• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIVIEW BUKU HAM DALAM DINAMIKA DIMENSI H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RIVIEW BUKU HAM DALAM DINAMIKA DIMENSI H"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

RIVIEW BUKU

HAM DALAM DINAMIKA/DIMENSI HUKUM, POLITIK, EKONOMI,

DAN SOSIAL : SERTA PEDOMAN BERACARA DALAM KASUS

PELANGGARAN/KEJAHATAN HAM YANG BERAT

Ayu Maulidina Larasati

dina.ayu200@students.unnes.ac.id

DATA BUKU

Nama/Judul buku : HAM dalam Dinamika/Dimensi Hukum, Politik, Ekonomi, dan Sosial: Serta Pedoman Beracara dalam Kasus Pelanggaran/Kejahatan

HAM yang Berat.

Penulis/Pengarang : 1. Prof. Masyhur Effendi, S.H., M.S 2. Taufani S. Evandri, S.H., M.H.

Penerbit : Ghalia Indonesia

Tahun Terbit : 2014

Kota Penerbit : Bogor

Bahasa Buku : Bahasa Indonesia Jumlah halaman : 356 hlm

ISBN Buku : 978-979-450-535-9

DISKUSI/PEMBAHASAN RIVIEW

Hakikatnya, hak asasi manusia secara teoretis memiliki satu tujuan, tetapi di dalam praktik beragam penafsirannya. Untuk mengurangi perbedaan dan menyatukan persamaan pandangan tersebut, pendekatan diplomatik, politik, hukum, agama, sosiologi, keamanan, kebudayaan, dan seterusnya diupayakan. Dalam dunia yang semakin transparan ini, PBB masih diharapkan menjadi salah satu organisasi yang mampu menjembatani langkah-langkah tersebut.

Bagaimanapun juga, setiap negara cenderung mengambil sikap untuk menjaga hubungannya dengan negara tetangga, baik karena faktor kedekatan geografis, politik, maupun keamanan.terbukti, dalam setiap kawasan ada langkah-langkah positif menyusun perjanjian terkait dengan hak asasi manusia, berdasarkan pendekatan kawasan/benua yang dapat membantu proses aplikasi hak asasi manusia secara lebih baik

(2)

internasional. dari perdebatan sampai ditemukan kesepakatan internasional tersebut menjadi modal membangun hukum hak asasi manusia (ha-kam). Dengan demikian, hukum hak asasi manusia mendapat porsi besar didalam hukum internasional.

Disamping itu, bangkitnya agama-agama besar di dunia salah satu tujuannya adalah menegakkan hak asasi manusia.Hakikatnya, semakin seseorang beragama, maka semakin kuat pula penghormatannya terhadap hak asasi manusia. Adanya tindakan keras bersifat teror kepada paham, kepercayaan, keyakinan maupun agama lain merupakan akibat berfikir naif, sempit, fanatik dari sebagian penganut kepercayaan, aama, atau mungkin ada faktor lain.Kondisi tersebut merupakan sebagiandari antangan manusia. Dengan demikian, perkembangan ide, pengertian, kesadaran, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia semakin baik ketika manusia mengetahui dan memahaminya secara benar. Untuk itu, perlu disebarluaskan/didesiminasikan sehingga diharapkan pemahaman HAM semakin luas dan Pelanggaran HAM semakin berkurang, termasuk pelanggaran berat dapat diminimalisasikan atau ditiadakan.

