18
SERANGAN ORYCTES RHINOCEROS PADA BEBERAPA
VARIETAS KELAPA (COCOS NUCIFERA L.)
ATTACKS OF ORYCTES RHINOCEROS IN SEVERAL COCONUT VARIETIES (COCOS NUCIFERA L.)
Salim1 dan Rachmat2
1)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 2)
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa Email: Salimbedah@yahoo.co.id
ABSTRAK
Salah satu penyebab penurunan produksi tanaman kelapa karena serangan hama kumbang Oryctes rhinoceros. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat serangan kumbang O. rhinoceros pada beberapa jenis tanaman kelapa. Survei serangan hama kumbang O. rhinoceros dan musuh alami di lakukan di Kebun Percobaan Balitpalma dan Lahan Masyarakat di Sulawesi Utara pada tahun 2013. Jumlah pohon contoh pada setiap lokasi sebanyak 30 pohon diambil secara acak. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah guntingan daun karena kumbang O. rhinoceros dan rata-rata jumlah buah per tandan. Hasil penelitian menunjukkan tingkat serangan hama kumbang O. rhinoceros bervariasi pada setiap varietas tanaman kelapa. Tingkat serangan terendah terjadi pada varietas kelapa Genjah Kopyor yaitu 0,05 guntingan/pelepah, penurunan produksi < 10%, rata-rata produksi 7,14 butir/tandan sedangkan serangan tertinggi terjadi pada varietas kelapa Dalam milik rakyat (Normal) yaitu 2,13 guntingan/pelepah, penurunan produksi 55< %, rata-rata produksi 3,7 butir/tandan. O. rhinoceros paling banyak ditemukan di lokasi pertanaman kelapa Normal. Musuh alami yang ditemukan di lokasi pengamatan yaitu Metarhizium anisopliae dan Baculovirus.
Kata kunci: Produksi, Kelapa, Oryctes rhinoceros.
ABSTRACT
One of cause reduced coconut production because of Oryctes rhinoceros beetle pest attack. The research was conducted to determine the level of destroy caused by O. rhinoceros beetle in some types of palm plants in 2013. Survey of O. rhinoceros beetle pests attacks and natural enemies was conducted in Balitpalma Experimental Garden and community Land in North Sulawesi. Number of palm sample of each location was 30 palms selected randomly. Observation was conducted against a number of leaf cutting by O. rhinoceros and the average number of nuts per bunch. The results showed that the level attacks of O. rhinoceros beetle pest in each varieties of coconut trees. Lowest attack rate occurred in coconut varieties Genjah Kopyor with 0.05 cut/frond, decreased production of <10%, production varied 7,14 nuts/bunch. while the highest attack occurred in coconut varieties in community property (Normal) is 2.13 cut/frond, decreased production of 55 <%, production varied 3,7 nuts/bunch. O. rhinoceros most commonly found at the site of the coconut Normal. Natural enemies in the location Metarhizium anisopliae and Baculovirus.
19
PENDAHULUAN
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman yang masuk dalam sub sektor perkebunan. komoditas kelapa secara nasional mempunyai peranan yang sangat penting terbukti sebagai sumber utama minyak nabati dalam negeri, sebagai komoditas ekspor dan devisa negara, sebagai sumber lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi petani (Efendi dan Damanik, 2010). Kelapa adalah tanaman serba guna karena setiap
bagian tanaman bermanfaat bagi
kehidupan manusia, sehingga tanaman kelapa dijuluki “Tree of Life”. Beberapa
Negara berkembang banyak yang
menggantungkan kehidupannya pada
tanaman kelapa sebagai sumber
makanan, minuman, bahan bangunan, rumah, obat-obatan, kerajinan tangan, bahkan kelapa juga dijadikanbahan baku pada sejumlah industri penting seperti kosmetik, sabun, dan lain lain. Bagian tanaman kelapa yang paling bernilai ekonomi sampai saat ini adalah daging buah (Tenda dan Kumaunang, 2007). Sedangkan menurut Barlina et al. (2009), mengatakan bahwa di negara-negara tropis seperti India dan Bangladesh sepertiga produksi buah kelapanya digunakan untuk konsumsi kelapa muda, terutama air kelapa untuk minuman sehat.
