• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persaingan Perebutan Pengaruh Ekonomi Amerika Serikat dan Cina di Asia Pasifik: Studi Kasus TPPTrans Pacific Partnership dan RCEPRegional Comprehensive Economic Partnership T1 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persaingan Perebutan Pengaruh Ekonomi Amerika Serikat dan Cina di Asia Pasifik: Studi Kasus TPPTrans Pacific Partnership dan RCEPRegional Comprehensive Economic Partnership T1 BAB V"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

31

BAB V

PEMBAHASAN

5.1Kompetisi Kepentingan Amerika Serikat dan Cina

Kompetisi dapat dimaknai dengan adanya aktor yang bersaing

berusaha memperebutkan hal yang sama. Perlu dipahami bahwa tiap negara

menginginkan bertahan (survival)sebagai tujuan utama, yang hanya bisa

dipastikan dengan menjadi hegemoni. Amerika Serikat dan Cina dapat

dikatakan terlibat dalam interaksi persaingan, karena kedua negara tersebut

memiliki target kebijakan ekonomi dan target pasar yang sama untuk

memperebutkannilai strategis Asia Pasifik. Bab ini akan menjelaskan interaksi

kompetisi AS dan Cina dalam meraih kepentingan kebijakan luar negeri

mereka di kawasan Asia Pasifik. Pertama, akan dijelaskan mengenai nilai

strategis dari perdagangan di Asia Pasifik yang menjadi target Amerika

Serikat dan Cina. Kedua, akan dijelaskan bagaimana kedua negara tersebut

memilih Asia Pasifik sebagai target yang diperebutkan melalui arah kebijakan

luar negeri yang mereka luncurkan. Ketiga, akan dijelaskan bagaimana

strategi kedua negara memperebutkan pengaruh ekonomi di kawasan Asia

Pasifik melalui pembentukan blok perdagangan (TPP dan RCEP).

5.1.1 Nilai Strategis Perdagangan Asia Pasifik

Dewasa ini, Asia Pasifik merupakan kawasan yang begitu strategis

dalam perdangan internasional. Kawasan Asia Pasifik menyimpan

kombinasi antara kebangkitan Asia, globalisasi, dan pertumbuhan

ekonomi yang didorong permintaan konsumen serta investasi domestik.

Hal tersebut menghadirkan kemakmuran ekonomi dan membuat

keseimbangan kekuatan ekonomi di area Asia Pasifik yang cukup stabil.1

Terdapat tiga alasan utama mengapa Asia Pasifik begitu menarik dan

strategis bagi perdagangan internasional.

1

Diakses melalui,

(2)

32

Gambar 2

Peta jalur perdagangan Asia Pasifik.

Sumber:http://trendezia.com/Trendz/read/4635/memanfaatkan-jalur-perdagangan-indonesia

Pertama, terkait geopolitiknya yang strategis sebagai jalur

perdagangan.Peta jalur perdangan pada gambar 2 menjelaskan bahwa jalur

utama perdagangan melalui pelayaran laut melintasi Asia Pasifik ditandai

dengan garis biru tebal. Jalur ini membentang dari Teluk Persia menuju ke

arah barat menuju Eropa Barat, kemudian berlanjut ke arah timur menuju

Asia Timur dan Amerika Serikat. Jalur pelayaran strategis di Asia Pasifik

meliputi Laut Cina Selatan dan Laut Cina Timur.

Jalur perairan Asia Pasifik juga potensi besar dengan adanya choke

point2di beberapa titik ditandai dengan lingkaran kuning yang terdapat

pada gambar peta. Choke point tersebut meliputi Selat Malaka, Selat

Lombok, SLOCs (Sea lines of Communication)3 di Kepulauan Spartly,

Laut Asia Timur Laut, dan SLOCs di pasifik barat daya.

2

Choke Point merupakan rute sempit strategis sebagai penghubung ke jalur perairan lainnya. Sebagai contoh, selat malaka merupakan jalur pelayaran sempit yang dapat menghubungkan ke Samudra Hindia dan Samudra Pasifik yang begitu strategis.

3

(3)

33

Kedua, negara- negara di kawasan Asia Pasifik menyumbang

hampir dua-perlima dari pertumbuhan global pada tahun 2015, yakni lebih

dari dua kali kontribusi gabungan dari semua daerah berkembang lainnya

di dunia.4 Negara- negara berkembang di kawasan (Cina tak dihitung) ini

tumbuh sebesar 4,7 % pada tahun 2015 dan laju pertumbuhannya

bertambah menjadi 4,8% di 2016.5 Diprediksikan akan bertumbuh lagi

menjadi 4,9 % pada 2017/2018 karena didorong pertumbuhan ekonomi

yang signifikan oleh negara- negara Asia Tenggara.6 Selain itu didukung

pula oleh potensi Sumber Daya Alam yang tinggi, seperti hasilpertanian,

mineral, energi, dan tambang.

Negara- negara di kawasan Asia Pasifik sebagian besar memegang

peran penting dalam dinamika ekonomi politik internasional, dengan

adanya tiga kekuatan ekonomi utama seperti Amerika Serikat, Cina, dan

Jepang. Saat ini Amerika Serikat menduduki peringkat teratas di dunia

bagi pendapat PDB, diikuti Cina pada peringkat ketiga dan Jepang di

peringkat kelima. Selain tiga kekuatan utama Asia Pasifik, beberapa

negara dari ASEAN muncul sebagai penggerak ekonomi di Asia. Berikut

adalah tabel tentang pertumbuhan GDP di kawasan- kawasan di seluruh

dunia pada tahun 2015. (lihat gambar 3).

Ketiga, Asia Pasifik merupakan suatu kawasan dengan jumlah

penduduk yang begitu besar. Penduduknya mencapai 50-60% dari total

penduduk dunia, tercatat sebanyak 2,279 milyar jiwa pada tahun 2015.7

(lihat gambar 4) Hal tersebut dapat dijadikan kesempatan baik dalam

menciptakan market-shared, didukung tingginya nilai konsumsi dan

adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN yang baru saja terbentuk.

Demikianlah tiga nilai strategis yang dimiliki oleh Asia Pasifik.

4

Diakses melalui http://www.worldbank.org/en/region/eap/publication/east-asia-pacific-economic-update , pada 20 Juli 2016, pukul 22.00 WIB.

5 Ibid. 6

Ibid. 7

(4)

34

Gambar 3

Data Pertumbuhan GDP 2015 (dalam US$).

(5)

35

Gambar 4

Pertumbuhan Populasi Total 2015.

(6)

36

5.1.2 Arah Kebijakan Luar Negeri Cina dan Amerika Serikat

terkait Asia Pasifik sebagai Target Kepentingan

A. Kebijakan Politik Luar Negeri Cina : OBOR (One Belt, One Road)

Cina Kuno sejak zaman kerajaan telah membuka kerjasama dan

menjalin hubungan luar negeri, salahsatunya pada Dinasti Han (206 SM-

220 SM) yang didirikan oleh Liu-Pang. Ketika itu dibangun jalur sutra

yangmana menghubungkan Cina dengan Asia Tengah, Kashmir, sampai

ke jalur Romawi.8Istilah Jalur Sutra dipilih karena terkait dengan

monopoli Cina terhadap produksi sutra yang dijaga kerahasiaan

produksinya selama 3000 tahun. Kekaisaran Cina menggunakan sutra

sebagai hadiah diplomatiknya dan sebagai maskot untuk mengekpansi

perdagangan.9 Takhtanya di daerah Eurasia melalui jalur Sutra, Dinasti Han juga bergerak di perdagangan maritim melalui “Spice Maritime Road”. Yakni perdagangan melalui jalur laut yang notabene membawa

rempah-rempah (spice), selain itu juga sering memperdagangkan tekstil,

kayu, batu mulia, logam, dupa dan kayu. Jalur maritim ini sepanjang lebih

dari 15.000 km dari pantai Barat Jepang, Laut Cina Selatan (sekarang

termasuk lautan Asia Tenggara), India, Timur Tengah, hingga

Mediterania.10 Masa itu Cina menikmati kejayaan yang begitu besar

akibat adanya ekspansi perdagangan dan hubungan luar negeri melalui dua pintu yakni “Silk Road” dan “Spice Maritime Road”.

