• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PANEN KELAPA COCOS NUCIFERA TUGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PANEN KELAPA COCOS NUCIFERA TUGA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Buah kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu tanaman tropis yang unik, disamping komponen daging buahnya dapat langsung dikonsumsi, juga komponen air buahnya dapat langsung diminum tanpa melalui pengolahan. Buah kelapa selain bernilai ekonomi tinggi, daging buahnya memiliki komposisi gizi yang cukup baik, antara lain mengandung asam lemak dan asam amino esensial yang sangat dibutuhkan tubuh. Penanganan buah kelapa setelah panen tidak berbeda dengan buah-buahan tanaman hortikultura. Untuk mempertahankan mutunya dibutuhkan penanganan pasca panen, pengawetan, pengemasan dan penyimpanan. Beberapa hasil penelitian untuk mempertahankan mutu buah kelapa dalam bentuk buah utuh atau sebagian sabutnya telah dikupas, pengolahan daging dan air buah kelapa menjadi berbagai produk, telah dilaporkan.

Disamping mempertahankan mutu, diharapkan dengan diolah menjadi produk baru, dapat diperoleh nilai tambah untuk menunjang peningkatan pendapatan petani. Hasil-hasil penelitian yang sudah diperoleh diharapkan mudah diaplikasikan kepada petani ataupun industri rumah tangga yang memanfaatkan bahan baku kelapa. Peluang dalam pengembangannya, tentu saja dipengaruhi oleh ketersediaan sumber bahan baku yang bermutu, modal, pemasaran dan SDM. Faktor-faktor tersebut sangat menentukan dalam upaya mencapai dampak yang diharapkan seperti terciptanya lapangan kerja, peningkatan pendapatan petani, peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat.

Sejak dahulu kala kelapa telah dikenal di kepulauan Indonesia dan kepulauan dilautan pasifik. Wajarlah bila para ahli yang mengatakan bahwa asal mula tanaman kelapa dari daerah lautan pasifik (New Zealand), Amerika Selatan, atau Indonesia, karena kelapa terutama tumbuh baik pada daerah katulistiwa dengan suhu sekitar 27oC. Sebelum indonesia merdeka (pada tahun 1940), maka

(2)

terutama kelapa hibrida dari badan badan pembuat bibit, misalnya Lembaga Penelitian Industri.

Luas areal perkebunan kelapa di Indonesia sebagian besar diusahakan sebagai perkebunan rakyat yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara dengan rincian pulau Sumatera 32,90%, Jawa 24,30%, Sulawesi 19,30%, Kepulauan Bali, NTB dan NTT 8.20%, Maluku dan Papua 7,80%, dan Kalimantan 7,50% (Nogo, 2003). Berdasarkan data tahun 2001 areal perkebunan kelapa telah mencapai 3.690.832 dengan produksi 3.032.620 ton kopra (Djunaedi, 2003) atau 15.163.100.000 butir kelapa (1 kg kopra = 5 butir kelapa).

Pada saat tanam, kepadatan tanaman kelapa rata-rata hanya 110 pohon/ha, tetapi ketika tanaman sudah dewasa dan tua mungkin hanya sekitar 80% dari populasi awal. Sebab menurut Allolerung dan Mahmud (2003) kelapa tua perlu diremajakan karena tua dan rusak jika berada pada kisaran 20%. Jadi yang tersisa sekitar 88 pohon, sehingga total tanaman kelapa jika menggunakan data luas areal tahun 2001, sebanyak 3.690.832x88 pohon=324.793.216 pohon.

