• Tidak ada hasil yang ditemukan

Critical Review Penentuan Lokasi Dan Jum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Critical Review Penentuan Lokasi Dan Jum"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA LOKASI

DAN KERUANGAN

Critical

Review

Jurnal

Satya Jalu Sepasthika

3612100073

Jurusan Perencanaan

Wilayah Dan Kota

Institut Teknologi Sepuluh

Nopember Surabaya

(2)

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan ... 2

BAB II Konsep Dasar Teori Lokasi ... 4

BAB III Alasan Pemilihan Lokasi... 7

BAB IV Faktor-faktor Lokasi ... 10

BAB V Implikasi Teori Terhadap Lokasi ... 15

BAB VI Lesson Learned ... 17

(3)

Critical Review Penentuan Lokasi Dan Jumlah Gudang Distribusi Air Mineral Dalam

Kemasan (AMDK) Menggunakan Metode Cluster di PDAM Kota Bandung

BAB I Pendahuluan

Pemilihan lokasi pabrik merupakan salah sat hal yang penting dalam perancangan pabrik yang memproduksi barang maupun jasa. Dengan demikian strategi lokasi adalah hal yang tidak dapat diabaikan dalam proses perancangan. Alasan yang medasarinya diantaranya

yaitu sektor barang memerlukan lokasi untuk melakukan kegiatan pembuatan produk barang tersebut atau tempat memproduksi (pabrik) sedangkan untuk sektor jasa memerlukan tempat

untuk dapat memberikan pelayanan bagi konsumen.

Pertimbangan lain dalam perencanaan dan pemilihan lokasi pabrik yaitu faktor sumber

bahan baku, area pemasaran, dan tersedianya tenaga kerja. Setiap pabrik akan berusaha menjaga agar penyaluran bahan baku dapat berkesinambungan dengan harga layak dan

transportasi rendah. Berbagai industri memilih tempat fasilitas produksinya di dekat area pemasarn dengan tujuan untuk memperpendek jaringan distribusi produk sehingga cepat

sampai ke tangan konsumen.

Keputusan lokasi dalam desain suatu sistem logistik adalah berpusat pada gudang,

dimana gudang diharapkan dapat memberikan pelayanan atau keuntungan biaya dalam suatu pasar tertentu. PDAM merupakan sebuah perusahaan merk Hanaang dan Watermed. Untuk

menjalankan misinya dalam mengutamakan mutu dan inovasi produk maka perusahaan terus melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas sedang untuk mencapai visinya yaitu sebagai

produsen produk AMDK terbaik maka perusahaan sangat memperhatikan penyimpanan dan pendistribusian produknya.

Pertumbuhan industri yang semakin meningkat menuntut setiap perusahaan melakukan pengembangan dan peningkatan di segala aspek sehingga iklim dunia usaha semakin

kompetitif. Untuk mengatasi tingkat persaingan yang semakin ketat maka setiap perusahaan harus memiliki suatu strategi yang dianggap efektif agar perusahaan mampu menjaga

eksistensinya.

(4)

menjadi salah satu kunci keberhasilan perusahaan dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan. Untuk melaksanakan pengadaan barang secara cepat maka diperlukan sutu

sistem distribusi barang dan sistem pengadaan barang yang tepat, sehingga perusahaan dituntut pula untuk memperhatikan lokasi dari gudang penyimpanan barang jadi yang dapat

(5)

BAB II Konsep Dasar Teori Lokasi

Pengertian teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan

ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha

atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77). Pengertian teori lokasi yang lainnya adalah suatu penjelasan teoritis yang dikaitkan dengan tata ruang dari kegiatan

ekonomi. Hal ini selalu dikaitkan pula dengan alokasi geografis dari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik

ekonomi maupun sosial.

Pertama kali yang mengembangkan teori lokasi adalah Von Thunen pada tahun 1880,

namun teori ini lokasi diperkenalkan secara utuh oleh Walter Isard pada tahun 1952. Teori lokasi merupakan teori yang dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti bidang geografi dan ekonomi. Namun pada awal perkembangannya teori ini lebih kepada bidang geografi

daripada bidang ekonomi. Terdapat tiga hal yang menimbulkan permasalahan seperti ini. Yang pertama, teori lokasi lebih menarik ahli geografi daripada ahli ekoomi, sehingga teori lokasi

merupakan bagian dari ilmu geografi. Yang kedua, peralatan yang digunakan dianggap tidak biasa bagi ahli ekonomi sehingga tidak menarik bagi mereka yang membidanginya. Yang

ketiga, teori lokasi yang pada awal dikembangkan dalam tiga bentuk yang pada waktu itu lebih tampak berdiri sendiri.