Cina sebagai kerajaan tengah hilang pamornya digantikan

kolonialisme dunia Barat yang melakukan ekspansi besar- besaran di

dunia. Hingga Cina kembali muncul dengan deklarasi kemerdekaannya

sebagai Republik Rakyat Cina melalui revolusi Mao Zedong. Mao Zedong

menuntun Cina pada pandangan revolusioner untuk mengubah tatanan

8

Diakses melalui, http://www.sejarah-negara.com/2014/09/10-dinasti-yang-pernah-memerintah-china.html ,pada tanggal 10 Oktober 2016, pk 19.00 WIB

(7)

37

kaku masyarakat Cina yang sebelumnya kental akan feodalisme menjadi

marxisme ala Maoisme (Leo,2006). Cina berkembang dengan model

pembangunan sosialis di bawah pemerintahan Mao Zedong, dimana Cina

lebih tertutup terhadap kerjasama luar negeri terutama dengan negara-

negara Barat. Hingga akhirnya model pembangunan demikian menuai

keluhan dan protes karena gagalnya program lompatan jauh ke depan

sehingga terjadi krisis besar di Cina (Leo,2006).

Ronald Keith, dalam tulisannya berjudul China as a Rising World

Power and its Response to ‘Globalization’ , mengungkapkan bagaimana

terjadi perubahan dalam politik luar negeri Cina (Keith,2005). Perubahan

tersebut bersangkutan dengan terbukanya tirai bambu Cina dalam

perekonomian global menjadi modernisasi sosialisme-liberalis,yang mana

sebelumnya sempat tertutup di era Mao. Singkatnya, perdagangan antara

Cina dan Barat kian meningkat di tahun 1970an (Breslin,2007:83).

Sehingga pada tahun 1978-1986 Cina mulai membuka pintu terhadap

hubungan ekonomi internasional tahap awal, salahsatunya dengan

pemberlakuan zona ekonomi khusus. Terus berlanjut hingga tahun- tahun

selanjutnya ditandai dengan kontrak dengan investor, membuka

perdagangan dengan Amerika Serikat, serta masuknya Cina dalam

organisasi WTO (World Trade Organization) yang diinisiasi oleh Amerika

Serikat.

Dewasa ini, Cina berusaha meraihkembali kejayaannya sebagai

The Middle Kingdom seperti pada masaCina Kuno Dinasti Han (206 SM-

220 SM) (Breslin,2007). Kebijakan Presiden Xi Jinping memunculkan

kesan ambisi kuat mengulang kembali kejayaan Cina Kuno tersebut

melalui konsep OBOR (One Belt, One Road).Presiden Cina, Xi Jinping,

memaparkan konsep OBOR sejak kunjungannya ke Kazakhstan dalam

pidatonya di Universitas Nazarbayev,pada September tahun 2013 lalu.11

Xi menyatakan bahwa Cina dan Asia Tengah dapat bekerjasama untuk

11

(8)

38

kembali membangun Silk Road Economic Belt, dan itulah pertamakalinya

pemimpin Cina ini mengemukakan visi strategisnya.12 Ke depannya ia

berharap OBOR ini berlanjut hingga kawasan- kawasan Eurasia serta

kawasan Asia Pasifik.Konsep OBOR ini seolah menjadi diplomasi ala

Tiongkok untuk mengekspansi dunia global dimulai dari jalur

perdagangan dan kawasan, dengan silk road maupun maritime road.

OBOR (One Belt, One Road) merupakan konsep yang berfokus

pada penyatuan Cina dengan kawasan- kawasan yang dilalui jalur sutra

dan jalur rempah- rempah maritim, yang merujuk pada sebagian besar

kawasan Asia Pasifik. Inisiatif OBOR ini memiliki tiga tujuan utama yang

hendak dicapai, antara lain diversifikasi ekonomi, stabilitas politik, dan

pengembangan tatanan global yang multipolar.13Di bawah semangat

interkoneksi satu sabuk satu jalur sutra, Cina berharap dapat melebarkan

pengaruhya dengan mengembangkan pembangunan infrastruktur dunia.

Hal ini dilakukan Cina sesuai kapasitasnya sebagai negara pemilik

ekonomi terbesar kedua di dunia dengan cadangan mata uang asing

terbesar serta tingkat tabungan yang tinggi.14 Kemudian langkahnya

semakin pasti dengan melakukan kunjungan- kunjungan ke luar negeri

pada tahun 2013.15 Berikut dapat dilihat peta rancangan pengembangan

inisiatif OBOR Cina melalui bantuan pembangunan infrastruktur. (gambar

5) . Peta strategi pembangunan Cina melalui OBOR menggambarkan 6

koridor ekonomi yang dipakai Cina (ditanadi 6 garis merah tipis), jalur

sutra maritim (ditandai biru tipis), sabuk ekonomi jalur sutra (ditandai

oranye tipis), dan negara pendiri AIIB (ditandai merah muda tipis). Peta

strategi Cina mencakup pembangunan jalur rel kereta api (ditandai simbol

garis hitam putus- putus), pembangunan pipa gas (ditandai simbol garis mapping/ , pada 25 Oktober 2016, pk. 19.57 WIB.

(9)

39

pembangunan pipa minyak (ditandai simbol aris hitam), dan pelabuhan

(ditandai dengan simbol kapal biru kecil).

Gambar 5

Peta Rancangan Pengembangan Inisiatif OBOR Cina. Sumber:

(10)

40

B.Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat: Pivot to Asia Pacific

Konsep dari “Pivot to Asia Pacific” merupakan upaya penyeimbangan kembali kekuatan luar negeri Amerika Serikat dalam

mempertahankan posisinya dalam kerjasama efektif di Asia Pasifik

(Campbell&Andrews,2013). Terdapat enam kunci utama dari konsep ini,

meliputi memperkuat aliansi; peningkatan hubungan dengan emerging

power; improvisasi diplomasi ekonomi; mempererat hubungan dengan

institusi multilateral; mendukung nilai universal; dan meningkatkan

hadirnya pasukan pertahanan militer AS di kawasan Asia Pasifik.

Penguatan aliansibilateral yang dilakukan Amerika Serikat ialah

untuk menciptakan tatanan keamanan regional dan kemanan maritim yang

stabil serta meraih hubungan ekonomi yang efektif

(Campbell&Andrews,2013).Dimulai dengna hubungan bilateral yang kuat

dengan Jepang yang telah dibangun paska perang dunia kedua dalam

menjaga kestabilan dunia saat itu. Hingga kini hubungan bilateral tersebut

kian tetap terjaga, dibuktikan dengan kesigapan Amerika Serikat dalam

membantu Jepang ketika mengalam 3 bencana (gempa bumi, tsunami,

krisis akibat nuklir) berturut- turut pada tahun 2011. Dilanjutkan dengan

memperkuat hubungan bilateralnya dengan Filipina melalui bidang

ekonomi ,serta bantuan militer dalam menghadapi gugatan Cina di Laut

Cina Selatan. Serta mempererat hubungannya dengan Indonesia,Thailand

dan Australia, melalui kunjungan kepresidenan yang dilakukan Barack

Obama.

Meningkatkan Hubungan dengan Emerging Power sebenarnya menyimpan makna lain dalam rangka menyeimbangkan kekuatan. Hal ini

dilakukan bukan semata- mata untuk menjaga hubungan baik layaknya

membentuk aliansi. Namun dalam konteks ini dapat dilihat maksud lain ,

yakni untuk meminimalkan potensi kesalahpahaman dan salah

(11)

41

disebut sebagai kekuatan global baru. Pada Juli tahun 2013 , Presiden

Barack Obama melawat ke Cina untuk melakukan dialog seputar

perekonomian dunia. Dilanjutkan dengan pertemuan secara informal pada

KTT Sunnylands. Amerika Serikat juga menjaga hubungannya dengan

India dengan kerap melibatkannya dalam dialog trilateral bersama dengan

Jepang. Selain itu, perkuatan hubungan dengan negara- negara berpotensi

di Asia Tenggara (Singapura, Thailand, Indonesia, dan Vietnam) dan

Pasifik (Australia dan Selandia Baru).