1.2 Tujuan

1.2.1 Mengetahui ruang lingkup panen komoditas kelapa 1.2.2 Memahami penanganan pasca panen komoditas kelapa 1.2.3 Mengetahui daerah sentra penghasil kelapa

1.2.4 Memahami berbagai informasi perihal kandungan buah kelapa 1.3 Rumusan Masalah

1.3.1 Apa saja ruang lingkup panen komoditas kelapa 1.3.2 Bagaimana penanganan pasca panen komoditas kelapa 1.3.3 Dimana daerah sentra penghasil kelapa

(3)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu pohon di daerah tropis yang termasuk keluarga Palmae dan golongan monocotyledoneae. Pohon ini tumbuh di daerah pantai, tinggi pohon kelapa berkisar antara 15-40 m, dengan diameter batang 0,25-0,40 m. Pertumbuhan batang lurus ke atas dan tidak bercabang. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang merupakan jaringan meristem yang berfungsi untuk membentuk daun, bunga dan batang. Pada usia 3-4 tahun lingkaran pada batang tidak membesar lagi. Hal ini disebabkan pada pohon kelapa tidak mempunyai kambium sehingga tidak dapat mengalami pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan pohon kelapa setiap tahun bertambah tinggi sebesar 1-1,5 m untuk tanaman muda 0,4-0,5 m untuk tanaman dewasa dan 0,1 m untuk tanaman yang sudah tua (Setyamidjaja, 1995).

Pada dasarnya, terdapat dua tipe tanaman kelapa yaitu tanaman kelapa dalam da tanaman kelapa genjah. Kelapa dalam merupakan salah satu keturunan dari kelapa liar dan atau kelapa yang sudah didomestikasi. Kelapa genjah merupakan murni keturunan kelapa yang sudah didomestikasi. Pada keadaan lingkungan yang menguntngkan, tanaman kelapa dalam baru bisa berbuah setelah berumur 6 tahun dan dapat berproduksi maksimal hingga 25 tahun. Umur kelapa dalam dapat mencapai 100 tahun dan memiliki tinggi 30 m. Kelapa genjah dapat berbuah setelah berumur 4 tahun, memiliki ukuran yang lebih pendek (6 m), tetapi hanya mampu bertahan hidup hingga 35 tahun (Foale and Haries, 2009).

(4)

Produktivitas tanaman kelapa di Indonesia, saat ini baru sekitar 50 persen dari potensinya atau hanya 1,1 ton/ha. Selain rendahnya produktivitas tanaman persoalan lain dalam pengembangan kelapa di Indonesia yakni pemanfaatan produk hilir maupun hasil sampingan belum banyak dilakukan. Selama ini komoditas kelapa hanya dimanfaatkan produk primernya saja dalam bentuk kelapa segar maupun kopra untuk bahan baku minyak goreng. Saat ini, Indonesia baru mampu menghasilkan 22 ragam produk turunan kelapa, jauh di bawah Filipina yang telah memproduksi lebih dari 100 jenis diversifikasi produk berbasis kelapa (Anonim, 2008). Kelapa hibrida adalah suatu keturunan (progeny) yang dihasilkan dari penyerbukan bunga secara bersilang antara induk-induk (parent) yang masing-masing merupakan homozigot yang berbeda, yakni antara kelapa genjah (inbred alamiah) (♀) dan kelapa dalam (inbred alamiah ) (♂).

Kelapa dalam disebut juga kelapa tinggi adalah jenis kelapa dengan sifat-sifat batangnya tinggi (dapat sampai 25 m), penyerbukan biasanya terjadi secara bersilang, mulai berbuah pada usia enam tahun, berbuah besar. Kelapa genjah disebut juga kelapa kate adalah jenis kelapa dengan sifat-sifat batangnya pendek 1-4 m (atau dapat lebih), penyerbukan biasanya sendiri, mulai berbuah pada usia 3-4 tahun, berbuah kecil (Anonim, 1977). Sebenarnya kelapa hibrida sebagai kelapa unggul sudah dikenal lama. Usaha pemulian tanaman kelapa di Indonesia melalui proses persilangan (Hibridisasi) mulai di rintis sejak tahun 1955. Lantaran usaha tersebut terbentur sarana dan keuangan maka kegiatannya terputus dan dilanjutkan kembali pada tahun 1973. Badan kerjasama yang menangani adalah FAO/UNDP dengan pemerintah indonesia.

