• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

1.1 Latar belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia, maka tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat. Pembangunan nasional di segala bidang yang selama ini telah dilaksanakan oleh pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum. Kesehatan adalah suatu keadaan bebas dari penyakit baik fisik maupun mental dan juga bebas dari kecacatan yang berdampak terhadap perbaikan tingkat harapan hidup yang semakin meningkat. Kesehatan saat ini juga tidak luput dari perhatian setiap golongan, contohnya sarana yang diberikan oleh pemerintah maupun pihak swasta terhadap rumah sakit, untuk memberikan pelayanan kesehatan, mulai dari penyediaan jasa konsultasi kesehatan, pelayanan kesehatan dan berbagai bentuk pelayanan kesehatan. Disfungsi otot - otot dasar panggul akibat riwayat kurangan olahraga dan aktivitas yang tidak normal melalui yang berulang, merupakan masalah kesehatan yang dapat menimbulkan berbagai gejala yang berdampak pada kualitas hidup seperti inkontinensia urin, prolap organ pelvis, dan disfungsi seksual (Margaret Polden, 2004).

Perubahan postur selama kehamilan, dimana terjadi hyperlordosis pada vertebra lumbosacral akan menyebabkan ketegangan postural selama kehamilan berlangsung sehingga menimbulkan nyeri pada punggung bagian bawah serta terganggunya stabilisasi lumbal akibat penurunan kemampuan otot multifidus dan transversus abdominis dalam mengontrol postur dan mempertahankan posisi dan gerak dari erector spine hingga pelvic (Braekken,2010). Otot multifidus dan

(2)

transversus abdominis merupakan komponen penting dalam memberikan kekuatan otot lokal dan keseimbangan serta bagian terpenting dari otot Core untuk memelihara postur tubuh (Brandon, 2011).

Pada proses persalinan, akibat adanya tekanan dari kepala bayi pada dinding vagina, dan tekanan yang kuat ini sering mengakibatkan timbulnya penguluran otot dasar panggul dan saraf pudendal sehingga timbul kelemahan pada otot dasar panggul dan dapat menyebabkan cidera lebih lanjut melalui berbagai macam mekanisme. Cedera yang paling banyak ditemukan adalah cidera mekanik atau trauma pada otot levator ani, termasuk juga cedera pada syaraf pudendal, fasea, dan ligamen (Margaret Polden, 2004).

Prevalensi terjadinya kerusakan otot levator ani berkisar antara 15-30% pada wanita yang mengalami persalinan pervaginam, Melahirkan banyak anak, dan mengejan sewaktu melahirkan bersama-sama dengan laserasi dan episiotomi pada waktu melahirkan menyebabkan hipermobilitas urethra, trauma pada persarafan dan disfungsi dasar panggul. Ini yang melatarbelakangi hubungan korelasi antara banyaknya melahirkan anak dengan resiko terjadinya inkontinensia urine pada mulltipara (Nugroho, 2010), juga perubahan hormonal pada menopause sangat mempengaruhi kedap air pada lapisan submukosa urethra, dengan demikian wanita menopause lebih rentan terhadap Inkontinensia Urine bila dibandingkan wanita sebelum menopause. Pada obesitas, juga merupakan salah satu faktor terjadinya Inkontinensia Urine karena beban kerja dasar panggul pada orang-orang kelebihan berat badan, lebih besar dari pada orang-orang yang kurus (Margaret Polden. 2004).

(3)

Menurut Huge (2007), Selama kehamilan produksi hormon progesteron dan hormon relaksin meningkat sehingga menimbulkan efek negatif terhadap integritas struktur jaringan lunak yang menyebabkan terjadinya kelemahan jaringan collagen diseluruh tubuh. Otot dasar panggul yang berfungsi sebagai penyokong isi abdomen dan pelvis (vagina, rektum, kandung kemih, dan kandung rahim), fasea, ligamen sekitar pelvis juga ikut melemah. Kelemahan struktur jaringan lunak ini menyebabkan sendi-sendi terutama sendi pelvis mudah meregang bahkan sering terjadi subluksasi sendi sakroiliaka atau juga simpisiolisis pada sendi simphisis pubis yang menimbulkan kesakitan saat melakukan aktivitas. Melemahnya otot dasar panggul juga dipicu oleh karena menahan isi perut dan dengan bertambah besarnya janin selama kehamilan. Otot dasar panggul melorot kebawah sampai 2,5 cm dari posisi saat nulipara. Inkontinensia urine bukan penyakit, tetapi merupakan gejala yang menimbulkan gangguan kesehatan, sosial, psikologi serta dapat menurunkan kualitas hidup. (Milard, 2010).

Otot dasar panggul adalah otot yang terletak pada pintu bawah panggul yang terdiri dari tiga lapisan otot. Lapisan yang terdalam disebut otot levator ani yang sangat besar peranannya, berasal dari kedua sisi pelvis dan menyatu di tengah dengan menyisakan tiga saluran pengeluaran yakni rektum, vagina dan uretra. Otot levator ani mempunyai fungsi sebagai penyangga isi pelvis yakni kandung kemih, rahim, vagina, uretra dan rektum, menahan tekanan intra abdominal, mengontrol pelepasan air seni dan faecal, mempermudah proses kelahiran, dan

(4)

berkontribusi terhadap kualitas hubungan seksual wanita, dan pencapaian orgasme (Hooi & Kaur, 2001).