Improvisasi Diplomasi Ekonomi juga digalakkan Amerika

Serikat dalam rangka membenahi dan memulihkan perekonomiannya

paska krisis moneter. Secara lebih lanjut peningkatan penataan diplomasi

ekonomi ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan regulasi

internasional guna memfasilitasi hubugan komersial Asia Pasifik dan

mempromosikan pertumbuhan ekonomi. Sehingga ketika Amerika Serikat

bertindak sebagai tuan rumah pada KTT APEC 2011, menekankan

fasilitas ekonomi yang lebih terintegrasi. Cara nyata yang dilakukan

Amerika Serikat dalam mengimprovisasi diplomasi ekonominya ialah

dengan membentuk kerjasama energi dengan Brunei Darussalam melalai

US Comprehensive Partnership for a Sustainable Energy 2012. Serta

membantu blok perdagangan Asia Pasifik melalui TPP.

Membangun Hubungan dengan Institusi Multilateral yang

berpotensi memperkuat sistem aturan dan tanggungjawab guna

menghadapi tantangan transnasional yang kompleks dan meningkatkan

kerjasama. Institusi multilateral merupakan cara efisien bagi Amerika

Serikat untuk menghimpun kerjasama sekaligus dengan beberapa negara

maupun pihak pemegang kepentingan. Hubungan ASEAN dengan

Amerika Serikat ialah sebagai contohnya, Presiden Barack Obama dapat

menyampaikan aspirasinya terkait Laut Cina Selatan dan kerjasama

ekonomi dalam satu waktu dimana seluruh negara ASEAN terhubung

(12)

42

Mempromosikan Nilai Universal merupakan salahsatu strategi

Amerika Serikat untuk melakukan diplomasi lebih dalam lagi. Nilai

universal yang dimaksud ialah terkait Hak Asasi Manusia dan demokrasi.

Seperti halnya yang terjadi di Myanmar , dimana proses demokrasi mulai

berjalan dalam kehidupan sosial negara tersebut. Amerika Serikat dapat

menjalin hubungan yang kuat dengan negara Myanmar dalam rangka

dialog proses demokrasi yang sedang terjadi.

Peningkatan kehadiran pasukan militer Amerika Serikat. Hal

ini merupakan perimbangan kekuatan warisan perang dunia dan perang

dingin, dimana Amerika Serikat membentuk beberapa pos pertahanan di

kawasan Asia Pasifik. Dengan pembaharuan konsep ini, Amerika Serikat

melakukan penambahan pasukan baru di Singapura, Australia, dan

Filipina. Terutama dalam menghadapi sengketa Laut Cina Selatan,

Amerika Serikat berperan dalam pelatihan pasukan dan menyumbang

pangkalan militer di daerah Asia Timur Laut.

Sejak tahun 2011 ,Amerika Serikat telah melaksanakan strategi

dari konsep ini dengan melakukan beberapa tindakan (Manyin,2012).

Pertama, diumumkannya persebaran pasukan militer baru Amerika Serikat

di Australia, Singapura, dan Filipina. Kedua, memperkuat kehadirannya

di Asia Timur terkait sengketa Laut Cina Selatan. Ketiga, mengikuti

pertemuan dengan negara- negara Asia Timur dan ASEAN. Keempat,

(13)

43

5.1.3 Perebutan Pengaruh Ekonomi melalui TPP dan RCEP

Nilai strategis yang dimiliki Asia Pasifik memicu perkembangan

perdagangan bebas di beberapa tahun terakhir. Menurut data WTO,

perdagangan bebas di Asia Pasifik meningkat signifikan dimulai dari tahun

2000 dengan hanya ada 3 FTA (Free Trade Agreement) menjadi 40 FTA

di tahun 2014. Sedangkan menurut data ADB, pada tahun 2014 terdapat

71 FTA di Asia Pasifik baik yang sudah berjalan,maupun yang sedang

dinegosiasikan diluar data WTO. Perdagangan bebas tersebut memiliki

cakupan beragam, seperti multilateral, bilateral, ataupun pluraliteral.

Perkembangan perdangangan bebas di kawasan Asia Pasifik

dipengaruhi oleh 3 faktor utama. Yang pertama, pemerintah negara-

negara Asia Pasifik mulai meragukan progres dari Putaran Doha WTO16,

sehingga diperlukan pengambilan inisiatif untuk menggerakkan integrasi

perdagangan bebas regional. Kedua, beberapa negara maju di kawasan

Asia Pasifik tertarik untuk memperluas isu perdagangan bebas ke

investasi, jasa, dan intelectual property. Perluasan isu tersebut dapat

direalisasikan melalui pembentukan FTA, untuk memperbesar kapasitas

perekonomian dan geopolitik. Ketiga, menetralisir kerugian yang didapat

apabila tidak tergabung samasekali dalam FTA. Absennya kehadiran suatu

negara dari FTA dapat mengisolasi kegiatan perdagangan dari negara

tersebut.

Cina dan Amerika Serikat memiliki intensi yang sama dalam

menjadi hegemoni melalui kekuatan ekonomi melalui pembentukan aliansi

perdagangan. Pembentukan aliansi perdagangan sebagai alat tawar

dipergunakan dengan baik oleh Amerika Serikat melalui TPP dan Cina

melalui RCEP. Keduanya sama- sama mencari celah dalam rimbunnya

FTA yang sudah terdapat di kawasan Asia Pasifik. Seperti halnya Amerika

16

(14)

44

Serikat yang bersikeras menyempurnakan kesepakatan Pacific-4 menjadi

TPP. Kemudian Cina yang berinisiatif mengkomprehensifkan kerjasama

ASEAN+6 yang sebelumnya sudah ada menjadi RCEP.

Amerika Serikat menyelipkan kepentingannya membentuk poros

ekonomi di kawasan Asia Pasifik (pivot to Asia) melalui TPP sebagai

gerakan pertahanan geopolitiknya untuk meraih hegemoni. Amerika

melalui TPP mempromosilan liberalisasi perdagangan supaya dapat

berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian domestik paska krisis

2008, tersedianya pekerjaan, serta kegiatan ekspor yang

berkesinambungan.Keaktifannya di TPP sekaligus dapat diartikan sebagai

gerakan pertahanan dalam penyeimbangan kekuatan melawan Cina.

Cina membangun RCEP di atas kiprah dari ASEAN+6 yang telah

terbangun, adapun negara ini menyelipkan kepentingan ekonomi dan

politiknya melalui RCEP. Kepentingan ekonomi Cina melalui RCEP

bertujuan untuk mengurangi perbedaan dampak kompetisi dagang

multilateral, menurunkan tarif untuk memperlancar ekspor dan impor,

membantu bisnis Cina mengakses pasar luar negeri, dan mengurangi

jumlah penyelidikan anti-dumping di Cina. Selain itu, kepentingan politik

luar negeri Cina jelas untuk menyukseskan berjalanya OBOR Initiative di

Asia Pasifik melalui penyerangan cantik (charm offensive)yang

dilakukannya.

Munculnya dua negara adidaya di Asia Pasifik dengan blok

perdangannnya, membuat negara- negara lain mengkalkulasi keuntungan

dari bergabung dengan blok perdagangan. Hal tersebut dapat disebut

sebagai tipe bandwagoning dari konsep perimbangan kekuatan. Sehingga

memungkinkan bergabungnya satu negara ke dalam dua blok

perdagangan, entah TPP maupun RCEP. Berikut negara anggota yang

(15)

45

Gambar 6

Klasifikasi Anggota RCEP dan TPP.