Sebagian besar dasar teori ekonomi diasumsikan membatasi ruang dan jarak. Beberapa ahli ekonomi telah mengetahui pentingnya arti lokasi tetapi tidak banyak yang berusaha untuk

memperkenalkan modal lain dengan beberapa variabel secara teoritis. Dan sebagian lagi menganggap bahwa keterangan lokasi yang membutuhkan analisis yang kuat serta tata cara yang diterapkan untuk dimengerti, terutama dari segi tingkah laku usaha. Alfred Weber adalah

seorang ahli yang mengemukakan teori lokasi dengan pendekatan ekonomi. Namun ia

merupakan penerus Wilhem Lounhart (1882-1885) yang menunjukkan bagaimana mengoptimalkan lokasi dengan menyerderhanakan hanya dua sumber material dan satu pasar yang disajikan dalam bentuk locational triangle.

(6)

dengan keuntungan yang maksimum. Prinsip tersebut didasarkan pada enam asumsi bersifat prakondisi, yaitu

1. Wilayah bersifat homogen dalam hal topografi, iklim dan penduduknya (keadaan penduduk yang dimaksud menyangkut jumlah dan kualitas SDM)

2. Ketersediaan sumber daya bahan mentah 3. Upah tenaga kerja

4. Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik (biaya sangat ditentukan oleh bobot bahan mentah dan lokasi bahan mentah)

5. Persaingan antar kegiatan industri 6. Manusia berpikir secara rasional

Weber juga menyusun sebuah model yang dikenal dengan istilah segitiga lokasionaal (locational triangle), yang didasarkan pada asumsi :

1. Bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian adalah daerah yang terisolasi. Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit perusahaan dapat

memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan sempurna 2. Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas

3. Barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik tersedia secara terbatas pada sejumlah tempat

4. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga yang

mobilitasnya tinggi.

Teori Christaller (1933) menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah

kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Menurut Christaller, pusat-pusat pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah menurut pola berbentuk heksagon (segi enam). Keadaan

seperti itu akan terlihat dengan jelas di wilayah yang mempunyai dua syarat. Pertama, topografi yang seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang mendapat pengaruh dari lereng dan

pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur pengangkutan. Kedua, kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak memungkinkan adanya produksi primer, yang menghasilkan

padi-padian, kayu atau batu bara.

Model wilayah yang digunakan untuk pengembangan model Christaller adalah:

a. Wilayahnya datar dan sama.

b. Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah dengan harga yang sama

(7)

d. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya.

e. Tidak terdapat batasan administrasi dan politis yang dapat menyimpangkan

perkembangan permukiman

f. Tidak terdapat eksternal ekonomi yang mengganggu pasar

Luas pemasaran minimal sangat tergantung pada tingkat kepadatan penduduk di lokasi, dimana tingkat kepadatan dan luas pemasaran (range/jarak maksimum dan threshold/jarak

minimum) berbanding terbalik. Teori Christaller mengklasifikasikan pusat pelayanan menjadi beberapa tingkatan, yakni:

a. Tempat sentral berhierarki 3 (K = 3) Tempat sentral berhierarki 3 adalah pusat pelayanan berupa pasar yang senantiasa menyeddiakan barang konsumsi bagi

penduduk di daerah sekitarnya. Hierarki 3 sering disebut juga sebagai pasar optimal yang mempengaruhi 1/3 wilayah disekitarnya dengan bentuk heksagonal.

b. Tempat sentral berhierarki 4 (K = 4) Tempat sentral berhierarki 4 adalah daerah mempengaruhi wilayah sekitarnya dengan senantiasa memberikan kemungkinan rute

lalu lintas yang paling efisien. Situasi lalu lintas optimum ini memiliki pengaruh ½ bagian dari wilayah-wilayah lain di sekitarnya yang berbentuk segi enam.

