secara besar dapat menyebabkan harga turun, sehingga barang yang dulu dipandang barang mewah dan mahal menjadi barang kebutuhan biaya yang terbeli juga oleh orang banyak. Produksi dan jumlah barang yang ditawarkan dapat dengan mudah ditambah dalam jangka panjang, oleh karena itu, penawaran bersifat elastis.

Faktor lain yang mempengaruhi elastisitas penawaran menurut (Arifin, 2007) diantaranya yaitu:

1. Jumlah persediaan

(10)

permintaan dari masyarakat. Jika persediaan sudah habis, perusahaan akan kesulitan dalam memasok barang sehingga kurva penawaran akan lebih inelastic. 2. Mobilitas faktor produksi

Faktor produksi dikatakan memiliki mobiltas yang tinggi dan mudah berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Jika faktor produksi memiliki mobilitas tinggi, produsen dapat menyesuaikan kapasitas produksinya (besarnya produksi) sehingga penawaran lebih elastis.

3. Daya tahan simpan

Produk-produk yang memiliki daya tahan lebih singkat seperti makanan, hasil pertanian, umumnya lebih inelastic. Akan tetapi, produk dengan daya tahan lebih lama seperti kulkas, mesin jahit, kompos gas cenderung lebih elastis.

2.3 Pergeseran Dan Pergerakan Kurva Penawaran

Menurut Sukirno (2003), hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan oleh para penjual. Pergeseran kurva penawaran ke kiri atau ke kanan dapat terjadi akibat faktor- faktor lain diluar harga yang mempengaruhi kuantitas barang yang ditawarkan. Jika terjadi peningkatan penawaran, kurva penawaran bergeser ke kanan dan sebaliknya.

Pergeseran kurva penawaran ke kanan terjadi peningkatan kuantitas yang ditawarkan mengakibatkan pergeseran kurva penawaran dari S1 ke S2, sedangkan pergeseran kurva penawaran ke kiri terjadi penurunan kuantitas barang yang ditawarkan mengakibatkan pergeseran kurva penawarran ke kiri dari S1 ke S2. Menurut Karl (2006) Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran dan menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kiri atau ke kanan.

a. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi dapat mengubah kombinasi input serta jenis input yang diperlukan dalam proses produksi. Peningkatan teknologi selalu mengandung arti bahwa jumlah input yang dibutuhkan lebih sedikit, atau biaya input yang dibutuhkan berkurang. Jika biaya produksi lebih rendah, produsen terdorong untuk meningkatkan output pun meningkat. Oleh karena itu, peningkatan teknologi produksi akan mendorong kurva penawaran ke kanan.

(11)

Naik turunnya biaya produksi juga memainkan peran penting dalam memengaruhi penawaran barang dan jasa dari produsen. Misalnya, meningkatnya upah pekerja menyebabkan biaya produksi meningkat. Jika peningkatan biaya sangat tinggi, produsen cenderung untuk mengurangi produksi sehingga menurunkan penawaran. Sebaliknya, jika suatu saat biaya bahan baku misalnya menurun, produsen dapat memberli lebih banyak bahan baku untuk memprouksi barang dan jasa. Oleh karenanya, penawaran bertambah.

c. Persediaan sarana produksi

Masalah ekonomi timbul karena tidak seimbangnya sumber daya produksi dibandingkan dengan yang dibutuhkana. Demikian juga halnya dengan produksi. Produksi akan terganggu jika persediaan sarana produksi kurang. Penawaran beras pada daerah tertentu cenderung menurun karena banyak lahan pertanian yang berubah fungsi menjadi daerah industri.

d. Peningkatan jumlah produsen

Jika penjualan suatu produk mendatangkan keuntungan, maka hal ini akan mendorong pemodal-pemodal baru memasuki usaha tersebut. Contohnya, jika pertanian jeruk dianggap menguntungkan, banyak pihal lain yang beralih profesi menjadi petani jeruk. Dengan bertambahnya produsen baru ini, maka penawaran jeruk akan bertambah. Kurva penawaran akan bergeser ke kanan.