Prof. Masyhur Effendi, S.H., M.S dan Taufani S.Evandri, S.H., M.H. turut meramaikan wacana HAM yang semakin penting ini melalui sebuah buku . Buku yang berjudul HAM dalam Dinamika/Dimensi Hukum, politik, Ekonomi dan Sosial: Serta Pedoman Beracara dalam Kasus Pelanggaran/Kejahatan HAM yang Berat ini merupakan buku edisi keempat lanjutan atau pengembangan lebih luas dari buku yang relatif sama yang diterbitkan pada tahun 1993 . Pada edisi ke III berjudul “HAM dalam Dimensi/Dibamika Yuridis, Sosial, Politik dan Proses Penyusunan/ Aplikasi HA-KAM (Hukum Hak Asasi Manusia) dalam Masyarakat”. Dengan perubahan tersebut penulis buku berharap bahwa buku dapat digunakan oleh pihak yang bergerak dalam teori, para politisi, aktifis HAM, mahasiswa maupun pihak-pihak yang aktif dalam praktis (hakim, polisi, jaksa, pengacara, dan lain-lain.)

Buku ini memiliki sampul yang menarik dengan gambar tangan bertuliskan ‘I am human with rights’ membuat para pembaca menjadi tertarik dan merasa ingin membacanya, selain itu tulisan yang ada pada tangan di sampul tersebut dapat menumbuhkan rasa bahwa kita semua merupakan manusia yang hidup dengan aturan bukan semaunya sendiri.

Bab awal menjelaskan mengenai dinamika HAM dalam teori Hukum alam di dalam bab ini terdapat beberapa pokok bahasan diantaranya mengenai hukum alam, hubungan hukum alam dan hak asasi manusia, kemudian memberikan uraian tentang HAM dalam berbagai pandangan, yaitu dalam pandangan liberalisme, sosialis/komunis, Negara Dunia Ketiga dan HAM dalam bidang politik dan ekonomi di Indonesia.

(3)

dengan asas hukum, dimana antara hak dan kewajiban merupakan wujud hukum.

Hubungan/garis singgung HAM dan ilmu hukum dijelaskan pada bab dua, pada bab dua dijelaskan pula aktualisasi HAM dalam Negara Hukum. Terdapat pula contoh kasus pada halaman 54 yaitu kasus tentang Bibit-Candra (awal 2011). Dalam suatu sengketa penyelesaiannya tidak hanya dilakukan di pengadilan,tetapi dapat juga diselesaikan diluar pengadilan, misalnya musyawarah (adat), islah (agama Islam), arbitrase, mediasi (Inggris, Amerika), juga lewat ombudsman (kalau terjadi mal administrasi). Karena itu kasus Bibit-Candra yang diselesaikan diluar pengadilan tidak menyalahi sistem hukum nasional. Akibat keengganan kejaksaan dalam memilih deponering dengan asas opurtunity, hal ini berarti mengenyampingkan perkara demi kepentingan umum, sehingga lebih memilih mengeluarkan SKPP (Surat Keputusan Penghapusan Penuntutan) atas kasus Bibit – Candra agar tidak berlarut-larut. Dalam pandangan penulis dibuku ini keputusan tersebut tidak saja bertentangan dengan jiwa pembentukan Tim Delapan oleh presiden, serta hasil temuannya yang juga bertentangan dengan upaya pelaksanaan keadilan substansif.

Secara yuridis, Bibit-Candra dinyatakan tidak bersalah, sekalipun pernah ada perkara. Hal ini sesuai dengan penjelasan pasal 35 huruf C UU No.16 tahun 2000 tentang Kejaksaan RI. Kemudian pada tahun 2012 terjadi konflik ke 2 antara Polri vs KPK dengan istilah Cicak vs Buaya Jilid II. Berlarut larutnya kasus tersebut membuat presiden mengeluarkan 5 keputusan strategis pada tanggal 8 oktober 2012 untuk menyikapi masalah tersebut. Kasus – kasus semacam ini kedepan diharapkan tidak terulang lagi. Pada pihak lain, timbulnya kasus semacam ini menunjukkan bahwa sistem hukum nasional masih lemah, perlu perbaikan terus, sehingga terwujud suatu sistem hukum yang harmonis dan saling mendukung antar para penegak hukum.