Sumber:http://www.postwesternworld.com/2015/08/21/tussle-regional-influence/

Berdasarkan gambar 6, terdapat temuan menarik dari persebaran

anggota TPP dan RCEP. Cina melalui RCEP mengkomprehensifkan

kerjasamanya melalui negara- negara yang telah tergabung dalam

ASEAN+6. Sedangkan Amerika Serikat memperluas cakupan TPP dengan

merekrut Cili, Meksiko dan Peru ke dalam perjanjian perdagangan bebas

(16)

46

Untuk melihat sejauh mana kontestasi perebutan pengaruh

ekonomi antara Cina dan Amerika Serikat melalui TPP dan RCEP,

diperlukan analisa perbandingan kedua blok perdagangan tersebut. Berikut

tabel perbandingan antara TPP dan RCEP (tabel1)(Xiao,2015) :

Tabel 5.1

Perbandingan antara TPP dan RCEP

Indikator pembeda TPP RCEP

Tanggal Pembentukan Desember 2009 November 2011

Negosiasi resmi Maret 2010 Mei 2013

Total GDP anggota US$ 27,5 trilyun US$ 22,4 trilyun

Tujuan Menciptakan

Model keanggotaan Seluruh negara

Asia Pasifik

Sponsor utama Amerika Serikat Cina

Rencana liberalisasi perdagangan 98% 90%

(17)

47

- Aturan Dasar Ada Mengadopsi

perjanjian

- Telekomunikasi Ada Sudah tercakup

dalam perjanjian

g. Penyelesaian Sengketa Sedang dalam

pembahasan

Ada

h. Isu Legal dan Institusional Ada Sudah termuat

dalam ASEAN+6

i. Lain-lain: - E-commerce Ada Ada

- Lingkungan Ada Tidak Ada

(18)

48

Perbandingan antara RCEP dan TPP dapat memberi gambaran

kompetisi Amerika Serikat dan Cina sekaligus menemukan pembeda

dalam bentuk blok perdagangan tersebut. Berdasarkan tabel perbandingan

di atas, dapat dilihat dalam aspek ekonomi politik bahwa TPP merupakan

FTA yang lebih ambisius, komprehensif, dan berstandar tinggi karena

mencakup pula isu baru seperti lingkungan hidup, perburuhan, dan

persoalan domestik melalui government procurement. Bahkan komitmen

liberalisasi dari TPP jauh lebih besar 8% dibandingkan RCEP, sekaligus

melebihi liberalisasi yang ditetapkan oleh WTO. TPP juga menetapkan

high standard of rules melalui new constitution for economics laws , yang

berarti perusahaan transnasional diberikan hak yang sama dalam

mengajukan gugatan ke arbitrase internasional. Sedangkan bentuk blok

perdagangan RCEP masih berkutat dalam prinsip ASEAN centrality,

pengaturannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan tiap negara

anggota. Sebenarnya pembentukan RCEP ini diinisiasi Cina sebagai

penguatan hubungan multilateral yang lebih komprehensif ASEAN+6

ditengah pusaran perkembangan FTA kawasan Asia Pasifik. Namun

dengan kesederhanaan RCEP justru membuat blok perdagangan ini lebih

realistis untuk diimplementasikan di kawasan Asia Pasifik, mengingat

perbedaan pertumbuhan perekonomian tiap negaranya.

5.2Ancaman dan Penyeimbangan Kekuatan antara Amerika Serikat dan

Cina

Indikator kedua dari persaingan ialah munculnya kecurigaan, rasa saling

mengancam dan terancam yang ditunjukkan dari sikap kedua aktor yang

berkontestasi. Terkait hal tersebut, untuk menjelaskan interaksi persaingan antara

Amerika Serikat dengan Cina diperlukan analisa dari tindakan kedua aktor yang

saling mengancam dan upaya penyeimbangan kekuatan (balancing power) yang

dilakukan. Bab ini akan menjelaskan beberapa hal, pertama, kebangkitan Cina

sebagai titik awal persaingan perebutan pengaruh ekonomi antara AS dan Cina di

(19)

49

kebangkitan Cina melalui “pivot to Asia” dan pembentukan TPP. Ketiga, respon Cina menanggapi AS dalam pendekatannya ke Asia Pasifik. Ketiga poin tersebut

dapat menggambarkan sikap dan persepsi saling terancam antara AS dan Cina

yang menjelaskan interaksi persaingan antar keduanya.

5.2.1 Ancaman dari Kebangkitan Cina bagi Amerika Serikat

Munculnya Cina sebagai kekuatan dunia baru tak lantas diterima

baik oleh kekuatan dunia yang sudah ada sebelumnya. Diawal telah

dibahas bahwa kebangkitan Cina merupakan bagian dari transformasi

ketiga dari sistem perpolitikan internasional modern. Fareed Zakaria

menjelaskan bahwa sebelumnya telah terjadi beberapa kali transisi

kekuatan dunia dalam sistem perpolitikan internasional (Zakaria,2008),

antara lain:

Pertama, kebangkitan dunia barat pada abad ke-19. Kebangkitan

barat ditandai dengan adanya perkembangan IPTEK, komersialisasi dan

kapitalisme, agrikultur, dan revolusi industri di Inggris.

Kedua, kebangkitan Amerika Serikat sebagai poros dunia pada

akhir abad ke-19. Amerika Serikat tampil bersinar dalam arena peperangan

dunia dan aktif dalam perpolitikan luar negerinya. Kebangkitan Amerika

Serikat di dunia semakin sukses dengan kemenangannya di perang dingin

melawan Uni-Soviet. Sistem internasional pada masa transformasi kedua

ini tergolong stabil karena diawali dari kekuasaan bipolar dunia pada

perang dingin. Menghantarkan pemenang perang dingin tersebut

mengalami ekspansi dan akselerasi secara dramatis. Sehingga tak

terelakkan bahwa pada 20 tahun terakhir AS mendominasi di dunia nyaris

tanpa rival yang berat.Ekonomi dan perpolitikan global dikuasai AS

dengan kontribusi aktifnya dalam organisasi internasional (seperti PBB,

(20)

50

Ketiga, transformasi the rise of the rest , yang bermakna

munculnya negara- negara maju dan kuat selain Amerika Serikat

menggeser keseimbangan perpolitikan global menjadi multi-polar. Hal ini

disebabkan oleh pembangunan dan pertumbuhan ekonomi secara

signifikan di dunia. Amerika Serikat masih termasuk dalam kategori

negara maju di dunia namun bukan lagi satu-satunya yang negara terkuat

di dunia. Banyak pihak menyatakan pendapatnya bahwa keseimbangan

kekuatan tersebut bergeser ke Asia. Kebangkitan Cina merupakan

salahsatu contoh dari babak baru keseimbangan dunia.

Berdasar tiga tranformasi keseimbangan dunia tersebut, dapat

ditarik suatu pernyataan bahwa kebangkitan Cina menjadi suatu pertanda

dan penggerak pergeseran keseimbangan kekuatan dunia. Cina melesat

maju selama 3 dekade terakhir dengan peningkatan kekuatannya di militer

(military power) dan ekspansinya di perekonomian global sebagai

kekuatan laten (latent power).

Peningkatan kekuatan militer Cina ditunjukkan dari kenaikan

Berdasar berita yang dilansir dari CNN, Cina meningkatkan anggaran

pertahanannya sampai 7% pada tahun 2016 ini. Dikabarkan peningkatan

anggaran militer tersebut merupakan penyesuaian dengan pendapatan

fiskal Cina serta kebutuhan pertahanan nasionalnya.17Cina menduduki

posisi ketiga dunia dari 126 negara lainnya dalam kekuatan militernya

versi globalfirepower.com, dengan index rating sebesar 0,2318 (yang

mana 0,0000 rating sempurna).Hingga kini Cina terus melaju dalam grafik

anggaran militernya.18 Mungkin sekilas Amerika Serikat memiliki

anggaran yang paling besar dibanding negara di Asia Pasifik lain. Namun,

yang perlu digarisbawahi ialah bagaimana perkembangan ke depannya,

17

Amanda Puspita Sari, diakses melalui

http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160304125332-113-115307/china-tingkatkan-anggaran-pertahanan-2016-hingga-7-persen/ pada 12 November 2016.

18

(21)

51

yang mana menunjukkan penurunan anggaran militer secara signifikan

oleh Amerika Serikat.