c. Tempat sentral berhierarki 7 (K = 7) Tempat sentral berhierarki 7 adalah daerah administrasi optimum. Tempat sentral ini mempengaruhi seluruh bagian wilayah-wilayah tetangganya. 4 Prinsipnya adanya kemudahan dalam rentang kendali pengawasan

(8)

BAB III Alasan Pemilihan Lokasi

Keputusan lokasi dalam desain suatu sistem logistik adalah berpusat pada gudang,

dimana gudang itu didirikan jika dapat memberikan pelayanan atau keuntungan biaya dalam suatu pasar tertentu (Bowersox, 1978;16). PDAM merupakan sebuah perusahaan berkembang

yang bergerak di bidang industri AMDK Hanaang dan Watermed. Untuk menjalankan misinya dalam mengutamakan mutu dan inovasi produk maka perusahaan ini terus melakukan

perbaikan dan peningkatan kualitas. Untuk mencapai visinya yaitu sebagai produsen produk AMDK terbaik maka perusahaan sangat memperhatikan kondisi penyimpanan dan

pendistribusian produknya dengan baik. Saat ini perusahaan memiliki satu tempat produksi dan satu buah gudang pusat yang terletak di Jl. Sersan Bajuri No. 5 Ledeng Bandung, karena perusahaan tidak memiliki gudang distribusi, maka sistem distribusi yang dilakukan perusahaan

dengan jalan ekspedisi. Akan tetapi berdasarkan pengalaman perusahaan, sistem distribusi ini

banyak merugikan pihak perusahaan. Menurut analisa perusahaan bahwa sering ada keluhan dari pelanggan yang mengatakan bahwa produk sampai ke tangan pelanggan dalam kondisi kemasan yang rusak dan pihak distributor sering melakukan keterlambatan pengiriman

terhadap beberapa produknya sesuai permintaan menurut daerah pemasarannya masing-masing. Untuk itu yang menjadi perumusan masalahnya adalah bagaimana menentukan lokasi

dan jumlah gudang distribusi yang optimal namun dapat menjangkau seluruh daerah pemasaran serta bagaimana menentukan jaringan distribusi yang dapat memberikan total biaya

logistik yang rendah bagi pihak perusahaan agar mampu memenuhi kebutuhan pelanggan.

Tabel 1. Koordinat Lokasi Pasar di Jawa Barat

(9)

Tabel 2 Total Ongkos Logistik Hasil Perhitungan CLuster Gambar 2. Grafik Koordinat Lokasi Pasar di Jawa Barat

Sumber: Peneliti, 2013

Sumber: Peneliti, 2013

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode Cluster, maka diperoleh struktur

distribusi baru dimana pabrik memiliki 1 distribution center pusat yang terletak di pabrik dan 1

(10)

Gambar 3 Struktur Distribusi Baru PDAM Kota Bandung

Ledeng Bandung. Untuk melayani 6 daerah pemasaran Bandung, Sumedang, Majalengka, Garut, Cianjur, Purwakarta.

(11)

BAB IV Faktor-faktor Lokasi

Keputusan Lokasi untuk memilih tempat (site) – Adapun faktor pertimbangannya :

1. Ukuran dan biaya lokasi

2. Sistem transportasi udara, kereta, jalan bebas maupunb jalur laut. 3. Pembatasan daerah.

4. Kedekatan dengan jasa / pasokan yang dibutiuhkan. 5. Permasalahan dampak lingkungan.

6. Fungsi inventory

٥ Memisahkan berbagai material untuk proses produksi

٥ Menyediakan material untuk pilihan pelanggan

٥ Mengambil keuntungan diskon

٥ Menjaga pengaruh inflasi

7. Receiving and Shipping

Penempatan departemen penerimaan (Receiving) dan pengiriman (Shipping)

berpengaruh besar terhadap aliran material. Departemen penerimaan tempat dimulainya aliran material, sedang departemen pengiriman merupakan akhir dari aliran material.

Sentralisasi departemen penerimaan dan pengiriman mempunyai beberapa keuntungan, yaitu: memaksimalakan penggunaan peralatan, memaksimalkan penggunaan personal,

efisiensi ruangan, dan pengurangan biaya fasilitas.