Lembaga penelitian tanaman industri mulai pada tahun 1974 melakukan survei plasma nutfah guna mendapatkan pohon induk dan bapak yang memenuhi persyaratan. Pemilihan pohon induk berdasarkan banyaknya produksi buah, ukuran, dan berat buah, tebal daging, kadar kopra, resistensi terhadap hama penyakit dan sifat Fenotip serta genotip yang lain. Survei dilakukan di Jawa Tengah, Jawa Barat, Aceh Sumut, Lampung, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat.

(5)

setelah buah masak, sehingga endosperm tidak dapat dimanfaatkan oleh embrio untuk berkecambah (Sukendah et al., 2006). Areal kelapa yang mencapai 3,74 juta ha atau 27% dari total areal perkebunan merupakan tanaman perkebunan yang terluas saat ini (Tondok 1998). Luasan ini tentunya tidak termasuk tanaman kelapa yang tumbuh dan berkembang secara alami di berbagai pulau yang dihuni atau tidak dihuni oleh manusia. Sekitar 3,59 juta ha atau 96% merupakan perkebunan rakyat yang diusahakan secara monokultur atau polikultur dan atau pekarangan, dengan melibatkan sekitar 20 juta jiwa (Kasryno et al. 1998, Sulistyo 1998).

(6)

III. PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik dan Umur Panen

Panen merupakan pemungutan (pemetikan) hasil sawah atau ladang yang menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Panen dapat dilakukan jika kelapa sudah berumur ± 12 bulan. Cirinya adalah bagian kulit kering, bila digoyang berbunyi nyaring, berwarna coklat, dan kandungan air berkurang. Panen buah kelapa dilakukan menurut kebutuhannya. Jika kelapa yang diinginkan dalam keadaan kelapa masih muda kira-kira umur buah 7-8 bulan dari bunganya. Jika ingin mengambil buah tua untuk santan atau kopra dipanen di saat umur sudah mencapai 12-14 bulan dari berbunga atau jika sudah tidak lagi terdengar suara air di dalam buahnya. Berikut disajikan tabel perbandingan produksi beberapa jenis kelapa.

NO. Karakteristik Jenis Kelapa

Dalam Genjah Hibrida 1 Produksi kopra pada umur tahun

(ton/ha/tahun)

1,5 0,5 6,5

2 Produksi buah (butir/pohon/tahun)

90 140 150

3 Daging buah Tebal dan

kering

Tebal dan kering

Tebal dan kering

4 Umur berbuah (tahun) 6-7 4-5 3-4

5 Habitus Pohon Tinggi Sedang Pendek

3.2 Cara Panen

(7)

pemetikan dilakukan oleh kera (beruk). Kecepatan pemetikan oleh beruk 400 butir sehari dengan masa istirahat 1 jam, tetapi beruk tidak dapat membersihkan mahkota daun dan selektivitasnya kurang; (3) panen dengan galah, biasanya menggunakan bambu yang disambung, ujungnya dipasang pisau tajam berbentuk pengait. Kemampuan pemetikan rata-rata 100 pohon/orang/hari.

3.3 Periode Panen

Pemetikan buah kelapa tidak dilakukan setiapa hari, sebab akan lebih banyak memerlukan pengawasan dan penghamburan baiya. Oleh karena itu, untuk menghemat biaya dan waktu dilakukan suatu pergiliran pemetikan, umumnya berkisar 1-2 bulan. Di daerah dengan jumlah tenaga kerja banyak dan ongkos yang murah dapat melakukan pemanenan 1 bulan sekali. Sedangkan daerah dengan tenaga kerja sedikit dan upah yang tinggi dapat melakukan panen 2 bulan sekali. Jika rotasi pemanenan dilakukan lebih dari 2 bulan, kemungkinan besar sudah banyak buah kelapa yang jatuh ke tanah dan pembersihan tajuk akan terlambat. Sebaliknya jika rotasi pemetikan dilakukan kurang dari satu bulan, efisiensi tenaga kerja berkurang karena buah kelapa yang benar-benar masak baru sedikit.