Kekuatan laten yang dimiliki Cina pun terlihat dari dominasinya di

perekonomian global. Pertumbuhan GDP Cina mencapai rata- rata hingga

10 persen per tahunnya, yang merupakan peningkatan signifikan tercepat

sepanjang sejarah.19 Cina berhasil mengangkat lebih dari 800 juta orang

keluar dari kemiskianan. Hingga dapat menuntaskan MDGs (millenium

development goals) pada tahun 2015 sebagai suatu pencapaian besar di

perekonomian global. Ditambah dengan besarnya populasi yang mencapai

1,3 miliar membuat Cina menempati posisi negara dengan ekonomi

terbesar kedua dan memainkan peran pentingnya di ekonomi global.20

Ancaman bagi Amerika Serikat bukan saja datang dari bangkitnya

kekuatan militer dan laten, namun ditambah dengan tercatatnya Cina

sebagai kreditur asing terbesar bagi AS. Ketika terjadi krisis finansial

tahun 2008, perekonomian AS dan negara- negara Eropa pun jatuh

sehingga mau tak mau mereka mencari bantuan kreditur. Hingga pada

bulan September 2008 Cina melampaui Jepang bertindak sebagai kreditur

terbesar dengan menghutangi Amerika Serikat sebesar US$ 600 milyar.21

Dalam posisi ini Cina menciptakan ketergantungan dari AS terhadap

negaranya sehingga membuat Cina menyimpan satu posisi tawar bagi AS.

Dengan bergesernya posisi hegemoni, AS dalam ancaman karena jaminan

keamana (survival) yang dapat diraihnya dengan menjadi hegemoni

terenggut. Sehingga disinilah muncul intrik persaingan dengan adanya

intensi penyeimbangan kekuatan kebangkitan Cina oleh Amerika Serikat.

19

Diakses melaluihttp://www.worldbank.org/en/country/china/overview

20 Ibid. 21

(22)

52

5.2.2 Penyeimbangan Kekuatan oleh Amerika: Pivot to Asia danTPP Amerika Serikat di pemerintahan presiden Barack Obama

mengalami masa yang sulit, ditandai dengan empat hal yang menjadi suatu

ancaman bagi negara (Manyin,2012). Pertama, terkait paska krisis

finansial global 2008 lalu yang berimbas kepada pemotongan anggaran

luar negeriAS terutama dibagian pertahanan. Hal tersebut membuat AS

perlu memfokuskan anggarannya pada suatu kawasan yang cukup

potensial.Kedua, kerugian yang ditanggung pemerintah paska operasi

militer di Afganishtan dan Irak. Ketiga, munculnya Cina sebagai kekuatan

global baru ditunjukkan dengan anggaran militernya yang selalu naik.

Keempat, Cina mulai mendominasi kawasan Asia Pasifik dalam hal

perekonomian. Empat pertimbangan tersebut menjadi dasar bagi Amerika

Serikat untuk menyusun ulang strategi luar negerinya. Strategi tersebut

merupakan pembentukan poros yang berfokus di kawasan Asia Pasifik, yang disebut dengan “Pivot to Asia Pacific”.

Konsep “pivot to Asia” sebagai upaya pendekatan kerjasama ke Asia Pasifik dan penguatan hubungan dengan Cina rupanya berupa teks

secara normatif saja. Hal itu ditunjukkan dari tindakan yang diambil oleh

Amerika Serikat dalam sepak terjangnya di kawasan Asia Pasifik.

Pertama, diumumkannya persebaran pasukan militer baru Amerika Serikat

di Australia, Singapura, dan Filipina (Campbell,2013). Kedua,

memperkuat kehadirannya di Asia Timur terkait sengketa Laut Cina

Selatan. Ketiga, mengikuti pertemuan dengan negara- negara Asia Timur

dan ASEAN. Keempat, membentuk negosiasi blok perdangan TPP (Trans

Pacific Partnership).Tindakan pertama dan kedua justru mengisyaratkan

bahwa Amerika Serikat benar- benar terancam dengan peningkatan

kekuatan Cina di bidang militer. Sedangkan tindakan ketiga dan keempat

merupakan bentuk penyeimbangan kekuatan Cina melalui diplomasi dan

pendekatan- pendekatan kerjasama regional di Asia Pasifik.

Munculnya TPP dianggap sebagai kerjasama perdagangan bebas

(23)

53

sulit untuk direalisasikan. Dari pembentukan TPP sendiri Amerika Serikat

sebenarnya bukan benar- benar mendirikan TPP melainkan berangkat dari

perjanjian pacific 4. Ketika AS bergabung dengan P-4 ,mulai terjadi

berbagai perubahan dramatis hingga kemudian membuat label TPP

sebagai produk dari AS. Hal ini kian menegaskan bahwa negara tersebut

berusaha begitu keras guna membendung perluasan pengaruh Cina melalui

perdagangan bebas regional.

5.2.3 Penyeimbangan Kekuatan oleh Cina : OBOR Initiative dan

RCEP

Upaya Amerika Serikat dalam menyeimbangkan kekuatan dengan

konsep poros ke Asia rupanya ditanggapi sebagai ancaman bagi Cina.

Ancaman datang dari pembentukan TPP yang tak mengajak Cina sedari

awal pembentukannya. Selain itu terdapat pertimbangan yang dapat

menjadi ancaman bagi Cina, yakni isu isolasi. Apabila Amerika Serikat

berhasil menghimpun seluruh negara- negara Asia Pasifik untuk

bergabung dengan TPP tanpa mengajak Cina tentunya akan ditemui

hambatan dalam perdagangan. Dengan adanya isolasi ini tentu tak

memungkinkan Cina untuk menjadi hegemoni di kawasan, maupun

sekedar meraih posisi aman bagi pasarnya. Seperti yang kita ketahui

bahwa pasar terbesar Cina terdapat di kawasan Asia Pasifik.

Ambisi Amerika Serikat melalui pembentukan TPP begitu terbaca

oleh Cina. Penyeimbangan kekuatan oleh Cina di Asia Pasifik meluncur

bertepatan dengan terpilihnya pemimpin baru Cina , Xin Jinping. Xin

Jinping pun begitu menggebu- gebu mempromosikan inisiatif OBOR (One

Belt, One Road) yang membawa Cina ke berbagai kerjasama regional

maupun bilateral. Tak lama berselang setelah OBOR muncul, RCEP

dibentuk pada tahun 2011.

Pembentukan RCEP tersebut sebenarnya bukan perjanjian yang

benar- benar baru, namun merupakan pengembangan kerjasama

(24)

54

mengambilalih P-4 kemudian menjadikannya TPP. Rupanya gelagat Cina

hampir sama dengan memanfaatkan ASEAN+6 dalam melanggengkan

penyeimbangan kekuatannya di Asia Pasifik. Dengan melanjutkan

kerjasama ASEAN+6 menjadi komprehensif, Cina menciptakan solusi dan

alternatif kerjasama yang lebih memungkinkan untuk diikuti oleh negara-

negara berkembang. Cina pandai dalam membaca pasaran di Asia Pasifik

yang didominasi negara- negara ASEAN, dimana masih terdapat sejumlah

negara- negara berkembang yang tak sanggup mengikuti standar tinggu

dari TPP.

5.3Dimensi Waktu: Sejarah hubungan bilateral dan Prediksi Eskalasi

Persaingan antara Amerika Serikat dan Cina

Dimensi waktu dapat menggambarkan interaksi persaingan antara kedua

aktor, dengan mengkajisejarah hubungan dan prediksi ke depannya. Begitupun

untuk menggambarkan interaksi persaingan pengaruh ekonomi antara Cina dan

Amerika Serikat di Asia Pasifik , perlu pengkajian sejarah dan prediksi eskalasi

persaingan. Bab ini akan membahas , pertama ,identifikasi sejarah hubungan

antara AS dan Cina di kawasan Asia Pasifik. (Zissis,2016) Kedua, intensi eskalasi

persaingan antara kedua negara tersebut.

5.3.1 Identifikasi Sejarah Hubungan antara Amerika Serikat dan

Cina

Sejak perang dunia kedua, situasi politik domestik Cina terpecah

menjadi dua yakni pemerintah Nasionalis dipimpin Chiang Kai-Shek,

dengan pemerintah Komunis dipimpin Mao Zedong. Saat itu Amerika

Serikat melibatkan dirinya ke dalam urusan sipil Cina tersebut dengan

memihak kepada pimpinan nasionalis. Amerika Serikat rupanya gagal

dalam upaya mencegah pecahnya perang skala besar di Cina.

Kehadiran Amerika Serikat kian kuat dalam perpolitikan Cina

semasa awal Perang Dingin. Pihaknya telah memasok finansial dan

(25)

55

dikalahkan oleh Mao Zedong. Paska perang sipil Cina tersebut pihak

Chiang terbang menuju Taiwan. Sedangkan Mao Zedong mendeklarasikan

kemenangan dan meresmikan berdirinya Republik Rakyat Cina pada 1

Oktober 1949.