Menurut Mayer (2001) , inkontinensia urine adalah keluarnya urine tanpa disadari dan tidak bisa ditahan,akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial, hegiene, dan ekonomi, dan menjadi rendah diri. Prevalensi stress inkontinensia urine pada wanita sebesar 20% pada usi 55-50 tahun yang disebabkan kelemahan otot dasar panggul. Penelitian di F.K. Unair –RS dr. Sutomo pada tahun 2008 didapatkan penderita Inkontinensia urine pada ibu mulltipara post melahirkan sebanyak 6, 79% dari 793 penderita yang berobat di bagian urologi dengan 32,3,7% tipe stress inkontinensia dan 25,7% tipe urge.

Survey yang dilakukan di RSU HAM Medan tahun 2003, dari 179 ibu multipara mengeluhkan masalah dengan disfungsi otot dasar panggul akibat post melahirkan lebih dari dua kali didapatkan angka kejadian inkontinensia urine pada ibu mulltipara sebesar 42,5%. Pada mullipara yang tidak mempunyai masalah tentang otot dasar panggulnya, rata-rata dibutuhkan waktu 1,96 detik untuk menghentikan laju urine, tetapi pada multipara membutuhkan waktu lebih lama, sekitar 4,4 detik (Sapsford, 2003).

Cedera pada saraf pudendal dan kerusakan atau kelemahan otot dasar panggul bisa diakibatkan oleh kehamilan, persalinan, dan tekanan fisik saat proses kelahiran dengan robeknya perineum, atau memotong perineum dan vagina untuk memperluas jalan lahir. Mekanisme ini mempunyai hubungan antara jumlah kelahiran dengan resiko inkontinensia urine yang lebih tinggi

(5)

(Markwell,2006). Prevalensi inkontinensia urine pada wanita tahun 1998 menurut APCAB (Asia Pasifik Continence Advisory Board) di Asia sebesar 14,4% tertinggi di Pakistan dan terendah di Indonesia. Hasil survey dari APCAB didapatkan wanita yang saat miksi duduk di kloset lebih sering terkena inkontinensia urine dari pada yang jongkok. Di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 10–12 juta orang dewasa mengalami gangguan ini. Prevalensi dan berat gangguan meningkat dengan bertambahnya umur dan paritas. Pada usia 15 tahun atau lebih didapatkan kejadian 10%, sedang pada usia 35 – 65 tahun mencapai 12% dan meningkat sampai 16% pada ibu usia lebih dari 65 tahun. Pada mulipara didapatkan kejadian 5%, pada wanita dengan anak satu mencapai 10% dan meningkat sampai 20% pada wanita dengan anak lebih dari satu.

Selain otot dasar panggul yang lemah akibat kehamilan, kelemahan juga terjadi pula pada otot-otot yang melingkupi trunk dari lapisan terluar sampai lapisan terdalam. Lapisan otot terdalam dari trunk disebut otot Core. Yang termasuk otot core adalah otot transfersus abdominus, otot multifidus, otot diafragma, otot dasar panggul. Setelah melahirkan otot abdominus menjadi menggelambir dan bisa diangkat apalagi bagi wanita yang telah beberapa kali melahirkan.

Fisioterapi merupakan salah satu profesi kesehatan juga mempunyai peranan penting dalam peningkatan kualitas hidup. Seperti yang tercantum dalam Kepmenkes No.65//Menkes/SK/XII/2016 pasal 1 ayat 2: menyatakan bahwa: Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak

(6)

dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.

Menurut Markwell (2006), kelemahan otot dasar panggul bisa dilatih untuk meningkatkan kekuatannya. Ada berbagai cara latihan untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul diantaranya dengan menggunakan metode Kegel yakni melakukan latihan dengan kontraksi otot dasar panggul secara berkelanjutan, tepat, dan benar telah terbukti sangat efektif untuk memperbaiki inkontinensia urine, prolaps organ pelvis, dan disfungsi seksual.

Kebanyakan mulltipara tersebut sangat sulit melakukan kontraksi otot dasar panggul secara selektif dan tanpa menyadari telah melakukan kontraksi bersamaan dengan kontraksi otot-otot adduktor hip, gluteus maksimus, dan abdominal sehingga otot dasar panggul tidak bisa berkontraksi secara optimal seperti yang diharapkan dr, Kegel. Telah dilaporkan oleh dr. Kegel bila mulltipara tersebut rajin melakukan latihan penguatan otot dasar panggulnya maka akan pulih kembali kekuatannya (Hidayati, 2010).

Core stabiliy exercise (CSE) adalah sebuah latihan yang sedang trendi diberikan dalam menjaga posture dan meningkatkakan kekuatan otot-otot core. CSE merupakan aktifasi sinergis yang meliputi otot-otot bagian dalam dari thrunk yakni otot core(inti). Fungsi core yang utama adalah untuk memelihara postur tubuh (Brandon dan Raphael, 2009).