Penulis didalam buku ini juga menyajikan gambaran untuk sebuah teori dengan menggunakan rumus seperti tercantum pada halaman 57 disana diibaratkan bahwa SH (subjek hukum) adalah pemilik H (hak) dan K (kewajiban) serta TJ (tanggung jawab) maka rumusnya yaitu SH=H+K+TJ. Selain itu perbuatan hukum sempurna (PHS) dirumuskan dengan PHS=N+P+A. Dengan keterangan N (niat) , P (perbuatan A (akibat).

Hak asasi manusia dalam kehidupan bernegara atau berbangsa disajikan pada bab tiga. Menurut Indeks Demokrasi Global 2011, yang dikeluarkan economics Intelegence Unit, peringkat demokrasi Indonesia berada di urutan 60 dari 167 negara yang diteliti, jauh dari Timor Leste (42), Papua Nugini (59), Afrika Selatan (30), dan Thailand (57). Berdasarkan Failed State Index, yang dikeluarkan oleh The Fund of Peace dan foreign policy Magazine, selam periode 2005-2010, Indonesia selalu berada pada negara ‘dalam peringatan (warning)’. Posisi itu lebih dekat jaraknya dengan posisi ‘waspada’ negara gagal ketimbang posisi ‘bertahan’. Indonesia masuk dalam kategori flawed demokrasi (cacat demokrasi), antara lain dengan pemilu yang tidak bersih, pemerintahan yang korup dan ingkar janji-janji pemilu, serta keterancaman pluralisme. Cacat demokrasi itu mengarahkan Indonesia mendekati ambang negara gagal. Dalam hal ini penulis buku memberikan tabel perbandingan posisi Indonesia dengan berbagai negara membuat kita semakin jelas melihat posisi Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

(4)

nasional yang holistik, bukan pembangunan ekonomi yang sektoral. Kedua, hargai suku sebagai kelompok etnis dari orang-orang yang punya self-esteem, martabat, turut disertakan dalam usaha kolektif terorgansir yang mengIndonesiakan Indonesia, mengisyaratkan memanusiakan semua setiap warga Indonesia dimanapun berada. Ketiga, dalam memanfaatkan kekayaan sumber daya alam (natural endowmen), hendaknya kita punya “etika masa depan”. Keempat, pendidikan formal perlu diberi prioritas pertama dan utama. Kelima, setiap langkah dan proyek pembangunan dimanapun, merupakan penerapan Pancasila, artinya, ia jelas menerapkan pesan Pancasila,tanpa ribut mengucapkan sebagai lip-service politik semata. Politik bukan demi berpolitik, melainkan demi pembangunan nasional agar tidak menjadi negara gagal.

Kemudian terdapat pula posisi individu dan kelompok dari sudutt pandang HAM yaitu terdapat pada bab keempat. Pada bab ini dijelaskan secara gamblang mengenai Posisi Individu dari sudut pandang HAM. Selain itu, seperti pada bab-bab sebelumnya penulis selalu menyajikan isu-isu HAM yang berkembang dimasyarkat. Hal ini menjadikan salah satu keunikan buku. Dalam buku ini tidak hanya dijelaskan mengenai isu saja, tetapi dicantumkan pula pendapat para tokoh dalam menyelesaikan isu tersebut.

Pada bab empat ini terdapat isu mengenai diskriminasi, mulai dari latar belakang penyebab diskriminasi hingga cara penyelesaiannya terjabarkan dengan jelas. Diskriminasi dalam sosiologis, dilatar belakangi dengan kecenderungan manusia untuk berkumpul bersama dengan manusia lain yang berciri-ciri dari segi fisik, budaya, agama, nilai-nilai, norma, dan kebiasaan (we and they), kecenderungan kelompok tertentu untuk bersifat eksklusif dan tidak membaur: (social distance), social jealosuly.Dan untk penyelesaiannya penulis memberikan langkah-langkah yang dikutip dari tokoh bernama Van Dyke. ada lima langkah strategis dalam menghadapi kelompok yang tertekan/tertindas yang dijelaskan pada halaman 78.