Salah satu kendala pengembangan
tanaman kelapa adalah serangan hama dan penyakit. Beberapa jenis hama yang
dapat merusak tanaman kelapa
diantaranya kumbang Oryctes
rhinoceros, Rhynchophorus ferrugineus,
Brontispa longissima, Artona
catoxantha, ulat Limacodidae seperti Parasa, Thosea dan Setora serta jenis-jenis hama lainnya (Hosang, 2010). Hama yang paling banyak menyerang tanaman kelapa adalah O. rhinoceros sehingga muncul istilah dimana ada
tanaman kelapa di situ ada hama O. rhinoceros.
Hama kumbang O. rhinoceros banyak menimbulkan kerugian pada tanaman kelapa di beberapa daerah di Indonesia. Kumbang O. rhinoceros, sudah umum dikenal oleh petani kelapa dan menyebar hampir pada seluruh pertanaman kelapa di Indonesia. Hama ini merusak pelepah daun muda yang belum terbuka dan spadiks, akibatnya produksi menurun
dan serangan berat menyebabkan
tanaman mati. Serangan hama ini dapat
berlangsung sepanjang tahun dan
populasinya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tempat berkembang biak dari hama tersebut.
Terdapat beberapa macam tempat
berkembang biak dari kumbang O. rhinoceros terutama bahan yang sudah lapuk seperti batang kelapa, batang sawit, kotoran sapi, serbuk gergaji, sekam padi, tumpukan sampah, tunggul karet dan bahan organik lainnya. Sistem peremajaan dengan menebang tanaman kelapa tua dan mengganti dengan
tanaman baru akan menimbulkan
masalah hama kumbang O. rhinoceros (Balitka, 1989; Ruskandi dan Setiawan, 2004).
Tanaman kelapa muda yang berumur 2 tahun atau kurang, kumbang merusak titik tumbuh sehingga menyebabkan tanaman mati. Suatu populasi kumbang dalam tahap makan sebanyak 5 ekor per ha dapat mematikan setengah dari tanaman yang baru ditanam (Balitka, 1989). Informasi ini menunjukkan bahwa hama kumbang O. rhinoceros merupakan hama yang berbahaya pada tanaman kelapa.
Beberapa teknik pengendalian terpadu telah diterapkan untuk mengatasi masalah hama tersebut di lapangan. Komponen utama yang digunakan dalam
pengendalian hama terpadu (PHT)
adalah sanitasi, dengan menebang dan membakar tanaman yang terserang,
20
penggunaan pestisida nabati,
penggunaan perangkap dengan feromon
dan penggunaan musuh alami
(Poorjavad et al. 2009; Singh dan Hinam, 2005).Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui tingkat
kerusakan, kehilangan hasil buah kelapa akibat serangan hama kumbang O. rhinoceros dan jenis musuh alami yang ditemukan pada beberapa varietas kelapa.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Palma dan Perkebunan Rakyat di Sulawesi Utara, pada tahun 2013. Penelitian dilakukan di lapangan dan di Laboratorium Hama Balai Penelitian Tanaman Palma.
Tingkat serangan hama kumbang O.
rhinoceros pada beberapa varietas
kelapa
Penelitian lapangan dilakukan dengan cara dipilih secara acak 30 tanaman contoh setiap varietas, total tanaman yang diamati sebanyak 240 tanaman, kemudian diamati tingkat
serangan hama O.rhynoceros dan
produksi tanaman. Cara menghitung intensitas serangan dan penilaian penurunan produksi kelapa sesuai yang di kemukakan Balitka (1989), setiap pohon diamati 5 pelepah teratas dan dihitung jumlah bekas guntingan yang ada pada pelepah tersebut, kemudian
dijumlahkan semua pelepah dan
guntingan 30 pohon yang diamati. Rumus : X =
Keterangan :
X = Rata-rata jumlah guntingan per pelepah
A = Jumlah guntingan pelepah yang diamati
B = Jumlah pelepah yang diamati
Breeding Site di Lapangan
Pelaksanaan breeding site dilakukan di
lokasi pengamatan dengan cara
memeriksa tempat yang menjadi tempat yang baik untuk berkembang biak hama O. rhinoceros diantaranya tumpukan sampah, kotoran ternak dan tanaman yang telah mati dan lapuk. Hama O. rhinoceros yang didapat dibawa ke laboratorium untuk di sortir dipisahkan setiap instar, dan diamati apakah ada yang terserang musuh alami.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat serangan hama kumbang O.