(7)

Core muscle terdiri dari otot silinder yang menyelimuti lapisan dalam dari perut, yang terdiri dari 4 grup otot utama yaitu, (1) otot transversus abdominis, yang berada di bawah otot oblikus internus, oblikus eksternus dan rektus abdominis, (2) otot multifidus, yang berada diantara tulang vertebra, (3) otot diafragma, merupakan otot primer untuk bernapas, (4) otot-otot dasar panggul. Keempat grup otot ini bekerja secara harmonis dan berkontraksi secara bersama-sama, mereka akan menjaga posisi stabil pada panggul. Penguatan pada grup otot postural akan menjaga otot-otot dasar panggul.

Core stability exercises ini menggambarkan sebuah program inti yang diterapkan untuk mulltipara dengan latihan menumpu berat badan yang melibatkan proprioseptif dan keseimbangan. Menurut Willardson, (2010). Bahwa program latihan yang termasuk penguatan inti sangat diperlukan bagi mulltipara. Secara umum teknik core stability exercises digunakan dalam program latihan yang dirancang untuk mencegah terjadinya kelemahan dari otot-otot dasar panggul. Penelitian tentang apakah core stability exercises dapat mencegah timbulnya gangguan pada otot dasr panggul, tetapi ada yang berpendapat bahwa kelemahan otot dasar panggul dikaitkan dengan multipara.

Koumantakis, 2005, membuktikan bahwa multipara lebih bermanfaat dan menguntungkan jika sejak awal diberikan latihan core stability exercises secara berulang untuk mencegah ketidakstabilan dari core muscle dibanding hanya diberikan program general exercises.

(8)

William’s flexion exercise adalah jenis latihan terdiri dari 6 bentuk gerakan yang dirancang untuk mengkontrasikan otot, menguatkan otot abdominalis dan menguatkan otot-otot dasar panggul. (Rubenstein, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh dr.Paul William tentang efek program WFE dikontrol dengan menggunakan aktivitas kontraksi otot abdominalis dan otot-otot dasar panggul pada multipara yang memiliki kelemahan dari core muscle. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan otot-otot dasar panggul dengan latihan aktif pada otot-otot abdominal, otot dasar panggul. Menurut William bahwa latihan ini dapat menyeimbangkan antara kelompok otot postural dan otot dasar panggul meningkat.

Kesimpulan dari penelitian tersebut mulltipara yang mendapat perlakuan WFE terjadi peningkatan kekuatan otot dasar panggul..

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti ingin meneliti apakah penambahan Core Stability Exercise dan William’s Flexion Exercise dalam meningkatkan aktivitas fungsional otot dasar panggul.

(9)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah William flexion exercise dapat meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada ibu multipara?

2. Apakah Penambahan latihan core stability dan william flexion dapat meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada ibu multipara?

3. Apakah Penambahan latihan core stability dan william flexion lebih baik dibandingkan latihan william flexion dalam meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada ibu multipara?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Untuk membuktikan latihan william flexion exercise dapat meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada ibu multipara.

2. Untuk membuktikan penambahan latihan core stability dan william flexion dapat meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada ibu multipara

3. Untuk membuktikan latihan core stability dan william flexion lebih baik dibandingkan latihan william flexion dalam meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada ibu multipara.

(10)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Secara Akademis

1. Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai manajemen terapi kelemahan otot dasar panggul.

2. Memberi masukan kepada tenaga profesional di bidang kesehatan yang terkait, pelatihan core stability dapat meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada ibu miltipara dengan latihan William flexion.

1.4.2. Secara Praktis

Diharapkan dapat membantu memperbaiki penatalaksanaan latihan dengan core stability exercise dan william flexion excercise pada latihan ini akan tercapai program pelatihan yang lebih efektif untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul pada ibu multipara.

Referensi

Dokumen terkait

Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons), Ph.D., Ak, selaku Ko-Promotor yang sejak awal proses mendampingi penulis dengan segala kerjasama dan komunikasi sehingga

Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam satuan organisasi negara. Jabatan dalam lingkungan

Berdasarkan hasil uji migrasi yang dilakukan dapat memberikan informasi baru mengenai potensi bioaktif dari ekstrak bakteri simbion spons laut terhadap larva nematoda

dalam dengan judul penelitian yang penulis angkat yaitu “ Analisis Pengaruh Pemanfaatan Situs TripAdvisor terhadap Keputusan Pembelian Kamar Hotel di Kota

Bagian umum memberikan surat pemberitahuan tentang perubahan penataan denah ruang atau perseorangan melaporkan secara lisan maupun tulisan jika dianggap perlu tentang perubahan

Simpulan yang didapat yaitu merancang data warehouse aplikasi pembelian dan penjualan barang yang akan sangat membantu pihak eksekutif dalam memperoleh laporan dengan waktu

penelitian dengan judul: BENTUK-BENTUK RESERSE DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR..

1) Tahap Perencanaan, dalam tahap perencanaan peneliti menerangkan mengenaimengapa dan apa yang akan diteliti, kapan, dimana, dan oleh siapa penelitian itu