Di bab lima dijelaskan mengenai posisi individu dan kelompok dari sudut pandag HAM. Terdapat kompleksitas mengenai masalah tentang HAM maka dalam tataran teori terdapat dua pandangan besar tentang sifat berlakunya HAM. Disatu sisi muncul pandangan yang menyatakan HAM otomatis berlaku universal, sebaliknya ada pandangan yang menyatakan HAM bersifat partikular. Jika terdapat dua pandangan teori seperti ini, penulis selalu mencoba memberikan pandangannya pribadi yang menjadikan buku ini semakin menarik. Dalam hal ini, penulis setuju dengan pendapat Muladi yang menganut Pandangan partikularis relatif. Dimana HAM dilihat disamping sebagai masalah universal juga merupakan masalah nasional masing-masing bangsa .

(5)

untuk berkembang sepenuhnya demi kualitas hidup manusia, demi pemenuhan kemerdekaan intelektual dan kebebasan-kebebasan untuk memenuhi kebutuhan spiritual kita) (UN,OPI 1491-0533-June 1973).

Di bab selanjutnya yaitu bab tujuh, membahas mengenai dinamika perjuangan HAM di berbagai belahan dunia, diantaranya perkembangan HAM di Benua Eropa,perkembangan HAM di kawasan Afrika, dan perkembangan HAM di kawasan Asia. Tidak hanya terfokus pada HAM yang ada di Indonesia, namun buku ini juga memberikan perkembangan-perkembangan HAM diberbagai belahan dunia agar kita menjadi lebih tahuu dan dapat memberi bandingan mengenai HAM dengan kawasan-kawasan lain. Di bab ini penulis buku mencoba melengkapi penjelasannya dengan menggunakan diagram-diagram dan tabel. Terdapat diagram showing the implementation of the Machinery of the Convention , diagram American Convention , serta terdapat tabel perbandingan mengenai perbandingan HAM dalam DUHAM dan Agama Islam.

Di bab delapan dijelaskan mengenai hubungan hukum internasional dengan hukum hak asasi manusia. Dan di bab sembilan cukup menarik karena membahas tentang aplikasi hukum hak asasi manusia dalam negara Republik Indonesia . Pada bab ini dicantumkan tentang berbagai pepatah daerah mengenai HAM , hal tersebut tentu saja menunjukkan betapa kaya nya negeri ini, dengan berbagai suku dan HAM yang dikenal dalam kultur budaya di wilayah masing-masing. Selain membahas HAM dalam berbagai kultur budaya Indonesia, juga dijelaskan tentang HAM dalam Hukum positif (hukum kekinian dan kedisinian), disana memuat tentang bagaimana pengaturan HAM di Indonesia dan diberikan pula contoh kasus dalam bentuk tabel .

Bab ke sepuluh dari buku ini membahas tentang Pedoman beracara di pengadilan kriminal internasional dan pengadilan Ad Hoc HAM Indonesia. Dalam bab ini dijelaskan cukup lengkap mengenai bagaimana pengadilan kriminal internasional dan Pengadilan Ad Hoc HAM Indonesia. Hal tersebut memberikan gambaran serta pengetahuan kepada masyarkat yang tidak berlatar belakang dari lingkungan pengadilan menjadi tahu tentang bagaimana seluk beluk pengadilan serta pedoman beracara di pengadilan dalam hal ini pengadilan kriminal internasional dan pengadilan Ad Hoc HAM Indonesia. Jelas bahwa buku ini dapat digunakan untuk semua kalangan masyarakat.