Tujuan tata letak gudang (warehouse layout) adalah untuk menemukan titik optimal

antara biaya penanganan bahan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan luas ruang dalam gedung. Sebagai konsekuansinya adalah memaksimalkan penggunaan sumber daya (ruang)

dalam gudang, yaitu memanfaatkan kapasitas secara penuh dengan biaya perawatan material rendah. Biaya penanganan bahan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan tranfortasi

(12)

penyusutan. Tata letak gudang yang efektif juga meminimalkan kerusakan material dalam gudang.

Intinya gudang diharapkan berfungsi untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya dan memaksimalkan pelayanaan terhadap pelanggan dengan sumber yang terbatas. Maka

dalam perencanaan gudang dan sistem pergudangan diperlukan hal-hal berikut ini :

1. Memaksimalkan penggunaan ruangan

2. Memaksimalkan penggunaan peralatan 3. Memaksimalkan penggunaan tenaga kerja

4. Memaksimalkan kemudahan dalam penerimaan seluruh material dan pengiriman material.

5. Memaksimalkan perlindungan terhadap material

8. Jenis Inventory

٥ Raw material (Bahan baku)

٥ Work-in-progress (Setengah Jadi)

٥ Maintenance/repair/operating supply

٥ Finished goods (Barang Jadi)

Dari beberapa jenis gudang di atas, penyimpanannya dilakukan dengan beberapa cara.

Antara lain dengan masa waktu penyimpanan, yang dibedakan menjadi dua yaitu gudang temporare yang berarti material yang disimpan hanya untuk sementara, dan gudang semi

permanent yaitu tempat untuk penyimpanan material yang kemudian siap untuk dilakukan pengiriman material.

9. Penyimpanan Sementara

Suatu proses produksi yang dilakukan dengan melewati beberapa proses akan

menghasilkan material setengah jadi, yaitu material yang harus menunggu dilakukan proses berikutnya. Barang setengah jadi ini yang telah diproses pada suatu proses harus disimpan

(13)

tempat tertentu yang agak lama untuk proses berikutnya sampai material tersebut diperlukan kembali. Kedua, menaruh barang setengah jadi tersebut dengan berada dekat mesin atau

tempat kerja.

10. Penyimpanan Semi Permanent

Penyimpanan semi permanent merupakan penyimpanan untuk material- material menunggu perintah untuk dikeluarkan. Yang termasuk dalam penyimpanan ini adalah material

produk jadi, material sisa, skrap, dan barang buangan yang masih sering dibutuhkan.

11. Fungsi penerimaan

Untuk kelancaran proses penerimaan maka beberapa fasilitas diperlukan departemen penerimaan yaitu :

1. Area yang cukup untuk penempatan angkutan.

2. Dock door atau pintu dermaga sesuai dengan alat angkut yang keluar

masuk pabrik.

3. Dockboard : suatu alat sebagai jembatan penghubung antara lantai dock

dan lantai trailer, untuk memudahkan perpindahan material dari trailer ke dock.

4. Area untuk pallet atau peti kemas material produk.

5. Area untuk penempatan produk sebelum dilakukan pengiriman. 6. Suatu kantor untuk kegiatan administrasi.

7. Fasilitas lain : area untuk gang, jalan masuk, dan sebagainya. 8. Fungsi Pengiriman

Terdapat beberapa faktor yang harus diperhitungkan dalam proses pengiriman. Pertama, kondisi material yang akan didistribusikan. Kedua, sifat fisik dari material tersebut.

Ketiga, metode penanganan / pemindahan material termasuk alat pengangkutannya. Keempat, beban kerja: jumlah pengiriman per satuan waktu, volume yang dibawa tiap kali pengiriman,

jumlah dan jadwal kedatangan alat angkut. Terakhir adalah lokasi daerah pengiriman, dll.