Frekuensi panen dapat dilakukan sebulan sekali dengan menunggu jatuhnya buah kelapa yang telah masak, tetapi umumnya panenan dilakukan terhadap 2 bahkan 3 tandan sekaligus. Hal ini tidak begitu berpengaruh terhadap mutu buah karena menurut Padua Resurrection dan Banson (1979) kadar asam lemak pada minyak kelapa yang berasal dari tandan berumur tiga bulan lebih muda sama dengan buah dari tandan yang dipanen sehingga biaya panen dapat dihemat. Waktu panen dapat dilakukan pagi hari sampai sore hari asal keadaan lingkungan mendukung misalnya cuaca tidak hujan.

Di daerah-daerah yang berdekatan kota besar, umumnya penduduk memungut hasil berupa buah yang masih muda (degan), dan dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi daripada kelapa masak. Beberapa minuman segar yang berasal dari kelapa muda, sangat digemari terutama didaerah hawa panas dan kota besar yang selalu ramai dan padat dengan penduduk. Pemungutan buah muda selain sebagai minuman segar, juga dipergunakan sebagai obat penyakit tertentu, misalnya degan (kelapa muda) dari jenis kelapa hijauu dan lain-lain.

(8)

untuk benih, diharapkan adalah buah yang masaknya benar, tetapi belum sampai jatuh dengan sendirinya dari pohon. Pemanenan buah kelapa dilakukan terhadap buah yang berumur 11-12 bulan. Buah yang tidak dipanen pada umur tersebut akan jatuh dengan sendirinya, sedangkan jika panen dilakukan lebih awal buah akan sukar dilepas dari tangkainya.

3.4 Prakiraan Produksi

Produksi buah bergantung varietas tanaman kelapa, umur tanaman, keadaan tanah, iklim, dan pemeliharaan. Biasanya tanaman kelapa yang baik menghasilkan rata-rata 2,0-2,3 ton kopra/ha/tahun pada umur 12-25 tahun. Sedangkan untuk kelapa hibrida pada umur 10-25 tahun mampu menghasilkan rata-rata 3,9 ton/ha/tahun. Jika kelapa diolah menjadi VCO (Virgin Coconut Oil) maka dengan fermentasi terhadap VCO diperoleh rendemen minyak sebesar 33,2% dengan warna bening; berat jenis 0,9160 gr/cm3; kekentalan 0,4717 gr/cm.s; bilangan asam 0,472; bilangan penyabunan 214,58; dan bilangan peroksida 1,287 meq/kg. Sedangkan untuk analisa VCO pasaran diperoleh; berat jenis 0,9160 gr/cm3; kekentalan 0,4106 gr/cm.s; bilangan asam 1,663; bilangan penyabunan 212,89; dan bilangan peroksida 5,841 meq/kg.

3.5 Pengolahan Kelapa

(9)

tinggi, proses pengeringan dilakukan secara bertahap, mula-mula kadar air daging buah kelapa diturunkan dari 50-55% menjadi 35% selama periode 24 jam pertama. Kopra diperlukan dalam industri minyak nabati, sabun, margarin dan kosmetika. Residu kopra biasanya dipergunakan sebagai pakan ternak. (6) Minyak kelapa diperoleh dari hasil ekstrasi daging buah kelapa. Pengolahan daging buah kelapa menjadi minyak kelapa ada tiga cara yaitu ekstraksi (proses basah dan proses kering), ekspresi dan ekstaksi dengan pelarut. (7) Santan kelapa adalah hasil ekstraksi daging buah kelapa yang banyak dipergunakan untuk memasak dan industri kue-kue dan roti. Santan kelapa merupakan emulsi minyak dalam air, berwarna putih susu, beraroma gurih dan berasa manis gurih. (8) Kelapa parut kering diperoleh dengan cara mengeringkan parutan kelapa sampai kadar air 3.5% dan kadar minyak kurang dari 68%. Pembuatan dessicated coccconut dilakukan dengan cara pengeringan cepat pada suhu kurang lebih 70oC.