Selanjutnya di bab ke sebelas terdapat diseminasi/ Penyebarluasan Hak Asasi Manusia. Dalam penyebarluasan mengenai HAM dapat dilakukan dengan menggelar dua gerakan sekaligus yaitu yang pertama, dari pemerintah ada kemauan politik dan tindakan politik, sedangkan dari bawah terus menerus membangun kesadaran pentingnya pengetahuan HAM bagi anggota masyarakat. Untuk itu, perlu ditingkatkan terus kesadaran HAM , baik bagi pejabatnya dan juga warganya. Bagi kelompok pejabat menjadi utama, sebab sejak dilantik/disumpah menyatakan siap mengamankan UUD negara, inklusif menghormati HAM. Kedua, adanya pengawasan/monitoring yang efektif, terutama kepada pejabat yang dikhawatirkan tidak menegakkan hak asasi manusia yang tertulis indah di dalam berbagai peraturan dengan efektif.

Di bab terakhir membahas tentang hubungan hak asasi manusia dan hukum humaniter. Penjelasan pada bab ini tergolong rinci, karena untuk menjelaskan hubungannya, penulis awalnya memberikan pengertian mengenai hukum, kemanusiaan dan hak asasi manusia terlebih dahulu, kemudian titik singgungnya antara HAM dan hukum humaniter, prinsip-prinsip huku humaniter hingga bagaimana aplikasi hukum humaniter itu sendiri.

(6)

direkomendasikan untuk orang-orang yang notabenenya berkecimpung di dunia hukum tetapi cocok juga untuk direkomendasikan kepada masyarakat luas. Karena buku ini juga mengangkat kehidupan bermasyarakat dengan beragam pengelompokan yang ada, baik akibat perbedaan suku, etnik, paham politik, dan golongan , disamping pengelompokan yang diciptakan karena tuntutan politik yang mewarnai praktik pelaksanaan HAM.

Dibagian akhir dari buku ini terdapat beberapa lampiran mengenai HAM yang penting dan patut untuk diketahui diantaranya yaitu : Piagam Madinah tahun 622, The Magna Charta 1215 , The Petition of Right 1628, The Act of Settlement 1701, The Declaration of Independence 1776, The Emancipation Proclamation 1863, Civil Rights Act 1866, Declaration of The Rights of Man 1789, Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia 1948, konvenan Internasional tentang hak-hak sipil dan politik (SIPOL) 1996,Konvenan Internasional tentang Hak-hak ekonomi, Sosial dan Budaya 1966, Deklarasi Kairo 1990, UU RI No. 29 tahun 1999, UU RI No.39 tahun 1999, UU RI No. 26 tahun 2000, UU No. 11 tahun 2005, UU No. 12 Tahun 2005, UU. No.6 Tahun 2006, UU No. 7 tahun 2006, UU No. 1 tahun 2002.

Referensi

Dokumen terkait

untuk anak laki – laki juga tidak sembarangan, karena pembagian warisan tersebut ada kekhususan yaitu anak laki – laki yang paling kecil atau dalam bahasa batak nya

[r]

Setiap pelaku maksiat yang terjadi di zaman ini, (yang menghalalkan perbuatan seperti : riba, minum khamer, dan lain- lain, selunrh perbuatan itu tcrmasuk dalam kategon kufur

Dalam tulisan ini dibahas mengenai jumlah dan sebaran hotspot pada bulan Agustus- November 2015 di Provinsi Sumatra Selatan serta kualitas udara di Palembang

Kemunculan alternatif budaya stratejik disebabkan karena perspektif yang dominan digunakan pada era Perang Dingin, yaitu neorealisme, dianggap tidak lagi

Metode yang digunakan pada penelitian untuk menganalisa discontinuity dari hasil pengelasan SMAW 3G buttjoint dengan melakukan uji tidak merusak metode ultrasonik

Dari persamaan regresi ganda di Tabel 8 dapat diketahui bahwa besarnya hubungan variabel independen terhadap kualitas pelayanan adalah sebagai berikut: manajemen strategi sebesar

Setelah mendapatkan perbandingan daya terima pengukuran dan perhitungan dengan menggunakan model Path Loss terhadap frekuensi downlink 900 mhz, selanjutkan dilakukan