(14)

Cross-docking adalah menghindari penempatan material atau barang-barang dalam gudang dengan langsung memprosesnya saat diterima. Artinya bahan dipindahkan langsung

dari penerima untuk pengiriman dan tidak ditempatkan dalam penyimpanan di gudang. Dalam sebuah fasilitas manufaktur, produk diterima langsung pada lini perakitan. Pada sebuah pusat

distribusi, muatan yang telah diberi label dan disusun sebelumya tiba pada dok pengiriman untuk dirute ulang sehingga menghindari aktivitas penerimaan secara formal, perhitungan

stok/penyimpanan, dan pemilihan pesanan. Karena aktivitas ini tidak menambah nilai pada produk, jika dihapuskan, penghematan biayanya akan sebesar 100%. Walaupun Cross-Docking

mengurangi biaya penanganan bahan, persediaan, dan fasilitas, namun hal ini memerlukan penjadwalan yang ketat dan juga identifikasi produk yang datang secara akurat dengan sistem

barcode.

13. Random Stocking

Automatic Identification System (AIS) biasanya berbentuk barcode, mengerjakan identifikasi barang secara akurat dan cepat. Jika AIS dipadukan dengan sistem informasi

manajemen yang efektif, maka manajer operasi dapat mengetahui jumlah dan lokasi setiap unit yang ada. Informasi ini dapat digunakan dengan operator manusia atau dengan ASRS untuk memuat unit di mana pun di dalam gudang-secara acak. Jumlah dan lokasi persediaan yang

akurat berarti pemanfaatan fasilitas keseluruhan secara potensial karena ruang tidak perlu dipersiapkan untuk unit penjaga persediaan (stock-keeping unit-SKU) atau keluarga komponen.

Sistem random stocking yang terkomputasi meliputi tugas-tugas berikut:

1. Membuat daftar lokasi “terbuka” atau yang tersedia.

2. Membuat catatan persediaan sekarang secara akurat dan juga lokasinya. 3. Mengurutkan barang-barang dalam urutan tertentu untuk meminimalkan

waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk “mengambil” pesanan. 4. Menggabungkan pesanan untuk mengurangi waktu penjemputan.

5. Menugaskan barang atau sekumpulan barang tertentu, seperti barang-barang yang sering digunakan pada wilayah gudang tertentu sehingga jarak tempuh total dalam gudang dapat diminimalkan.

(15)

14. Customizing

Walaupun gudang diharapkan dapat menyimpan produk sekecil mungkin dan menyimpannya dalam waktu sesingkat mungkin, sekarang, permintaan yang ada adalah bagaimana gudang dapat mengustomisasikan produk. Gudang dapat menjadi tempat di mana

nilai produk ditambahkan melalui kustomisasi. Kustomisasi gudang biasanya merupakan cara yang baik dalam menghasilkan keunggulan bersaing pada pasar di mana terdapat perubahan

produknya terjadi sangat cepat. Sebagai contoh, gudang dapat menjadi tempat di mana komponen computer dipasang, peranti lunaknya dimuat, dan perbaikannya dilakukan. Gudang

juga menyediakan label dan pengemasan yang terkostumisasi untuk pedagang eceran sehingga barang yang datang dapat langsung dipajang.

Saat ini, semakin banyak gudang yang ditempatkan bersebelahan dengan bandara besar, seperti dalam fasilitas yang dimiliki oleh terminal Federal Express di Memphis.

Menambahkan nilai gudang yang bersebelahan dengan bandara besar memungkinkan dilakukannya pengiriman dalam satu malam. Sebagai contoh, jika terminal computer Anda

rusak, penggantinya dapat dikirimkan kepada anda dari sebuah gudang untuk diantarkan keesokan paginya. Saat terminal lama Anda tiba kembali ke gudang, terminal itu akan diperbaiki dan dikirim kepada orang lain lagi. aktivitas penambahan nilai seperti ini pada

“gudang semu” mengontribusikan strategi-strategi kustomisasi, biaya rendah, dan respons

(16)

BAB V Implikasi Teori Terhadap Lokasi

Berdasarkan penjabaran dalam bab sebelumnya dijelaskan mengenai 2 teori, yaitu teori yang menjabarkan mengenai konsep dasar teori lokasi dan jumlah gudang serta teori yang

menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peletakan lokasi dan jumlah gudang, teori yang sesuai untuk dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teori Alfred Weber

dengan fakor yang mempengaruhi suatu penempatan lokasi dan teori tempat sentral dari Christaller dengan prinsip terpusatnya.