Dimana :

P : Harga beli pedagang

Q : Jumlah barang yang diminta S : Penawaran

2.4 Karakteristik Penawaran Produk Pertanian

Menurut Soekartawi (2002) ada beberapa ciri produk pertanian yaitu antara lain :

(12)

Produk pertanian yang bersifat musiman menyebabkan hasil produksi diperoleh pada waktu-waktu tertentu, sesuai dengan umur tanaman yang bersangkutan. sehingga untuk dapat memproduksinya sangat tergantung oleh lingkungan. Tanaman yang banyak diusahakan termasuk dalam tanaman musiman misalnya tanaman padi, jagung, kedelai.

Salah satu cara untuk mengatasi sifat pertanian yang musiman adalah teknologi rumah kaca. Hal ini merupakan salah satu teknologi untuk menghilangkan ketergantungan produksi pertanian pada musim. Sedangkan dari sisi pasca panennya, teknologi penyimpanan dengan CA (controlled atmosfir) misalnya dapat dijadikan alternatif untuk memperpanjang masa simpan produk segar hasil pertanian, sehingga pasokan pasar bisa dilakukan sepanjang tahun, tanpa tergantung pada musim panen

2. Produk pertanian bersifat segar dan mudah rusak (perishable)

Setiap macam produk pertanian sebenarnya diperoleh dalam keadaan segar (masih basah), sehingga tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Produk pertanian tidak tahan lama dan mudah rusak, dikarenakan beberapa faktor antara lain; proses pengolahan pasca panennya masih rendah, kandungan air dari produk pertanian relatif banyak sehingga memudaahkan perkembangbiakan bakteri pembusuk. Faktor lain yaitu biologis dan fisiologis produk pertanian tersebut. Salah satu cara penanggulangan sifat yang mudah rusak ini dapat dilihat pada petani sayuran seperti sayur kol, sawi, kentang, dll yang memanen pada sore hari dan keesokan harinya sayuran dijual ke pasar.

3. Produk pertanian bersifat “bulky”

Yaitu volumenya besar tetapi nilainya relative kecil sehingga dalam proses pengelolaannya diperlukan tempat yang luas dan perlu biaya penyimpanan atau perawatan dalam jumlah yang relatif besar.

(13)

Tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh hama dan penyakit itu besar. Produk pertanian memerlukan perlakuan khusus agar terhindar dari serangan hama dan penyakit dan memerlukan biaya yang tidak sedikit.

5. Produk pertanian bersifat lokal dan spesifik (tidak di semua tempat)

Kegiatan usaha tani satu tempat dengan tempat lain berbeda-beda karena menyesuaikan dengan keadaan lahan dan kondisi alam suatu tempat. Oleh sebab itu komoditas yang diusahakan juga berbeda. Tidak semua produk pertanian dapat dihasilkan dari satu lokasi, melainkan berasal dari berbagai tempat. Misalnya tanaman apel dapat tumbuh di dataran tinggi dan tidak dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah. Sebaliknya, tanaman ketela rambat baik di tanam di dataran rendah daripada dataran tinggi.

6. Produk pertanian mempunyai kegunaan yang beragam

Misalnya tanaman tebu dapat dibuat gula pasir disamping juga dibuat sebagai bahan baku tetes. Daunnya dapat dibuat pellet makanan ternak atau bila kering bisa dibuat atap rumah, atau sebagai bahan pembakar. Kulitnya yang kering dapat dijadikan kayu bakar dan masih banyak kegunaan lain walau dari satu bahan baku yang sama.

7. Penawaran produknya relative kecil

Secara perorangan petani pada umumnya merupakan suplier kecil yang tidak memiliki posisi tawar dalam menentukan harga. Penetapan harga umumnya dikuasai oleh pelaku pasar lain, yang biasanya adalah pengepul dari petani. Karena banyak petani yang kurang informasi terhadap harga produk pertanian sehingga kadang terjadi permainan harga oleh pengepul.

8. Memiliki banyak produk substitusi

(14)

3. KONDISI SAAT INI DAN KONDISI YANG DIHARAPKAN

3.1 Kondisi Saat Ini

Ketidakstabilan antara penawaran dengan permintaan pada komoditas pertanian menyebabkan dampak bagi dalam perekonomian masyarakat. Ketidakstabilan antara penawaran dan permintaan dapat disebabkan beberapa hal, pada komoditas hortikultura terjadi beberapa permasalahan produksi yaitu sangat fluktuatif sesuai dengan iklim/musim, selain itu juga yaitu mudah rusak/busuk (perishable). Keadaan produksi ini berdampak terhadap perkembangan harga komoditas yang sangat bergejolak. Di sisi lain, laju permintaan di Indonesia terhadap komoditas hortikultura terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Sebagai contoh adalah komoditas Bawang merah yang mempunyai tingkat partisipasi konsumsi yang tinggi, di mana pada tahun 1996 mencapai 88,5 persen (Sawit et al., 1997). Walaupun produksi bawang merah di Indonesia cenderung meningkat setiap tahun, namun sampai saat ini produksi dalam negeri belum dapat memenuhi seluruh permintaan bawang merah di Indonesia. Untuk itu, sebagian kebutuhan bawang merah dipenuhi melalui impor. (Ariningsih, 2004).