3.6 Analisa Nilai Gizi Kelapa dan Peranannya

(10)

Berdasarkan Tabel 3, keenam jenis kelapa Hibrida mengandung asam lemak tak jenuh (ALTJ) oleat atau omega 9 dan ALTJ esensial linoleat atau omega 6. Pada umumnya produk- produk yang ada di pasaran seperti susu formula mencantumkan berat dari kedua jenis asam lemak tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan berat dari kedua asam lemak tersebut pada keenam jenis kelapa Hibrida. Asam lemak omega 9 dan omega 6 terdapat secara alami dalam beberapa jenis bahan pangan nabati. Saat ini media masa gencar mengiklankan produk-produk yang mengandung omega 9 dan omega 6 disertai keunggulan-keunggulannya. Omega 6 adalah salah satu jenis asam lemak esensial yang harus diperoleh dari makanan karena tidak dapat dimetabolisme dalam tubuh. Di dalam tubuh omega 6 akan dimetabolisme menjadi asam arakidonat (AA). AA dan linoleat (omega 6) menduduki urutan ke-2 dan ke-3 dari keempat jenis asam lemak yang menunjang kecerdasan otak. Asam dokosahexanoat berada pada urutan pertama dan asam linolenat (omega 3) pada urutan keempat. Asam linolenat termasuk esensial yang harus diperoleh dari makanan dan dalam tubuh akan dimetabolisme menjadi DHA (Jumpsen et al., 1995 dalam Boediarti, 2000).

(11)

Meskipun kandungan protein air kelapa muda hanya 0,1%, tetapi ARG (12,75%), ALA (2,41%), CYS (1,17%), dan SER (0,91%) merupakan empat jenis asam amino yang lebih tinggi dibanding dengan yang terkandung pada protein susu sapi. Oleh karena itu air kelapa muda dapat diberikan kepada bayi (Grimwood, 1979). Selanjutnya dari 12 jenis asam amino pada air kelapa, tujuh di antaranya adalah esensial, yaitu : ARG, LEU, LYS, TYR, HIS, PHE dan CYS. Sedangkan GLU adalah jenis asam amino tertinggi dan seperti yang dijelaskan pada nilai gizi daging buah kelapa muda, GLU juga yang paling tinggi dimana asam amino tersebut merupakan nutrisi penting untuk otak.

(12)

IV. PENUTUP 4.1 KESIMPULAN

Panen buah kelapa dilakukan menurut kebutuhannya, jika kelapa yang diinginkan dalam keadaan kelapa masih muda kira-kira umur buah 7-8 bulan dari bunganya. Jika ingin mengambil buah tua untuk santan atau kopra dipanen di saat umur sudah mencapai 12-14 bulan dari berbunga atau jika sudah tidak lagi terdengar suara air di dalam buahnya. Selain bernilai ekonomi tinggi, buah kelapa juga bernilai gizi tinggi karena daging kelapa mengandung asam lemak esensial dan asam amino esensial yang sangat dibutuhkan tubuh. Pengolahan buah kelapa, di samping mempertahankan mutu, diharapkan juga dengan diolah menjadi produk baru dapat diperoleh nilai tambah untuk menunjang peningkatan pendapatan petani. Untuk itu diperlukan penelitian lanjutan sehingga diharapkan diperoleh produk yang lebih berdaya simpan lama. Peluang dalam pengembangan budidaya kelapa tentu saja dipengaruhi oleh ketersediaan sumber bahan baku yang bermutu, modal, pemasaran dan SDM. Faktor-faktor tersebut sangat menentukan dalam upaya mencapai dampak yang diharapkan seperti terciptanya lapangan kerja, peningkatan pendapatan petani, peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat.