Weber juga berpendapat ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, biaya tenaga kerja dan kekuatan aglomerasi. Biaya transportasi diasumsikan

berbanding lurus terhadap jarak yang ditempuh dan berat barang, sehingga titik lokasi yang membuat biaya terkecil adalah bobot total pergerakan pengumpulan berbagai input dan

pendistribusian yang minimum. Dipandang dari segi tata guna lahan model Weber berguna untuk merencankan lokasi industri dalam rangka mensupli pasar wilayah, pasar nasional dan pasar dunia. Dalam model ini, fungsi tujuan biasanya meminimumkan ongkos transportasi

sebagai fungsi dari jarak dan berat barang yang harus diangkut (input dan output). Dalam hal ini penulis kurang memperhatikan konsep teori yang telah dijabarkan oleh weber padahal dalam

sebuah clustering industry merupakan suatu konsep yang juga berpacu kepada Weber.

Dalam hal ini peneliti seharusnya menyesuaikan dengan konsep Weber tentang isotim

dan isodapane sehingga penulis dapat mengetahui dengan lebih efektif kapan harus mendekatkan industri dengan pasar atau kapan harus mendekatkan industri dengan sumber

bahan baku. Dalam hal ini penulis seharusnya menggunakan model segitiga weber yang ketiga yaitu penentuan lokasi industri yang mendekatkan kepada pasar daripada bahan baku,

dikarenakan dalam sebuah industri AMDK akan lebih mudah dibawa ketika bentuknya masih menjadi air dan akan lebih sulit dibawa ketika bentuknya sudah dikemas karena akan lebih

mudah rusak seperti yang melatarbelakangi penelitian ini bahwa banyak sekali konsumen yang menyatakan bahwa AMDK yang mereka peroleh sudah dalam keadaan yang rusak.

Dalam teori tempat sentral dijelaskan pula bahwa Christaller dengan model tempat sentral (central lace model) mengemukakan bahwa tanah yang positif adalah tanah yang mendukung pusat kota. Pusat kota tersebut ada karena untuk berbagai jasa penting harus

(17)

(Reksohadiprojo-Karseno, 1993:24). Penulis juga tidak mengkaji teori sentral yang dinyatakan oleh Christaller, penelitian ini seharusnya dianalisis berdasarkan kedudukan suatu kota

khususnya Kota Bandung sebagai kota pusatnya dan beberapa kota didekatnya sebagai penyokong lokasi sentral gudang industri AMDK yang ada di Kota Bandung.

Penulis juga harusnya memberikan prinsip aglomerasi, karena berdasarkan prinsip aglomerasi (scale economics atau ekonomi skala menuju efisiensi atau kedekatan menuju sesuatu), ekonomi kota besar menjadi pusat daerahnya sendiri dan pusat kegiatan kota yang lebih kecil. Artinya, kota kecil bergantung pada tersedianya dan adanya kegiatan yang ada pada

kota besar. Oleh karena itu, apabila orang yang berada di luar kota besar ingin membeli sesuatu dapat membeli di toko sekitar tempat tinggalnya (convinience buying). Tetapi, bila ia ingin membeli bermacam barang maka, dia akan pergi ke kota-kota/multipurpose trip (Reksohadiprojo-Karseno,1993:35).

Dalam hubungan antara kota dengan rumah tinggal, Christaller mengatakan bahwa rumah tangga memaksimalkan keguanaan atau kepuasan dalam rangka pemilihan tempat

tinggal atau pemukiman. Jadi orang yang dikirim ke kota dan bukan barang (commuting). Merupakan perluasan teori perilaku konsumen, dimana konsumen memaksimalkan konsumsi rumah, barang dan jasa lain terbatas oleh anggaran yang terdiri dari penghasilan uang dan

penghasilan yang hilang karena aktifitas commuting yang berupatarif angkutan dan biaya operasional kendaraan yaitu bensin, pemeliharaan dan perbaikan (Reksohadiprojo-Karseno,

1993:40).