Komoditas cabai rawit yaitu komoditas yang produksinya sangat dipengaruhi iklim dan cuaca, anomali cuaca yang terjadi selama 2016 menyebabkan terjadinya kelangkaan cabai rawit di pasaran pada kuartal awal 2017 hingga menyebabkan tingginya permintaan yang ditandai dengan melonjaknya harga cabai di pasaran. Hal tersebut merupakan dampak dari rendahnya penawaran oleh produsen cabai rawit yang dipengaruhi oleh menurunya produksi cabai rawit. Di sisi lain justru harga yang tinggi merupakan momen bagi petani untuk meningkatkan penawaran dengan melakukan pemanenan dini atau dengan mengambil resiko melakukan ekstensifikasi pada lahan mereka dengan tanaman cabai walaupun pada musim yang tidak bersahabat dengan komoditas cabai. Disamping itu, kenaikan harga juga berkaitan dengan kegiatan pemasaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya faktor angkutan, rendahnya daya tahan cabai, dan daya beli masyarakat yang rendah (Santika, 1999).

(15)

menjadi busuk. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa jumlah cabai merah yang ditawarkan setiap tahunnya lebih besar daripada jumlah cabai merah yang diminta (Chairia, 2013).

Pada komoditas pangan, utamanya padi yang cenderung menurun sudah sampai pada taraf yang mengkhawatirkan akan menyebabkan penyediaan bahan pangan pokok semakin tergantung pada impor. Penurunan laju pertumbuhan produksi tanaman pangan merupakan kombinasi dari gejolak penurunan kapasitas produksi dan kegagalan kebijakan seperti penurunan luas baku lahan sawah, penurunan kesuburan tanah, penurunan kualitas dan luas layanan sistem irigasi, inovasi teknologi pertanian yang rendah (Maulana, 2006). Beberapa hal tersebut dapat menyebabkan rendahnya tingkat penawaran petani terhadap komoditas yang dibudidayakan.

3.2 Kondisi yang Diharapkan

(16)

4. PEMBAHASAN

Ketidakstabilan antara penawaran pada komoditas pertanian menyebabkan dampak bagi dalam perekonomian masyarakat. Penyebab ketidakstabilan tersebut karena pada komoditas pertanian terjadi beberapa permasalahan produksi yaitu sangat fluktuatif sesuai dengan iklim atau musim, selain itu produk pertanian mudah rusak atau busuk (perishable). Keadaan produksi ini berdampak terhadap perkembangan harga komoditas yang sangat bergejolak. Di sisi lain, laju permintaan di Indonesia terhadap komoditas hortikultura terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk sedangkan penawaran rendah. Untuk mengatasi ketidakstabilan dari penawaran akan produk pertanian. Maka perlu diadakannya langkah untuk mengatasi hal ini agar terjadi keseimbangan antara penawaran dan juga permintaan sehingga produsen dan konsumen tidak di rugikan dengan keadaan penawaran dan permintaan yang tidak setabil ini. Untuk mengatasi hal ini, maka adapun langkah-langkah yang perlu diambil adalah : 1. Perbaikan pada teknologi budidaya sehingga memperoleh hasil yang tinggi dan

kualitas yang baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar. Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian (Purwiyatno Hariadi, 1999).

2. Penyuluhan dan pelatihan pada petani untuk mengolah produk hasil panennya. Sehingga ketika panen raya disaat jumlah barang yang ditawarkan banyak tetapi permintaan tidak sesuai dengan barang yang ditawarkan yang mengakibatkan jatuhnya nilai suatu produk pertanian, petani dapat mengolah hasil panennya sehingga menghasilkan produk dengan daya tahan yang lebih lama dan memiliki nilai tambah pada saat penjualan. Diversifikasi cabai merah kering terutama pada saat panen raya, dapat membuka peluang usaha industri rumah tangga, sehingga panen raya cabai merah merupakan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan petani cabai (Mutiara Nugraheni, 2005).