Kedua negara tersebut kembali terlibat bersama dalam invasi

perang Korea pada Juni 1950. Amerika Serikat membela pertahanan Korea

Selatan sedangkan Cina berseberangan dengan membela pertahanan Korea

Utara yang komunis. Kala itu Cina bersama Uni Soviet semasa perang

membela Korea Utara. Adapun Uni Soviet begitu tertolong dengan

kehadiran militer Cina dalam pertarungan tersebut, sekaligus menunjukkan

kekuatan Cina dihadapan dunia. Di saat yang sama, Amerika Serikat

melakukan upaya mencegah masuknya Cina di Perserikatan Bangsa-

Bangsa.

Pada Agustus tahun 1954 Presiden Eisen Hower mengerahkan

pasukan angkatan laut memblokade Cina melalui Selat Taiwan sejak tahun

1953. Dimana Amerika Serikat saling bekerjasama membentuk perjanjian

kerjasama pertahanan dengan pemerintahan nasionalis Chiang.

Menanggapi hal tersebut, pada musim semi 1955 Amerika Serikat

mendapat ancaman serangan nuklir dari RRC. Hubungan sengit tersebut

kembali mereda pada bulan April 1955 setelah RRC bersedia untuk

bernegosiasi dan mendapatkan kemenangan terbatas setelah mundurnya

pasukan Chiang dari Pulau Dachen.

Washington terus menyokong Taiwan, Jepang , dan Korea Selatan

untuk menghlaau pengaruh Cina di Asia Timur. Dia juga terus

mempermasalahkan kedudukan Cina di Tibet pada Maret 1959 dengan

melaporkannya pada Dewan Keamanan PBB sebagai pelanggaran Hak

Asasi Manusia.

Pada tahun 1964 perang di Vietnam mulai pecah, dan mengalami

eskalasi konflik akibat terlibatnya pemerintahan Amerika Serikat.

Menanggapi hal tersebut Cina menunjukkan suaranya dengan mengadakan

(26)

56

berdamai pada Maret tahun 1969. Hubungan sengit Amerika Serikat dan

Cina sebelumnya tergeser dengan konflik antara Cina dan Uni Soviet.

Pada April 1971, hubungan Cina dan Amerika Serikat semakin

menguat dengan adanya ping-pong diplomacy. Cina mengundang pemain

ping-pong Amerika Serikat untuk datang mengunjungi negara tingkok

tersebut sebagai kali pertama mereka memasuki tanah Cina. Hubungan

diplomatik pun terjalin dengan adanya perjalanan rahasia ke Cina oleh

Kissinger selaku sekretaris negara saat itu. Menguatnya hubungan kedua

negara tersebut menghantarkan Cina menjadi anggota permanen dari

dewan keamanan PBB.

Hubungan harmonis antara Cina dan Amerika Serikat kembali

terjalin dengan kunjungan Presiden Nixon selama 5 hari di Cina.

Kedatangannya tersebut mempertemukan Nixon dengan Mao Zedong

selaku pemimpin RRC hingga berhasil ditandatanganinya Shanghai

Communique. Keharmonisan tersebut terjalin semakin erat sampai

kepemimpinan Deng Xiaoping, yang memberlakukan “One China Policy”

dan kunjunganya sesekali ke Amerika Serikat. Dibawah Deng Xiaoping ,

Cina melaju dengan reformasi ekonomi yang luar biasa dan tertautnya

hubungan kerjasama ekonomi dengan Washington.

Kejadian demonstrasi besar- besaran memecah hubungan bilateral

Amerika Serikat dengan Cina, terjadi pada Juni 1989, di Tiannamen

Square Massacne, Cina. Demonstrasi tersebut menuntut adanya reformasi

demokrasi dan menuntut berhentinya korupsi di negara tersebut.

Pemerintah pada saat itu menggunakan kekerasan dalam menghadapi

demonstrasi, dan hal tersebut dipandang buruk oleh Amerika Serikat.

Respon Washington terhadap Cina ialah dengan membekukan hubungan

bilateral dan menghentikan perdagangan alat- alat militer. Sejauh ini Cina

merasa bahwa Amerika Serikat sudah terlalu jauh mencampuri urusan

domestiknya, sehingga hubungan beku antara keduanya kembali terjadi.

Upaya pendekatan kembali dilakukan oleh Presiden Bill Clinton

(27)

57

menormalkan hubungan antara Cina dan Amerika Serikat. Namun

keduanya tak dapat kembali meraih harmonisasi bilateral selayaknya dulu.

Hubungan pun kembali keruh dengan kecelakaan yang mengakibatkan

hancurnya kedutaan besar Cina di kawasan Belgrade Embassy, oleh

pasukan NATO yang terdapat Amerika Serikat di dalamnya. Meski pihak

NATO telah meminta maaf, pihak rakyat RRC tak mau terima dan

melakukan demo besar- besaran.

Kerjasama kembali terjalin diantara keduanya pada Oktober 2000,

dengan adanya normalisasi hubungan dagang melalui US-China Relations

Act dan bergabungnya Cina dengan WTO (World Trade Organization).

Terhitung dari tahun 1980 sampai 2004 perdagangan antara Cina dan

Amerika Serikat meningka pesat dari US$ 5 milyar menjadi US$ 234

milyar.Seiring meningkatnya kekuatan ekonomi Cina, Amerika Serikat

mengadakan pertemuan responsible stakeholders pada September 2005.

Dimaksudkan agar Cina dapat bangkit secara damai dan bertanggungjawab

terhadap keseimbangan sistem internasional. Namun pada Maret 2007,

Cina mengumumkan kenaikan 18% budget pertahanannya, dengan total

mencapai lebih dari US$ 45 milyar. Disini Amerika Serikat merasa bahwa

Cina tidak konsisten dengan komitmennya untuk bangkit secara damai.

Depresi krisis finansial terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008,

hal tersebut terjadi dengan adanya permasalahan pada bisnis properti di

Amerika Serikat. Krisis ini menempatkan Amerika Serikat pada posisi

lemah yang memerlukan bantuan kreditur atau pinjaman sejumlah uang

untuk menstabilkan perekonomiannya. Bantuan kreditur asing datang dari

Uni Eropa dan Jepang, namun tak disangka kreditur asing terbesar datang

dari Cina. Karena posisi Amerika Serikat yang kian terjepit, mau tak mau

pemerintah harus menerima bantuan pinjaman tersebut sebesar US$ 600

milyar dari Cina. Posisi tawar Cina di Amerika Serikat lebih kuat dengan

terciptanya depedensi ke Cina sebagai kreditur dan penyelamat negaranya.

Berkembangnya kebangkitan terus melejit hingga

(28)

58

Penyeimbangan kekuatan dilakukan oleh Amerika Serikat, memasuki

tahun 2011 diumumkan konsep pivot to Asia oleh Hillary Clinton.

Penurunan pasukan di titik- titik strategis Asia Pasifik serta penguatan

hubungan dengan Cina dan pembentukan TPP, dilakukan semata- mata

untuk menghalau besarnya kekuatan Cina secara berlebih.

Pada Febuari 2012, peningkatan defisit dagang Amerika Serikat

terhadap Cina dari US$ 273,1 milyar di tahun 2010 menjadi US$ 295,5

milyar di 2011. Setelah memukul posisi Amerika Serikat melalui

hutangnya, Cina juga membawa kejutan setelah terpilihnya Xin Jinping

pada November 2012 sebagai pemimpin baru Cina. Presiden Xin Jinping

mengeluarkan kebijakan luar negeri OBOR serta penguatan bank

pembangunan AIIB, serta pembentukan RCEP sebagai penyeimbangan

kekuatan ekonomi Amerika Serikat.

Perjalanan sejarah panjang hubungan Amerika Serikat dan Cina

mengalami pasang surut. Terdapat konflik, kerjasama, maupun

penyeimbangan kekuasaan di dalam interaksinya sepanjang sejarah.