Kedua teori diatas saling berkorelasi yaitu suatu teori Weber dengan faktor yang

(18)

BAB VI Lesson Learned

Dalam menentukan suatu kawasan kegiatan yang efektif tentang pergudangan untuk menunjang aktivitas produksi dapat menggunakan analisis cluster yang menggabungkan antara

kondisi eksisting dengan rencana suatu penempatan lokasi. Dalam penggunaannya, beberapa teori lokasi dapat dikorelasikan sehingga menjadi sebuah kesatuan yang kuat dalam

menganalisa suatu lokasi. Teori lokasi Weber digunakan dalam suatu kegiatan produksi terhadap suatu industri yang bertujuan untuk menentukan beberapa faktor-faktor yang terkait

dengan aktivitas produksi tersebut. Dalam sebuah teori lokasi Weber seharusnya menggunakan pemodelan segitiga Weber sehingga dapat mempermudah dalam menganalisis suatu teori

lokasi industri yang berhubungan dengan perbandingan jarak antara pasar dengan bahan baku yang nantinya dapat tercipta suatu efektifitas industri.

Metode cluster yang digunakan dapat dikorelasikan dengan teori Weber dengan menganalisis melalui pemetaan SIG dengan mempertimbangkan kondisi geografis yang disesuaikan dengan penentuan lokasi dan jumlah gudang AMDK melalui jumlah ongkos

transportasi, ongkos simpan, ongkos distribusi di setiap lokasi gudang yang sesuai dengan kondisi geografisnya.

Dalam metode hirarki cluster terdapat dua tipe dasar yaitu agglomerative (pemusatan) dan divisive (penyebaran). Dalam metode agglomerative, setiap obyek atau observasi dianggap sebagai sebuah cluster tersendiri. Dalam tahap selanjutnya, dua cluster yang mempunyai kemiripan digabungkan menjadi sebuah cluster baru demikian seterusnya.

Sebaliknya, dalam metode divisive kita beranjak dari sebuah cluster besar yang terdiri dari semua obyek atau observasi. Selanjutnya, obyek atau observasi yang paling tinggi nilai

ketidakmiripannya kita pisahkan demikian seterusnya. Dalam penelitian ini, dilakukan agglomerative yang nantinya disusun struktur baru terhadap sistem distribusi industri gudang AMDK.

Dalam sebuah penentuan cluster dengan hirarki cluster tersebut dapat digabungkan

dengan menggunakan teori central yang dikemukakan oleh Cristaller, karena dalam teori central ini juga menggunakan hierarki atau tingkatan yang mengclusterkan beberapa lokasi industri melalui skala pelayanan. Penelitian ini termasuk ke dalam hierarki 7 dengan daerah

(19)
(20)

Daftar Pustaka

B.J, P. (2009). Teori Lokasi, Analisis CLuster. Retrieved 2014, from Wordpress: http://prayudho.wordpress.com/2009/11/05/teori-lokasi/

Mulyati, E. (n.d.). Penentuan Lokasi dan Jumlah Gudang Distribusi Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) Menggunakan Metode CLuster Di PDAM Kota Bandung. 11.

Gambar

Tabel 1. Koordinat Lokasi Pasar di Jawa Barat
Gambar 2. Grafik Koordinat Lokasi Pasar di Jawa Barat
Gambar 3 Struktur Distribusi Baru PDAM Kota Bandung Sumber : Peneliti, 2013

Referensi

Dokumen terkait

Analisis kesesuaian lahan dapat memanfaatkan penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG) yang dipadukan dengan dokumen rencana detil tata ruang Kecamatan

Ketiga kota ini dipilih karena mengakomodir implementasi dari teori Hotelling yang lebih menekankan pada perebutan wilayah pasar antar jenis pasar dibandingkan dengan

yang saya tangkap soal implikasi terhadap lokasi yang dipilih dari makalah ini adalah teori hotelling mengatakan bahwa pada satu area akan ada persaingan perebutan pasar, dalam

Berkaitan dengan pemaparan latar belakang tersebut, maka akan dimanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan menggunakan fungsi Overlay dan Buffer serta

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem infromasi yang digunakan untuk menyusun, menyimpan, merevisi dan menganalisis data dan atribut yang bereferensi kepada

Buku teks pelajaran dan buku keterampilan pendidikan khusus disusun dengan mempertimbangkan kondisi yang dimiliki peserta didik, sehingga aktivitas pembelajaran

Dari penjelasan diatas maka dibutuhkan suatu analisis mengenai konsep dasar teori lokasi dalam menentukan lokasi kawasan industri, dimana dengan adanya konsep

Kondisi geografis seluas itu diperlukan suatu aplikasi SIG dengan Google Maps untuk Membantu Petugas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu untuk mengetahui lokasi