4.1 Saran

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Boediarti, 2000. Omega 6 dan omega 3 untuk tumbuh kembang otak. Nutrition Review. Edisi Khusus. P.T. Sari Husada. Hal 1-2.

Brotosunaryo, O.A.S. 2002. Pemberdayaan petani kelapa. Dalam Kelembagaan Perkelapaan Di Era Otonomi Daerah. Prosiding KNK V. Tembilahan, 22-24 Oktober 2002. Badan Litbang Pertanian, Puslitbangbun. Hal 10-16. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan

Makanan. Bhratara Karya Aksara-Jakarta. 57 hal.

Djatmiko, B., 1991. Pemanfaatan daging buah kelapa hibrida Indonesia (Khina) Menjadi Koktil Kelapa Muda. Jur. Penelitian Kelapa. 5(1) : 17-21.

Djunaedi, I. 2003. Kebijakan dan implementasi pembangunan perkelapaan di Indonesia dari sisi pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Prosiding KNK V.

Karyadi, D. dan Mulihal, 1988. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta. 52 hal.

Kembuan, H. 1990. Studi tentang volume, berat jenis dan kadar gula air kelapa berbagai tingkat kematangan buah dari berbagai varietas. Buletin Palma. Nomor 10. Balitka Manado.

Ketaren, S. 1975. Gum Sumber dan Peranannya. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta, IPB Bogor. 115 hal.

Ketaren, S., dan B. Djatmiko. 1978. Daya guna hasil kelapa. Departemen Teknologi Hasil Kelapa. Fatemeta, IPB. Bogor.

Kunikawati, 1980. Pengaruh Konsentrasi Gula dan pH Terhadap Mutu dan Daya Simpan Minuman Kelapa Muda. Skripsi pada Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian, IPB. Bogor. 73 hal.

Rindengan, B., A. Lay dan Z. Mahmud. 1991. Manfaat kelapa dan perbaikan pasca panen untuk memperoleh nilai tambah. Prosiding Temu tugas Penelitian-Penyuluhan Bidang Tanaman Perkebunan/ Industri. Seri Pengembangan : No.4-1991. Balittas Malang. Hal 161-183.

Rindengan, B. 1999a. Pengembangan berbagai produk pangan dari daging buah kelapa hibrida. Jurnal Litbang Pertanian 18 (4): 143-149.

Referensi

Dokumen terkait

Semua lemak bahan makanan yang berasal dari hewan dan sebagian besar minyak nabati mengandung asam lemak rantai panjang, minyak kelapa sawit mengandung asam lemak rantai sedang,

Kajian Delignifikasi Pulp Formacell dari Tandan Kosong Kelapa Sawit menggunakan Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ) dalam Media Asam Asetat1. Jurnal Teknologi Industri dan

Kandungan asam lemak tak jenuh (ALTJ) dan asam lemak jenuh (ALJ) dalam minyak sawit hampir sama banyak, sedangkan minyak kelapa kaya akan asam lemak jenuh

mensyaratkan kandungan asam lemak bebas tidak lebih dari 2% dan hasil penelitian ini lebih rendah dari asam lemak bebas hasil penelitian dengan proses pengaruh

Tingkat serangan terendah terjadi pada varietas kelapa Genjah Kopyor yaitu 0,05 guntingan/pelepah, penurunan produksi < 10%, rata-rata produksi 7,14 butir/tandan

niger mem- produksi enzim lipase tertinggi pada masa inkubasi hari ke empat baik pada substrat minyak kelapa maupun ampas kelapa dan apabila digunakan untuk fermentasi ampas

Cara lain yang dipandang potensial untuk memproduksi biodiesel dari kelapa adalah memanfaatkan minyak kelapa yang masih terkandung di dalam ampas kelapa sisa pembuatan minyak

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari aktivitas antioksidan ekstrak sabut kelapa (Cocos nucifera L.) pada minyak kelapa k