Adapun tabel identifikasi berikut akan menggambarkan bagaimana sejarah

perjalanan interaksi hubungan bilateral antara Amerika Serikat dan Cina

dalam sistem perpolitikan internasional di kawasan Asia Pasifik (sejak

kemerdekaan Cina sampai sekarang).

Tabel 5.2

Identifikasi Sejarah Perjalanan Interaksi Hubungan Bilateral antara Amerika Serikat dan Cina

Waktu Kejadian Implikasi terhadap Interaksi

1 Oktober 1949 Deklarasi kemerdekaan Republik Rakyat Cina oleh Mao Zedong (pemerintahan komunisme). Amerika Serikat di pihak pemimpin nasionalis.

Ancaman terhadap Cina

Juni 1950 Invasi Perang Korea Perselisihan tak langsung

Agustus 1954 Eisen Hower melakukan blokade di Selat Taiwan membela pemerintahan Chiang.

Perselisihan

Musim Semi 1955 RRC mengancam Amerika Serikat dengan rencana serangan

(29)

59

nuklir.

April 1955 RRC bersedia untuk bernegosiasi dan mendapatkan kemenangan sementara.

Rekonsiliasi

Maret 1959 Konflik Tibet, Amerika Serikat melaporkan RRC ke Dewan Keamanan karena dianggap melakukan pelanggaran HAM.

Ancaman terhadap Cina

Oktober 1964 Tes pertama ledakan bom atom oleh Cina, menanggapi eskalasi konflik Vietnam oleh Amerika Serikat.

Ancaman terhadap Amerika Serikat

Maret 1969 Cina berseteru dengan Uni Soviet dan membaiknya hubungan dengan Amerika Serikat

Rekonsiliasi

April 1971 Diplomasi Ping Pong Harmonis

Febuari 1972 Presiden Nixon mengunjungi Cina, untuk menemui Mao

Zedong dan keduanya

menandatangan Shanghai

Communique

Harmonis

Januari 1979 Hubungan bilateral formal melalui adanya kebijakan “one china policy”. Cina dipimpin oleh Deng Xiaoping dan mengalami peningkatan reformasi ekonomi serta adanya kunjungan ke Amerika Serikat

Harmonis

Juni 1989 Tragedi Tiannamen, membuat Amerika Serikat menghentikan perdagangan alat militer dan membekukan hubungan Cina.

Ancaman terhadap Cina berlanjut perselisihan

September 1993 Kebijakan “constructive

engagement” dengan Cina oleh

Presiden Bill Clinton.

(30)

60

Agustus 2005 Pertemuan Amerika Serikat dengan Cina , melalui “Responsible Stakeholders”.

Harmonis

Maret 2007 Cina mengumumkan kenaikan budget militernya sebesar 18%.

Ancaman terhadap Amerika Serikat

September 2008 Cina menjadi kreditur asing terbesar Amerika Serikat pada krisis finansial.

Ancaman terhadap Amerika Serikat

Agustus 2010 Cina menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia.

Ancaman terhadap Amerika Serikat

November 2011 Amerika mengumumkan

kebijakan “pivot to Asia”. Pembentukan TPP.

Ancaman terhadap Cina

Febuari 2012 Peningkatan defisit dagang Amerika Serikat terhadap Cina dari US$ 273,1 milyar di tahun 2010 menjadi US$ 295,5 milyar di 2011.

Ancaman terhadap Amerika Serikat

November 2012 Xi Jinping terpilih menjadi

pemimpin baru Cina

Dari tabel identifikasi pengalaman interaksi hubungan antara

Amerika Serikat dan Cina dapat ditarik beberapa hal menarik bahwa

terjadi saling mengancam total sebanyak 12 kali. Terdapat 8 kali ancaman

terhadap Amerika Serikat oleh Cina. Kemudian terdapat 4 kali ancaman

terhadap Cina oleh Amerika Serikat. Terdapat 4 kali periode waktu yang

menempatkan Amerika Serikat dan Cina dalam keadaan harmonis.

Perselisihan antara kedua belah pihak terjadi selama 4 kali, berarti dapat

tergolong fase peralihan persaingan. Dimana ada perselisihan terdapat

pula proses rekonsiliasi yang pernah terjadi selama 4 kali pula.Apabila

(31)

61

Cina. Interaksi tersebut mulai memasuki perselisihan fase lanjutan.

Persaingan perebutan pengaruh ekonomi antara Amerika Serikat dan Cina

melalui TPP dan RCEP berjalan bertahap dan begitu mulus , sehingga tak

ditemui perselisihan secara langsung namun keseimbangan kekuasaan

bertahap.

5.3.2 Prediksi Eskalasi Persaingan antara Amerika Serikat dan Cina

Persaingan yang terjadi antara Amerika Serikat dan Cina yang

tergolong dalam fase peralihan rupanya berpotensi untuk mengalami

eskalasi. Interaksi persaingan dalam fase peralihan menyimpan sejumlah

perselisihan dalam sejarah yang bisa jadi muncul kembali di masa depan.

Saat ini posisi Cina dan Amerika Serikat belum mencapai konflik atau

perseteruan terbuka namun sedang dalam tahap penyeimbangan kekuatan

(balancing power).

Kabar berita memuat pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald

Trump yang baru saja terpilih bahwa direncanakan akan keluar dari

perjanjian perdagangan TPP. Hal tersebut sebagai salahsatu tanda

kemunduran selangkah dari gerakan politik ekonomi yang dilakukan

Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik. Eskalasi persaingan sepertinya

akan lebih mudah tersulut dengan adanya pernyataan Trump di hari

pertamanya memasuku white house, untuk mengancam Cina dengan

menurunkan 45% tarif pada eksport Cina dan berjanji akan melabeli Beijing sebagai “currency manipulator”.22 Dengan adanya pernyataan langsung dari Presiden Amerika Serikat saat ini, tentu tinggal menunggu

waktu bagaimana Cina akan menanggapinya. Seperti yang pernah tercatat

dalam pengalaman sejarah hubungan Amerika Serikat dan Cina,

pendekatan Cina secara halus dan mengancam. Pernyataan Trump tersebut

sekaligus sebagai suatu pernyataan kalah menyerah dari persaingan antara

22

(32)

62

TPP melawan RCEP sebagai bentuk perebutan pengaruh ekonomi di

kawasan Asia Pasifik melalui kerjasama regional.

Dilansir dari berita online CNN, terdapat beberapa alasan bahwa

suatu keputusan yang keliru untuk menantang Cina dalam pertarungan

ekonomi, alasan- alasan tersebut antara lain23:

1. Cina akan merespon sanksi ekonomi dari Amerika Serikat

dengan cara mereka.

2. Rentannya merek besar seperti Starbucks, Boeing, dan Apple.

Ketiga perusahaan besar tersebut menyatakan bahwa Cina

merupakan pasar tunggal terbesar mereka. Bisa jadi akan ada

tanggapan dari Partai Komunis Cina terkait hal ini, seperti

pelarangan eksport produk tersebut ke negaranya.

3. Menilik pengalaman buruk terkait menghukum perdagangan

Cina. Kebijakan dumping produk ban Cina yang dilakukan

Obama pada tahun 2009, membuat Amerika Serikat mendapat

balasan. Cina pun membalas dengan meningkatkan harga tarif

ayam Amerika Serikat di negara mereka. Apabila Trump

bersikukuh untuk melakukan sanksi ekonomi ini , bisa jadi

semua harga barang di Amerika Serikat akan melonjak. Karena

seperti yang kita tahu bahwa barang- barang murah yang

tersedia selama ini berasal dari Cina.

4. Cina mencampurkan uangnya ke dalam mata uang US dollar.

Cina telah berinvestasi besar- besaran di Amerika Serikat,

apabila kebijakan tersebut benar- benar diterapkan tentu

investor Cina akan berpikir ulang.

5. Lapangan pekerjaan tak akan kembali lagi bagi Amerika

Serikat. Meski Trump bermaksud untuk membawa kembali

23

(33)

63

pekerjaan Amerika Serikat terutama di bidang manufaktur bagi

sipil Amerika , hal ini tak sesuai dengan realitas ekonomi yang

ada. Bahwa selama ini Amerika Serikat cukup menghemat

denan membayar upah pekerja murah dari Asia.