rhinoceros pada beberapa varietas
kelapa
Serangan hama kumbang O. rhinoceros
mengakibatkan tanaman kelapa
mengalami gangguan fisiologis sehingga
tidak mampu berproduksi secara
maksimal, hama ini menyerang tanaman muda sampai tanaman tua. Kerugian yang ditimbulkan sudah terjadi pada tanaman kelapa di beberapa daerah di Indonesia. Hama ini merusak pelepah daun muda yang belum terbuka dan spadiks, akibatnya produksi menurun dan serangan berat dapat menyebabkan tanaman kelapa mati. Kerusakan ditandai dengan gejala serangan daun kelapa seperti digunting segitiga sehingga bekas guntingan membentuk seperti huruf “V” (Gambar 1).
21 Gambar 1. Gejala serangan Kumbang O. rhinoceros pada tanaman kelapa
Tabel 1. Perkiraan penurunan produksi kelapa dan jumlah kumbang berdasarkan rata-rata guntingan/pelepah.
Rata-rata guntingan/pelepah Penurunan produksi buah (%)
Jumlah kumbang dalam Tahap makan/ ha < 0.25 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 < 10% 10% 18% 27% 38% 45% 53% 1 atau kurang 1 – 2 2 – 3 3 – 4 5 6 – 7 8 - 10 Hasil pengamatan kerusakan beberapa
varietas kelapa dari 10 varietas yang diamati, kerusakan daun terendah teradi pada varietas kelapa Genjah Kopyor
dengan rata-rata guntingan 0,05
guntingan/pelepah dengan rata-rata
produksi buah 7,14 butir/tandan atau sekitar 103 butir/tandan/tahun. Kerusakan tertinggi pada varietas kelapa Dalam milik rakyat dengan rata-rata guntingan 2,13
guntingan/pelepah dengan rata-rata
produksi buah 3,7 butir/tandan atau sekitar 48,84 butir/tandan/tahun. Berdasarkan
data kerusakan daun maka dapat
diasumsikan sesuai dengan hasil
penelitian Balitka, 1989 (Tabel 1), bahwa penurunan produksi bervariasi dari setiap
varietas kelapa antara 0,05 – 2,13
guntingan/pelepah, dengan asumsi
penurunan produksi terendah kurang dari 10% terdapat pada varietas kelapa (Dalam S3, Dalam Komposit, Dalam Mapanget, Genjah Kopyor, Genjah Raja, Genjah Kuning Nias dan Hibrida), dan tertinggi diatas 55% pada varietas kelapa Dalam Normal. Terjadinya perbedaan tingkat kerusakan pada beberapa varietas kelapa yang ada di Kebun Percobaan Balitpalma dan Kebun milik rakyat (kelapa Dalam Normal) disebabkan karena di Kebun Percobaan telah dilakukan pengendalian dengan penggunaan perangkap dengan feromon, musuh alami dan sanitasi tempat berkembang biak kumbang O. rhinoceros
22
melalui pembongkaran dan penebangan kelapa sudah mati (batangnya sudah lapuk
menjadi tempat yang baik untuk
perkembangan hama Oryctes). Menurut Balitka (1989) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi tingginya serangan
kumbang O. rhinoceros, karena daerah perkebunan banyak tumpukan kotoran ternak, batang kelapa atau batang palma lain yang melapuk serta tumpukan bahan organik, tempat penggergajian.
Tabel 2. Rata-rata guntingan daun akibat serangan kumbang O. rhinoceros pada beberapa varietas kelapa dan produksinya.
Varietas Kelapa Rata- rata guntingan/pelepah Rata-rata Buah/tandan (Butir) Estimasi Penurunan produksi (%) Kelapa Dalam S3 0,22 6,9 < 10
Kelapa Dalam Komposit 0,07 2,14 < 10
Kelapa Dalam Mapanget 0,15 7,32 < 10
Kelapa Dalam milik rakyat
(Lokal) 2,13 3,7 55 <
Kelapa Genjah Kopyor 0,05 7,14 < 10
Kelapa Genjah Raja 0,19 7,58 < 10
Kelapa Genjah Kuning Nias 0,08 4,34 < 10
Kelapa Genjah Salak 0,28 7,8 12
Kelapa Genjah Bali 0,73 4,1 25
Kelapa Hibrida 0,06 5,8 < 10
Kerusakan terjadi pada pelepah-pelepah muda, maka beberapa ekor kumbang saja sudah dapat menyebabkan kerugian yang
besar. Kehilangan permukaan daun
melemahkan tanaman kelapa dan
mengurangi produksi buahnya (Balitka, 1989). Tingginya serangan dapat pula disebabkan karena morfologi tanaman yang mempengaruhi penerimaan serangga karena secara visual sesuai untuk serangga
ataupun mempengaruhi serangga
mengkonsumsi tanaman tersebut. Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhinya preferensi serangga pada tanaman diantaranya sifat-sifat fisik dan kimia tanaman (Hosang, 2010).
Breeding Site di Lapangan
Hasil pemeriksaan di lapangan dari setiap lokasi pertanaman kelapa didapatkan jumlah hama O. rhinoceros dari berbagai stadia berbeda dan ditemukan juga musuh
alami M. anisopliae yang menginfeksi larva di lokasi kelapa Dalam Mapanget dan Baculovirus yang menginfeksi larva di lokasi kelapa Dalam Normal (Tabel 3).
Di lapangan ditemukan larva O.
rhinoceros yang terinfeksi M. anisopliae dan Baculovirus, ini menunjukkan bahwa kedua musuh alami masih berpeluang besar dalam pengendalian dan menekan tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh hama O. rhinoceros di pertanaman kelapa. Hal ini sesuai yang dikemukakan Munaan et al. (1996), penggunaan cendawan M. anisopliae dapat menurunkan tingkat serangan dan mempertahankannya pada tingkat yang rendah dalam jangka waktu lama. Latifian dan Rad (2012), bahwa M .anisopliae bersifat patogen terhadap penggerek ketiak pelepah O. elegans dan dapat mengurangi kemampuan makan fakunditas sampai mengalami kematian. Tabel 3. Jumlah O. rhinoceros yang ditemukan di lokasi pengamatan
23
No. Lokasi Telur Larva
Instar 1
Larva Instar 2
Larva Instar 3
Pupa Imago Musuh
Alami 1 Kelapa Dalam S3 0 0 0 0 0 1 - 2 Kelapa Dalam Komposit 0 0 0 2 0 0 - 3 Kelapa Dalam Mapanget 0 1 0 2 0 0 Metarhizi um anisopliae 4 Kelapa Dalam Normal 2 25 10 53 0 4 Baculovir us 5 Kelapa Genjah Kopyor 0 0 0 0 0 0 - 6 Kelapa Genjah Raja 0 0 0 0 0 0 - 7 Kelapa Genjah Kuning Nias 0 0 0 0 0 0 - 8 Kelapa Genjah Salak 1 0 0 1 0 2 - 9 Kelapa Genjah Bali 0 1 2 0 0 0 - 10 Kelapa Hibrida 0 0 0 0 0 0 -
Gambar 2. Kumpulan Larva O. rhinoceros (a) Larva O. rhinoceros pada batang kelapa
yang lapuk (b), Larva yang terinfeksi M. anisopliae (c)
Hasil pengamatan larva O. rhinoceros yang terinfeksi M. anisopliae, di lapangan menunjukkan pada larva yang terinfeksi terdapat miselium yang berwarna putih
kemudian berubah menjadi hijau. Hal ini sesuai yang dikemukakan Salim dan Hosang (2013), larva yang baru terinfeksi M. anisopliae terdapat bercak yang
24
berwarna cokelat pada tubuhnya dan membuat gerakannya menjadi lambat kemudian mati. Satu hari setelah kematian larva sudah nampak miselium warna putih. Pada hari kedua terlihat mulai
muncul konidia warna hijau dan
seterusnya terselimuti konidia dari M. anisopliae yang semuanya hijau.
Menurut Alouw (2010), Konidia
cendawan yang berada di permukaan
tubuh larva O. rhinoceros akan
berkecambah dan membentuk tabung
kemudian suatu appressorium akan
dihasilkan di ujung tabung kecambah sebagai proses awal invasi ke tubuh larva
O. rhinoceros. Appressorium akan
menghasilkan jarum penetrasi untuk menginvasi kutikula serangga. Penetrasi ke tubuh serangga didukung oleh
enzim-enzim yang dikeluarkan oleh M.
anisopliae terutama enzim protease
dimana enzim ini menghidrolisis kutikula serangga yang sebagian besar (70%) terdiri dari protein. Cendawan berhasil masuk ke tubuh serangga maka toksin (destruxin) yang dihasilkan M. anisopliae
memainkan peranan penting untuk
mematahkan pertahanan serangga inang
sehingga berakhir pada kematian
serangga. Serangga inang mati maka cendawan tumbuh sampai ke permukaan tubuh inang dan bersporulasi membentuk konidia berwarna hijau di atas permukaan tubuh serangga yang mati.
KESIMPULAN
Tingkat kerusakan tanaman kelapa dari beberapa varietas bervariasi, kerusakan terendah pada varietas kelapa kopyor dengan serangan 0,05 guntingan/pelepah dengan perkiraan kehilangan hasil <10%, rata-rata buah/tandan 7,14, sedangkan yang tertinggi pada varietas kelapa
Normal dengan kerusakan 2,13
guntingan/pelepah dengan kehilangan hasil 55%<, rata-rata buah/tandan 3,7. Dari breeding site populasi O. rhinoceros
paling banyak ditemukan pada kelapa
Dalam Normal, faktor-faktor yang
mempengaruhi tingginya serangan O. rhinoceros di lokasi karena dekat dengan tempat penggergajian kayu, cara sanitasi yang kurang. Ditemukan Musuh alami M. anisopliae di lokasi tanaman kelapa Dalam Mapanget dan Baculovirus di lokasi varietas kelapa Dalam Normal.
DAFTAR PUSTAKA
Alouw J.C. 2010. Patogenisitas Metabron Terhadap Hama Sexava nubila (Orthoptera : Tettigoniidae). Balai Tanaman Kelapa dan Palma Lain. Buletin Palma. 38(4):24-32.
Balitka. 1989. Pengendalian kumbang kelapa secara terpadu. FAO/UNDP IPM Project. Manado, 29p.
Barlina, R., Karouw, S. dan Novarianto, H. 2009. Mutu Kelapa Muda dari Beberapa Varietas Kelapa. Buletin Palma 36: 1-7.
Efendi, D.S dan S. Damanik. Pola Usahatani Terpadu Kelapa, Pandan dan Ternak untuk Meningkatkan Pendapatan Petani di Desa Sindang Jaya, Tasikmalaya, Jawa Barat. Buletin Palma. 38 : 10-16.
Hosang, M.L.A., 2010. Ketahanan Lapang
Empat Aksesi Kelapa Genjah
Kopyor Terhadap Hama Oryctes rhinoceros di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Buletin Palma. 38: 34 – 42. Latifian Masoud and Bahar Rad. 2012.
Pathogenicity of the
entomopathogenic fungi Beauveria
bassiana (Balsamo) Vuillmin,
Beauveria brongniartii Saccardo and Metarhizium anisopliae Metsch to adult Oryctes elegans Prell and effects on feeding and fecundity. International Journal of Agriculture and Crop Sciences 4 (14) : 1026-1032.
25 Munaan A, Suharyono dan Noveriza.
1996. Penelitian pengendalian hayati oryctes rhinoceros di Jawa Timur. Puslitbangtri Bogor. Jurnal Littri 1 (6):301-309.
Poorjavad N., S.H. Goldansaz dan A. Avand-Faghih. 2009. Response of the palm weevil Rhynchoporus
ferrugineus to its aggregation
pheromone under laboratory
conditions. Bulletin of Insectology 62(2): 257-260.
Ruskandi dan Odah Setiawan. 2004.
Teknik Pengendalian Hama
Pemakan Daun Kelapa melalui Infus Akar. Loka Penelitian Polatanam Kelapa Pakuwon. Buletin Teknik Pertanian 9 (2) : 70-73.
Salim dan Hosang, M.L.A, 2013.
Serangan Oryctes rhinoceros pada Kelapa Kopyor di Beberapa Sentra Produksi dan Potensi Metarhizium anisopliae sebagai Musuh Alami. Buletin Palma.Vol.14(1):47-53. Singh, S.P. and P. Hinam. 2005.
Trapping-a major tactic of BIPM strategy of palm weevils. Cord 21(1):57-84.
Tenda, E.T dan Kaumanuang, J. 2007. Keragaman Fenotipik Kelapa Dalam di Kabupaten Pacitan, Tulungagung dan Lumajang Jawa Timur. Buletin Palma 32: 22-29.