(17)
(18)

5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Penawaran adalah salah satu kekuatan yang menentukan keseimbangan pasar. Produsen menawarkan barang atau jasa setiap hari dengan cara yang menarik, iklan yang mencolok atau menjual dari rumah ke rumah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Elastisitas penawaran menerangkan perubahan penawaran yang penting dalam pembuatan keputusan produksi, karena tingkat elastisaitas ini menggunakan sensitivitas dari penawaran barang terhadap perubahan harga. Permaslaahan yang terjadi terkait dengan penawaran produk pertanian adalah ketidakstabilan antara penawaran dengan permintaan pada komoditas pertanian. Selain itu laju permintaan di Indonesia terhadap komoditas hortikultura terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk namun penawaran produksi pertanian justru peningkatannya lebih besar dibanding dengan permintaan barang yang menyebabkan dampak dalam perekonomian masyarakat.

5.2 Saran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, I. (2007). Membuka Cakrawala Ekonomi. Bandung: Pt Setia Purna Inves. Ariningsih, Ening Dan Mari Komariah Tentamia. 2004. Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penawaran Dan Permintaan Bawang Merah Di Indonesia. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sosial Ekonomi, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Chairia. (2013). Analisis Permintaan Dan Penawaran Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara. 11-14.

Daniel, M. (2002). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara. Indonesia, B. P. (2015). Kajian Efektivitas Kebijakan Impor Produk Pangan

Dalam Rangka Stabilisasi Harga . Jakarta: Kementrian Perdagangan Republik Indonesia.

Karl E Case.2006. Prinsip – Prinsip Ekonomi. Erlangga. Jakarta

Maulana, Mohamad. Nizwar Syafa’at. Dan Pantjar Simatupang. 2006. Analisis Kendala Penawaran Dan Kebijakan Revitalisasi Produksi Padi. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 24 No.2, Oktober 2006 : 207-230

Mutiara Nugraheni, T. H. (2005). Diversifikasi Cabai Merah Kering Sebagai Alternatif Penanganan Pasca Panen Cabai Merah Di Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul Yogyakarta. 50-62.

Pratama Rahardja Dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro: Suat Pengantar, Lembaga Penerbit Fe Ui, 2008.

Purwiyatno Hariadi, A. M. (1999). Pertanian : Motor Penggerak Pembangunan Nasional. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian-Ipb.

Santika. 2001. Agribisnis Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sawit, M. H., M. Ariani, I. Setiajie, T. B. Purwantini Dan A. Supriatna. 1997. Perubahan Pola Konsumsi Komoditas Hortikultura Di Indonesia. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.

Sukirno, S., 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi (Edisi Ketiga). Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Ui Press. Jakarta.

Sugiarto, Said Kelana, Tedy Herlambang, Rachmat Sudjana. Bastoro. 2007. Ekonomi Mikro, Suatu Pendekatan Praktis. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

radikal bebas yang terkandung dalam kulit terung ungu ini dapat. dimanfaatkan sebagai zat penangkapan radikal bebas pada lip

Perlunya pengembangan dan pengelolaan situs dan kawasan dengan kegiatandan fasilitas yang mampu meningkatkan pencitraan dan apresiasi masyarakat luas terhadap situs dan

Kepada suami tercinta, Dr.Hari Putra Dermawan, penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas do’a, dukungan semangat dan pengertian yang tidak terhingga dalam menerima

Perkembangan sosial adalah suatu proses pencapaian kematangan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sedangkan Perkembangan emosi adalah

Dengan demikian, mulai adanya berbagai kepentingan terhadap sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung (PULL) (pemerintah, nelayan, pemilik modal) di wilayah

Strategi pelaksanaan pengelolaan hutan di wilayah KPHP unit II Kabupaten Bolaang Mongondow yang perlu dilakukan berupa pemeliharaan daerah tangkapan air untuk menjamin

Dari sinilah penata mencoba kesehariannya membuat gamelan untuk dijadikan alat musik, seperti mendengar suara palu, suara bumbung dengan bilah, suara gergaji, suara kikir

Tugas seorang guru yang profesional tidak hanya dituntut untuk memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan tugas mengajar, mendidik, dan melatih peserta didik saja melainkan