6. Labeling yang dilakukan Trump tidak akan mengubah posisi

Yuan. Menurut WTO, mata uang yuan cukup dihargai karena

Cina telah meningkatkan ekspor dengan tetap menjaga nilai

artifisial rendah.

7. Cina akan memanfaatkan kebijakan proteksionis Trump untuk

mengekspansi pasar perdagangan global denan RCEP.

8. Dan satu tambahan lagi dari penulis, bahwa Amerika Serikat

masih memiliki hutang kepada Cina. Dengan adanya restriksi

ini justru akan membawa suatu ancaman bagi Amerika Serikat

untuk pelunasan hutang terhadap Cina.

Bisa dikatakan bahwa kebijakan proteksionis dari Trump ini dapat

menggoyahkan posisi Amerika Serikat di sistem perpolitikan internasional.

Pertama, karena kebijakan tersebut justru memberikan tiket emas bagi

Cina untuk menguasai kawasan Asia Pasifik ke depannya dengan beberapa

alasan yang telah dibahas diatas. Kedua, munculnya pernyataan

kekecewaan dan ketidakpercayaan dari negara- negara yang telah

bergabung dalam TPP. Yang mengancam posisi Amerika Serikat di

perpolitikan Asia Pasifik. Ketiga, menghancurkan konstruksi kekuatan

nasional Amerika Serikat yang selama ini dibangun pada masa Obama.

Menggeser peran Amerika Serikat yang biasa keluar untuk mengekspansi

(34)

64

5.4Refleksi Hasil Penelitian

Penelitian mengenai persaingan perebutan pengaruh ekonomi antara

Amerika Serikat dan Cina di kawasan Asia Pasifik , studi kasus TPP dan RCEP

diilhami dengan kondisi sistem ekonomi politik internasional saat ini. Sebagai

refleksi dari hasil penelitian dan analisa terkait topik ini, terdapat beberapa temuan

menarik dari tiga indikator persaingan. Pertama terkait dengan gaya diplomasi

yang dilakukan Amerika Serikat dibawah pemerintahan Obama dan gaya

diplomasi Cina oleh Xin Jinping melalui interaksi persaingan ini. Kedua ialah

peluang dan tantangan yang muncul dari adanya TPP dan RCEP sebagai

kerjasama perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik. Ketiga merupakan

prediksi pemenang dari interaksi persaingan ini dan aktor yang menerima

dampak kekalahan dari interaksi ini.

Pendekatan diplomasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Cina

dalam merebut pengaruh ekonomi di Asia Pasifik memiliki perbedaan dilihat dari

anggota aliansi perdagangan, dan pembentukan organisasi tersebut. Amerika

Serikat melalui TPP berfokus pada visi besar untuk menjadi poros Asia dengan

menggandeng seluruh anggota APEC di Asia Pasifik. Amerika Serikat

menawarkan ide brilian yang begitu idealis, terbuka, dan berstandar tinggi bagi

terciptanya perdagangan bebas di Asia Pasifik. Sehingga pendekatan yang

dilakukannya ialah dengan melakukan diplomasi door to door secara terbuka

terhadap negara anggota APEC untuk mengajak bergabung. Sedangkan Cina

melakukan pendekatan yang lebih realistis dengan memaksimalkan kerjasama

yang telah terjalin bersama anggota ASEAN+6. Idenya yang cukup sederhana dan

dianggap mampu mengakomodasi kebutuhan negara berkembang di Asia Pasifik

(35)

65

Peluang yang muncul dari adanya TPP dan RCEP ialah mendorong

negara- negara di kawasan Asia Pasifik untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonominya melalui ekspor. Bagi negara berkembang mendapat keuntungan dari

siklus ekonomi dari perdagangan internasional ke ekonomi domestik mereka.

Sedangkan bagi negara maju mendapat keuntungan dari terciptanya

market-shared yang begitu luas.

Tantangan yang dihadapi oleh negara- negara di kawasan Asia Pasifik

ialah terkait adanya permasalahan sphagetti bowl, yakni tumpukan kebijakan dari

perdagangan bebas yang diikuti. Setiap kebijakan dari perjanjian perdagangan

bebas bisa saja berlawan dengan perjanjian lainnya. Ditambah lagi kerumitan

penyesuaian kebijakan tersebut dengan kebijakan ekonomi domestik yang telah

ditetapkan oleh setiap negara. Permasalahan ini merupakan suatu tantangan bagi

setiap negara untuk memilah perjanjian perdagangan bebas mana yang

menguntungkan dan sesuai dengan kebijakan domestiknya. Dalam hal ini, fitur

RCEP lebih realistis bagi anggotanya.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pemenang persaingan perebutan

pengaruh ekonomi di kawasan Asia Pasifik melalui RCEP dan TPP ialah

Republik Rakyat Cina. Analisis dilakukan melalui tiga indikator persaingan ,

yakni kepentingan yang diperebutkan, saling kecurigaan dan terancam dari kedua

aktor, dan dimensi waktu persaingan tersebut. Kesimpulan tersebut diambil

berdasar dari menyerahnya Amerika Serikat dengan mengundurkan diri dari TPP.

Selain itu, terlihat betapa kuatnya kepentingan Cina melalui inisiatif OBOR (one

belt, one road) yang telah terkonsep secara matang oleh Presiden Xin Jinping

melalui pendekatan dengan RCEP yang sebelumnya telah didahului dengan

diluncurkannya AIIB. Cina dirasa dapat membaca target pasar yang paling

gampang dimasukinya yakni ASEAN+6. Serta mengerti strategi yang tepat dalam

implikasi pengaturan dan konsep RCEP yang mudah untuk dicerna oleh negara

(36)

66

Sedangkan Amerika Serikat telah menimbulkan skeptis sejak awal bagi

beberapa negara di Asia Pasifik karena tingginya standar perdagangan yang

ditetapkannya melalui TPP. Negara berkembang seolah enggan untuk turut

didalamnya karena takut dirugikan dari perjanjian tersebut. Dan kekalahan telak

Amerika Serikat ini ditunjukkan dari sikap Presiden Trump yang baru saja

terpilih. Kebijakan Trump memutuskan Amerika Serikat untuk keluar dari TPP dan memotong tarif ekspor pada Cina sebesar 45% serta melabeli “currency manipulator” dirasa begitu frontal untuk mengeskalasi persaingan. Sekaligus menunjukkan kekalahannya melalui TPP yang ditinggalkannya, serta kalah saing

Gambar

Gambar 2 Peta jalur perdagangan Asia Pasifik.
Gambar 4   Pertumbuhan Populasi Total 2015.
Gambar 5   Peta Rancangan Pengembangan Inisiatif OBOR Cina.
Gambar 6  Klasifikasi Anggota RCEP dan TPP.
+3

Referensi

Dokumen terkait

) ﱃﺇ ﻩﻮﻋﺪﻳ ﺎﻣ ﺾﻌﺑ ﺎﻬﻨﻣ ﻯﺮﻳ ﻥﺃ ﺭﺪﻘﻓ ،ﺓﺃﺮﻣﺍ ﻢﻛﺪﺣﺃ ﺐﻄﺧ ﺍﺫﺇ. ﻞﻌﻔﻴﻠﻓ

Tujuan disusunnya Renstra Dinas PARBUDPORA Kabupaten Magetan Tahun 2013-2018 adalah sebagai acuan/pedoman penyusunan Rencana Kerja Dinas PARBUDPORA dan

Namun dinamika tersebut tidak mengubah prosesi upacara Ngoa Ngi’i, hanya mengubah beberapa sarana dalam prosesi sebagai contoh, pada zaman dahulu ketika

Pembentukan behaviour berupa kepatuhan penggunaan APT yang menjadi activator nya diantaranya adalah adanya pelatihan yang diberikan untuk tenaga kerja mengenai APT,

Anak usia sekolah adalah anak berusia 6 – 21 tahun , yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya di bagi menjadi 2 sub kelompok yakni praremaja 9( 6-9 tahun) dan remaja ( 10 – 19

menggunakan alat tradisional sampai yang tidak menggunakan alat tersebut bisa dilakukan dalam permainan Tradisional masyarakat Mandailing. Permainan Tradisional masyarkat

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 BAB II - 84 2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun.. berjalan dan

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi karyawan, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan